Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Kondensor adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengubah fase
refrigerat dari uap bertekanan tinggi ke cairan yang bertekanan tinggi atau
dengan kata lain pada kondensor ini terjadi proses kondensasi. Kondensasi
merupakan perbedaan wujud zat dari gas atau uap menjadi zat cair. Kondensasi
uap menjadi cairan adalah lawan dari penguapan (evaporator). Contoh bentuk
kondensasi di lingkungan sekitar adalah uap air di udara yang terkondensasi
secara alami pada permukaan yang dingin dinamakan embun.
Dalam praktikum ini yang pertama-tama dilakukan adalah mengisi
tangki penampung air pendingin sampai overflow. Lalu panaskan tangki
pembangkit uap yang berisi kurang lebih tiga perempat bagian, tunggu hingga
terbentuk uap yang cukup. Selanjutnya mengalirkan uap dengan cara membuka
kran aliran uap. Bersamaan dengan mengalirkan uap alirkan juga air pendingin
dengan cara membuka putaran kran sesuai dengan variabel bukaan kran aliran
air pendingin. Air pendingin dialirkan ke pipa pengembunan dengan variable
bukaan yang diinginkan laju alir yang diinginkan. Setelah itu catat suhu uap
masuk dan keluar, suhu air pendingin masuk dan keluar, laju alir pendingin dan
kondensat setiap selang waktu yang ditentukan serta amati jenis embunnya.
Pada percobaan condensing vapour ini peralatan yang digunakan adalah satu
unit alat condensing vapour, thermometer, stopwatch, beaker glass dan gelas
ukur. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air. Ulangi percobaan dengan
variable bukaan kran letak atau bentuk pipa.
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan koefisien perpindahan panas
dari uap pada pipa pengembunan vertikal dan horizontal dengan menggunakan
persamaan Nusselt, selain itu praktikan dapat mengetahui prinsip kerja dari alat
condensing vapour. Serta dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
pada nilai koefisien perpindahan panas kondensasi.

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 1


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

I.2. Tujuan Percobaan


1. Untuk menentukan koefisien perpindahan panas kondensasi dari uap
pada pipa pengembunan vertikal dan horizontal dengan menggunakan
persamaan Nusselt.
2. Untuk mengetahui prinsip kerja alat condensing vapour
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada nilai koefisien
perpindahan panas kondensasi.

I.3. Manfaat Percobaan


1. Praktikan dapat mengetahui tipe kondensasi yang terjadi pada
perubahan condensing vapour
2. Praktikan dapat mengetahui jenis embun yang terbentuk berdasarkan
posisi pipa pengembunannya (vertikal dan horizontal).
3. Praktikan dapat mengetahui laju alir pendingin dan kondensat yang
terbentuk berdasarkan variasi bukaan kran yang berbeda.

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 2


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Secara Umum


Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud
yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi ketika
uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap
dikompresi (yaitu, tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami
kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Penguapan merupakan contoh dari
perubahan fisika, yaitu perubahan zat yang bersifat sementara, seperti perubahan
wujud, bentuk atau ukuran. Perubahan ini tidak menghasilkan zat baru. Cairan
yang telah terkondensasi dari uap disebut kondensat. Sebuah alat yang digunakan
untuk mengkondensasi uap menjadi cairan disebut kondenser. Kondenser
umumnya adalah sebuah pendingin atau penukar panas yang digunakan untuk
berbagai tujuan, memiliki rancangan yang bervariasi, dan banyak ukurannya dari
yang dapat digenggam sampai yang sangat besar. Pengembunan atau kondensasi
merupakan proses perubahan zat yang melepaskan kalor/ panas. Kondensasi uap
menjadi cairan adalah lawan dari penguapan (evaporasi) dan merupakan proses
eksothermik (melepas panas). Air yang terlihat di luar gelas air yang dingin di hari
yang panas adalah kondensasi. Proses terjadinya pengembunan atau kondensasi
ini adalah saat uap air di udara melalui permukaan yang lebih dingin dari titik
embun uap air, maka uap air ini akan terkondensasi menjadi titik – titik air atau
embun.
(Permata, 2011)

II. 1.1 Jenis-Jenis Kondensasi


Proses kondensasi uap menjadi cairan dan proses penguapan cairan
menjadi uap keduanya melibatkan perubahan fase dari cairan dengan koefisien
perpindahan panas yang besar. Kondensasi terjadi ketika uap jenuh seperti uap air
yang berkontak dengan padatan yang suhu permukaannya lebih rendah dari suhu
jenuh, untuk membentuk cairan seperti air. Biasanya, ketika uap terkondensasi

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 3


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

diatas permukaan seperti pada pipa vertikal atau horizontal atau yang lainnya,
terbentuk sebuah selaput kondensat dan mengalir pada permukaan tersebut karena
dipengaruhi gaya gravitasi. Selaput kondensat tersebut menghambat perpindahan
panas antara permukaan pipa dan uap. Yang demikian itu disebut dengan
kondensasi film (selaput). Jenis lain dari kondensasi adalah kondensasi tetes yang
dapat terjadi dimana tetesan-tetesan kecil terbentuk pada permukaan pipa.
Tetesan-tetesan ini bertambah besar, bergabung, lalu cairan ini mengalir dari
permukaan pipa. Koefisien perpindahan panasnya 5 sampai 10 kali lebih besar
daripada jenis kondensasi film.

(a) (b)
Gambar 1. Kondensasi film pada plate vertikal: (a) peningkatan ketebalan film
dengan posisi, (b) keseimbangan elemen dari kondensat.
(Geankoplis, 1989)

II.1.2 Film Wise Condensation


Pada kondensasi jenis ini kondensat dapat membentuk film secara merata yang
mengalir di atas permukaan pipa karena pengaruh gaya gravitasi. Lapisan ini
berada di antara uap dan dinding pipa. Kondensasi film berlangsung pada tabung
dimana uap maupun tabung tersebut bersih, baik dalam keadaan ada udara
maupun tidak.
Hal ini pertama kali diselidiki oleh Nusselt, dimana dalam analisanya
diasumsikan beberapa hal, yaitu:
1. Panas yang menyertai proses kondensasi hanya panas laten

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 4


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

2. Drainase (timbulnya) film kondensat pada permukaan pipa pendingin terjadi


menurut aliran laminer dan perpindahan panas melalui film kondensat terjadi
secara konduksi.
3. Ketebalan film kondensat adalah fungsi dari kecepatan aliran kondensat pada
permukaan dan jumlah kondensat yang melalui titik tersebut.
4. Kuantitas dari kondensat adalah proporsional dengan kuantitas panas yang
berpindah dan berbanding terbalik dengan ketebalan film dan perbedaan suhu
antara permukaan pipa dan suhu film.
5. Temperatur permukaan pipa dengan temperatur film dianggap konstan.
6. Sifat-sifat fisik kondensat dianggap pada rata-rata temperatur film.
7. Lapisan film tipis sekali sehingga gradien temperatur merupakan fungsi linier.
8. Permukaan pipa kondensat dianggap bersih.
9. Tidak terjadi peristiwa pendinginan kondensat (sub cooling).
Untuk tabung vertikal pada film condensation, teori Nusselt menunjukkan
bahwa kondensasi dan transfer panas di permukaan tabung terjadi
secara konduksi melalui film yang diasumsikan mengalir ke bawah secara
laminer. Ketebalan film sangat dipengaruhi oleh rate kondensasi karena kalor
yang menyertai perubahan fase vapor menjadi film kondensat sangat besar.
Ketebalan film ini bertambah secara kumulatif dari atas ke bawah, sehingga
koefisien kondensasi vapor menjadi semakin kecil. Hal lain yang mempengaruhi
rate aliran film adalah viskositas di mana semakin kecil viskositas maka semakin
tipis pula ketebalan film. Viskositas semua liquid akan menurun dengan kenaikan
suhu.

II.1.3 Drop Wise Condensation


Bila suatu permukaan kondensasi tercemar dengan suatu bahan yang
mencegah kondensat membasahi permukaan, maka uap akan terkondensasi dalam
tetesan-tetesan dan bukan sebagai lapisan kontinyu. Hal ini dikenal sebagai
kondensasi tetes (dropwise condensation). Pada kondensasi tetes, kondensat mula-
mula membentuk inti nukleasi mikroskopik, dimana tempat pembentukan
nukleasi ini biasanya pada lubang-lubang kecil, goresan atau tempelan debu pada

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 5


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

permukaan, kemudian tetes-tetes akan bergabung dengan tetes-tetes yang


berdekatan dan membentuk tetes-tetes yang lebih besar. Selama berlangsung
kondensasi tetes, permukaan tabung yang agak luas ditutupi oleh suatu film zat
cair yang sangat tipis sehingga tahanannya dapat diabaikan, akibatnya koefisien
perpindahan panas sangat besar rata-rata 5-8 kali lebih besar dari pada kondensasi
film.
(Tower, 2011)

II.1.4 Koefisien Perpindahan Panas


1) Kondensasi pada Kondensat Vertikal
Laju dari perpindahan panas air pendingin yang melewati fase uap yang
kemudian pada kondensat akan terbentuk lapisan film, untuk laju dari air
pendingin diberikan persamaan, yaitu :
𝑄 𝑘(𝑡 ′ −𝑡)
= = 𝑘𝑊 ′ = ℎ(𝑡 ′ − 𝑡)
𝐴 𝑦′

Dimana :
k = Panas laten dari penguapan
W’ = Berat kondensat (lbm/hr.ft)
y’ = Tebal dari kondensat film
Sedangkan untuk kondensating vapor diberikan persamaan :
𝑘(𝑡 ′ −𝑡)
𝑊′ = 𝑘 𝑦′

Koefisien perpindahan panas yang melewati lapisan kondensat pada arah x


dari luas permukaan setiap unit persamaan :
𝑄𝑥 /𝐴𝑥 𝑘
ℎ𝑥 = = 𝑦′
𝑡 ′ −𝑡

Substitusi y’ dari persamaan (5)


1 1
𝑘 3 𝜃2 𝑘 𝑔 4 1
ℎ𝑥 = [4 (𝑡 ′ −𝑡)] 𝑥4

Total panas aliran kondensat dari 0 sampai x adalah Qx


𝑥 1 1
𝑘 3 𝜌2  𝑔 4 (𝑡 ′ − 𝑡)𝑑𝑥4
𝑄 = ∫ ℎ𝑥 (𝑡 ′ − 𝑡)𝑑𝑥 = ∫ [ ]
4𝜇(𝑡 ′ − 𝑡) 𝑥
0

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 6


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

3 1
1
44 𝑘 3 𝜃3 𝑘 𝑔 4
= ( ) [(𝑡 ′ − 𝑡)]4
3 

Rata-rata koefisien persamaan di atas adalah


3 1
3 3 1
^ 4 4 𝑘 𝜃 𝑘 𝑔 4
ℎ = (𝑄𝑥 )𝑥 = 𝐿 = ( ) [(𝑡 ′ − 𝑡)]4 /(𝑡 ′ − 𝑡)𝐿
3 
1
^ 𝑘 𝜃 2 𝑘 𝑔 4
ℎ = 0.943 ( )
 𝐿4 𝑡

Keterangan :
hx = Koefisien perpindahan panas
ρ = Densitas (g/cm3)
L = Total panjang pipa (cm)
g = Percepatan gravitasi (cm/s2)
μ = Viskositas (gr/cm.s)
dx = Jarak (cm)
Qx/qx = Laju perpindahan panas
(Modul OTK II, 2016)

Persamaan bilangan Nusselt untuk permukaan vertikal pada aliran laminar adalah
1
ℎ𝐿 𝜌𝑙 (𝜌𝑙 −𝜌𝑣 )𝑔ℎ𝑓𝜃 𝐿3 4
𝑁𝑁𝑢 = = 1.13 [ ] ...........................................................(10)
𝑘𝑙 𝜇𝑙 𝑘𝑙 ∆𝑇

Sedangkan untuk permukaan vertikal pada aliran turbulen yaitu


1
ℎ𝐿 𝑔𝜌𝑙 2 𝐿3 4
𝑁𝑁𝑢 = = 0.0077 [ ] (𝑁𝑅𝑒 )0.4 .....................................................(11)
𝑘𝑙 𝜇𝑙 2

Keterangan :
h = Koefisien heat transfer hf = Koefisien panas laten
L = Total panjang ρl = Densitas liquid
kl = Konduktivitas thermal ρv = Densitas vapor
μl = Viskositas liquid g = Percepatan gravitasi
ΔT = Selisih temperatur
(Geankoplis, 1984)

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 7


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

2) Kondensasi pada Kondensat Horizontal


Pertukaran panas lokal pada tiap saat adalah :
𝑘 1 𝑘 3 𝜃2 𝑘 𝑔
ℎ𝑥 = 𝑦′ = 𝜑 [3 𝑘 (𝑡 ′ −𝑡) 𝑟] ....................................................................... (12)

Rata-rata koefisien perpindahan panas hx dari segment antara x1 dan x2


adalah :
1
𝑥 𝑘 𝑥
ℎ𝑥 ∫𝑥 2 = 𝑚4 (𝑥1 − 𝑥2 ) ∫𝑥 1 𝑑𝑥 /𝜑 ...........................................................
2 2

(13)
Menurut metode grafik sebelumnya, dimana Do adalah diameter luar dari
pipa koefisien perpindahan panas rata-rata dapat dicari dengan :
1
90° 𝑘 3 𝜃2 𝑘 𝑔 3
ℎ𝑥 ∫0° = 0.860 (  𝐷 ) ................................................................... (14)
𝑜 ∆𝑡
1
180° 𝑘 3 𝜃2 𝑘 𝑔 4
ℎ𝑥 ∫90° = 0.589 (  𝐷 ) ..................................................................
𝑜 ∆𝑡

(15)
Dari 0° sampai 180° adalah hanya untuk satu pipa, sedangkan untuk yang
lain sama.
𝑘 3 𝜃 2 𝑘 𝑔
ℎ^ = 0.725 ( ) ...........................................................................(16)
 𝐷𝑜 ∆𝑡

Keterangan :
h^ = Koefisien perpindahan panas
kf = Konstanta panas laten dari penguapan
Фf = Fluks kalor lapisan film
k = Konduktivitas thermal
g = Percepatan gravitasi (cm/s2)
𝜆 = Panas laten
Do = Diameter luar tube (ft)
∆𝑡 = Selisih suhu lapisan film
(Modul OTK II, 2016)

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 8


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

II.1.4 Koefisien Perpindahan Panas


1. Suhu
Tingkat kondensasi meningkat jika suhu gas berkurang
2. Kelembaban
Tingkat kondensasi meningkat jika kelembaban berkurang
3. Luas permukaan
Tingkat kondensasi meningkat jika luas permukaan cairan menurun
4. Angin
Tingkat kondensasi meningkat jika udara tidak bergerak di atas permukaan
cairan
(Fajri, 2013)

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 9


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

II.2. Sifat Bahan


1) Aquadest
A. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : H2O
2. Massa molar : 18,0153 gr/mol
3. Densitas : 0,998 gr/cm3
4. Penampilan : Cairan tak berwarna
B. Sifat Fisika
1. Satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat
secara kovalen pada satu atom oksigen.
2. Memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia.
(Anonim, 2015)

II.3. Hipotesa
Pada praktikum ini, diperkirakan nilai dari koefisien perpindahan panas
dipengaruhi oleh kecepatan alir dan tekanan sehingga dihasilkan tekanan yang
tinggi atau diperoleh nilai koefisien perpindahan panas yang tinggi. Sedangkan
pengaruh kecepatan alir diduga semakin tinggi kecepatan alirannya maka semakin
kecil nilai koefisien perpindahan panas yang didapat.

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 10


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

II.4. Diagram Alir

Isi tangki air pendingin sampai overflow

Panaskan tangki berisi air ¾ bagian, tunggu hingga terbentuk uap

Buka kran aliran uap dan alirkan air pendingin ke pipa pengembunan

Catat suhu uap dan air pendingin serta laju alir pendingin dan kondensat

Ulangi percobaan dengan variasi diameter pipa, letak pipa dan laju alir
(bukaan kran) yang berbeda

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 11


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan yang Digunakan


1. Air
III.2 Alat yang Digunakan
1. Beaker glass
2. Stopwatch
3. Thermometer
4. Gelas ukur
5. Satu unit peralatan condensing vapor
III.3 Gambar Alat

Beaker glass Stopwatch Thermometer Gelas ukur


III.4 Rangkaian Alat

Satu unit peralatan condensing vapor


Praktikum Operasi Teknik Kimia II 12
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

Keterangan :
1. Penampung Air 5A. dan 5B. Kondenser Horizontal
2. Penampung Uap 6. Barometer
3. Bejana Penguap 7. Termometer
4A. dan 4B. Kondenser Vertikal 8. Elemen Pemanas
III.5 Prosedur Percobaan
1. Mengisi tangki penampung air pendingin sampai overflow.
2. Memanaskan tangki pembangkit uap yang berisi air kurang lebih ¾
bagian, tunggu hingga terbentuk uap yang cukup.
3. Selanjutnya mengalirkan uap dengan cara membuka kran aliran uap.
Bersamaan dengan mengalirkan uap, alirkan juga air pendingin dengan
cara membuka pula kran aliran air pendingin ke pipa pengembunan,
dengan variable bukaan kran yang berbeda.
4. Mencatat suhu uap masuk dan keluar, suhu air pendingin masuk dan
keluar.
5. Mencatat pula laju alir pendingin dan kondensat yang terbentuk tiap
selang waktu yang ditentukan dan amati jenis (embun) yang terbentuk.
6. Mengulangi percobaan di atas dengan variasi diameter pipa, letak pipa
(vertikal dan horizontal) dan laju alir fluida yang berbeda (dengan
bukaan/putaran kran (valve) yang berbeda.

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 13


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

IV.1. Tabel Pengamatan


a) Kondensor Vertikal

T air (ᵒC) T kondensat (ᵒC) V Debit (cm3/s)


Bukaan Tekanan V air Waktu
T1 T2 T1 T2 kondensat
Kran (psi) (ml) (s) Air Kondensat
(masuk) (keluar) (masuk) (keluar) (ml)
28 43 110 91 400 50
9 28 44 110 90 400 35
5 80,00 8,67
28 42 110 90 400 45
rata-rata 28,0 43,0 110,0 90,3 400,0 43,3
28 46 111 92 485 48
11 28 45 111 93 450 49
1 5 92,00 10,13
28 47 112 92 445 55
rata-rata 28,0 46,0 111,3 92,3 460,0 50,7
28 49 112 94 490 59
13 28 51 112 94 485 61
5 96,33 12,13
28 50 112 94 470 62
rata-rata 28,0 50,0 112,0 94,0 481,7 60,7
28 43 138 92 610 80
2 9 5 122,33 17,60
28 43 136 91 610 90

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 14


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

28 43 136 90 615 94
rata-rata 28,0 43,0 136,7 91,0 611,7 88,0
28 44 140 91 660 90
11 28 44 140 94 610 130
5 128,00 21,33
28 43 140 93 650 100
rata-rata 28,0 43,7 140,0 92,7 640,0 106,7
28 45 141 95 665 130
13 28 46 142 96 680 120
5 134,67 25,67
28 44 143 96 675 135
rata-rata 28,0 45,0 142,0 95,7 673,3 128,3
28 40 150 90 700 80
9 28 38 149 91 680 85
5 138,33 16,00
28 39 148 90 695 75
rata-rata 28,0 39,0 149,0 90,3 691,7 80,0
28 39 149 91 730 90
11 28 40 148 91 745 95
3 5 148,33 18,00
28 42 150 93 750 85
rata-rata 28,0 40,3 149,0 91,7 741,7 90,0
28 42 150 94 790 125
13 28 42 150 93 760 90
5 155,67 21,67
28 42 150 94 785 110
rata-rata 28,0 42,0 150,0 93,7 778,3 108,3

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 15


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

b) Kondensor Horizontal
T air (ᵒC) T kondensat (ᵒC) V Debit (cm3/s)
Bukaan Tekanan V air Waktu
T1 T2 T1 T2 kondensat
Kran (psi) (ml) (s) Air Kondensat
(masuk) (keluar) (masuk) (keluar) (ml)
29 50 98 73 480 40
9 29 51 98 71 520 35
5 100,67 7,13
29 50 98 73 510 32
rata-rata 29,0 50,3 98,0 72,3 503,3 35,7
29 52 98 75 495 38
11 29 53 98 74 530 39
1 5 104,33 8,13
29 53 98 76 540 45
rata-rata 29,0 52,7 98,0 75,0 521,7 40,7
29 55 99 75 580 38
13 29 56 99 76 565 39
5 114,33 8,13
29 57 99 77 570 45
rata-rata 29,0 56,0 99,0 76,0 571,7 40,7
29 44 100 77 835 47
9 29 46 100 78 820 48
5 165,67 9,47
29 45 100 77 830 47
rata-rata 29,0 45,0 100,0 77,3 828,3 47,3
2
29 47 100 78 850 48
11 29 47 100 78 870 50
5 173,33 9,73
29 46 100 79 880 48
rata-rata 29,0 46,7 100,0 78,3 866,7 48,7

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 16


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

29 49 100 79 890 50
13 29 49 100 79 860 53
5 174,67 10,53
29 48 100 79 870 55
rata-rata 29,0 48,7 100,0 79,0 873,3 52,7
29 43 103 80 890 58
9 29 44 103 79 860 60
5 176,67 11,80
29 44 103 78 900 59
rata-rata 29,0 43,7 103,0 79,0 883,3 59,0
29 46 103 79 930 60
11 29 45 103 80 925 60
3 5 184,33 12,53
29 45 103 80 910 68
rata-rata 29,0 45,3 103,0 79,7 921,7 62,7
29 46 103 80 980 60
13 29 46 103 81 890 65
5 190,67 13,33
29 47 103 82 990 75
rata-rata 29,0 46,3 103,0 81,0 953,3 66,7

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 17


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

IV.2. Tabel Hasil Perhitungan


a) Kondensor Vertikal
T air (ᵒF) T uap (ᵒF) µf kf
Bukaan P ΔTf ρf λf g h
T1 T2 T1 T2 Tf (lbm/ft (Btu/ft2
Kran (psi) (ᵒF) (lbm/ft3) (btu/lbm) (ft/hr2) (Btu/ft2.hr.ᵒF)
(masuk) (keluar) (masuk) (keluar) hr) hr.ᵒF)
9 82,4 109,40 230,0 194,6 169,7 60,30 60,7963 0,9070 996,3800 0,3859 4,169 8,24912
1 11 82,4 114,80 232,4 198,2 173,6 58,80 60,7144 0,8816 994,0400 0,3867 4,169 8,36269
13 82,4 122,00 233,6 201,2 177,8 55,80 60,6262 0,8541 991,5200 0,3876 4,169 8,54242
9 82,4 109,40 278,0 195,8 193,7 84,30 60,2923 0,7502 981,9800 0,3907 4,169 7,96667
2 11 82,4 110,60 284,0 198,8 197,3 86,70 60,2167 0,7267 979,8200 0,3915 4,169 7,97583
13 82,4 113,00 287,6 204,2 200,3 87,30 60,1537 0,7071 978,0200 0,3921 4,169 8,01803
9 82,4 102,20 300,2 194,6 201,2 99,00 60,1348 0,7012 977,4800 0,3922 4,169 7,78647
3 11 82,4 104,60 300,2 197,0 202,4 97,80 60,1096 0,6934 976,7600 0,3925 4,169 7,83274
13 82,4 107,60 302,0 200,6 204,8 97,20 60,0592 0,6777 975,3200 0,3930 4,169 7,89081

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 18


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

b) Kondensor Horizontal
T air (ᵒF) T uap (ᵒF) µf kf
Bukaan P ΔTf ρf λf g h
T1 T2 T1 T2 Tf (lbm/ft (Btu/ft2
Kran (psi) (ᵒF) (lbm/ft3) (btu/lbm) (ft/hr2) (Btu/ft2.hr.ᵒF)
(masuk) (keluar) (masuk) (keluar) hr) hr.ᵒF)
1 9 84,2 122,60 208,4 162,2 165,50 42,90 60,88 0,934 998,90 0,385 4,169 8,913
11 84,2 126,80 208,4 167,0 167,60 40,80 60,84 0,921 997,64 0,386 4,169 9,060
13 84,2 132,80 210,2 168,8 171,50 38,70 60,76 0,895 995,30 0,386 4,169 9,248
2 9 84,2 113,00 212,0 171,2 162,50 49,50 60,95 0,954 1000,70 0,385 4,169 8,553
11 84,2 116,00 212,0 173,0 164,00 48,00 60,92 0,944 999,80 0,385 4,169 8,643
13 84,2 119,60 212,0 174,2 165,80 46,20 60,88 0,933 998,72 0,385 4,169 8,754
3 9 84,2 110,60 217,4 174,2 164,00 53,40 60,92 0,944 999,80 0,385 4,169 8,415
11 84,2 113,60 217,4 175,4 165,50 51,90 60,88 0,934 998,90 0,385 4,169 8,498
13 84,2 115,40 217,4 177,8 166,40 51,00 60,87 0,929 998,36 0,385 4,169 8,550

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 19


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

IV.3. Grafik dan Pembahasan

Tekanan (P) vs Koefisien Perpindahan Panas (h)


pada Kondensor Vertikal
8.60
Koefisien Perpindahan Panas

8.54242
8.40
8.36269
(Btu/ft2hrᵒF)

8.24912
8.20
8.01803
7.96667 7.97583
8.00

7.80 7.89081
7.83274
7.78647
7.60
8 9 10 11 12 13 14
Tekanan (psi)

Bukaan Kran 1 Bukaan Kran 2 bukaan Kran 3

Grafik 1. Hubungan antara Tekanan dengan Koefisien Perpindahan Panas


pada Kondensor Vertikal

Berdasarkan Grafik 1, didapatkan hasil semakin besar tekanan maka


nilai koefisien perpindahan panas (h) kondensor vertikal juga semakin besar.
Besarnya nilai h yang didapatkan juga berbanding lurus dengan suhu air dan
kondensat serta dengan besarnya kecepatan volumetrik uap dan air (berdasarkan
bukaan kran) yang diukur selama interval waktu 5 detik. Nilai h yang paling
tinggi yang didapat yaitu pada bukaan kran 1, lalu bukaan kran 2, dan nilai yang
paling kecil adalah bukaan kran 3. Nilai h yang paling besar didapatkan pada
tekanan 13 psi yaitu untuk bukaan kran 1 sebesar 8,54242; bukaan kran 2 sebesar
8,01803; dan bukaan kran 3 sebesar 7,89081 Btu/ft2.hr.ᵒF.
Dari hasil percobaan didapatkan semakin tinggi tekanan maka semakin
besar temperature kondensasi. Temperatur berpengaruh pada nilai koefisien
perpindahan panas pengembunan yang didapat. Semakin besar temperature, maka
nilai koefisien perpindahan panas pengembunan yang didapat semakin meningkat,
artinya hasil dari percobaan kami telah sesuai dengan teori dari literatur McCabe.
Selama percobaan kondensasi dengan kondensor vertikal ini dapat dilihat bahwa

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 20


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

jenis embun yang terbentuk adalah kondensasi film (filmwise condensation)


karena titik-titik kondensat bergabung menjadi titik-titik yang lebih besar dan
membentuk lapisan secara merata yang mengalir diatas permukaan pipa karena
dipengaruhi gaya gravitasi.

Tekanan (P) vs Koefisien Perpindahan Panas (h)


pada Kondensor Horizontal
9.40
9.248
Koefisien Perpindahan Panas

9.20 9.060

9.00 8.913
(Btu/ft2 hr ᵒF)

8.754
8.80
8.643
8.553
8.60

8.40 8.550
8.498
8.415
8.20
8 9 10 11 12 13 14
Tekanan (psi)

Bukaan Kran 1 Bukaan Kran 2 Bukaan Kran 3

Grafik 2. Hubungan antara Tekanan dengan Koefisien Perpindahan Panas


pada Kondensor Horizontal

Berdasarkan Grafik 2, didapatkan hasil semakin besar tekanan maka


nilai koefisien perpindahan panas (h) kondensor horizontal juga semakin besar.
Besarnya nilai h yang didapatkan juga berbanding lurus dengan suhu air dan
kondensat namun berbanding terbalik dengan besarnya kecepatan volumetrik uap
dan air (berdasarkan bukaan kran) yang diukur selama interval waktu 5 detik.
Nilai h yang paling tinggi yang didapat yaitu pada bukaan kran 1, lalu bukaan
kran 2, dan nilai yang paling kecil adalah bukaan kran 3. Hasil yang didapat
sama dengan saat percobaan menggunakan pipa vertikal. Nilai h yang paling besar
didapatkan pada tekanan 13 psi yaitu untuk bukaan kran 1 sebesar 9,248; bukaan
kran 2 sebesar 8,754; dan bukaan kran 3 sebesar 8,550 Btu/ft2.hr.ᵒF.

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 21


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

Dari hasil percobaan didapatkan semakin tinggi tekanan maka semakin


besar temperature kondensasi. Temperatur berpengaruh pada nilai koefisien
perpindahan panas pengembunan yang didapat. Semakin besar temperature, maka
nilai koefisien perpindahan panas pengembunan yang didapat semakin meningkat,
artinya hasil dari percobaan kami telah sesuai dengan teori dari literatur McCabe.
Selama percobaan kondensasi dengan kondensor vertikal ini dapat dilihat bahwa
jenis embun yang terbentuk adalah kondensasi titik-titik (dropwise condensation)
karena titik-titik kondensat tidak sempat bergabung dengan titik-titik kondensat
yang lain dan membentuk lapisan karena pengaruh gaya gravitasi, sehingga
kondensat turun ke bawah berupa tetesan-tetesan air.
Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien perpindahan panas kondensor
horizontal lebih besar daripada koefisien perpindahan panas kondensor vertikal.
Dan dapat diketahui juga bahwa konstanta panas laten (kf ), massa jenis fluida
(ρf), panas laten pengembunan (λ), dan percepatan gravitasi (g) berbanding lurus
dengan nilai koefisien perpindahan panas (h). Sedangkan perbedaan suhu uap
dengan dinding dalam (∆t), viskositas fluida (µ) berbanding terbalik dengan nilai
nilai koefisien perpindahan panas (h).

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 22


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Jenis embun yang terbentuk pada kondensor vertikal adalah kondensasi
film (filmwise condensation), sedangkan pada kondensor horizontal
adalah kondensasi titik-titik (dropwise condensation).
2. Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien perpindahan panas kondensor
horizontal lebih besar daripada koefisien perpindahan panas kondensor
vertikal.
3. Semakin besar tekanan maka nilai koefisien perpindahan panas (h)
kondensor vertikal dan horizontal juga semakin besar.
4. Semakin besar bukaan kran maka nilai koefisien perpindahan panas (h)
kondensor vertikal dan horizontal juga semakin besar.
5. Semakin besar temperature, maka nilai koefisien perpindahan panas
pengembunan yang didapat semakin meningkat
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien perpindahan panas yaitu
tekanan dan kecepatan volumetrik uap dan air pendingin

V.2 Saran
1. Praktikan diharapkan lebih teliti pada saat mengamati suhu pada
termometer dan mengukur volume air dan kondensat yang keluar agar hasil
percobaan lebih akurat.
2. Praktikan diharapkan tidak berada terlalu dekat dengan tempat keluarnya
kondensat karena suhu kondensat panas.
3. Praktikan disarankan untuk membuka kran secara bersamaan agar
perhitungan interval waktu dan volume air dan kondensat dapat diukur
dengan tepat.

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 23


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. “Air”. (http://id.wikipedia.org/wiki/Air). Diakses pada tanggal 7


September 2016 pukul 18.30 WIB
Anonim. 2016. “Draft Convap”. (http://documents.mx/documents/draft-
convapdocx.html). Diakses pada 20 September 2016 pukul 18.44 WIB.
Geankoplis, Christie J. 1983. “Transport Processes and Unit Operations Second
Edition”. America: Allyn and Bacon Inc.
Modul Operasi Teknik Kimia II. 2016. ”Condensing Vapour”. Surabaya:
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Syaka, Darwin. 2002. “Koefisien Perpindahan Kalor Pengembunan di Dalam Pipa
Horizontal”. (https://repository.ugm.ac.id/32888/1/B5_PROSIDING_
RAPI-2.pdf). diakses pada 20 September 2016 pukul 22.23 WIB
Tower, Toker. 2011. “CV”. (http://tokertower.blogspot.co.id/2011/12/cv.html).
Diakses pada tanggal 20 September 2016 pukul 20.42 WIB.

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 24


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

APPENDIX

A) Kondensor Vertikal
Bukaan Kran 1, P = 9 Psi
L = 44 cm=1,4435 ft
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 400
Q air pendingin = = = 80 ml/s
𝑡 5
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 43,3
Q kondensat = = = 8,67 ml/s
𝑡 5

Suhu uap masuk (T1) = 110 °C = 230 °F


Suhu uap keluar (T2) = 91 °C = 194,2 °F
Suhu air pendingin masuk (T1) = 28 °C = 82.4 °F
Suhu air pendingin keluar (T2) = 43 °C = 109,4 °F
1 1
𝑡𝑓 = 2(𝑇𝑣+𝑇𝑤) = 2(109,4 + 230) = 169,7 °F

∆tf = tf-tw = 169,7 – 109,4 = 60,3 °F


Data dari literatur pada tf = 19,7 °F
 ⍴f = 60,7963 lbm/ft3 (App.14 Mc.Cabe)
 μf = 0,9070 lbm/ft hr (Fig. 14 Kern)
 λf = 996,3800 Btu/lbm (Fig.12 Kern)
 kf = 0.3859 Btu/ft2 hr 0F (Tabel 5 Kern)
 g = 32.174 ft/s2 . 36002 s2/hr2 = 4,169 ft/hr2
Perhitungan nilai koefisien perpindahan panas
𝑘𝑓3 ⍴𝑓 2 𝜆 𝑔 1/4
ħ = 0,943 ( 𝜇𝑓 ∆𝑡𝑓 𝐿
)

0.3859 3 𝑥 60,79632 𝑥 996,3800 𝑥 4,169 1/4


= 0,943 ( )
0,9070 𝑥 60,3 𝑥 1,4435

ħ = 8,24912 Btu/ft2hr°F

B) Kondensor Horizontal
Bukaan Kran 1, P = 9 Psi
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 503,3
Q air pendingin = 𝑡
= 5
= 100,67 ml/s
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 35,7
Q kondensat = 𝑡
= 5
= 8.932 ml/s

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 25


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK II “CONDENSING VAPOUR”

Suhu uap masuk (T1) = 98 °C = 208,4 °F


Suhu uap keluar (T2) = 73 °C = 162,2 °F
Suhu air pendingin masuk (T1) = 29 °C = 84,2 °F
Suhu air pendingin keluar (T2) = 50 °C = 123,2 °F
1 1
𝑡𝑓 = 2(𝑇𝑣+𝑇𝑤) = 2(208,4 +123.2) = 165,5 °F

∆tf = tf-tw = 164.9 – 123.2 = 42,9 °F


Data dari literatur pada tf = 165,5 °F
 ⍴f = 60,88 lbm/ft3 (App.14 Mc.Cabe)
 μf = 0,934 lbm/ft hr (Fig. 14 Kern)
 λf = 998,9 Btu/lbm (Fig.12 Kern)
 kf = 0.385 Btu/ft2 hr 0F (Tabel 5 Kern)
 g = 32.174 ft/s2 . 36002 s2/hr2 = 4,169 ft/hr2
Perhitungan nilai koefisien perpindahan panas
𝑘𝑓3 ⍴𝑓2 𝜆 𝑔 𝟏/𝟒
ħ = 0,725 ( )
𝜆𝐷𝑜𝛥𝑡𝑓

0,38503 𝑥 60,882 𝑥 998,9 𝑥 4,169 1/4


= 0,725 ( )
998,9 𝑥 5 𝑥 42,9

ħ = 8,913 Btu/ft2hr°F

Praktikum Operasi Teknik Kimia II 26


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Anda mungkin juga menyukai