Anda di halaman 1dari 17

SIKLUS KARBON

Siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh
jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer teresterial
(biasanya termasuk pula freshwater system dan material non-hayati organik seperti
karbon tanah (soil carbon)), lautan (termasuk karbon anorganik terlarut dan biota
laut hayati dan non-hayati), dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil). Pergerakan
tahuan karbon, pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses
kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan mengadung kolam
aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun demikian laut dalam bagian
dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer.

Neraca karbon global adalah kesetimbangan pertukaran karbon (antara yang


masuk dan keluar) antar reservoir karbon atau antara satu putaran (loop) spesifik
siklus karbon (misalnya atmosfer - biosfer). Analisis neraca karbon dari sebuah
kolam atau reservoir dapat memberikan informasi tentang apakah kolam atau
reservoir berfungsi sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon dioksida.

KARBON DI ATMOSFER

Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi adalah gas karbon
dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari
seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar,
meskipun sedang mengalami kenaikan), namun ia memiliki peran yang penting
dalam menyokong kehidupan. Gas-gas lain yang mengandung karbon di atmosfer
adalah metan dan kloroflorokarbon atau CFC (CFC ini merupakan gas artifisial atau
buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di atmosfer
telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan berperan dalam pemanasan global.

Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara:


• Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa untuk mengubah
karbon dioksida menjadi karbohidrat, dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses
ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan dengan tumbuhan yang baru
saja tumbuh atau hutan yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat.

• Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan CO2 akan
lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi
termohalin yang membawa massa air di permukaan yang lebih berat ke kedalaman
laut atau interior laut (lihat bagian solubility pump).

• Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang tinggi,
organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon, beberapa organisme
juga membentuk cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras.
Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah (lihat bagian biological
pump).

• Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini tidak
memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer.
Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO2 atmosferik
karena ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke laut dimana selanjutnya dipakai
untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang sebaliknya (reverse reaction).

Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, yaitu:

• Melalui pernafasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini merupakan
reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian glukosa (atau
molekul organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan air.

• Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri
mengurai senyawa karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati dan mengubah
karbon menjadi karbon dioksida jika tersedia oksigen, atau menjadi metana jika
tidak tersedia oksigen.

• Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon yang terkandung


menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti asap). Pembakaran bahan
bakar fosil seperti batu bara, produk dari industri perminyakan (petroleum), dan gas
alam akan melepaskan karbon yang sudah tersimpan selama jutaan tahun di dalam
geosfer. Hal inilah yang merupakan penyebab utama naiknya jumlah karbon
dioksida di atmosfer.

• Produksi semen. Salah satu komponennya, yaitu kapur atau gamping atau
kalsium oksida, dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur atau batu gamping
yang akan menghasilkan juga karbon dioksida dalam jumlah yang banyak.

• Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida terlarut
dilepas kembali ke atmosfer.

• Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke atmosfer.
Gas-gas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang. Jumlah karbon
dioksida yang dilepas ke atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon
dioksida yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan silikat; Kedua proses kimia ini
yang saling berkebalikan ini akan memberikan hasil penjumlahan yang sama
dengan nol dan tidak berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer
dalam skala waktu yang kurang dari 100.000 tahun.


KARBON DI BIOSFER

Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon adalah bagian
yang penting dalam kehidupan di Bumi. Ia memiliki peran yang penting dalam
struktur, biokimia, dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup. Dan kehidupan
memiliki peranan yang penting dalam siklus karbon:

• Autotroph adalah organisme yang menghasilkan senyawa organiknya sendiri


dengan menggunakan karbon dioksida yang berasal dari udara dan air di sekitar
tempat mereka hidup. Untuk menghasilkan senyawa organik tersebut mereka
membutuhkan sumber energi dari luar. Hampir sebagian besar autotroph
menggunakan radiasi matahari untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, dan
proses produksi ini disebut sebagai fotosintesis. Sebagian kecil autotroph
memanfaatkan sumber energi kimia, dan disebut kemosintesis. Autotroph yang
terpenting dalam siklus karbon adalah pohon-pohonan di hutan dan daratan dan
fitoplankton di laut. Fotosintesis memiliki reaksi 6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2

• Karbon dipindahkan di dalam biosfer sebagai makanan heterotrop pada


organisme lain atau bagiannya (seperti buah-buahan). Termasuk di dalamnya
pemanfaatan material organik yang mati (detritus) oleh jamur dan bakteri untuk
fermentasi atau penguraian.

• Sebagian besar karbon meninggalkan biosfer melalui pernafasan atau respirasi.


Ketika tersedia oksigen, respirasi aerobik terjadi, yang melepaskan karbon dioksida
ke udara atau air di sekitarnya dengan reaksi C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O.
Pada keadaan tanpa oksigen, respirasi anaerobik lah yang terjadi, yang melepaskan
metan ke lingkungan sekitarnya yang akhirnya berpindah ke atmosfer atau
hidrosfer.

• Pembakaran biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang digunakan untuk


tungku penghangat atau kayu bakar, dll.) dapat juga memindahkan karbon ke
atmosfer dalam jumlah yang banyak.

• Karbon juga dapat berpindah dari bisofer ketika bahan organik yang mati
menyatu dengan geosfer (seperti gambut). Cangkang binatang dari kalsium
karbonat yang menjadi batu gamping melalui proses sedimentasi.

• Sisanya, yaitu siklus karbon di laut dalam, masih dipelajari. Sebagai contoh,
penemuan terbaru bahwa rumah larvacean mucus (biasa dikenal sebagai "sinkers")
dibuat dalam jumlah besar yang mana mampu membawa banyak karbon ke laut
dalam seperti yang terdeteksi oleh perangkap sedimen [1]. Karena ukuran dan
kompisisinya, rumah ini jarang terbawa dalam perangkap sedimen, sehingga
sebagian besar analisis biokimia melakukan kesalahan dengan mengabaikannya.

Penyimpanan karbon di biosfer dipengaruhi oleh sejumlah proses dalam skala


waktu yang berbeda: sementara produktivitas primer netto mengikuti siklus harian
dan musiman, karbon dapat disimpan hingga beberapa ratus tahun dalam pohon
dan hingga ribuan tahun dalam tanah. Perubahan jangka panjang pada kolam
karbon (misalnya melalui de- atau afforestation) atau melalui perubahan
temperatur yang berhubungan dengan respirasi tanah) akan secara langsung
mempengaruhi pemanasan global.

KARBON DI LAUT

Konsentasi DIC permukaan laut "saat ini" (1990-an) (dari the GLODAP
climatology)
Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian besar dalam
bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan
karbon-karbon atau karbon-hidrogen, adalah penting dalam reaksinya di dalam air.
Pertukaran karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat
berubah sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon. Karbon siap untuk
saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada daerah upwelling, karbon
dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling karbon (CO2)
berpindah dari atmosfer ke lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat
terbentuk:

CO2 + H2O ⇌ H2CO3

Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia.
Reaksi lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion
hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan yang besar pada pH:

H2CO3 ⇌ H+ + HCO3-
MODEL SIKLUS KARBON

Model siklus karbon dapat digabungkan ke dalam model iklim global,


sehingga reaksi interaktif dari lautan dan biosfer terhadap nilai CO2 di masa depan
dapat dimodelkan. Ada ketidakpastian yang besar dalam model ini, baik dalam sub
model fisika maupun biokimia (khususnya pada sub model terakhir). Model-model
seperti itu biasanya menunjukkan bahwa ada timbal balik yang positif antara
temperatur dan CO2. Sebagai contoh, Zeng dkk. (GRL, 2004 [2]) menemukan dalam
model mereka bahwa terdapat pemanasan ekstra sebesar 0,6°C (yang sebaliknya
dapat menambah jumlah CO2 atmosferik yang lebih besar).

DAUR HIDROLOGI

Air tanah adalah salah satu faset dalam daur hidrologi , yakni suatu peristiwa
yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan
kembali ke atmosfer; penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman,
pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau
badan air dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi
tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta
komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk
topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta
manusia yang berada di permiukaan.

Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi
(pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan memberikan reaksi
terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.

1. Pengertian Hidrologi

Studi tentang air dirasakan semakin penting, terutama di negara-negara


berkembang yang masih masalah budaya dan teknologi dalam penelolaan air yang
sesuai dengan lingkungannya. Cabang ilmu yang mempelajari tentang air tersebut
adalah Hidrologi. Secara etimologi, berasal dari dua kata, yaitu hidro = air, dan
logos = ilmu. Dengan demikian secara umum hidrologi dapat berarti ilmu yang
mempelajari tentang air.

Konsep yang umum itu, kini telah berkembang sehingga cakupan obyek
hidrologi menjadi lebih jelas. Menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di
bumi, baik di atas maupun dibawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air
serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubunganya dengan kehidupan.
Berdasarkan konsep tersebut, hidrologi memiliki ruang lingkup atau cakupan yang
luas. Secara substansial, cakupan bidang ilmu itu meliputi:

1. asal mula dan proses terjadinya air

2. pergerakan dan penyebaran air

3. sifat-sifat air

4. keterkaitan air dengan lingkungan dan kehidupan

Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan


gerakan air di alam. Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta menyangkut
perubahan-perubahannya, antara lain dalam keadaan cair, padat, gas, dalam
atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah, distribusinya, penyebarannya,
gerakannya dan lain sebagainya. Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok
paling penting dalam atmofer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000
hingga 14.000 meter, dalam jumlah yang kisarannya mulai dari nol di atas
beberapa gunung serta gurun sampai empat persen di atas samudera dan laut. Bila
seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh
permukaan bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm.

2. Siklus Hidrologi

Akibat panas yang bersumber pada matahari, maka terjadilah:

1. Evaporasi yaitu penguapan pada permukaan air terbuka (open water) dan
permukaan tanah.

2. Transpirasi yaitu penguapan dari permukaan tanaman.


Uap air hasil penguapan ini pada ketinggian tertentu akan menjadi awan,
kemudian beberapa sebab awan akan berkondensasi menjadi presipitasi (presipitasi
= yang diendapkan atau dijatuhkan), bisa dalam bentuk salju, hujan es, hujan, dan
embun. Air hujan yang jatuh kadang-kadang tertahan oleh tajuk (ujung-ujung daun),
oleh daunnya sendiri atau oleh bangunan dan sebagainya. Hal ini diberi istilah
intersepsi. Besarnya intersepsi pada tanaman, tergantung dari jenis tanaman,
tingkat pertumbuhan, tetapi biasanya berkisar 1 mm pada hujan-hujan pertama.
Kemudian sekitar 20% pada hujan-hujan berikutnya.

Air hujan yang mencapai tanah, sebagian berinfiltrasi (menembus permukaan


tanah), sebagian lagi menjadi aliran air di atas permukaan (over land flor) kemudian
terkumpul pada saluran. Aliran air ini disebut surface run off.

Hasil infiltrasi sebagian besar menjadi aliran air bawah permukaan


(interflow/sub surface flor/through flor). Dan sebagian lagi akan mebasahi tanah. Air
yang menjadi bagian dari tanah dan berada dalam pori-pori tanah disebut air soil.

Apabila kapasitas kebasahan tanah/soil moisture ini terlampaui, maka


kelebihan airnya akan berperkolasi (mengalir vertical) mencapai air tanah. Aliran air
tanah (ground water flow) akan menjadi sesuai dengan hokum-hukum fisika. Air
yang mengalir itu pada suatu situasi dan kondisi tertentu akan mencapai danau,
sungai, laut menjadi depression storage (simpanan air yang disebabkan oleh
kubangan/cekungan), saluran dan sebagainya, mencari tempat lebih rendah.

Sirkulasi air yang berpola siklus itu tidak pernah berhenti dari atmosfir ke
bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan
transpirasi.Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian
jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju
(sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa
presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian
diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus
hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:

(1) Evaporasi/transpirasi
Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan
menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan
jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun
(precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Ketika air dipanaskan oleh sinar
matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan
ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap
air yang tidak terlihat di atmosfir. Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke angkasa
setiap tahunnya. Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000
mil kubik berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang
paling penting juga berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses
semuanya itu disebut Evapotranspirasi.

(2) Infiltrasi/Perkolasi ke dalam tanah

Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan
batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat
bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.

(3) Air Permukaan

Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau;
makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.
Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang
membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk,
rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi
dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran
Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah
adalah wujud dan tempatnya.

3. Air Tanah

A. PENGERTIAN AIR TANAH

Menurut Herlambang (1996:5) air tanah adalah air yang bergerak di dalam
tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam
tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang
mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang
terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah
disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang
dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. Menurut Krussman dan
Ridder (1970) dalam Utaya (1990:41-42) bahwa macam-macam akifer sebagai
berikut:

a. Akifer Bebas (Unconfined Aquifer) yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian
terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada
aquifer ini disebut dengan water table (preatiklevel), yaitu permukaan air
yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.

b. Akifer Tertekan (Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air
yang dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah,
serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.

c. Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruhnya
jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian
bawahnya merupakan lapisan kedap air.

d. Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer) yaitu aquifer yang bagian
bawahnya yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya
merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih
memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian aquifer ini merupakan
peralihan antara aquifer bebas dengan aquifer semi tertekan.
Tolman (1937) dalam Wiwoho (1999:26) mengemukakan bahwa air tanah
dangkal pada akifer dengan material yang belum termampatkan di daerah beriklim
kering menunjukan konsentrasi unsur-unsur kimia yang tinggi terutama musim
kemarau. Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan kapiler air tanah dan tingkat
evaporasi yang cukup besar. Besar kecilnya material terlarut tergantung pada
lamanya air kontak dengan batuan. Semakin lama air kontak dengan batuan
semakin tinggi unsur-unsur yang terlarut di dalamnya. Disamping itu umur batuan
juga mempengaruhi tingkat kegaraman air, sebab semakin tua umur batuan, maka
semakin tinggi pula kadar garam-garam yang terlarut di dalamnya. Todd (1980)
dalam Hartono (1999:7) menyatakan tidak semua formasi litologi dan kondisi
geomorfologi merupakan akifer yang baik. Berdasarkan pengamatan lapangan,
akifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:

a. Lintasan air (water course), materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di
sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam.
Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir dan karikil.

b. Lembah yang terkubur (burried valley) atau lembah yang ditinggalkan


(abandoned valley), tersusun oleh materi lepas-lepas yang berupa pasir halus
sampai kasar.

c. Dataran (plain), ialah bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan
aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan akifer yang
baik.

d. Lembah antar pegunungan (intermontane valley), yaitu lembah yang berada


diantara dua pegunungan, materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa
batuan dari pegunungan di sekitarnya.

e. Batu gamping (limestone), air tanah terperangkap dalam retakan-retakan atau


diaklas-diaklas. Porositas batu gamping ini bersifat sekunder.

f. Batuan vulkanik, terutama yang bersifat basal. Sewaktu aliran basal ini mengalir ,
ia mengeluarkan gas-gas. Bekas-bekas gas keluar itulah yang merupakan lubang
atau pori-pori dapat terisi air.
B. GERAKAN AIR TANAH

Disamping air tanah bergerak dari atas ke bawah, air tanah juga bergerak
dari bawah ke atas (gaya kapiler). Air bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti
hukum hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya perbedaan gradien hidrolik.
Gerakan air tanah mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume air tanah yang
melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan
tebal lapisan (Utaya, 1990:35).

C. KONDISI AIR TANAH DATARAN ALLUVIAL

Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses


geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah
hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat
proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ketempat yang lebih
rendah atau mengikuti aliran sungai. Dataran alluvial menempati daerah pantai,
daerah antar gunung, dan dataran lembah sungai. daerah alluvial ini tertutup oleh
bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah
yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan
tekstur batuan.

Daerah pantai terdapat cukup luas di pantai timur Pulau Sumatera, Pulau
Jawa bagian Utara dan selatan, Pulau Kalimantan dan Irian Jaya bagian Selatan. Air
tanah daerah dataran pantai selalu terdapat dalam sedimen kuarter dan resen yang
batuannya terdiri dari pasir, kerikil, dan berinteraksi dengan lapisan lempung.
Kondisi air tanah pada lapisan tersebut semuanya dalam keadaan tertekan ,
mempunyai potensi yang umumnya besar, namun masih bergantung pada luas dan
penyebaran lapisan batuan dan selalu mendapat ancaman interusi air laut, apabila
pengambilan air tanah berlebihan.

Dataran antar gunung di pulau Jawa terdapat di Bandung, Garut, Madiun ,


Kediri, Nganjuk, dan Bondowoso, daerah ini sebagian besar dibatasi oleh kaki
gunung api. Lapisan batuan terdiri atas bahan klastika hasil rombakan batuan
gunung api sekitarnya. Pengertian susunan litologi dari butir kasar ke halus
membentuk suatu kondisi air tanah tertekan, cekungan air tanah antar gunung
mempunyai potensi yang cukup besar.

Beberapa bentuk lahan asal fluvial adalah sebagai berikut:

1. Kipas Alluvial (Alluvial fan)

2. Crevasse-Splays

3. Tanggul alam (Natural lever)

4. Poin bar

5. Dataran banjir

6. Cekungan fluvial (Flood plain)

7. Teras Alluvial

8. Delta

Volume air tanah dalam dataran alluvial di tentukan oleh tebal dan
penyebaran permeabilitas dari akifer yang terbentuk dalam aluvium dan dilluvium
yang mengendap dalam dataran. Apabila suatu daerah materi penyusunnya atas
materi halus (liat/berdebu) umumnya permeabilitasnya kecil, sedangkan suatu
daerah yang tersusun atas pasir dan kerikil permeabilitasnya besar. Air tanah yang
mengendap di dataran banjir ditambah langsung dari peresapan air susupan.
Permukaan air tanahnya dangkal sehingga pengambilan air dapat dengan sumur
dangkal.

Dataran alluvial unsur-unsur yang dominan adalah unsur NO2, NO3, Ca, Mg,
Si, dan Fe. Kelebihan Nitrit karena pengaruh zat buangan (urine), pembusukan
organik dari hasil reduksi nitrat yang ada disekitar air tanah (Karmono dan Joko
Cahyo, 1978:11). Hal ini selain dipengaruhi oleh faktor alam juga sebagai aktivitas
manusia misalnya adanya lahan pertanian yang mengkonsumsi pupuk organik yang
mengandung nitrat.
D. ASAL-USUL DAN SIFAT-SIFAT AIR TANAH

Adalah hal yang mutlak bagi para birokrat pengelola sumber daya air (tanah),
untuk memahami asal-usul (origin) dan sifat-sifat (nature) air tanah, agar tidak
terjadi kesalah-pengertian tentang sumberdaya yang dikelola. Kesalah-pengertian
tersebut akan menjadikan tujuan mewujudkan kemanfaatan air tanah terutama
bagi kaum miskin pengelolaan tidak mencapai sasarannya, bahkan justru akan
menimbulkan dampak yang merugikan bagi keterdapatan air tanah itu sendiri serta
kaum miskin tersebut.

Hal-hal pokok yang perlu dipahami tentang asal-usul dan sifat-sifat air tanah
adalah :

(1)Pembentukan Air Tanah.

Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada
lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan
dan air permukan , yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of
aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona
jenuh air dan menjadi air tanah.

Air tanah adalah salah satu faset dalam daur hidrologi , yakni suatu peristiwa
yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan
kembali ke atmosfer; penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman,
pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau
badan air dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi
tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta
komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk
topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta
manusia yang berada di permiukaan. Air tanah dan air permukaan saling berkaitan
dan berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah
akan memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.

(2)Wadah Air Tanah


Suatu formasi geologi yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan
melalukan air tanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air – mata air
disebut akuifer. Lapisan pasir atau kerikil adalah salah satu formasi geologi yang
dapat bertindak sebagai akuifer. Wadah air tanah yang disebut akuifer tersebut
dialasi oleh lapisan lapisan batuan dengan daya meluluskan air yang rendah,
misalnya lempung, dikenal sebagai akuitard. Lapisan yang sama dapat juga
menutupi akuifer, yang menjadikan air tanah dalam akuifer tersebut di bawah
tekanan (confined aquifer). Di beberapa daerah yang sesuai, pengeboran yang
menyadap air tanah tertekan tersebut menjadikan air tanah muncul ke permukaan
tanpa membutuhkan pemompaan. Sementara akuifer tanpa lapisan penutup di
atasnya, air tanah di dalamnya tanpa tekanan (unconfined aquifer), sama dengan
tekanan udara luar.

Semua akuifer mempunyai dua sifat yang mendasar: (i) kapasitas


menyimpan air tanah dan (ii) kapasitas mengalirkan air tanah. Namun demikaian
sebagai hasil dari keragaman geologinya, akuifer sangat beragam dalam sifat-sifat
hidroliknya (kelulusan dan simpanan) dan volume tandoannya (ketebalan dan
sebaran geografinya). Berdasarkan sifat-sifat tersebut akuifer dapat mengandung
air tanah dalam jumlah yang sangat besar dengan sebaran yang luas hingga ribuan
km2 atau sebaliknya.

Ditinjau dari kedudukannya terhadap permukaan, air tanah dapat disebut (i)
air tanah dangkal (phreatic), umumnya berasosiasi dengan akuifer tak tertekan,
yakni yang tersimpan dalam akuifer dekat permukaan hingga kedalaman –
tergantung kesepakatan – 15 sampai 40 m. (ii) air tanah dalam, umumnya
berasosiasi dengan akuifer tertekan, yakni tersimpan dalam akuifer pada
kedalaman lebih dari 40 m (apabila kesepakatan air tanah dangkal hingga
kedalaman 40 m). Air tanah dangkal umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat
(miskin) dengan membuat sumur gali, sementara air tanah dalam dimanfaatkan
oleh kalangan industri dan masyarakat berpunya.

Sebaran akuifer serta pengaliran air tanah tidak mengenal batas-batas


kewenangan administratif pemerintahan. Suatu wilayah yang dibatasi oleh batasan-
batasan geologis yang mengandung satu akuifer atau lebih dengan penyebaran
luas, disebut cekungan air tanah.
(3) Pengaliran dan Imbuhan Air Tanah

Air tanah dapat terbentuk atau mengalir (terutama secara horisontal), dari
titik /daerah imbuh (recharge), seketika itu juga pada saat hujan turun, hingga
membutuhkan waktu harian, mingguan, bulanan, tahunan, puluhan tahun, ratusan
tahun, bahkan ribuan tahun,, tinggal di dalam akuifer sebelum muncul kembali
secara alami di titik/daerah luah (discahrge), tergantung dari kedudukan zona jenuh
air, topografi, kondisi iklim dan sifat-sifat hidrolika akuifer. Oleh sebab itu, kalau
dibandingkan dalam kerangka waktu umur rata-rata manusia, air tanah
sesungguhnya adalah salah satu sumber daya alam yang tak terbarukan.

Saat ini di daerah-daerah perkotaan yang pemanfaatan air tanah dalamnya


sudah sangat intensif, seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, dan
Medan, muka air tanah dalam (piezometic head) umumnya sudah berada di bawah
muka air tanah dangkal (phreatic head). Akibatnya terjadi perubahan pola imbuhan,
yang sebelumnya air tanah dalam memasok air tanah dangkal (karena piezometic
head lebih tinggi dari phreatic head), saat ini justru sebaliknya air tanah dangkal
memasok air tanah dalam.

Jika jumlah total pengambilan air tanah dari suatu sistem akuifer melampaui
jumlah rata-rata imbuhan, maka akan terjadi penurunan muka air tanah secara
menerus serta pengurangan cadangan air tanah dalam akuifer. (Seperti halnya
aliran uang tunai ke dalam tabungan, kalau pengeluaran melebihi pemasukan,
maka saldo tabungan akan terus berkurang). Jika ini hal ini terjadi, maka kondisi
demikian disebut pengambilan berlebih (over exploitation) , dan penambangan air
tanah terjadi.

(4) Mutu Air Tanah

Sifat fisika dan komposisi kimia air tanah yang menentukan mutu air tanah
secara alami sangat dipengaruhi oleh jenis litologi penyusun akuifer, jenis
tanah/batuan yang dilalui air tanah, serta jenis air asal air tanah. Mutu tersebut
akan berubah manakala terjadi intervensi manusia terhadap air tanah, seperti
pengambilan air tanah yang berlebihan, pembuangan libah, dll
Air tanah dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat
pencemar dari permukaan. Namun karena tanah/batuan bersifat melemahkan zat-
zat pencemar, maka tingkat pencemaran terhadap air tanah dangkal sangat
tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis zat pencemar, serta jenis
tanah/batuan di zona takjenuh, serta batuan penyusun akuifer itu sendiri.
Mengingat perubahan pola imbuhan, maka air tanah dalam di daerah-daerah
perkotaan yang telah intensif pemanfaatan air tanahnya, menjadi sangat rawan
pencemaran, apabila air tanah dangkalnya di daerah-daerah tersebut sudah
tercemar. Air tanah yang tercemar adalah pembawa bibit-bibit penyakit yang
berasal dari air (water born diseases).

Sumber: http://zamielle.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai