PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
3
Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai
berikut5 :
4
Gambar Mikroskopik Lapisan Retina
5
Gambar Funduskopi Normall
6
luar dan segmen dalam.7 Segmen luar (terdiri dari membran cakram
yang berisi pigmen penglihatan) berhubungan dengan epitel pigmen
retina. Sel epitel pigmen retina akan memfa- gositosis secara terus
menerus membran cakram, sisa metabolisme segmen luar yang telah
difagositosis oleh epitel pigmen retina disebut lipofusin. 4,6,7
7
Gambar Makula Normal
8
reaksi kimia yang mencetuskan proses penglihatan. Setiap sel
fotoreseptor kerucut mengandung rodopsin, yang merupakan suatu
pigmen penglihatan fotosensitif yang terbentuk sewaktu molekul
protein opsin bergabung dengan 11-sis-retinal. Sewaktu foton cahaya
diserap oleh rodopsin, 11-sis-retinal segera mengalami isomerasi
menjadi bentuk all-trans. Rodopsin adalah suatu glikolipid membran
yang separuh terbenam di lempeng membran lapis ganda pada
segmen paling luar fotoreseptor. Penyerapan cahaya puncak oleh
rodopsin terjadi pada panjang gelombang sekitar 500 nm, yang terletak
di daerah biru-hijau pada spektrum cahaya. Penelitian-penelitian
sensitivitas spektrum fotopigmen kerucut memperlihatkan puncak
penyerapan panjang gelombang di 430, 540, dan 575 nm masing-
masing untuk sel kerucut peka biru, hijau, dan merah. Fotopigmen sel
kerucut terdiri dari 11-sis-retinal yang terikat ke berbagai protein opsin. 5
2.3.1 Definisi
9
AMD adalah penyakit degenerasi makula yang biasanya
mengenai individu usia lanjut, yang menghasilkan kehilangan
penglihatan di sentral penglihatan (makula) karena kerusakan retina.
Degenerasi makula dapat menyulitkan untuk membaca atau mengenali
wajah, meskipun penglihatan perifer masih memungkinkan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari.4
2.3.2 Epidemiologi
10
resiko tinggi, seperti large drusen (>125 μm) pada kedua mata.
Perkiraan awal memperlihatkan bahwa 1.75 juta individu yang terkena
AMD setidaknya pada salah satu mata akan meningkat hampir 3 juta
orang pada tahun 2020, berdasarkan Aging Population Demographic
di Amerika Serikat.8
2.3.3 ETIOLOGI
1. Umur
Faktor risiko yang paling berperan pada terjadinya degenerasi
makula adalah umur. Meskipun degenerasi makula dapat terjadi
pada orang muda, penelitian menunjukkan bahwa umur di atas 60
tahun berisiko lebih besar terjadi dibanding dengan orang muda.
Pada orang muda hanya terdapat 2% saja yang menderita
degenerasi makula, tapi risiko ini meningkat 30% pada orang yang
berusia di atas 75 tahun.
2. Genetik
Gen-gen yang tersusun dalam sistem komplemen protein faktor H,
faktor B, dan faktor 3(C3) ditemukan rusak pada orang-orang yang
mengalami degenerasi makula. CFH ikut berpengaruh dalam
11
menghambat respon inflamasi diperantarai melalui C3b (dan
komplemen jalur alternatif) keduanya bertindak sebagai kofaktor
untuk pembelahan C3b menjadi bentuk aktifnya (C3bi) dan melalui
pelemahan komplek aktif yang terbentuk antara C3b dan faktor B.
Faktor komplemen H (gen yang telah bermutasi) dapat dibawa oleh
para keturunan penderita degenerasi makula. CFH terkait dengan
bagian dari sistem kekebalan tubuh yang meregulasi peradangan.
3. Merokok
Tembakau dapat meningkatkan risiko degenerasi makula dua
sampai tiga kali dari orang-orang yang tidak pernah merokok.
Didapatkan pada penelitian bahwa “literatur mengkonfirmasi
adanya hubungan yang kuat antara merokok dan AMD.” Merokok
cenderung memiliki efek toksik pada retina.
4. Ras
Kejadian ARMD eksudatif lima kali lebih sering di kalangan kulit
putih dibandingkan dengan di kalangan kulit hitam. 2,4 Juga ada
perbedaan kehilangan tajam penglihatan pada penderita kulit hitam
dengan kulit putih. Baltimore Eye Survey menemukan 30%
kebutaan bilateral terjadi pada kulit putih, sedangkan pada kulit
hitam tidak ditemui (0%).
5. Riwayat keluarga
Risiko seumur hidup terhadap pertumbuhan degenerasi makula
adalah 50% pada orang-orang yang mempunyai hubungan
keluarga penderita dengan degenerasi makula, dan hanya 12%
pada mereka yang tidak memiliki hubungan dengan degenerasi
makula.
12
7. Paparan terhadap sinar Ultraviolet
Paparan sinar matahari terutama cahaya biru. Ada bukti yang
bertentangan mengenai apakah paparan sinar matahari
memberikan kontribusi bagi pengembangan degenerasi makula.
Sebuah penelitian baru-baru ini dalam British Journal of
Ophthalmology pada 446 subjek menemukan bahwa kontroversi itu
tidak benar. Penelitian lain, bagaimanapun, telah menunjukkan
bahwa sinar ultraviolet dapat menyebabkan AMD.
9. Stress oksidatif
Telah disetujui bahwa oligomer prooksidan melanin dalam lisosom
di epitel pigmen retina (RPE) ikut bertanggung jawab dalam
mengurangi laju fagositosis fotoreseptor segmen batang luar oleh
RPE tersebut.
13
aliran darah. Hiperopia lebih dari 0,75 D dipertimbangkan sebagai
risiko ARMD. Diduga ada hubungan lemah antara hiperopia dan
ARMD awal, tidak pada ARMD yang lanjut.8
Banyak ahli menduga bahwa ekstraksi katarak dapat
meningkatkan risiko ARMD, sebab lensa yang keruh dapat
menghambat kerusakan retina dari cahaya ultraviolet; reaksi
inflamasi pasca-bedah juga dapat mempercepat progresivitas
ARMD.Pada penderita afakia, risiko ARMD dua kali lebih besar
dibanding- kan penderita pseudofakia.8
12. Nutrisi
Mikronutrien diduga ikut berperan dalam ter- jadinya maupun
progresivitas ARMD. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya kadar
mi- kronutrien tertentu yang lebih rendah pada penderita ARMD
dibandingkan dengan bu- kan ARMD. Seddon dkk. menyimpulkan
bahwa diet tinggi karotenoid dapat menu- runkan risiko ARMD
neovaskuler sampai 43% dibandingkan kelompok kontrol. Hanya
beta- karotene dan lutein/zeaxanthin yang mempu- nyai hubungan
paling bermakna.8
Penelitian Eye Disease Case Control Study (ED- CCS) juga
menyebutkan bahwa risiko ARMD neovaskuler akan turun sampai
70% bila ka- dar lutein plasma ≥0,67 μmol/L dibandingkan dengan
kadar lutein plasma ≤0,25 μmol/L.8
Lutein Antioxidant Supplementation Trial (LAST ) melakukan
penelitian tahun 2004 pada 90 orang penderita ARMD atrofikan
berusia re- rata 74,7 tahun selama 1 tahun dengan pem- berian 10
mg lutein non-ester dan kombinasi lutein non-ester 10 mg dengan
anti-oksidan dan vitamin lain. Terlihat peningkatan densi- tas
pigmen makula, perbaikan tajam peng- lihatan sebanyak 5,4 huruf
pada kartu Snellen, perbaikan sensitivitas kontras, dan skotoma.
Sedangkan pada kelompok kontol (plasebo) tidak terdapat
perbaikan.8
2.3.4 Klasifikasi
14
Penyakit ini mencakup spektrum temuan klinis dan patologis
yang luas yang dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok : non-
eksudatif (kering) dan eksudatif (basah). Walaupun kedua tipe ini
bersifat progresif dan biasanya bilateral, manifestasi, prognosis, dan
penatalaksanaannya berbeda. Bentuk eksudatif yang lebih berat
merupakan penyebab hampir 90% dari semua kasus akibat AMD. 5
15
teratur, pasien diberi Amsler grid untuk membantu memantau dan
melaporkan setiap perubahan simtomatik yang terjadi. 1,5
16
irreversible dalam selang waktu yang bervariasi. Retina sensorik
mungkin rusak akibat edema kronik, pelepasan, atau perdarahan di
bawahnya. Selain itu, pelepasan retina hemoragik dapat mengalami
metaplasia fibrosa sehingga terbentuk suatu massa subretina yang
disebut jaringan parut disiformis. Massa fibrovaskular yang meninggi
dan ukurannya yang bervariasi ini mencerminkan stadium akhir AMD
eksudatif. Massa ini menimbulkan gangguan penglihatan sentral yang
permanen.1,5
17
Gambar Drusen pada ARMD non Eksudatif
18
Gambar Skotoma Sentral pada Pasien dengan ARMD
2.3.6 Diagnosis
19
Selain pemeriksaan klinis melihat gambaran fundus, pemeriksaan
lain adalah dengan kartu Amsler (Amsler grid), foto fundus dengan
fun- dus fluorescein angiography (FFA), indocyanine green
angiography (ICGA) dan optical coher- ence tomography (OCT).8
1. Funduskopi
2. Kartu Amsler
20
kebocoran fluoresin sehingga batasnya menjadi kabur, (b) CNV
Tersamar (Occult): pada fase lambat terlihat gambaran hiperflo-
resin granular dengan batas tidak tegas, (c) Predominan klasik:
lesi klasik lebih dari 50% dibandingkan dengan tipe tersamar, dan
(d) Minimal klasik: lesi klasik kurang dari 50% dibandingkan
dengan tipe tersamar.8
21
2.3.7 Diagnosis Banding
6
Diagnosis banding untuk AMD tipe non-eksudatif :
Miopia tinggi
Ruptur khoroid traumatik
Kerusakan membran Bruch (drusen saraf optik, tumor khoroid,
scar fotokoagulasi)
Makroneurisma
Vaskulopati khoroid polipoid
Khorioretinopati serous sentral
Kasus inflamasi
Tumor kecil seperti melanoma khoroid
2.3.8 Penatalaksanaan
22
Tidak ada terapi khusus untuk AMD tipe noneksudatif.
Penglihatan dimaksimalkan dengan alat bantu penglihatan termasuk
alat pembesar dan teleskop. Pasien diyakinkan bahwa meskipun
penglihatan sentral menghilang, penyakit ini tidak menyebabkan
hilangnya penglihatan perifer. Ini penting karena sebagian besar
pasien takut mereka akan menjadi buta total. 3,7
1. Fotokoagulasi laser
Laser argon hijau atau kripton merah dapat digunakan; laser kripton
merah lebih sedikit diabsorpsi oleh pigmen xantofil dibandingkan
laser argon hijau, sehingga memungkinkan dilakukan lebih dekat
dengan daerah sentral fovea. Besarnya spot adalah 100-200 μm
de- ngan durasi 0,1-0,5 detik.8 Menurut Macular Photocoagulation
Study (MPS) penderita yang akan menjalani laser dibagi dalam 3
kelompok:
23
menimbulkan panas dan zat aktif hanya bekerja pada jaringan
CNV. Hal ini karena vertoporfin berikatan dengan low density
lipoprotein (LDL) yang banyak terdapat pada sel endotel pembuluh
darah yang sedang berproliferasi.8
4. Terapi anti-angiogenesis
24
dan dapat pula dikombinasikan setelah PDT.
5. Radiasi
Pembedahan
a. Translokasi makula
b. Transplantasi EPR
25
Pendidikan dan Rehabilitasi
2.3.9 Prognosis
26
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?
id=&iddtl=983&idktg=16&idobat=&UID=20070306192649125.162.2
Medika. 2000.
6) Cohen J. The wills Eye Manual, 3 rd Ed. Chapter 12. Philadelphia,
College. 1999.
7) Liesegang TJ., Skuta GL., Cantor LB., Retina and Vitreous. Basic
27
Ophthalmology; 2015. Available at: www.aao.org/ppp.
28