Anda di halaman 1dari 24

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/302381433

Modul Perhitungan Neraca Air "Studi Kasus Kota


Cirebon"

Technical Report · November 2015


DOI: 10.13140/RG.2.1.1193.0481

CITATIONS READS

0 1,963

1 author:

Aris Rinaldi
Bandung Institute of Technology
18 PUBLICATIONS 1 CITATION

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Unsaturated Consolidation View project

Unsaturated Zone Research Project View project

All content following this page was uploaded by Aris Rinaldi on 09 May 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

“ STUDI KASUS KOTA CIREBON ”

ARIS RINALDI

22715007

Program Magister Teknik Airtanah

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB)

Institut Teknologi Bandung


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan .................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 2

1.2 Maksud dan Tujuan .......................................................................................................... 2

1.3 Lokasi Studi...................................................................................................................... 3

1.4 Sistematika Penulisan Laporan ........................................................................................ 3

2.1 Deskripsi Daerah Studi..................................................................................................... 5

2.2 Data Klimatologi .............................................................................................................. 6

2.3 Data Pendukung Lainnya ...................................................................................................... 6

3.1 Metode Pengolahan Data ...................................................................................................... 8

3.2 Diagram Alir ......................................................................................................................... 9

4.1 Perhitungan dan Analisa Evapotranspirasi ......................................................................... 10

4.1.1 Data Klimatologi .......................................................................................................... 10

4.1.2 Potensial Evapotranspirasi ...................................................................................... 10

4.2 Perhitungan dan Analisa Neraca Air .............................................................................. 13

4.2.1 Limited Evapotranspiration ......................................................................................... 13

4.2.2 Neraca Air ............................................................................................................... 13

4.2.3 Storm Run Off (in mm/month) ................................................................................. 14

Aris Rinaldi - 22715007 1


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan utama manusia, hampir segala aktifitas kehidupan manusia
membutuhkan air, sehingga dibutuhkan informasi mengenai potensi air baik air permukaan
maupun airtanah yang dapat dimanfaatkan untuk aktifitas sehari-hari seperti air minum,
pertanian, perkebunan, perikanan, industri dan lainnya. Informasi tersebut juga bermanfaat untuk
meminimalisasi potensi bahaya seperti banjir ataupun longsor. Untuk itu dibutuhkan sebuah
analisa mengenai potensi air tersebut yang merupakan bagian dari ilmu hidrogeometeorologi.
Hidrogeometeorologi merupakan cabang ilmu meteorlogi yang berhubungan dengan
penggunaannya dalam hidrologi.

Neraca air atau water balance merupakan bagian dari keilmuan hidrogeometeorologi yang
menggambarkan hubungan antara inflow (aliran masuk) dengan outflow (aliran keluar) pada
suatu wilayah selama periode tertentu. Dalam perhitungannya, neraca air dapat menggambarkan
curah hujan yang tertampung dalam daerah recharge, penguapan kembali sebagai
evapotranspirasi, air yang megalir di permukaan sebagai surface direct run off maupun infiltrasi
air tanah. Neraca air memegang peranan sangat penting dalam ilmu kerekayasaan terutama
rekayasa teknik sipil bidang infrastruktur air seperti irigasi.

1.2 Maksud dan Tujuan


Modul ini disusun sebagai pedoman perhitungan neraca air dengan studi kasus neraca air Kota
Cirebon, Jawa Barat.

Aris Rinaldi - 22715007 2


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

1.3 Lokasi Studi


Lokasi studi neraca air dalam modul perhitungan ini adalah Kota Cirebon, Jawa Barat.

Gambar 1.1 Lokasi Geografis Kota Cirebon


Sumber gambar : Google Maps

1.4 Sistematika Penulisan Laporan


Sistematika penulisan laopran ini adalah sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

Pada bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi studi, dan sistematika penulisan
laporan.

Bab II. Data Daerah Lokasi

Bab ini berisi data daerah lokasi berupa letak geografis, klimatologi dan data lain terkait dengan
studi.

Bab III. Metode Pengolahan Data

Bab ini berisi metoda pengolahan data yang digunakan dalam pengerjaan laporan ini.

Aris Rinaldi - 22715007 3


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

Bab IV. Perhitungan dan Analisa Hidrogeometeorologi

Bab ini berisi representasi perhitungan dan analisa data seperti evapotranspirasi, water surplus,
base flow, direct run off dan strorm run off.

Bab V. Kesimpulan

Bab ini berisikan kesimpulan.

Aris Rinaldi - 22715007 4


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

BAB II

DATA DAERAH LOKASI

2.1 Deskripsi Daerah Studi


Secara administratif, Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat.
Secara geografis, Kota Cirebon merupakan salah satu kota yang terletak di pesisir Pulau Jawa
dengan koordinat 6°41’S 108°33’E.

Gambar 2.1 Lokasi Geografis Kota Cirebon


Sumber gambar : Google Earth

Aris Rinaldi - 22715007 5


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

2.2 Data Klimatologi


Pada tabel 1.1 terlampir data klimatologi Kota Cirebon Tahun 2007 sebagai berikut :

Tabel 1.1 Data Klimatologi Cirebon 2007


Bulan RH(%) S(%) t(°C) W(km/hari) W(mile/hari) CH(mm) n(hari)
Januari 63,710 40,861 28,18 44,839 27,861 678 23
Februari 67,643 26,254 27,54 42,179 26,209 601 22
Maret 66,629 32,731 27,73 37,323 23,191 306 14
April 65,183 43,510 28,35 15,067 9,362 350 19
Mei 61,387 59,777 28,57 56,400 35,045 174 15
Juni 59,533 60,980 28,16 36,433 22,639 83 6
Juli 57,823 77,410 27,65 44,613 27,721 20 3
Agustus 51,790 76,697 28,26 85,419 53,077 4 2
September 50,517 64,388 29,42 84,933 52,775 0 0
Oktober 55,100 58,472 29,85 38,903 24,173 79 5
November 60,567 42,067 28,90 25,633 15,928 181 16
Desember 66,323 38,500 28,20 23,400 14,540 376 19

Tabel 1.2 Koefisien Refleksi, r


No Permukaan Koefisien Refleksi [r]
1 Rata-rata permukaan bumi 40%
2 Cairan salju yang jatuh diakhir musim- masih segar 40 - 85%
3 Spesies tumbuhan padang pasir dengan daun berbulu 30 -40%
4 Rumput, tinggi dan kering 31-33%
5 Permukaan padang pasir 24-28%
6 Tumbuhan hijau yang membayangi seluruh tanah 24-27%
7 Tumbuhan muda yang membayangi sebagian tanah 15-24%
8 Hutan musiman 15-20%
9 Hutan yang mengahasilkan buah 10-15%
10 Tanah gundul kering 12-16%
11 Tanah gundul lembab 10-12%
12 Tanah gundul basah 8-10%
13 Pasir, basah - kering 9-18%
14 Air bersih, elevasi matahari 45° 5%
15 Air bersih, elevasi matahari 20° 14%

Aris Rinaldi - 22715007 6


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

2.3 Data Pendukung Lainnya


Adapun data-data pendukung studi lainnya adalah sebagai berikut :

Tabel 1.3 Hubungan Temperature Rata-Rata vs Parameter Evapotranspirasi A,B, dan ea


Temperature (ºC) 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
A (mmHg/°F) 0,304 0,342 0,385 0,432 0,484 0,541 0,603 0,671 0,746 0,828 0,917 1,013
B (mmH2O/hari) 12,600 12,900 13,300 13,700 14,800 14,500 14,900 15,400 15,800 16,200 16,700 17,1
ea (mmHg) 8,050 9,210 10,500 12,000 13,600 15,500 17,500 19,800 22,400 25,200 28,300 31,8

Tabel 1.4 Nilai Radiasi Matahari pada Permukaan Horizontal Luar Atmosfir (mm/hari)
Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des Tahun
5°LU 13,7 14,5 15 15 14,5 14,1 14,2 14,6 14,9 14,6 13,9 13,4 14,37
0° 14,5 15 15,2 14,7 13,9 13,4 13,5 14,2 14,9 15 14,6 14,3 14,43
5°LS 15,2 15,4 15,2 14,3 13,2 12,5 12,7 13,6 14,7 15,2 15,2 15,1 14,36
10°LS 15,8 15,7 15,1 13,8 12,4 11,6 11,9 13 14,4 15,3 15,7 15,8 14,21

Tabel 1.5 Exposed Surface,m


No m Daerah
1 0% Hutan primer, sekunder
2 10-40% Daerah tererosi
3 30-50% Daerah ladang pertanian

Aris Rinaldi - 22715007 7


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

BAB III

METODE PENGOLAHAN DATA

3.1 Metode Pengolahan Data


Perhitungan neraca air pada laporan ini menggunakan metode F.J Mock(1973) . Metode ini
menyatakan bahwa air hujan yang mengisi daerah tangkapan sebagian menguap akibat
evapotranspirasi, sebagian yang jatuh ke permukaan tanah menjadi surface direct run off dan
masuk ke dalam tanah sebagai infiltasi. Kondisi tanah yang jenuh air menyebabkan terjadinya
perkolasi dan air keluar sebagai base flow.

Data yang diinput pada perhitungan neraca air berupa data klimatologi beserta data tabel
pendukung berupa temperatur rata-rata, parameter evapotranspirasi, nilai radiasi matahari,
exposure surface dan data lainnya. Dengan menggunakan metode Penman, data-data yang ada
digunakan untuk mencari evapotranspirasi potensial.

Adapun output dari perhitungan dari neraca air berupa informasi water surplus, base flow, direct
run off dan strom run off.

Aris Rinaldi - 22715007 8


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

3.2 Diagram Alir

Data Klimatologi dan Data


Pendukung

Perhitungan Evapotranspirasi
Potensial

Perhitungan Evapotranspirasi
Aktual

Perhitungan Water Balance :


Water Surplus

Perhitungan Base Flow, Direct


Run Off, Strom Run Off

Kesimpulan

Aris Rinaldi - 22715007 9


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

BAB IV

PERHITUNGAN DAN ANALISA

4.1 Perhitungan dan Analisa Evapotranspirasi


Evapotranoirasi adalah jumlah kehilangan air dari suatu daerah yang meliputi evaporasi dan
transpirasi melalui permukaan tanah, permukaan daun pepohonan, permukaan air bebas dan
lainnya. Pada perhitungan evapotranspirasi modul perhitunngan ini digunakan metode Penmann.
Adapun perhitungan dan analisanya sebagai berikut :

4.1.1 Data Klimatologi


Baris 1 Data presipitasi (p) dalam satuan mm, terlampir pada tabel 1.1
Baris 2 Data presipitasi (n) dalam satuan days, terlampir pada tabel 1.1
Baris 3 Data Tempature (T)
a. Dalam satuan °C
b. Dalam satuan °K
terlampir pada tabel 1.1
Baris 4 Data rata-rata presentasi penyinaran matahari bulanan (S), dalam persen
(%),terlampir pada tabel 1.1
Baris 5 Data kelembapan relatif rata-rata bulanan (h atau Rh), dalam persen
(%),terlampir pada tabel 1.1
Baris 6 Data kecepatan angin rata-rata bulanan (w)
a. Dalam ml/ day
b. Dalam m/s
terlampir pada tabel 1.1

4.1.2 Potensial Evapotranspirasi


Data-data yag digunakan untuk menghitung besarnya evapotranspirasi dengan metode Penmann
adalah :

1. Temperatur (T)
2. Kelembapan udara relatif (S)

Aris Rinaldi - 22715007 10


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

3. Kecepatan angin (w)


4. Lama penyinaran matahari (R)

Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya evapotranspirasi potensial dengan


metode Penman adalah :

(4.1)

Dengan

H = energy budget

H = R(1-r)(0,18+0,55S)-B(0,56-0,092*(ed^0,5))(0,1+0,9S) (4.2)

D = panas yang digunakan untuk evapotranspirasi, dan

D = 0,35(ea-ed)(k+0,01w) (4.3)

Dimana:

A = slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata, dalam mmHg/°F

B = radiasi benda hitam pada temperatu rata-rata, dalam H2O/hari

ea = tekanan uap air jenuh (saturated vapour pressure) pada temperatu rata-rata, dalam
mmHg

Dengan melakukan subtitusi persamaan di atas, maka menghasilkan :

(4.4)

Dalam bentuk lain :

A (R(1- AB(0,56- 0,27 (0,35(ea-


E = r)(0,18+0,55S) - 0,092*(ed^0,5))(0,1+0,9S)) + ed)(k+0,01w)) (4.5)
A + 0,27 A + 0,27 A + 0,27

Aris Rinaldi - 22715007 11


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

Jika :

F1 (T ; S) = A(0,18+0,55S) (4.6)
A + 0,27
F2 (T ; h) = AB(0,5-0,092*(ed^0,5)) (4.7)
A + 0,27
F3 (T ; h) = 0,27 (0,35(ea-ed)) (4.8)
A + 0,27
Maka :

E = F1 * R(1-r) - F2 * (0,1+0,9S) + F3 * (k+0,01w) (4.9)

Dan jika :

E1 = F1 * R(1-r) (4.10)

E2 = F2 * (0,1+0,9S) (4.11)

E3 = F3 * (k+0,01w) (4.12)

Maka bentuk sederhana dari persamaan evapotranspirasi potensial menurut Penman adalah
E = E1 - E2 + E3 (4.13)

Perhitungan dan analisa evapotranspirasi potensial dengan metode Penman disajikan dalam tabel
baris sebagai berikut :

Baris 7 Menggunakan persamaan 4.6


Baris 8 Menggunakan persamaan 4.7
Baris 9 Menggunakan persamaan 4.8
Baris 10 Interpolasi koordinat Cirebon (6°43’ S) dengan menggunakan tabel 1.4
Baris 11 Menggunakan persamaan 4.10, dimana nilai r didapat dengan
menggunakan tabel 1.2. Asumsi permukaan studi merupakan rata-rata
permukaan bumi, r = 40%
Baris 12 Menggunakan persamaan 4.11

Aris Rinaldi - 22715007 12


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

Baris 13 Menggunakan persamaan 4.12. Asumsi k=1


Untuk permukaan air k = 0,5
Untuk permukaan vegetasi k = 1
Baris 14 Menggunakan persamaan 4.13 dalam satuan mm/day
Baris 15 Menggunakan persamaan 4.13 dalam satuan mm/month

4.2 Perhitungan dan Analisa Neraca Air


Perhitungan dan analisa neraca air dengan metode Mock disajikan dengan tabel baris. Adapun
penggunaan setiap barisnya adalah sebagai berikut :

4.2.1 Limited Evapotranspiration


Baris 16 Menggunakan tabel 1.5. Asumsi daerah studi merupakan daerah ladang
pertanian dengan nilai m minimum, m =30%
Baris 17 ∆E/Ep = (m/20)(18-n)
∆E/Ep = (baris(16)/20)(18-baris(2)), satuan dalam %
Baris 18 ∆E, dalam satuan mm/bulan
Baris 19 Evapotranspirasi aktual = baris(15) –baris(18)

4.2.2 Neraca Air


Baris 20 P-Ea = baris(1)-baris(19)
Baris 21 (a)SMS = Soil moisture storage
SMS = ISMS + (P-Ea)
Dimana:
ISMS = initial soil moisture storage (mm/bulan), merupakan soil
moisture capacity (SMC) bulan sebelumnya.
Dalam satuan (mm/bulan)
(b)SMC = Soil moisture capacity (kapasitas kelembapan tanah)
SMC = 200 mm/bulan jika P-Ea > 0
SMC = SMC bulan sebelumnya + (P-Ea) jika <0
Dalam satuan (mm/bulan)

Aris Rinaldi - 22715007 13


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

Baris 22 SS = Soil Storage, kemampuan tanah untuk menyimpan air


 Jika pada bulan yang ditinjau nilai P-Ea bernilai positif atau
SMC bernilai 200mm/bulan (maksimum) maka soil storage
bernilai 0
 Jika P-Ea bulan yang ditinjau bernilai negatif maka soil storage
sama dengan P-Ea ini (mm/bulan)
Baris 23 WS = Water Surplus, WS = (P-Ea) + SS, (mm/bulan)
Baris 24 I = Infiltasi, i = 0,4 x baris(23), dimana 0,4 merupakan koefisien
infiltrasi (lihat tabel porositas pada batuan endapan atau koefisien
limpasan)
Baris 25 ½ x (1+K) x i, dimana K adalah nilai konstanta potensial ground water
storage/resesi aliran, nilai K = 0,6
Baris 26 K x (Vn-1), dimana Vn-1 adalah ground water storage bulan sebelumnya ,
nilai ini diasumsikan sebagai konstanta awal, dengan anggapan bahwa
water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama satu
tahun
Baris 27 Vn = Storage Volume = baris(25) + baris(26), dalam satuan (mm/bulan)
Baris 28 Perubahan Storage Volume ∆Vn = -Vn-1 + Vn, dalam satuan (mm/bulan)
Baris 29 Base Flow = I - ∆Vn = baris(24) – baris(28), dalam satuan (mm/bulan)
Baris 30 Direct Run Off = baris(23) – baris(24), dalam satuan (mm/bulan)
Baris 31 Run Off = baris(29) + baris(30), dalam satuan (mm/bulan)

4.2.3 Storm Run Off (in mm/month)


Baris 32 SRO = Strom run off
 Jika hujan (P) > 200 mm (sesuai asumsi bahwa Max SMC = 200
mm) maka nilai strom run off = 0
 Jika P < 200 mm maka strom run off adalah jumlah curah hujan
dalam satu bulan yang bersangkutan dikali faktor persentasi PF,
0,5 x (P)
Dalam satuan (mm/bulan)

Aris Rinaldi - 22715007 14


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

Baris 33 Soil Mosture, lihat penjelasan baris(21)


Baris 34 Lihat penjelasan baris(23), pada water surplus kondisi storm run off,
nilai storm run off mempengaruhi nilai water surplus
Baris 35 I = Infiltasi, i = 0,4 x baris(34), dimana 0,4 merupakan koefisien
infiltrasi (lihat tabel porositas pada batuan endapan atau koefisien
limpasan)
Baris 36 ½ x (1+K) x i = ½ x (1+K) x baris(35) , dimana K adalah nilai konstanta
potensial ground water storage/resesi aliran, nilai K = 0,6
Baris 37 K x (Vn-1), dimana Vn-1 adalah ground water storage bulan sebelumnya ,
nilai ini diasumsikan sebagai konstanta awal, dengan anggapan bahwa
water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama satu
tahun
Baris 38 Vn = Storage Volume = baris(36) + baris(37), dalam satuan (mm/bulan)
Baris 39 Perubahan Storage Volume ∆Vn = -Vn-1 + Vn, dalam satuan (mm/bulan)
Baris 40 Base Flow = I - ∆Vn = baris(35) – baris(39), dalam satuan (mm/bulan)
Baris 41 Direct Run Off = baris(34) – baris(35), dalam satuan (mm/bulan)
Baris 42 Run Off = baris(32) baris(41) + baris(42), dalam satuan (mm/bulan)

Aris Rinaldi - 22715007 15


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

Hasil perhitungan dan analisa neraca air dapat disajikan dalam tabel dan kurva sebagai berikut :

Tabel 4.1 Tabel Neraca Air

Neraca Air
Bulan
Tah
Agus
un
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul t Sept Okt Nov Des
N Meteorologica
o l Data
Catchment 285
678 601 306 350 174 83 20 4 0 79 181 376
1 Precip. mm (p) 2
Catchment
23 22 14 19 15 6 3 2 0 5 16 19
2 Rain Days days (n) 144
28,1 27,6 28,2 29,4 29,8 28,4
28,18 27,54 27,73 28,35 28,57 28,90 28,20
3a Temperature °C (T) 6 5 6 2 5 0
301, 300, 301, 302, 302, 301,
3b °K (T) 301,2 300,5 300,7 301,4 301,6 2 7 3 4 9 301,9 301,2 4
60,9 77,4 76,7 64,3 58,4
40,86 26,25 32,73 43,51 59,78 42,07 38,50
4 Sunshine % (S) 8 1 0 9 7
(h or 59,5 57,8 51,7 50,5 55,1 726,
63,71 67,64 66,63 65,18 61,39 60,57 66,32
5 Rel. Humidity % RH) 3 2 9 2 0 21
22,6 27,7 53,0 52,7 24,1 27,7
27,86 26,21 23,19 9,36 35,05 15,93 14,54
6a Wind ml/day (w) 4 2 8 8 7 1
6b m/s 0,52 0,49 0,43 0,17 0,65 0,42 0,52 0,99 0,98 0,45 0,30 0,27 0,52

Aris Rinaldi - 22715007 16


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

Potensial Evapo-
transpiration
7 F1 (T : S) 0,31 0,25 0,28 0,33 0,40 0,40 0,47 0,47 0,42 0,40 0,32 0,30 -
8 F2 (T : h) 1,39 1,31 1,33 1,31 1,44 1,56 1,68 1,88 1,83 1,57 1,43 1,28 -
9 F3 (T : h) 0,82 0,72 0,75 0,79 0,88 0,91 0,94 1,09 1,15 1,05 0,90 0,76 -
10 R (at 6°43' S) 15,4 15,5 15,2 14,1 12,9 12,2 12,4 13,4 14,6 15,2 15,4 15,3 14,3
11 F1 * R(1-r) r=40% E1 2,90 2,32 2,52 2,76 3,07 2,92 3,48 3,75 3,67 3,61 2,96 2,79 -
12 F2 * (0,1+0,9S) E2 0,65 0,44 0,52 0,64 0,92 1,01 1,34 1,49 1,24 0,98 0,69 0,57 -
13 F3 * (k+0,01w) k=1 E3 1,05 0,91 0,92 0,86 1,19 1,12 1,21 1,67 1,75 1,30 1,05 0,87 -
14 E1 - E2 + E3 mm/day Ep 3,95 3,23 3,45 3,62 4,26 4,04 4,68 5,42 5,42 4,92 4,01 3,66 -
154
15 mm/month 122 90 107 109 132 121 145 168 163 152 120 114 4

Limited Evapo
Transpiration
16 Exposed Surf % (m) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
∆E/Ep =
17 (m/20)(18-n) % -7,5 -6 6 -1,5 4,5 18 22,5 24 27 19,5 3 -1,5 -
18 ∆E mm -9 -5 6 -2 6 22 33 40 44 30 4 -2 166
137
19 Ea = Ep - ∆E mm Ea 131 96 100 110 126 99 112 128 119 123 117 115 7

Aris Rinaldi - 22715007 17


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

Water Balance
20 P - Ea mm 547 505 206 240 48 -16 -92 -124 -119 -44 64 261
21 Soil Moisture
a Storage mm SMS 747 705 406 440 248 184 91 -33 -151 -195 -131 461
21 Soil Moisture
b Capacity mm SMC 200 200 200 200 200 184 91 -33 -151 -195 200 200
22 Soil Storage mm SS 0 0 0 0 0 16 92 124 119 44 0 0
187
23 Water Surplus mm WS 547 505 206 240 48 0 0 0 0 0 64 261 0
SURP SURP SURP SURP SURP DEFI DEFI DEFI DEFI DEFI SURP SURP
LUS LUS LUS LUS LUS SIT SIT SIT SIT SIT LUS LUS

Run off and Groundwater Storage


(in mm/month)
i = 0,4 of
24 Infiltration (23) (i) 219 202 82 96 19 0 0 0 0 0 26 104 748
25 1/2(1+K)i K=0,6 175 162 66 77 15 0 0 0 0 0 21 83
26 K(Vn-1) 50 135 178 146 134 89 54 32 19 12 7 17
(25) +
27 Storage Vol (26) (Vn) 225 297 244 223 149 89 54 32 19 12 28 100
∆Vn = -Vn-1 +
28 Vn 125 72 -53 -21 -74 -60 -36 -21 -13 -8 16 72 0
Base Flow = I - (24) -
29 ∆Vn (28) 94 130 135 117 93 60 36 21 13 8 10 32 748
(23) - 112
30 Direct Run Off (24) 328 303 123 144 29 0 0 0 0 0 39 156 2
187
31 Run off (29) + (30) 422 433 258 261 122 60 36 21 13 8 48 188 0

Aris Rinaldi - 22715007 18


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

Storm Run Off (in


mm/month)
32 Storm Run Off 5% of (p) 0 0 0 0 9 4 1 0 0 4 9 0 18
33 Soil Moisture 0 0 0 0 0 179 90 -33 -151 -199 0 0
184
34 Water Surplus 547 505 206 240 48 0 0 0 0 0 64 234 3
i = 0,4 of
35 Infiltration (34) (i) 219 202 82 96 19 0 0 0 0 0 26 93 737
36 1/2(1+K)i K=0,6 175 162 66 77 15 0 0 0 0 0 21 75
37 K(Vn-1) 45 132 176 145 133 89 53 32 19 12 7 17
(36) +
38 Storage Vol (37) (Vn) 220 293 242 222 148 89 53 32 19 12 28 91
∆Vn = -Vn-1 +
39 Vn 128 74 -52 -20 -73 -59 -36 -21 -13 -8 16 64
(35) -
40 Base Flow (39) 90 128 134 116 93 59 36 21 13 8 10 30 737
(34) - 110
41 Direct Run Off (35) 328 303 123 144 29 0 0 0 0 0 39 140 6
187
42 Run Off (32) + (41) + (42) 418 431 257 260 130 64 37 22 13 12 57 170 0

Aris Rinaldi - 22715007 19


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

Kurva Neraca Air


600

547

500 505

400
Water Surplus (m)

300
Water Surplus
261
Month
240

200 206

100
64
48

0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Month

Gambar 4.1 : Kurva Neraca Air

Aris Rinaldi - 22715007 20


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan dan analisa neraca air Kota Cirebon tahun 2007 dapat disimpulkan bahwa
:

1. Pada bulan januari, februari, maret, april, mei, november dan desember terjadi surplus air
di Kota Cirebon
2. Pada bulan juni, juli, agustus, september dan oktober terjadi defisit air di Kota Cirebon

Aris Rinaldi - 22715007 20


MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR

DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedia Kota Cirebon. Tersedia dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Cirebon. Diakses


pada Desember 2015.

Irawan, D. E. and Puradimaja, D. J. 2015. Hidrogeologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Mock, F. J. 1973. Water Availability Appraisal: Report Prepared for the Land Capability
Appraisal Project Bogor/Indonesia. Bogor: Food and Agriculture Organization of The
United Nations.

Penman, H.L. 1948. Natural Evaporation from Open Water, Bare Soil and Grass. Proc. Roy.
Soc. London A(194), S. 120-145

Rinaldi, Aris (2015). Ujian Tengah Semester SB 5014 Hidrogeometeorologi [unpublished],


Bandung.

Aris Rinaldi - 22715007 21

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai