Profil Contoh
Profil Contoh
BAB I
PENDAHULUAN
Program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai
berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Target Pemerintah yang kini terus dikejar bangsa Indonesia adalah Millenium Development
Goals (MDG’s), yaitu program dunia yang menjadi acuan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu
negara yang memfokuskan diri pada upaya peningkatan taraf kesehatan masyarakat perlu
dukungan dari berbagai pihak terkait.
Profil Kesehatan Puskesmas dibuat dalam rangka sebagai sarana penyedia data dan
informasi dalam rangka evaluasi tahunan kegiatan – kegiatan dan pemantapan pencapaian program
untuk mencapai Millenium Development Goals (MDG’s). Adapun Profil Puskesmas Sekaran
mencakup tentang data penduduk dan keadaan umum daerah, tenaga kesehatan, sarana
kesehatan, sarana obat, sarana lingkungan, serta pencapaian hasil upaya dibidang kesehatan.
Bab I : Pendahuluan
Bab VI : Penutup
Lampiran tabel SPM dan potret Kegiatan Pelayanan di UPT Puskesmas Sekaran.
BAB II
GAMBAR .1
PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2013
B. KEADAAN PENDIDIKAN
Kemampuan baca-tulis penduduk tercermin dari Angka Melek Huruf, yaitu persentase
penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau
huruf lainnya. Persentase penduduk yang dapat membaca huruf latin pada tahun
2013 sebesar 90,67 %.
Pada tahun 2013, persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tidak/belum
pernah bersekolah sebesar 5.596. Sedangkan yang tidak/belum tamat SD/MI
sebesar 7.312 orang, Tamat SD/MI, sebesar 7.040 orang, tamat SLTP/MTs,
sebesar 7.477 orang, tamat SMU/SMK sebesar 5.513 orang, tamat
Akademi/Universitas. Selebihnya, sebesar 1.078 orang.
Secara umum Angka Partisipasi Sekolah (APS) perempuan lebih besar dibanding APS
laki-laki pada kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun. Sementara pada kelompok
umur 16-18 tahun, APS laki-laki lebih tinggi dibanding APS perempuan. Sedangkan dari
segi tempat tinggal, Hal ini terjadi untuk semua kelompok umur, baik pada laki-laki
maupun pada perempuan.
Di Wilayah Puskesmas Sekaran Dilihat dari segi jenis kelamin, ijazah/STTB yang
dimiliki oleh penduduk laki-laki ternyata masih lebih baik bila dibanding yang dimiliki
perempuan. Hal ini dapat dilihat dari persentase penduduk yang mempunyai ijazah
SMU/SMK atau lebih tinggi pada laki-laki sebesar 23,72% dan pada perempuan
sebesar 17,71%. Sementara bila dilihat dari segi tempat tinggal, ijazah/STTB setingkat
SMU/SMK atau lebih tinggi yang dimiliki penduduk yang tinggal di perkotaan lebih tiga
kali lipat daripada yang dimiliki oleh mereka yang tinggal di perdesaan (33,89%
berbanding 10,46%). Rincian persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut tipe
daerah, jenis kelamin, dan status pendidikan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4
dan gambar 2 dibawah ini.
Gambar 1.2
PENDUDUK LAKI + PEREMPUAN 10 TAHUN KEATAS
YANG MELEK HURUF
C. KEADAAN LINGKUNGAN
1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu
rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai
rumah tidak terbuat dari tanah.
Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan Puskesmas Sekaran,
prosentase rumah sehat sebesar 60,02 % dari 15.164 ( 100 % ) rumah yang diperiksa. Atau
rumah sehat sebesar 9.870 dari seluruh rumah yang ada 15.164. Sedangkan target dari
MDG’s sebear 80,00 %. Dari data tersebut, rentang cakupan mulai 14,0217,90 ( Desa Jugo )
sampai cakupan tertinggi 77,27 ( Desa Siman )
Dapat dilihat di tabel 62
2. Tempat-Tempat Umum
Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air kemasan, air isi
ulang, ledeng meteran, ledeng eceran, pompa sumur terlindung, mata air tidak terlindung, air
sungai, air hujan dan lainnya. Dari jumlah keluarga yang ada sebanyak 10.809 yang diperiksa
sebanyak 10.759 sedangkan yang dapat mengakses air bersih sebanyak 10.759 Keluarga dengan
rincaian berturut-turut yang terbanyak menggunakan ledeng meteran 2.422 diikuti air isi ulang 293
sisanya adalah SPT air kemasan, lain-lain 977 . (Tabel 65)
Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi persediaan air bersih
( PAB ), jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah. Dari 15.164 KK yang ada, tidak
semuanya bisa diperiksa karena keterbatasan sumber daya yang ada. Selain itu, jumlah KK yang
diperiksa berbeda untuk setiap jenis pemeriksaan : PAB, jamban, tempat sampah atau PAL.
Semestinya, pemeriksaan dilakukan satu kali untuk semua jenis sarana sanitasi dasar.
Untuk PAB, jumlah KK yang diperiksa sebesar 15.164 buah dan KK yang memiliki sebanyak
15.164 ( 100 % ) buah. Untuk jamban, jumlah KK diperiksa sebanyak 15.164 dan yang memiliki
sebanyak 15.164 ( 100 % ). Untuk tempat sampah, jumlah KK yang diperiksa sebanyak 0 dan yang
memiliki sebanyak ( 0% ), sedangkan untuk PAL, jumlah KK yang diperiksa sebanyak 15.164 dan
yang memiliki PAL sebanyak 15.164 ( 100 % )
2. ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari sisi /
aspek gizi ( kolostrum yang mengandung imunoglobin A/IgA, whei-casein, decosahexanoic/DHA
dan arachidonic/AA dengan komposisi sesuai), aspek imunologik ( selain IgA, terdapat laktoferin,
lysosim dan 3 jenis leucosit yaitu brochus-associated lymphocyte/BALT, Gut associated lymphocyte
tissue/MALT serta faktor bifidus), aspek psikologik ( interakasi dan kasih saying antara anak dan ibu
), aspek kecerdasan, aspek neurologik ( aktifitas menyerap ASI bermanfaat pada koordinasi syaraf
bayi ), aspek ekonomik serta aspek penundaan kehamilan ( metode amemorea laktasi/MALT ).
Selain aspek-aspek tersebut, dengan ASI juga dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi
secara mendadak ( Sudden infant death syndrome / SIDS ).
3. Posyandu
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat bebagai
upaya dilakukan dengan memanfatkan potensi dan sumberdaya yang ada di masyarakat. Posyandu
merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Manusia ( UKBM ) yang paling
dikenal oleh masyarakat, posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas. Posyandu
dikelompokkan menjadi 4 strata. Posyandu purnama yaitu posyandu dengan cakupan 5 program
atau lebih dengan melaksanakan kegiatan 8 kali atau lebih pertahun. Untuk target posyandu
purnama dan mandiri (PURI) nasional adalah 100 %, sementara itu rata-rata pencapaian di
Puskesmas Sekaran yang Posyandu Purnama 40 Posyandu ( 73,5 % ) dari seluruh jumlah
Posyandu 57 Posyandu sedangankan Madya 17 ( 26,5 % ) dari total jumlah Posyandu.
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
MORTALITAS
kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat
digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program
pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan
Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena
sebagian besar kematian terjadi dirumah, sedangkan data kematian pada fasilitas pelayanan
kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia berasal
dari berbagai sumber yaitu sensus penduduk, Surkesnas/Susenas dan Survey Demografi dan
Dalam beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup besar,
AKB menurut hasil Surkesnas/Susenas berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 kematian per
1.000 kelahiran hidup, tahun 2002 menjadi 45 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk Propinsi Jawa Timur
Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2004 sebesar 39 per 1.000 kelahiran hidup dan di
Kabupaten Lamongan pada tahun 2005 sebesar 9 per 1.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2013 ini di wilayah Puskesmas Sekaran jumlah kematian bayi sebanyak 8 bayi,
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan
faktor yang paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksebilitas dan pelayanan
kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan
tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurut AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi
gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.
AKABA berdasarkan estimasi SUPAS 1995 menunjukkan penurunan dari 64,28 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 1998 menjadi 44,71 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Selain
itu, tingkat kematian anak balita laki-laki lebih besar daripada tingkat kematian anak balita
perempuan.
Berdasarkan estimasi Susenas, AKABA di Indonesia yang pada tahun 1995 sebesar 73 per 1.000
kelahiran hidup, turun menjadi 64 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1998. Ternyata pada tahun
2001 AKABA tersebut tidak mengalami perubahan yaitu tetap 64 per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini
diperkirakan karena menurunnya akses terhadap pelayanan kesehatan, salah satunya sebagai
akibat dari krisis ekonomi. Hasil SDKI menyatakan bahwa AKABA pada tahun 2002-2003 telah turun
menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2002-2003 provinsi dengan AKABA terendah
adalah Bali (19 per 1.000 kelahiran hidup), DI Yogyakarta (23 per 1.000 kelahiran hidup), dan
Sulawesi Utara (33 per 1.000 kelahiran hidup). Sedangkan AKABA tertinggi di Nusa Tenggara Barat
(103 per 1.000 kelahiran hidup), Gorontalo (97 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Tenggara
Angka Kematian Ibu (AKI) diperoleh berbagai survey yang dilakukan secara khusus. Dengan
dilaksanakannya Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi lebih luas dibanding survey
sebelumnya.
Untuk melihat kecenderungan AKI di Indonesia secara konsisten digunakan data hasil
SKRT, AKI menurun 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi
menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada tahun 2002-2003 AKI sebesar 307
per 100.000 kelahiran hidup diperoleh dari hasil SDKI, walaupun cenderung untuk terus menurun,
namun bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu
sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup, maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun
sebelumnya, diperkirakan target tersebut dimasa mendatang sulit tercapai. Propinsi Jawa Timur
Angka Kematian Ibu maternal (AKI) sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup, masih cukup tinggi
dibandingkan dengan AKI secara nasional maupun dengan target yang akan dicapai pada tahun
2013.Di Kabupaten Lamongan angka kematian ibu sebesar 92 per 100.000, sedangkan di Wilayan
Puskesmas Sekaran angka kematian Ibu 2 orang yaitu desa Siman dan Desa Kembangan, angka di
Estimasi AKK berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
menunjukkan AKK sebesar 7,7 per 1.000 penduduk pada tahun 1995, turun menjadi 7,6 per 1.000
penduduk pada tahun 1996 dan tidak berubah sampai dengan tahun 1998. Kemudian pada tahun
1999 AKK turun menjadi 7,5 per 1.000 penduduk dan turun lagi menjadi 7,4 per 1.000 penduduk
pada tahun 2000. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan angka kematian kasar dalam kurun
waktu tahun 1995 – 2000 relatif stabil dengan penurunan yang sangat kecil. Sedangkan angka
kematian kasar menurut provinsi sangat bervariasi dengan rentangan angka terendah sebesar 4,26
per 1.000 penduduk di Provinsi Riau dan tertinggi sebesar 9,43 di Provinsi DI Yogyakarta.
Penurunan Angka Kematian Bayi sangat berpengaruh pada kenaikan umur harapan Hidup
(UHH) waktu lahir. Angka Kematian Bayi sangat peka terhadap perubahan dengan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB
dan kenaikan Umur Harapan Hidup (UHH) pada waktu lahir, meningkatnya umur harapan hidup
secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan
Estimasi umur harapan hidup sebesar 52,41 pada tahun 1980 (SP1980), meningkat menjadi
63,48 pada tahun 1995 (SUPAS 1995) dan diperkirakan menjadi 66,20 pada tahun 2002 (SDKI
2002-2003). Umur Harapan Hidup waktu lahir Propinsi Jawa Timur pada tahun 2004 sebesar 67,20
MORBIDITAS
Angka Kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data)
yang dapat diperoleh dengan melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan
maupun dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data ) yang diperoleh melalui system pencatatan dan
pelaporan.
1. Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan data profil kesehatan antara lain penyakit malaria, TB Paru,
HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasdan Akut (ISPA)
a. Penyakit Malaria
Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia, perkembangan penyakit malaria
dipantau melalui annual parasite incidence (API), dari hasil laporan dan pengamatan di lapangan tidak
ditemukan penderita.
b. Penyakit TB Paru
Menurut hasil Surkesnas 2001, TB Paru menempati urutan ke 3 penyebab kematian umum (9,4 %), selain
menyerang paru, Tuberculosis dapat menyerang organ lain (extra pulmonary). Dari data SPM berhasil
dikumpulkan di Wilayah Puskesmas Sekaran menunjukkan kasus BTA (+) pada tahun
2013sebanyak 30 orang, diobati 30 orang dan yang sembuh 30 orang (100 %).
Gambar .4
JUMLAH PENDERITA TB PARU
c. Penyakit HIV/AIDS
Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan
dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya
sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia., meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan
meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat resiko
penyebaran HIV/AIDS.
Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai Negara dengan tingkat epidemu yang terkonsentrasi, yaitu adanya
prevalensi lebih dari 5 % pada sub populasi tertentu, missal pada kelompok pekerja sexual komersial dan
penyalahgunaan NAPZA. Tingkat epidemic ini menunjukkan tingkat perilaku beresiko yang cukup aktif
menularkan di dalam suatu sub populasi tertentu.
Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es, yaitu jumlah penderita yang
dilaporkan jauh lebih kecil dari pada jumlah yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah penderita
HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Diperkirakan jumlah orang dengan
HIV di Indoensia pad akhir tahun 2003 mencapai 90.000 – 130.000 orang. Sementara profil kesehatan
Indonesia 2003 (Depkes RI, 2005) melaporkan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang dilaporkan sampai
dengan 31 Desember 2003 sebanyak 4.091 kasus.
Sesuai dengan sensus tahun 2000 kumulatif kasus AIDS per 100.000 penduduk secara nasional sebesar 0,68.
Cara penularan AIDS yang terbesar adalah melalui hubungan hetero seksual, yaitu 50,62 % dan melalui
suntikan, yang ada kaitannya dengan penyalahgunaan NAPZA yaitu sebesar 26,26 % , serta melalui hubungan
homoseksual, yaitu sebesar 9,34 %.
Upaya yang dilakukan dalam rangka pemberantasan penyakit HIV/AIDS disamping ditujukan pada
pananganan penderita yang ditemukan diarahkan pada upaya pencegahan yang dilakukan melalui skrening
HIV/AIDS terhadap darah donor dan upaya pemantauan pengobatan penderita penyakit menular seksual.
Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Sekaran jumlah kasus HIV yang terlaporkan sebanyak 03 kasus, jumlah
kasus AIDS yang meninggal sebanyak 03 dengan kasus yang ditangani sebanyak 03 kasus ( 100 %). Jumlah
darah donor yang ada sebesar 0, sedangkan jumlah darah donor yang diperiksa sebanyak 0 dengan jumlah
reaktif HIV sebesar 0 ( 0 %).
industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat, serta situasi
lingkungan misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan
meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh
terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak
menular seperti Penyakit Jantung, Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal Ginjal, dan sebagainya.
Sakit persendian/rematik adalah penyakit radang kronis yang menyerang persendian dan
b. Dibetus Melitus.
Di Puskesmas Sekaran penderita Diabetes Melitus dari kunjungan rawat jalan cukup banyak
termasuk 10 besar penyakit sekecamatan.
C. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator, antara lain bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur kurang energi kronis
(KEK).
Berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang
berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 katagori yaitu
BBLR karena premature atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang
lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di Negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR
karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit menular seksual (PMS)
sebelum konsepsi atau pada saat kehamilan. Sementara itu jumlah BBLR di Kecamatan Sekaran
sebanyak 11 bayi (0,72 %) dari 655 bayi lahir hidup. Bayi dengan BBLR yang ditangani sebesar 11
2. Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah pengukuran secara
Salah satu cara untuk mengetahui status gizi Wanita Usia Subur (WUS) umur 15-49 tahun adalah
dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil pengukuran ini bisa digunakan
sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko
untuk melahirkan bayi BBLR. Indikator Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan standar LILA
<23,5cm. Dari hasil survei BPS tahun 2000-2003 diperoleh gambaran risiko KEK yang diukur
Salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian adalah gangguan akibat kekurangan
yodium (GAKY). GAKY dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik dan keterbelakangan
mental. Gangguan pertumbuhan fisik meliputi pembesaran kelanjar tiroid (gondok), bisu, tuli, kretin
(kredil), gangguan motorik,bisu, tuli dan mata juling. Pemberian kapsul yodium dimaksudkan untuk
mencegah lahirnya bayi kretin, karena itu sasaran pemberian kapsul yodium adalah wanita usia
subur (WUS) termasuk ibu hamil dan ibu nifas. Angka prevalensi gondok atau total goiter rate
dihitung berdasarkan seluruh stadium pembesaran kelenjar, baik yang teraba maupun yang
terlihat. GAKY masih dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena secara umum prevalensinya
diatas 5,00 %.
Jumlah WUS di Kecamatan Sekaran 10.333 orang dengan WUS yang mendapatkan kapsul
yodium sebanyak 0 orang (0,0%). Sementara itu, desa/kelurahan yang dengan garam beryodium
pada tahun 2012 sebanyak 0 desa/kelurahan yang ada, sedangkan jumlah desa / kelurahan
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan. Berikut ini diuraikan
dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah
dapat diatasi.
Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah
sebagai berikut :
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan
perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh
pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan
anaknya.
dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil
selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada
dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu
hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan,
dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada
trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu
hamil.
di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
Hasil pengumpulan data / indikator kinerja SPM bidang kesehatan di Puskesmas Sekaran
pada tahun 2013 menunjukkan bahwa prosentase cakupan persalinan dengan perolongan oleh
Dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya oleh bidan di desa dan puskesmas,
beberapa ibu hamil di antaranya tergolong dalam kasus resiko tinggi (risti), maka kasus tersebut
Target Indonesia sehat 2010 untuk ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk sebesar 100 %, untuk
mencapai target tersebut Puskesmas Sekaran perlu untuk bekerja keras, mengingat masih banyak
Desa yang cakupanannya masih rendah. Rendahnya cakupan ini akan dapat berkontribusi pada
d. Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau
memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk
mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal 2 kali, satu kali pada 0-7
hari dan satu kali pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas
kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan
Dari gambar di atas masih menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2012 ini alat
kontrasepsi yang paling banyak diminati adalah suntikan dan pil KB.
Data lengkap tentang akseptor KB aktif tahun 2013 di Puskesmas Sekaran bisa dilihat
Tempat pelayanan untuk peserta KB baru adalah di klinik KB pemerintah (59,45%), bidan
praktek swasta (30,77%), dan klinik KB swasta (6,98%), serta selebihnya di dokter praktek swasta
(2,80%).
Jumlah KB Baru di Puskesmas Sekaran tahun 2012 secara komulatif dan jumlah PUS. Bias
dilihat di (Tabel 35 ).
2. Pelayanan Imunisasi
terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bila UCI
dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan
Pada tahun 2013 dilaporkan Desa yang telah mencapai desa/keluaran UCI sebesar 21 (100
%) dari 21 desa / kelurahan yang ada. Dari 21 Desa semua telah mencapai UCI 100 %. (tabel 38).
Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT ( 3 kali ), Polio ( 4 kali ), Hepatyitis B ( 3
kali ) dan Campak ( 1 kali ), yang dilakukan melalui pelayanan rutin di posyandu dan fasilitas
Upaya meningkatkan kekebalan pada masyarakat juga dilakukan pada kelompok-kelompok sasaran
khusus lainnya, misalnya pemberian imunisasi DT dan TT pada anak sekolah melalui program
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) atau pelaksanaan Crash Program imunisasi Campak pada
anak Balita di lokasi pengungsian atau Catch Up Campaign imunisasi campak pada anak sekolah
Hasil pengumpulan data pelayanan penggunaan obat generic, penulisan resep obat generic
di Puskesmas menunjukkan bahwa data yang berhasil dikumpulkan, jumlah resep yang dilaporkan
sebesar 2.617. Dan penulisan resep obat generic dilaporkan sebesar 2.617 ( 100 %).
Jadi di Puskesmas Sekaran untuk penggunaan obat Generic sudah 100 % pengobatan
Upaya penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan
tindak lanjut dari penemuan dini kasus-kasus penyakit berpotensi wabah yang terjadi pada
Berdasarkan hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan dari Desa selama
tahun 2013 jumlah desa/kelurahan yang melaporkan terkena KLB dan yang mendapatkan
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan
imunisasi Polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif
terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur <15 tahun hingga dalam kurun
waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat
dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Berdasarkan kegiatan
surveilans AFP pada penduduk <15 tahun selama tahun 2012 di Puskesmas Sekaran tidak ada
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan dilakukan
pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus Polio Liar yang menyerang
masyarakat.
Sementara itu, cakupan imunisasi Polio-3 pada bayi di Puskesmas Sekaran pada tahun
3. Pemberantasan TB-Paru
Upaya Pencegahan dan pemberantasan TB-Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS
(Directly Observe Treatment Shortcource) atau pengobatan TB-Paru dengan pengawasan langsung
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan
pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket pengobatan.
Dari upaya penemuan penderita TB selama tahun 2013 ditemukan gambaran kasus.
paket-paket pengobatan intensif. Melalui paket pengobatan yang diminum secara teratur dan
lengkap, diharapkan penderita akan dapat disembuhkan dari penyakit TB yang dideritanya. Namun
demikian dalam proses selanjutnya tidak tertutup kemungkinan terjadinya kegagalan pengobatan
akibat dari paket pengobatan yang tidak terselesaikan atau drop out (DO), terjadinya resistensi obat
atau kegagalan dalam penegakan diagnosa di akhir pengobatan. Tingkat kesembuhan dari
penderita pasca pengobatan biasanya sangat sulit ditegakkan oleh karena kendala dari penderita
dalam mengeluarkan dahak yang memenuhi persyaratan, sehingga dalam pemantauan hasil akhir
lebih diarahkan pada tingkat kelengkapan pengobatan atau succes rate (SR).
Upaya dalam rangka Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2 ISPA)
lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tata laksana kasus yang cepat dan tepat
terhadap penderita Pneumonia balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui suatu
manajemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan atau lebih
dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dengan pendekatan MTBS semua penderita
ISPA langsung ditangani di unit yang menemukan, namun bila kondisi balita sudah berada dalam
Pneumonia berat sedangkan peralatan tidak mencukupi maka penderita langsung dirujuk ke fasilitas
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir hasil penemuan dan pengobatan Pneumonia
cakupan penemuan penderita masih kurang dari target (perkiraan penderita) masih relatif rendah.
ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan
melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling.
Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah donor,
pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti Wanita
Penjaja Seks (WPS), penyalahguna obat dengan suntikan (IDUs), atau sesekali dilakukan penelitian
pada kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya. Hasil pelaksanaan
surveilans HIV/AIDS selama tahun 2012 menunjukkan peningkatan yang cukup bermakna
Walaupun jumlah penderita AIDS secara kumulatif relatif kecil (Case Rate1,33 per
100.000 penduduk), namun dalam perjalanan penyakit dari HIV + menjadi AIDS dikenal istilah
”windows periods” yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi
sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok ini disamping dilakukan pengobatan
yang lebih utama adalah dilakukan konseling untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut
Upaya pemantauan yang dilakukan pada kelompok berisiko melalui kegiatan survei dan
Upaya kesehatan yang telah dilakukan dalam rangka penanggulangan DBD selama tahun
2004 tersebut antara lain adalah penemuan penderita secara dini melalui sistem surveilans,
penegakan diagnosa secara cepat dan penanganan penderita secara tepat, serta gerakan
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terlihat adanya persentase
kasus DBD yang ditangani oleh institusi pelayanan kesehatan (100 %). Rincian penemuan dan
penanganan kasus DBD oleh institusi pelayanan kesehatan selama tahun 2013 dapat dilihat pada
Tabel 23.
7. Pemberantasan Penyakit Malaria
Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatan yang tepat merupakan salah satu upaya penting
dalam rangka pemberantasan penyakit Malaria di samping pengendalian vektor potensial.
Terdapat dua model pendekatan dalam upaya penegakan diagnosa penderita, yaitu wilayah
Jawa Bali dilakukan secara aktif (Active Case Detection) oleh Juru Malaria Desa dengan
mendatangi warga yang mengeluh gejala klinis Malaria, sedangkan untuk wilayah luar Jawa Bali
dilakukan secara pasif dengan menunggu pasien datang berobat ke pelayanan kesehatan. Upaya
pengobatan tidak hanya diberikan kepada penderita klinis atau penderita dengan konfirmasi
laboratorium namun juga diberikan pada kelompok tertentu untuk tujuan profilaksis.
Diwilayah Puskesmas Sekaran sepanjang tahun 2013 tidak ditemukan satupun kasus
malaria. Jadi untuk sementara bisa dikatakn aman dari penyakit malaria.
Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara lain adalah melakukan
penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan pemeriksaan intensif
penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan penderita
penyakit Kusta.
Semua penderita yang ditemukan langsung diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri
atas Rifampicin, Lampren, dan DDS selama kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk penderita yang
ditemukan sudah dalam kondisi parah akan dilakukan rehabilitasi melalui institusi pelayanan
Upaya kesehatan dalam rangka pemberantasan penyakit Filaria difokuskan pada kegiatan
endemis. Upaya penemuan penderita yang dilakukan disemua Desa diwilayah Kecamatan sekaran
telah dilaksanakan secara maksimal namun sejak beberapa tahun sampai dengan tahun 2013 ini
akibat dari lingkungan yang kurang sehat, dilakukan berbagai upaya peningkatan kualitas
lingkungan, antara lain dengan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi yang dilakukan
secara berkala. Upaya yang dilakukan mencakup pemantauan dan pemberian rekomendasi
Hasil kompilasi data menunjukan bahwa pada tahun 2013 dari institusi yang dilaporkan 244,
Dari jumlah institusi tersebut diatas terdistribusi pada sarana kesehatan 23 dan yang dibina
22 (95,7 %), sarana pendidikan 76 dan yang dibina 71 (93,4 %), sarana ibadah 138 dan yang dibina
108 (78,3 %) dan institusi perkantoran 7 dan yang dibina 7 (100 %).
Upaya pembinaan kesehatan lingkungan diarahkan pada masyarakat dan institusi yang
memiliki potensi mengancam kesehatan masyarakat yang dilakukan secara berkala. Kegiatan
terhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar (air bersih dan jamban), pengelolaan sampah,
Hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan dari 21 Desa pada tahun
2013 dalam kaitan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi dapat dilihat pada Tabel
terlampir.
Dari gambar di atas terlihat bahwa jumlah institusi yang terdaftar dan dibina pada tahun
2. Surveilans Vektor
Upaya surveilans vektor dilakukan untuk mengendalikan vektor potensial dalam menularkan penyakit antara
lain nyamuk. Kegiatan yang dilakukan meliputi survei vektor untuk mengetahui jenis potensial, bionomik serta
strategi pengendaliannya.
Menurut hasil rekapitulasi Profil Kesehatan Puskesmas Sekaran tahun 2013, dari 6
TUPM yang diperiksa sebanyak 6 (100 %) memenuhi syarat kesehatan. Yang termasuk kategori
permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa permasalahan gizi sering dijumpai pada
kelompok masyarakat adalah kekurangan kalori protein, kekurangan vitamin A, gangguan akibat
di posyandu secara rutin setiap bulan. Hasil dari pengumpulan data di seluruh Desa bias dilihat
pada Tabel 44
Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk (1)
menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial yang bermutu
bagi masyarakat, (2) mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat generik, (3)
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di farmasi komunitas dan farmasi klinik serta
pelayanan kesehatan dasar, serta (4) melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang
kualitas pelayanan pembinaan penggunaan obat yang rasional melalui pelaksanaan advokasi secara
lebih intensif agar terwujud dukungan masyarakat yang kondusif serta terbangunnya kemitraan dengan
unit pelayanan kesehatan formal. Sampai dengan akhir tahun 2013, penggunaan obat rasional telah
mencapai 100 %. Angka tersebut telah mencapai target yang harus dicapai adalah 100%. Walau
begitu Berkaitan dengan hal tersebut masih perlu terus diupayakan meningkatan obat esensial nasional
di setiap fasilitas kesehatan masyarakat dan melindungi masyarakat dari risiko pengobatan irasional.
2. Penerapan Penggunaan Obat Esensial Generik
obat dalam pelayanan kesehatan, yang pelaksanaannya mencakup pengadaan buffer stock obat
generik esensial, revitalisasi pemasyarakatan konsepsi obat esensial dan penerapan penggunaan
obat esensial generik pada fasilitas pelayanan pemerintah maupun swasta. Pada tahun 2013.
Kegiatan ini dimaksudkan agar masyarakat terlindungi dari penggunaan alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga yang tidak memenuhi persyaratan, mutu dan keamanan, yang
dilaksanakan melalui antara lain monitoring sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dalam
rangka Cara Pembuatan Alat Kesehatan (CPAK), sampling terhadap alat kesehatan dan PKRT yang
beredar di pasar dan dijumpai 4,2% dari yang disampling tidak memenuhi syarat mutu.
G. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA
Setiap kejadian bencana yang melanda suatu kawasan selalu menimbulkan berbagai
masalah kehidupan masyarakat hingga menimbulkan banyak korban termasuk gangguan kesehatan
dan kematian.
Bencana alam Tsunami yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26
Desember 2004 yang lalu telah banyak menimbulkan korban meninggal, hilang dan gangguan
kesehatan serta memporakporandakan fasilitas umum dan sosial di wilayah NAD dan Sumatera
Utara. Banyaknya korban tenaga kesehatan dan keluarganya yang meninggal dan hilang serta
hancurnya fasilitas kesehatan telah melumpuhkan fungsi pelayanan kesehatan pada masyarakat
yang seharusnya menjadi ujung tombak dalam memberikan pertolongan pada korban bencana.
Selain tenaga kesehatan yang menjadi korban meninggal/hilang dan hancurnya tempat tinggal mereka, diantara
masyarakat umum terdapat keluarga dari tenaga kesehatan sehingga secara fisik tenaga tersebut tidak bisa
menjalankan kewajibannya secara maksimal yang pada muaranya berdampak pada kualitas pelayanan
kesehatan.
Bagi masyarakat yang selamat dari bencana, melakukan pengungsian di beberapa tempat
baik di rumah keluarga maupun di tempat-tempat pengungsian baik yang disediakan oleh
Di samping itu juga dilaporkan beberapa fasilitas pelayanan kesehatan yang hancur dan mengalami
Dalam situasi bencana pada umumnya penduduk terkonsentrasi di kamp penampungan yang biasanya
dalam kondisi darurat atau kurang layak menjadi tempat tinggal bagi masyarakat.
Beberapa saat setelah bencana terjadi jajaran kesehatan segera menata kembali tempat-tempat
pelayanan kesehatan dengan membentuk Pos Pelayanan Kesehatan di tempat pengungsian, Rumah Sakit
Lapangan dan membentuk jaringan untuk rujukan pelayanan kesehatan lebih lanjut. Tempat pelayanan
kesehatan dimaksud dikelola tidak hanya oleh jajaran kesehatan namun juga atas partisipasi dari lembaga
swadaya Nasional dan Internasional, Organisasi Profesi, Pemerintah Daerah, TNI, negara sahabat dan badan-
badan dunia lainnya. Dalam waktu singkat telah dibentuk beberapa Pos Pelayanan Kesehatan di tempat
pengungsian dan Rumah Sakit Lapangan.
2. Mobilisasi Tenaga Kesehatan
Dalam upaya meningkatkan pelayanan sesuai dengan standar, di samping menggerakkan
Brigade Bencana, Departemen Kesehatan juga melakukan mobilisasi tenaga profesional melalui Organisasi
Profesi, Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Pendidikan, TNI, negara sahabat dan
badan dunia untuk bekerja di tempat pelayanan kesehatan baik di pos-pos pengungsian atau Rumah Sakit
Lapangan.
Beberapa saat setelah bencana terjadi jajaran kesehatan telah dapat memobilisasi tenaga medis (dokter
umum, dokter spesialis, dokter gigi), tenaga paramedis perawatan (perawat, bidan), paramedis non perawatan
(nutrisionis, sanitarian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga farmasi dan lain-lain).
Di samping itu Departemen Kesehatan juga membentuk Tim Lapangan yang diketuai oleh pejabat
eselon I dengan anggota para eselon II dan pelaksana lapangan eselon III dan IV, untuk membantu dalam
penataan manajemen Dinas Kesehatan Provinsi NAD dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Mobilisasi Peralatan dan Bahan Penunjang
Dalam mendukung pelayanan kesehatan yang optimal jajaran kesehatan juga memobilisasi bantuan
peralatan dan bahan penunjang pelayanan kesehatan seperti peralatan medik, obat-obatan, sarana
A. SARANA KESEHATAN
Pada bab ini diuraikan mengenai sarana kesehatan di antaranya puskesmas Pembantu,
Polindes dan BP Swasta dan Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya
Puskesmas Pembantu di Kecamatan Sekaran pada tahun 2013 berjumlah 5 buah, Polindes
berjumlah 16 buah. Secara konseptual, puskesmas menganut konsep wilayah dan diharapkan dapat
melayani sasaran penduduk 42.183 penduduk. Dengan jumlah tersebut berarti 1 Desa rata-rata
2. BP Swasta.
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana BP Swasta antara lain
dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit
penduduk.
kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Data yang berhasil dikumpulkan tahun 2013 adalah jumlah apotik di Kecamatan Sekaran
upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah posyandu, polindes, Pos Obat
Desa (POD).
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat.
Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penaggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya
posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu posyandu pratama, posyandu madya, posyandu
Jumlah posyandu di Kecamatan Sekaran menurut hasil kompilasi dari Profil Kesehatan
tahun 2013, bahwa jumlah seluruh posyandu yang ada sebanyak 57 buah, dengan rincian posyandu
pratama 0 buah (0 %), posyandu madya 51 buah (89,47 %), posyandu purnama 6 buah (10,53 %),
Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan
pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan palayanan kesehatan
ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Pada tahun 2013 jumlah polindes di Kecamatan
Pos Obat Desa (POD) merupakan wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan
sederhana, terutama untuk penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat. Jumlah pos
B. TENAGA KESEHATAN
pemerintah, tapi juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu gambaran situasi ketersediaan
tenaga kesehatan baik yang disektor pemerintah maupun swasta perlu diketahui. Data ketenagaan
ini diperoleh dari hasil pengumpulan data oleh Sub Bagian Program. Data yang dapat dikumpulkan
meliputi data jumlah dan jenis sumber daya manusia kesehatan yang ada pada Puskesmas,
Jumlah dan jenis sumder daya kesehatan di Kecamatan Sekaran sebesar orang, di Puskesmas
28 orang, Pustu 8 orang, Polindes 16 orang, dan BP swasta 15 orang, Proporsi SDM Kesehatan di
PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pemerintah dari APBN, PHLN dan APBD. Total anggaran pada tahun 2013 sebesar Rp.90.880.000
,-. Hal ini berarti, besar biaya kesehatan per kapita per tahun untuk tahun 2013 penduduk di
1 komentar:
Posting Komentar
jam
Total Tayangan Laman
7334
ARSIP
▼ 2014 (2)
o ► November (1)
o ▼ Oktober (1)
Copyright (c) 2011 PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN .
Designed for Healthy - Health Insurance, Alkaline diet, Reflexology