Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Kerja Milling

2.5.1 Definisi Kerja Milling

Proses kerja milling adalah proses penyayatan benda kerja dengan alat potong
dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong yang
banyak yang mengitari pahat ini bisa menghasilkan proses pemesinan lebih cepat.
Permukaan yang disayat bisa berbentuk datar, menyudut, atau melengkung. Permukaan
benda kerja bisa juga berbentuk kombinasi dari beberapa bentuk. Mesin yang digunakan
untuk memegang benda kerja, memutar pahat, dan penyayatannya disebut mesin frais
(Milling Machine). Mesin milling ada yang dikendalikan secara mekanis (konvensional
manual) dan dengan bantuan CNC. Mesin konvensional manual ada biasanya spindelnya
ada dua macam yaitu horisontal dan vertikal. Sedangkan mesin frais dengan kendali CNC
hampir semuanya adalah mesin frais vertikal (Rahdiyanta, 2010).

2.5.2 Prinsip Kerja Milling

Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi gerak
utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan diteruskan
melalui suatu transmisi untuk menghasilkan gerakan putar pada spindel mesin milling.
Spindel mesin milling adalah bagian dari sistem utama mesin milling yang bertugas untuk
memegang dan memutar cutter hingga menghasilkan putaran atau gerakan pemotongan.
Gerakan pemotongan pada cutter jika dikenakan pada benda kerja yang telah dicekam
maka akan terjadi gesekan/tabrakan sehingga akan menghasilkan pemotongan pada
bagian benda kerja, hal ini dapat terjadi karena material penyusun cutter mempunyai
kekerasan diatas kekerasan benda kerja (Rahdiyanta, 2010).

2.5.3 Jenis-Jenis Mesin Milling

1. Mesin freis Vertikal

Mesin ini digunakan untuk pekerjaan yang sangat teliti. Ciri-cirinya sumbu
putaran pahat freis muka tegak lurus dengan permukaan benda kerja.

2. Mesin freis Horizontal

Ciri-ciri mesin ini yaitu poros utamanya yang digunakan sebagai pemutar dan
pemegang alat potong pada posisi mendatar dan sumbu putaran pahat freis selubung
sejajar dengan permukaan benda kerja.
3. Mesin Freis Universal

Mesin ini adalah mesin produksi dari konstruksi yang kasar.Bangkunya ini adalah
benda cor yang kaku dan berat serta menyangga sebuah meja kerja yang hanya
memiliki gerakan longitudinal. Penyetelan vertical diberikan dalam kepala spindel
dan suatu penyetelan lintang dibuat dalam pena atau ram spindle (Susetyo, 2005).

2.5.4 Bagian-Bagian Mesin Milling dan Fungsinya

 Badan (machine column) adalah bagian yang berfungsi sebagai penahan dari
seluruh bagian-bagian mesin itu, di dalamnya terdapat motor penggerak,
susunan roda-roda gigi pengatur kecepatan putar, tempat minyak pelumas
untuk melumasi bagian-bagian yang berputar.
 Alas adalah tempat dimana terdapatnya cairan pendingin, cairan pendingin
yang telah dialirkan oleh suatu pompa ke tempat kedudukan pisau frais
berada untuk mengurangi panasnya gesekan antara pisau frais dan benda
kerja agar pisau frais tidak cepat rusak.
 Lengan adalah bagian mesin frais yang berguna sebagai tempat kedudukan
penopang atau penahan ujung poros mesin frais dan letaknya adalah paling
atas mesin. Lengan ini bisa digeser-geser sesuai keinginan. Jadi apabila tidka
dibutuhkan maka dibisa digeser karena hanya akan menghalangi suatu
pengerjaan.
 Paksi atau spindle adalah poros utama mesin frais dan berfungsi sebagai
tempat kedudukan poros frais (arbor), poros tersebut dimasukkan ke dalam
lubang paksi dan diikat dengan baut pengikat yang letaknya di ujung lubang
paksi, jika mesin dijalankan paksi akan membawa poros ikut berputar.
 Lutut adalah tempat kedudukan meja dan eretan meja (sadel), lutut ini ditahan
oleh eretan yang melekat pada bagian mesin serta ditopang oleh poros berulir
sebagai poros penggerak naik turunnya lutut tersebut.
 Sadel adalah bagian yang menyokong meja dan terpasang diatas lutut, bagian
bawahnya berbentuk sambungan ekor burung yang menghubungkan bagian
atas lutut, bagian atasnya terdapat bantalan penahan meja dan mempunyai
sambungan ekor burung yang bentuknya memanjang, meja tersebut diikatd
dengan baut yang terpasang pada salurannya.
 Meja berfungs sebagai tempat kedudukan benda kerja yang akan disayat,
permukaannya sangat rata dan beralur, gunanya disamping tempat kedudukan
baut-baut pengikat juga sebagai saluran untuk mengalirkan cairan pendingin
yang sudah terpakai ke tempat bak penampungan.
(digilib.mercubuana.ac.id/manager/n!@file_skripsi/Isi3899551926926.pdf,
diakses pada tanggal 20 September 2017)

2.5.5 Peralatan dan Perlengkapan Mesin Milling

1. Ragum (catok) Benda kerja yang akan dikerjakan dengan mesin frais harus
dijepit dengan kuat agar posisinya tidak berubah waktu difrais. Berdasarkan
gerakannya ragum dibagi menjadi 3 jenis, antara lain: ragum biasa, ragum
berputar, dan ragum universal.

a. Ragum biasa Ragum biasa digunakan untuk menjepit benda kerja yang
bentuknya sederhana dan biasanya hanya digunakan untuk mengefrais bidang
datar saja. Bagian bawah ragum dapat disetel posisinya sesuiai dengan posisi
benda kerja yang akan difrais. Bila sudah sesuai baru kemudian diikat kuat dengan
mur baut ke meja mesin freis. Adanya ikatan ini diharapkan benda kerja tidak akan
mengalamai perubahan posisi saat dikerjakan dengan mesin frais.

b. Ragum berputar Ragum ini digunakan untuk menjepit benda kerja yang
harus membentuk sudut terhadap spindle. Bentuk ragum ini sama dengan ragum
biasa tetapi pada bagaian bawahnya terdapat alas yang dapat diputar hingga
sudut 360°. Ragum ini juga diletakkan di atas meja mesin frais secara horizontal
yang diikat dengan mur baut dengan kuat. Bagian tengahnya terdapat skala
nonius yang dapat digunakan untuk menentukan sudut putaran yang
dikehendaki.

c. Ragum universal Ragum ini mempunyai dua sumbu perputaran,


sehingga dapat diatur letaknya baik secara horizontal maupun vertikal. Ragum
universal dapat mengatur sudut benda kerja yang akan dikerjakan dalam
berbagai posisi. Sehingga pegerjaan benda kerja dapat dari arah vertical maupun
horizontal.

2. Kepala pembagi ( dividing head) Kepala pembagi adalah peralatan mesin


frais yang digunakan untuk membentuk segi beraturan pada poros yang panjang.
Pada peralatan ini biasanya dilengkapi dengan plat pembagi yang berfungsi untuk
membantu pembagian yang tidak dapat dilakukan dengan pembagian langsung.

3. Kepala Lepas Kepala lepas digunakan untuk menyangga benda kerja yang
dikerjakan dengan dividing head. Sehingga waktu disayat benda kerja tidak
terangkat atau tertekan ke bawah.

4. Rotary Table Rotary table digunakan untuk membagi segi-segi beraturan


misalnya kepala baut. Di samping itu juga dapat digunakan untuk membagi
jarak-jarak lubang yang berpusat pada satu titik misalnya membagi lubang baut
pengikat pada flendes.

5. Stub arbor Bagian ini adalah tempat dudukan (pengikatan) cutter sebelum
dipasang pada sarung tirus pada sumbu utama.
6. Arbor Pisau pada mesin frais horizontal dipasang pada arbor yang posisinya
diatur dengan pemasangan ring arbornya. Arbor jenis ini biasanya digunakan
untuk mesin frais horisontal saja (Sumbodo, 2008)

2.5.6 Proses pada Mesin Milling

Proses frais dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis. Jenis-jenisnya berdasarkan jenis
pahat , arah penyayatan, dan posisi relatif pahat terhadap benda kerja. Berikut adalah
contoh gambar dari proses pada mesin milling (Rahdiyanta, 2010) :

Gambar 2. Proses pada mesin milling

a) Frais Periperal (Peripheral Milling) atau disebut juga slab milling adalah proses
milling dengan permukaan yang difrais dihasilkan oleh gigi pahat yang terletak
pada permukaan luar badan alat potongnya. Sumbu dari putaran pahat biasanya
pada bidang yang sejajar dengan permukaan benda kerja yang disayat.
b) Frais muka (Face Milling) adalah proses milling dimana pahat dipasang pada
spindel yang memiliki sumbu putar tegak lurus terhadap permukaan benda
kerja. Permukaan hasil proses frais dihasilkan dari hasil penyayatan oleh ujung
dan selubung pahat.
c) Frais jari (End Milling) adalah proses milling dimana ujung pahat berputar pada
sumbu yang tegak lurus permukaan benda kerja. Pahat dapat digerakkan
menyudut untuk menghasilkan permukaan menyudut. Gigi potong pada pahat
terletak pada selubung pahat dan ujung badan pahat.
2.5.7 Parameter pada Mesin Milling

Berikut adalah parameter yang digunakan dalam mesin frais :

Keterangan : Benda kerja : w = lebar pemotongan; mm lw = panjang


pemotongan ; mm lt = lv+lw+ln ; mm a = kedalaman potong, mm Pahat Frais : d =
diameter luar ; mm z = jumlah gigi (mata potong) χr = sudut potong utama ( 90o)untuk
pahat frais selubung) Mesin frais : n = putaran poros utama ; rpm vf = kecepatan makan
; mm/putaran

2.6 Assembly

2.6.1 Definisi Assembly

2.6.2 Peralatan Assembly dan Penggunaannya

2.6.3 Macam-Macam Assembly

2.7 Raw Material

2.7.1 Jenis-Jenis Material

Material terbagi menjadi 3 jenis, yakni non logam, logam, dan komposit. Non
logam terbagi lagi menjadi yang berasal dari alam ataupun buatan manusia atau tiruan.
Contoh material non logam yang berasal dari alam adalah kayu, batu, keramik, kulit,
karet alam dll. Sedangkan material non logam yang dibuat oleh manusia/ tiruan
contohnya adalah thermosetting, thermoplastic, syntetic rubber, neoprene, butyl-
rubbers, PVC, ptfeteplon, nylon, bakelite, polythene, dll. Sedangkan material logam
terbagi menjadi :

a. Non Ferro
- Logam Berat
- Logam Ringan
- Logam Mulia
b. Ferro
- Besi Tuang

- Baja Paduan
- Besi Tempa

2.7.2 Material yang Digunakan

Berikut adalah rincian dari material yang digunakan dalam proses praktikum
proses manufaktur 2017 :

a. Besi ST 40
b. Alumunium dengan tebal 8 mm
c. Alumunium dengan tebal 2 mm

2.8 K3
2.8.1 Definisi
K3 atau kesehatan dan keselamatan kerja memiliki 3 definisi utama, yaitu:
1) Definisi menurut Filosofi
Menurut filosofi, K3 merupakan suatu pemikiran serta upaya untuk menjamin
suatu keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani dari tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya
2) Menurut keilmuan
Menurut keilmuan, K3 adalah semua ilmu dan penerapannya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan sebagainya
3) Definisi menurut OHSAS 18001 : 2007
Menurut OHSAS, K3 adalah semua kondisi dan factor yang dapat berdampak
pada keselamatan dan kesehatan kerja baik bagi tenaga kerja maupun orang
lain (kontraktor, pemasok, pengunjung, dan tamu)
2.8.2 Tujuan
Tujuan utama dari diterapkannhya K3 pada proses produksi adalah:
1) Melindungi dan menjamin keselamtan dari setiap tenaga kerja dan orang lain
yang berada di daerah tempat kerja
2) Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien
3) Menjamin proses produksi aman dan lancer

2.8.3 Perbedaan bahaya dan resiko


Bahaya adalah semua sumber, situasi maupun aktivitas yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja atau penyakit kerja, bahaya pada area kerja dapat dikelompokkan
menjadi (OHSAS 18001:2007):
1) Bahaya fisik
2) Bahaya kimia
3) Bahaya biologi
4) Bahaya ergonomic
5) Bahaya mekanis
6) Bahaya psikososial
7) Bahaya tingkah laku
8) Bahaya lingkungan sekitar
Sedangkan menurut OHSAS, risiko adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan,
risiko terjadi jika ada pekerja yang terpapar bahaya.
2.8.4 Ambang batas lingkungan fisik kerja
Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja, ada beberapa batas lingkungan kerja yang telah ditetapkan dan
distandarisasi, diantaranya:
1. Tingkat kebisingan
Mennurut peraturan menteri no. 51 tahun 1991, batas kebisingan yang diizinkan
rutin pada pekerja adalah 8 jam per hari
2. Intensitas pencahayaan
Pasal 14 peratauran menteri perburuhan no. 7 tahun 1964 menyebutkan bahwa
“penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang kecil harus
paling sedikit memiliki iluminasi cahaya sebesar 200 lux
3. Temperature
Temperatur untuk melakanakan aktivitas/pekerjaan antara 24 sampai 27 derajat
celcius
2.8.5 Langkah meminimasi bahaya
Secara garis besar, langkah meminimasi bahaya pada saat proses produksi
adalah:
1. Eliminasi
Eliminasi adalah menghilangkan bahaya dilakukan saat desain, yakni
menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam mejalankan suatu
sistem
2. Substitusi
Substitusi adalah metode penggantian bahan, proses, operasi maupun peralatan
yang berbahaya menjadi hal yang tidak berbahaya
3. Pengendalian teknis
Langkah ini adalah memberikan pengendalian yang ditunjukkan terhadap
sumber bahaya atau linkungan
4. Sistem peringatan
Pengendalian bahaya yang dilakukan dengan memberi peringatan, instruksi,
tanda, label yang akan membuat orang lebih waspada akan bahaya yang terjadi
5. Pengendalian administrasi
Peraturan-peraturan adminstrasi yang mengatur pekerja membatasi waktu
kontaknya dengan faktor penyebab bahaya
6. Alat pelindung diri
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja
untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap seluruh
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja
2.8.6 APD
Alat pelindung diri atau yang biasa disingkat menjadi APD merupakan pakaian
yang digunakan untuk mencegah bahaya kerja yang dapat terjadi. APD mencegah kontak
fisik langsung dengan sumber bahaya.
 Jenis dan kegunaan APD
- Wearpack
Berfungsi untuk melindungi kulit ketika melakukan suatu pekerjaan

Gambar 2.130 Wearpack


- Glooves
Berfungsi sebagai pelindung tangan dari bahaya seperti panasnya benda kerja,
terpentalnya geram,dll

Gambar 2.131 Glooves


- Googles (kacamata)
Berfungsi untuk melindungi mata dari material-material pada saat melakukan
proses permesinan, seperti geram, percikan api saat proses gerinda,dll
Gambar 2.132 Googles
- Mask
Berfungsi sebagai penghambat reaksi karena yang tercipta saat busur las tercipta,
dapat juga melindungi dari aroma pada saat proses pengecatan.

Gambar 2.133 Mask

2.9 Routing Sheet


2.9.1 Definisi
Routing Sheet adalah urutan-urutan atau langkah-langkah yang digunakan pada
proses produksi suatu komponen tertentu serta rincian yang perlu dan hal-hal yang
berkaitan dalam produksi. Pengurutan proses produksi dalam routing sheet ini merupakan
hal yang menjadi bagian inti dari kegiatan produksi karena routing sheet juga menjadi
alat komunikasi antara rekayasawan produk dan orang produksi. Routing sheet juga
sering disebut dengan lembar proses atau lembar operasi (Apple, 1990)
2.9.2 Komponen Routing Sheet
Routing sheet dari suatu proses produksi, sehingga memiliki beberapa komponen,
yaitu:
1) Langkah pekerjaan yang dilakukan
2) Proses pengerjaan yang dilakukan
3) Alat dan bahan yang digunakan
4) Detail dari tiap proses pengerjaan yang dilakukan
5) Waktu estimasi atas pekerjaan yang dilakukan
6) Waktu aktual yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan

2.9.3 Gambar Teknik


Gambar teknik adalah gambar yang digunakan sebagai suatu gagasan atau
pemikiran mengenai suatu sistem, design, proses, cara kerja, rangkaian petunjuk untuk
pemberian instruksi, dan informasi yang dinyatakan dalam bentuk gambar atau lukisan
teknis (www.autocadtangerang.com)
Gambar teknik sendiri memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Penyampaian informasi
2) Penyimpanan dan penggunaan keterangan
3) Cara-cara pemikiran
Pada gambar teknik, terdapat kepala gambar. Kepala gambar atau etiket adalah
bagian gambar yang memuat tentang data-data atau informasi dari gambar. Terdapat
beberapa komponen dalam etiket, yaitu judul gambar, ukuran kertas, cara proyeksi, skala
gambar, nama perusahaan/sekolah, nama pembuat, tanggal dibuat, pemeriksa, keterangan
gambar, dan satuan yang digunakan dalam gambar
Dalam pembuatan gambar teknik, terdapat beberapa jenis garis yang telah
ditetapkan standarnya oleh ISO, berikut adalah macam macam garis tersebut
Tabel 2.5macam macam garis menurut ISO

2.10 Analisa kegagalan produk


2.10.1 FMEA
FMEA atau Failure Moden and Effect Analysis adalah metode yang digunakan
untuk mengidentifikasi dan mengutamakan cacat potensial berdasarkan tingkat
kerparahan dari cacat tersebut, frekuensi yang diharapkan dan kemungkinan dideteksi.
Tujuan dari FMEA adalah untuk mengantisipasi masalah, sehingga muncul langkah-
langkah proaktif yang dapat diambil guna melawan masalah tersebut dan mengurangi
atau menghilangkan risiko
Langkah-langkah dalam melakukan FMEA adalah sebagai berikut :
1. Buatlah kerangka proses
2. Buatlah daftar potensi kesalahan
3. Buatlah daftar efek dari failure mode
4. Buatlah rating, mana efek yang paling kecil hingga paling besar
5. Identifikasi penyebab dari failure mode
6. Identifikasi control yang ada untuk mendeteksi isu kesalahan
7. Kalikan angka pada kolom SEV, OCC, dan DET
8. Sortir nilai pada RPN
9. Tetapkan tindakan spesifik yang akan dilakukan
10. Setelah tindakan dilakukan, hitung ulang nilai occurrence dan detection
2.10.2 Fishbone diagram
Fishbone diagram atau diagram tulang ikan adalah diagram yang digunakan ketika
untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah, terutama ketika sebuah team
cenderung berfikir pada suatu rutinitas. Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai
sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui
sesi brainstorming. Dalam fishbone diagram, masalah akan dipecah menjadi beberapa
kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan

sebagainya.

Gambar 2.133 Fishbone diagram

2.10.3 RCA
Root Cause Analysis (RCA) adalah sebuah tool dalam penyelesaian masalah
untuk membantu menemukan dan memahami akar penyebab masalah dengan tujuan
menghilangkan akar penyebab masalah tersebut dan mencegah masalah tersebut muncul
kembali, sehingga RCA memiliki tujuan utama untuk mengidentifikasi asal-usul
terjadinya suatu masalah. Ada beberapa langkah dalam membuat RCA, yaitu:
1) Definisikan masalah
2) Kumpulkan data
3) Identifikasi beragam penyebab yang mungkin
4) Identifikasi akar masalah (root cause)
5) Ajukan dan implementasi solusi

Anda mungkin juga menyukai