Anda di halaman 1dari 4

PENJOR GALUNGAN DI DESA PANJER,

KECAMATAN DENPASAR SELATAN, KOTA


DENPASAR

1 PENGERTIAN DAN MAKNA PENJOR GALUNGAN

Penjor adalah suatu sarana upacara dalam merayakan Hari Raya Galungan ataupun
upacara keagamaan di setiap pura di Bali, dan merupakan simbol gunung yang memberikan
keselamatan dan kesejahteraan. Penjor sesungguhnya berasal dari kata Enjor dalam bahasa Bali
Tampilan. Kata Enjor akan menjadi sebuah kata kerja (kruna kriya) jika mendapatkan imbuhan
kata seperti awalan ataupun akhiran, seperti misalnya kata Enjor apabila mendapatkan akhiran
An menjadi Enjoran. Contoh kalimat dalam bahasa Bali yang mnggunakan kata Enjor : indayang
enjoran kangin akidik, artinya dalam bahasa Indonesia : coba tampilkan ke timur sedikit.
Demikan halnya kata dasar Enjor jika mendapatkan awalan Pa menjadi Paenjor, yang jika
dianusuarakan (disengaukan) menjadi Penjor adalah sebuah kata kerja yang dapat diartikan
sebagai suatu isyarat dalam sebuah kegiatan untuk menampilkan seuatu secara keseluruhan.

Makna penjor bagi umat Hindu dari jaman dulu hingga kini bahkan hingga nanti dalam
menghubungkan diri dengan Ida Sanghyang Widi Wasa menggunakan symbol-simbol. Namun
selainitu ada beberapa makna lain diantaranya :

a. Pertama adalah untuk menunjukan rasa terima kasih dan bersyukur kepada Ida Sang Hyang
Widhi Wasa karena setelah kemenangan warga melawan berkuasanya Detya (Ashura =
Raksasa) bernama Maya Denawa yang sombong dan kejam, warga kembali mendapatkan
kemakmurannya, sehingga pada Penjor akan ditampilkan atau dipasang simbul-simbul harta
atau kepemilikan yang telah membuat manusia dalam melangsungkan hidupnya di dunia
(duniawi) menjadi sejartera seperti berbagai jenis hasil bumi sepertii padi, pala bungkah (umbi-
umbian), pala gantung (kelapa, mentimun, pisang, nanas), pala wija (jagung), kue, tebu, uang
(kepeng) dan sebagainya.

b. Kedua, setelah manusia memiliki segalanya seperti harta, derajat atau kehormatan,
kepandaian, kedudukan atau kekuasaan (sejartera) hendaknya manusia tidak menjadi sombong
seperti Detya Maya Denawa. Namun sebaliknya, seperti pada filosofi ilmu padi yakni akan
semakin merunduk jika telah semakin berisi. Inilah sebuah isyaratkan, dimana manusia apabila
kesejahteraannya seyogyanya semakin bersahaja atau tidak sombong karena kepemilikan di
dunia adalah semua titipan yang bersifat semu atau maya (duniawi), maka dari itu Penjor pasti
dibuat melengkung turun (merunduk) jika telah sampai pada ujungnya, maka bahan yang paling
mendekati untuk membuat isyarat ini adalah sebatang pohon bambu.

c. Ketiga, berhasil terbebasnya manusia dari pengaruh kejahatan (Adharma) hingga


memperoleh segala kemenangan dalam kontek kebaikan (Dharma) adalah karena kita telah
mengharmoniskan ketiga alam (Tri Loka) diantaranya Bhur Loka (alam Detya/Ashura/Bhuta),
Bwah Loka (alam kita) dan Swah Loka (alam Tuan). Dalam ajaran agama Hindu, keselarasan ini
dapat diperoleh diantaranya dengan penunggalan (penyatuan) tiga aksara (Tri Aksara) yakni A,
U, M menjadi Om yaitu aksara suci Tuhan yang dilambangkan Om Kara (Ong Kara), sehingga
Penjor juga bentuknya seperti tulsan Om Kara (Om Kara). Hal ini mengisyaratkan bahwa
segalanya yang kita peroleh (seperti yang ditampilkan pada Penjor) adalahsemuanya bersumber
dari Tuhan.

2 ARTI ATAU MAKNA DARI KOMPONEN-KOMPONEEN PENJOR GALUNGAN

Penjor galungan bersifat religius, yang mempunyai fungsi tertentu dalam upacara
keagamaan,dan wajib di buat lengkap dengan kelengkapannya, membuat penjor untuk upacara
memerlukan syarat tertentu, dan sesuai dengan Sastra Agama, agar tidak berkesan sebagai
hiasan saja. Di dalam lontar Tutur Dewi Tapini juga telah disebutkan bahwa setiap unsur pada
penjor melambangkan simbol-simbol suci, yaitu sebagai berikut :

 Bambu (dan kue) sebagai vibrasi kekuatan Dewa Brahma


 Kelapa sebagai simbol vibrasi Dewa Rudra
 Kain Kuning dan Janur sebagai simbol vibrasi Dewa Mahadewa
 Daun-daunan (plawa) sebagai simbol vibrasi Dewa Sangkara.
 Pala bungkah dan pala gantung sebagai simbol vibrasi Dewa Wisnu.
 Tebu sebagai simbol vibrasi Dewa Sambu.
 Padi sebagai simbol vibrasi Dewi Sri
 Kain putih sebagai simbol vibrasi Dewa Iswara..
 Sanggah sebagai simbol vibrasi Dewa Siwa.
 Upakara sebagai simbol vibrasi Dewa Sadha Siwa dan Parama Siwa.
3 LAMPIRAN FOTO-FOTO

Bambu Penjor Janur Pada Penjor

Kelapa Daun Plawa

Jenis Hiasan Pada Penjor

Anda mungkin juga menyukai