Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari kelompok kami yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang dapat membantu kami memperbaiki makalah dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Status gizi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan
derajat kesehatan. Kondisi gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan
kesehatan karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah
penyakit infeksi, kondisi gizi juga secara langsung dapat menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan pada individu. Untuk itu dilakukan pemantauan terhadap status
gizi bayi dan balita karena masa tersebut merupakan masa emas perkembangan
kecerdasan dan pertumbuhan fisiknya.
Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran
antropometri yang menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U) dan
dikategorikan sebagai : (a) gizi lebih, (b) gizi baik, (c) gizi kurang dan (d) gizi buruk.
Berdasarkan laporan profil Dinas Kesehatan Kota Depok, pada tahun 2011 diketahui
dari hasil penimbangan pada 115.140 balita terdapat 5.195 balita (4,51%) gizi lebih,
104.876 balita gizi baik (91,09%), 4.940 balita gizi kurang (4,29%) dan 129 balita gizi
buruk (0,11%). Tahun 2012 dilaporkan bahwa dari 121.702 balita hasil penimbangan
balita terdapat 4.746 (4%) balita dengan gizi lebih, 111.112 (91%) balita gizi baik dan
5.563 (5%) balita gizi kurang dan 120 balita (0,1%) balita gizi buruk. Tahun 2013 dari
111.340 balita ditimbang terdapat 7.970 (7,16%) balita gizi lebih, balita gizi baik
98.262 (88,23%), balita gizi kurang 5.051(4,54%), balita gizi buruk 87 orang (0,08%).
Berdasarkan laporan diatas, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan
prevalensi balita gizi lebih sampai tahun 2013. Sedangkan terdapat penurunan pada
prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk. Namun semua balita dengan gizi kurang
dan gizi buruk yang dilaporkan telah ditangani sesuai prosedur.
Bila dilihat dari status gizi berdasarkan tinggi badan maka diperoleh balita laki-
laki yang memiliki badan tinggi berjumlah 1,686 (3,36%) dan perempuan sejumlah
2.301 (4,21%). Balita yang memiliki tinggi badan normal sebanyak 47,600 (85,62%)
balita laki-laki dan 46.745 (85,56%) balita perempuan. Jumlah balita dengan ukuran
pendek berjumlah 4.903 (8,82%) untuk balita laki-laki dan 3.984 (7,29%) balita
perempuan. Ukuran tinggi yang sangat pendek berjumlah 1.133 (2,04%) balita laki-laki
dan 1.192 (2,18%) balita perempuan.
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan
mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi
makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi
serta kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk memperoleh
informasi pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat secara cepat, akurat, teratur
dan berkelanjutan, perlu dilaksanakan kegiatan surveilans gizi di seluruh wilayah
provinsi dan kabupaten/kota.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. TINJAUAN PUSTAKA GIZI
2.1 DEFINISI GIZI
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi.
Pada tahun 2015, jumlah balita yang ada di Kelurahan Mekarjaya berjumlah 5802 balita, dan
dari jumlah tersebut yang melakukan penimbangan ada 5573 balita. Dari grafik di atas,
diketahui bahwa 4 balita teridentifikasi sangat kurus, 40 balita kurus, 5543 balita normal, dan
96 balita gemuk.
Dari data tersebut, bisa dilihat bahwa mayoritas bayi di Kelurahan Mekarjaya memiliki bobot
tubuh normal (99,46% dari populasi data bayi ditimbang), disusul dengan bayi teridentifikasi
gemuk (1,72%), kemudian balita kurus (0,72%), dan terakhir balita sangat kurus (0,0071%).
Sedangkan di Kelurahan Tirtajaya, terdapat 1833 balita dengan 1654 balita yang ditimbang.
Dari grafik, dapat dilihat bahwa data terbanyak merupakan balita dengan berat normal (1598
balita atau 96,6%), disusul balita gemuk (5,80%), balita kurus (40 balita atau 2,42%), dan
terakhir balita sangat kurus (4 balita atau 0,24%).
Dari data tersebut, bisa dilihat bahwa mayoritas bayi di Kelurahan Mekarjaya memiliki bobot
tubuh normal sebanyak 3286 balita, disusul dengan bayi teridentifikasi gemuk sebanyak 270
balita, kemudian balita kurus sebanyak 53 balita, dan terakhir balita sangat kurus 5 balita.
Sedangkan di Kelurahan Tirtajaya, Dari grafik, dapat dilihat bahwa data terbanyak
merupakan balita dengan berat normal sebanyak 1340 balita, disusul balita gemuk 149 balita,
balita kurus sebanyak 5 balita, dan terakhir balita sangat kurus sebanyak 2 balita.
Tabel 3. status gizi balita UPT Puskesmas Sukmajaya Tahun 2017
SANGAT KURUS KURUS BB NORMAL GEMUK
MEKARJAYA 5 Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
TIRTAJAYA 0 Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
TOTAL 5
Grafik 3. status gizi balita UPT Pukesmas Sukmajaya TAHUN 2017
Pada tahun 2017, data yang didapatkan dari UPT Puskesmas Sukmajaya hanya berupa sangat
kurus, yaitu sejumlah 5 balita dari Kelurahan Mekarjaya, dan tidak ada balita sangat kurus di
Kelurahan Tirtajaya.
Tabel 4 perbandingan jumlah balita sangat kurus di UPT Pukesmas Sukmajaya Tahun
2015 – 2017
Dari pegolahan data selama 3 tahun (2015, 2016, dan 2017), secara umum di Kelurahan
Mekarjaya dan Tirtajaya mengalami kenaikan jumlah di tahun 2016, namun setelah itu terjadi
stagnansi di Kelurahan Mekarjaya dan penurunan di Kelurahan Tirtajaya di tahun 2017.
Di Kelurahan Mekarjaya, tahun 2015 terdapat 4 balita sangat kurus yang kemudian
bertambah 1 balita menjadi 5 balita di tahun 2016. Tidak ada perubahan di tahun 2017.
Sedangkan di Kelurahan Tirtajaya terjadi peningkatan balita sangat kurus di tahun 2016 dari
1 balita menjadi 2 balita. Namun kemudian di tahun 2017 tidak ada lagi balita sangat kurus.
Dari pembahasan dan analisis di atas, Kelurahan Mekarjaya masih memiliki 5 balita yang
diindikasikan mengalami kekurangan gizi, sedangkan Kelurahan Tirtajaya sudah bebas dari
indikasi balita yang mengalami kekurangan gizi di tahun 2017.
BAB IV
4. GAMBARAN PELAKSANAAN SURVEILANS GIZI
4.1 PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan dari berbagai
kegiatan surveilans gizi sebagai sumber informasi, meliputi :
a. Kegiatan rutin yaitu penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan kasus gizi
buruk, pendistribusian tablet Fe ibu hamil, pendistribusian kapsul vitamin A balita,
dan pemberian ASI Eksklusif.
b. Kegiatan survei khusus yang dilakukan berdasarkan kebutuhan, seperti konsumsi
garam beriodium, pendistribusian MP-ASI dan PMT, pemantauan status gizi anak
dan ibu hamil dan Wanita Usia Subur (WUS) risiko Kurang Energi Kronis (KEK)
atau studi yang berkaitan dengan masalah gizi lainnya.
Tabel berikut menunjukkan berbagai data dan sumbernya pada kegiatan surveilans gizi.
Tabel 2 Rekapitulasi Data Tingkat Kabupaten/Kota
4.2 ALUR PELAPORAN DATA
Laporan kegiatan surveilans dilaporkan secara berjenjang sesuai sumber data
(bisa mulai dari Posyandu atau dari Puskesmas). Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Dinas Kesehatan Provinsi berkoordinasi dengan rumah sakit (termasuk rumah sakit
swasta) Pusat/Provinsi/Kabupaten/ Kota tentang data terkait, seperti data kasus gizi
buruk yang mendapatkan perawatan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengirimkan
rekapitulasi laporan dari Puskesmas (Kecamatan) dan dari RS Kabupaten/Kota ke
Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi, Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan RI, sesuai dengan frekuensi pelaporan.
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, bila ada puskesmas yang tidak melapor
atau melapor tidak tepat waktu, data laporan tidak lengkap dan atau tidak akurat maka
petugas Dinkes Kabupaten/Kota perlu melakukan pembinaan secara aktif untuk
melengkapi data. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui telepon, Short Message Service
(SMS) atau kunjungan langsung ke puskesmas.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA