Lapsus DM DR - Prahas Fix
Lapsus DM DR - Prahas Fix
Disusun oleh :
Alnia Rindang Khoirunisya
30101306863
Pembimbing :
dr. Prahastya M.Sc, Sp.PD
Pembimbing
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 53 Tahun
Alamat : Rejomulyo Rt.004/I, Magelung, Kab. Kendal
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status : Menikah
No. RM : 53-68-56
Tanggal masuk : 18 Mei 2017
Tanggal periksa : 18 Mei 2017
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 18 Mei 2017 pukul 21.00 WIB di bangsal
Dahlia 2 RSUD Tugurejo secara autoanamnesis dan alloanamnesis
A. Keluhan utama : Nyeri pada tangan kiri post amputasi
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada tangan sebelah kiri post amputasi, nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul. Nyeri bertambah berat
apabila tangan digerakkan dan nyeri dirasakan berkurang apabila digunakan
untuk berbaring. Nyeri menetap dibagian tangan yang sebelah kiri yang post
amputasi dan tidak menjalar ke bagian lain. Pasien tampak lemas, pusing
berputar dan bicaranya pelo selama 3 hari setelah meminum obat.
Kedua kaki pasien bengkak selama 1 minggu, tidak bisa diangkat,
hanya bisa digeser. Pasien juga mengeluh perut di bagian bawah nyeri dan
sering mual tapi tidak muntah. Pasien juga mengeluh tidak bisa buang air
kecil selama 3 minggu. Pasien merasa penglihatan buram.
E. Riwayat Pribadi
Kebiasaan konsumsi makan manis : disangkal
Kebiasaan konsumsi kopi : disangkal
Kebiasaan konsumsi obat-obatan : disangkal
Kebiasaan olahraga : disangkal
Kebiasaan minum bersoda : disangkal
G. Anamnesis Sistem
Keluhan utama Nyeri pada tangan kiri post amputasi
Sistem Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-), badan
muskuloskelet lemes (+)
al
D. Status Internus
1. Kulit : sianosis (-)
2. Kepala : kesan mesocephal
3. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek pupil direct
(-/-), reflek pupil indirect (+/+), edem palpebral (-/-), pupil
isokor (2,5 mm/ 2,5 mm)
4. Telinga : serumen (-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-)
5. Hidung : nafas cuping hidung (-), deformitas (-), secret (-)
6. Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-)
7. Leher : pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan tragus (-), otot bantu
pernapasan (-), pembesaran tiroid (-)
8. Thoraks :
Jenis pernafasan: Abdominal, simetris, retraksi supraternal (-), retraksi
intercostalis (-), sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah bening
aksilla (-)
a. Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
- Batas atas jatung : ICS II linea parasternal sinistra
- Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
- Batas kiri bawah jantung : ICS V linea mid clavicula sinistra
- Batas kanan bawah jantung : ICS V linea sternalis dextra
Auskultasi : suara jantung I dan II murni, bising jantung (-), gallop (-)
b. Pulmo
Dextra Sinistra
Pulmo Depan
Inspeksi
Bentuk dada Normal Normal
Hemitohorax Simetris, Simetris,
Warna Sama seperti kulit Sama seperti kulit
sekitar sekitar
Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem fremitus Normal Normal
Perkusi Sonor seluruh lapang Sonor seluruh lapang
paru paru
Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara
tambahan (-) (-)
- Wheezing (-) (-)
- Ronki kasar (-) (-)
- RBH (-) (-)
- Stridor
Pulmo Belakang
Inspeksi
Bentuk dada Normal Normal
Hemitohorax Simetris, statis, Simetris, statis,
Warna dinamis dinamis
Sama seperti kulit Sama seperti kulit
sekitar sekitar
Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem fremitus Normal Normal
Perkusi Sonor seluruh lapang Sonor seluruh lapang
paru paru
Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara
tambahan (-) (-)
- Wheezing (-) (-)
- Ronki kasar (-) (-)
- RBH (-) (-)
- Stridor
Tampak pulmo anterior Tampak pulmo posterior
Suara dasar
vesikuler
9. Abdomen
Inspeksi : permukaan datar, distensi (-), warna sama seperti kulit
sekitar, spider nevi (-), caput medusa (-) , umbilicus
cembung (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal 15 x/mnt
Perkusi :
Timpani Timpani timpani
Ektremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Oedem -/- +/+
Sianosis -/- -/-
Capillary Refill >2 detik / >2 detik >2 detik / >2 detik
Gerak Terbatas Terbatas
2. Hipertensi stage II
Assessment
Etiologi
Hipertensi sekunder
Factor resiko
Kurangnya aktivitas fisik
Diabetes mellitus
Komplikasi
Penyakit ginjal kronis
Retinopati hipertensi
Initial plan
IP Dx
- Pengukuran tekanan darah serial
- EKG
- Funduskopi
- USG ginjal
IP Tx
- Irbesartan tab 300 mg 1x1
IP Mx
- Monitoring KU dan TTV
IP Ex
- diet rendah garam
- Minum obat secara rutin, edukasi efek samping obat
A DM
Hipertensi
AKI
Retensi Urin
P Infus
NaCl 10 tpm
Injeksi
furosemid 20 mg 4x1
ceftriaxon 1 gr 2x1
metilprednisolon 125 mg 4x1
dipenhidramin 10 mg 2x1
Oral
asam folat 1 mg 2x1
cetirizine tab 10 mg 1x1
calcium carbonas 2x1
kalitake @20 3x1
Tanggal Follow Up
20/05/17 S Badan gatal, nyeri perut bawah
O KU : cukup
TD : 158/88 mmHg
Nadi : 94 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,6 oC
Kepala : mecochepal
Mata : dbn
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Pekak alih (-), pekak sisi(-),shifting
dullnes (-), nyeri (+)
Ekstremitas : edem tungkai D et S
A DM
Hipertensi
AKI
Retensi Urin
P Infus
NaCl 10 tpm
Injeksi
furosemid 20 mg 4x1
ceftriaxon 1 gr 2x1
metilprednisolon 125 mg 4x1
dipenhidramin 10 mg 2x1
Oral
asam folat 1 mg 2x1
cetirizine tab 10 mg 1x1
calcium carbonas 2x1
kalitake @20 3x1
Tanggal Follow Up
22/05/17 S Nyeri perut dan pinggang, kesemutan
O KU : cukup
TD : 156/74 mmHg
Nadi : 64 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,7 oC
Kepala : mecochepal
Mata : dbn
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Pekak alih (-), pekak sisi(-),shifting
dullnes (-), nyeri ketok costovertebra (+)
A DM
Hipertensi
AKI
Retensi Urin
P Infus
NaCl 10 tpm
RL + KcL 1 flsh 20 tpm
Injeksi
furosemid 20 mg 1x1
ceftriaxon 1 gr 2x1
metilprednisolon 125 mg 1x1/4
dipenhidramin 10 mg 2x1
Oral
asam folat 1 mg 2x1
cetirizine tab 10 mg 1x1
calcium carbonas 2x1
kalitake @20 3x1
irbesartan 1x300
gliquidon 1x30
KSR 1x1
Tanggal Follow Up
23/05/17 S Nyeri perut, mata terasa kabur
O KU : cukup
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,6 oC
Kepala : mecochepal
Mata : dbn
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Pekak alih (-), pekak sisi(-),shifting
dullnes (-), nyeri ketok costovertebra (+)
A DM
Hipertensi
AKI
Retensi Urin
P Injeksi
furosemid 20 mg 1x1
ceftriaxon 1 gr 2x1
Oral
asam folat 1 mg 2x1
irbesartan 300 mg tab 1x1
calcium carbonas 2x1
KSR 1x1
Gliquidone 2x30 mg
Adalat oros 1-30
Tanggal Follow Up
24/05/17 S Pipis harus mengejan, nyeri perut berkurang
O KU : cukup
TD : 160/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 21 x/menit
T : 36,7 oC
Kepala : mecochepal
Mata : dbn
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Pekak alih (-), pekak sisi(-),shifting
dullnes (-), nyeri (+)
GDS : 246
A DM
Hipertensi
AKI
Retensi Urin
P Injeksi
furosemid 20 mg 1x1
ceftriaxon 1 gr 2x1
Oral
asam folat 1 mg 2x1
calcium carbonas 2x1
irbesartan 300 mg tab 1x1
gliquidone tab 1x1
KSR 1x1
Adalat oros 30 mg tab 1x1
Tanggal Follow Up
26/05/17 S Susah BAK, nyeri perut dan tangan
O KU : cukup
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,6 oC
Kepala : mecochepal
Mata : dbn
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Pekak alih (-), pekak sisi(-),shifting
dullnes (-), nyeri (+)
A DM
Hipertensi
AKI
Retensi Urin
P Infus
RL + KcL 2 flsh 20 tpm
Injeksi
furosemid 20 mg 1x1 amp
ceftriaxon 1 gr 2x1 vial
Oral
asam folat 1 mg 2x1
irbesartan 300 mg tab 1x1
KSR 2x1
Gliquidone tab 30 g 2x1
calcium carbonas 2x1
adalat oros 30 mg tab 1x1
harnal ocas 0,4 mg 1x1
Tanggal Follow Up
27/05/17 S Nyeri berkurang, BAK susah, badan lemas
O KU : cukup
TD : 150/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,7 oC
Kepala : mecochepal
Mata : dbn
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Pekak alih (-), pekak sisi(-),shifting
dullnes (-), nyeri ketok costovertebra (+)
GDS 264
A DM
Hipertensi
Retensi Urin
P Infus
RL 20 tpm
Injeksi
ceftriaxon 1 gr 2x1 vial
Oral
asam folat 1 mg 2x1
calcium carbonas 2x1
irbesartan 1x300
gliquidon 1x30
KSR 1x1
Harnal ocas 0,4 mg box 1x1
Adalat oros 30 mg tab 1x1
Tanggal Follow Up
29/05/17 S Nyeri berkurang, susah BAK
O KU : cukup
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,6 oC
Kepala : mecochepal
Mata : dbn
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Pekak alih (-), pekak sisi(-),shifting
dullnes (-), nyeri ketok costovertebra (-)
GDS 280
A DM
Hipertensi
Retensi Urin
P Infus
NaCl 10 tpm
Injeksi
ceftriaxon 1 gr 2x1 08.00
Oral
asam folat 1 mg 2x1
irbesartan 300 mg tab 1x1
gliquidone tab 30 mg 2x1
KSR 2x1
Harnal ocas 0,4 mg box 1x1
calcium carbonas 2x1
adalat oros 30 mg tab1x1
proglitazone 1x1
PCT 3-1
Cefixim 2.100
Tanggal Follow Up
30/05/17 S Keluhan (-), susah BAK
O KU : cukup
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,1 oC
Kepala : mecochepal
Mata : dbn
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Pekak alih (-), pekak sisi(-),shifting
dullnes (-), nyeri ketok costovertebra (-)
A DM
Hipertensi
Retensi Urin
P Infus
NaCl 10 tpm
Injeksi
ceftriaxon 1 gr 2x1 08.00
Oral
asam folat 1 mg 2x1
irbesartan 300 mg tab 1x1
gliquidone tab 30 mg 2x1
KSR 2x1
Harnal ocas 0,4 mg box 1x1
calcium carbonas 2x1
adalat oros 30 mg tab1x1
pioglitazone 1x1
PCT 3-1
Cefixim 2-100
PEMBAHASAN
2. Etiologi
DM tipe II disebabkan oleh kesalahan dalam menggunakan insulin. Peran
insulin dalam tubuh digunakan untuk memindahkan glukosa ke dalam sel tubuh
untuk disimpan dan digunakan dalam bentuk energi. Dalam keadaan ini penderita
DM tipe II tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif yaitu dapat memproduksi
insulin namun insulin kurang atau mampu memproduksi insulin tetapi tidak mampu
menggunakan insulin, keadaan ini dinamakan resistensi insulin. 21
Resistensi insulin terjadi akibat defek PI-3 kinase (Phosphatidyl Inocytol) yang
menyebabkan terjadinya reduktasi translokasi dari GLUT-4 (Glukose Transporter) ke
membran plasma untuk mengangkut insulin. Akibatnya insulin tidak dapat diangkut
ke dalam sel dan tidak dapat digunakan untuk metabolisme sel sehingga glukosa
dalam darah meningkat dan menyebabkan hiperglikemi.23 Selain itu obesitas juga
dapat mengakibatkan resistensi insulin dengan jalan meningkatkan asam lemak
bebas yang menganggu penggunaan glukosa pada jaringan otot, merangsang
produksi dan gangguan fungsi sel β pankreas.24
4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik DM tipe II sering dikaitkan dengan konsekuensi metabolik
berupa defisiensi insulin. Keadaan ini menyebabkan tidak dapat mempertahankan
kadar glukosa puasa dalam keadaan normal atau toleransi glukosa setelah
mengkonsumsi karbohidrat yang mengakibatkan hiperglikemia. Hiperglikemia berat
ini akam mempengaruhi ambang ginjal sehingga terjadi glikosuria. Keadaan
glikosuria ini menyebabkan peningkatan diuresis osmotic sehingga terjadi
peningkatan ekskresi urin (poliuria) dan ambang rasa haus yang meningkat
(polidipsia). Hilangnya glukosa bersama urin menyebabkan kehilangan kalori yang
cukup besar sehingga menyebabkan rasa lapar yang berlebihan (polifagia). Selain
itu penderita DM tipe II sering cepat mengantuk setelah mengkonsumsi
karbohidrat.25
Gejala DM tipe II berjalan secara perlahan lahan dan sering tanpa disadari
penderita DM tipe II. Gejala permulaan sering dirasakan cepat lelah, merasa tidak fit,
mudah lapar, sering buang air kecil dan mudah lelah tanpa diketahui penyebabnya.
Selain itu penderita DM tipe II juga sering mengalami penglihatan kabur, luka yang
susah untuk sembuh, infeksi jamur di daerah genitalia, impotensi pada laki laki dan
kaki terasa keras pada waktu berjalan. Kemudian sering disertai gangguan pada
multipel organ seperti timbulnya manifestasi pada kulit dan peningkatan kadar profil
lipid yang memicu adanya dislipidemia pada penderita DM tipe II yang memicu
penyakit kardiovaskuler.25
5. Diagnosis
a. Anamnesis
Penegakan diagnosis dilakukan dengan adanya 3 gejala klasik DM tipe II:
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik penderita DM tipe II sering tidak ditemukan gambaran
khas. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi pengukuran tinggi badan dan berat
badan, pengukuran tekanan darah termasuk tekanan darah posisi berdiri dan tidur
untuk mengetahui kemungkinan hipotensi ortostatis. Pemeriksaan palpasi nadi,
pemeriksaan kulit apakah ditemukan acantosis nigricans dan bekas penyuntikan
insulin, apakah ditemukan kelainan neuropati dan kelainan kulit akibat komplikasi
mikrovaskuler DM tipe II. Dan perlu dilakukan pemeriksaan neurologis. 26
c. Pemeriksaan Penunjang
Untuk penegakan diagnosis DM tipe II yaitu dengan pemeriksaan glukosa
darah dan pemeriksaan glukosa peroral (TTGO). Sedangkan untuk membedakan
DM tipe II dan DM tipe I dengan pemeriksaan C-peptide.27
Pemeriksaan HbA1c
Penegakan Diagnosis
Untuk penegakan diagnosis dan klasifikasi terdapat dua indeks tambahan, yang
dapat dibagi atas 2 bagian :
a) Mikroangiopati
Komplikasi mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang
menyerang kapiler, arteriola retina (retinopati diabetik), glomerolus ginjal
(nefropati diabetik), dan saraf perifer (neuropati diabetik) dan lesi pada otot
serta kulit. Lesi ini ditandai dengan adanya penimbunan glikoprotein dan
senyawa kimia membran dasar berasal dari glukosa maka hiperglikemia
menyebabkan bertambahnya kecepatan pembentukan sel-sel membran
dasar. Manifestasi mikroangiopati timbul 15- 20 tahun sesudah awitan DM
tipe II.33Faktor yang mempengaruhi tingkat komplikasi mikroangiopati adalah
hipertensi, jenis kelamin, umur, kadar insulin serum, kadar lipid serum,
macam pengobatan, merokok, permeabilitas dan fragilitas kapiler. 32
b) Makroangiopati
Komplikasi makroangiopati terdiri dari penyakit jantung koroner, stroke
dan penyakit vaskuler perifer. Komplikasi makroangiopati atau penyakit
vaskuler diabetik merupakan penyebab utama morbilitas dan mortalitas pada
DM Tipe II. Ada dua teori mengenai terjadinya komplikasi kronik. Teori
pertama adalah hipotesis genetik metabolik yang menyatakan komplikasi
kronik merupakan akibat kelainan metabolik pada penderita diabetes
melitus.32
Makroangiopati diabetikum memliki gambaran serupa aterosklerosis.
Penyakit ini diakibatkan oleh reaksi biokimia yang disebabkan oleh
insufisiensi insulin. Reaksi biokimia ini berupa penimbunan sorbitol pada
tunika intima vaskuler, hiperlipoproteinemia dan kelainan pembekuan darah.
Pada akhirnya kelainan makroangiopati ini menyebabkan penyumbatan
vaskuler. Jika mengenai pada arteri perifer akan menyebabkan insufisiensi
aliran perifer dan gangren pada ekstremitas serta adanya insufisiensi serebral
dan stroke. Jika mengenai arteri koronaria dan aorta menyebabkan timbulnya
infark miokard.33
Faktor yang berpengaruh pada makroangiopati adalah hipertensi,
hiperlipidemia, hiperinsulinemia, neuropati, viskositas darah meningkat, efek
metabolik defisiensi insulin. 32
4. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan
1. Jangka pendek : menghilangkan keluhan dan tanda diabetes dengan
memberikan rasa nyaman dan mencapai target pengendalian glukosa.
2. Jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas komplikasi
diabetes melitus. 34
Pilar penatalaksaan
Pilar penatalaksanaan DM tipe II pada lini pertama dilakukan dengan
pengaturan pola makan, latihan jasmani dalam 2-4 minggu. Pada lini kedua apabila
kadar glukosa belum mencapai target dilakukan terapi farmakologi dengan obat
Hiperglikemik Oral (OHO). Dan lini terakhir dengan pemberian suntik insulin, namun
dalam keadaan dekompensasi metabolik dapat langsung diberikan terapi insulin. 34
b. Insulin
Insulin digunakan pada pasien yang tidak dapat dikendalikan dengan
kombinasi sulfonylurea dan metformin.10 Untuk memenuhi kebutuhan insulin
basal digunakan insulin kerja menengah (Intermediete Acting Insulin) atau
Long Acting Insulin. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan insulin prandial
digunakan insulin kerja cepat (Short Acting Insulin) atau Rapid Acting
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, Aru W. Setyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Dkk. 2014.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam . Jilid II. Edisi VI. Jakarta: Balai Pustaka FKUI..
1. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
2. Chris tanto, dkk. 2014. Kapita Selekta. Jilid II. Edisi IV. Jakarta Balai Pustaka
FKUI.