PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang
tidak merupakan keadaan patologik. Hanya apabila hemoroid ini menyebabkan
keluhan atau penyulit, diperlukan tindakan.1
Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan
pada praktek dokter sehari-hari. Di RSCM selama 2 tahun (Januari 1993 s/d
Desember 1994) dari 414 kali pemeriksaan kolonoskopi di dapatkan 108
(26,09%) kasus hemoroid. Hemoroid memiliki sinonim piles, ambeien, wasir atau
southern pole disease dalam istilah di masyarakat umum. Keluhan penyakit ini
antara lain: buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa panas serta adanya
benjolan di dubur, perdarahan melalui dubur dan lain-lain.
Hemoroid memiliki faktor risiko cukup banyak antara lain: kurang
mobilisasi, konstipasi, cara buang air besar yang tidak benar, kurang makanan
berserat (sayur, buah), faktor genetik, penyakit yang meningkatkan tekanan intra
abdomen (tumor usus, tumor abdomen), sirosis hati, kehamilan, dan obesitas.
Penatalaksanaan hemoroid dibagi atas penatalaksanaan secara medik dan secara
bedah tergantung dari derajatnya.2
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
dari serabut otot polos, sedangkan M. Sfingter eksterna terdiri dari serabut otot
lurik.
Pendarahan arteri
Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung a.mesenterika
inferior. Arteri ini membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan.
Cabang yang kanan akan bercabang kembali. Letak ketiga cabang terakkhir ini
mungkin dapat menjelaskan letak hemoroid sebelah kanan dan sebuah di
perempat lateral kiri.
Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka
interna, sedangkan a.hemoroidalis inferior adalah cabang a.pudenda interna.
Anastomosis antara arcade pembuluh inferior dan superior merupakan sirkulasi
kolateral yang mempunyai makna penting pada tindak bedah atau sumbatan
aterosklerotik di daerah percabangan aorta dan a.iliaka. Anastomosis tersebut ke
pembuluh kolateral hemoroid inferior dapat menjamin pendarahan di kedua
ekstremitas bawah. Pendarahan pleksus hemoroidalis merupakan kolateral luas
3
dan kaya sekali darah sehingga perdarahan dari hemoroid interna menghasilkan
darah segar yang berwarna merah dan buka darah vena warna kebiruan.
Pendarahan vena
Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan
berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya
melalui vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan
rongga perut menentukan tekanan di dalamnya. Karsinoma rectum dapat
menyebar sebagai embolus vena ke dalam hati, sedangkan embolus septic dapat
menyebabkan pileflebitis. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam
vena pudenda interna dan ke dalam vena iliaka interna dan sistem kava.
Pembesaran vena hemoroidalis dapat menimbulkan keluahan hemoroid.
Penyaluran limfe
Pembuluh limfe dari kanalis analis membentuk pleksus halus yang
menyalirkan isinya menuju ke kelnjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan
limfe terus mengalir sampai ke kelanjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas di
daerah anus dapat mengakibatkan limfeadenopati inguinal. Pembuluh limfe dari
rectum di atas garis anorektum berjalan seiring dengan vena hemoroidalis superior
dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal
untuk eradikasi karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfe
ini.
Persarafan
Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut
simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari system parasakral
yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga dan keempat.
Unsur simpatis pleksus ini menuju ke arah struktur genital dan serabut otot polos
yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi. Persarafan parasimpatik (nervi
erigentes) berasal dari sacral kedua, ketiga dan keempat. Serabut saraf ini menuju
ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara
mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini. Oleh karena itu, cedera saraf yang
terjadi pada waktu operasi radikal panggul seperti ekstirpasi radikal rektum atau
4
uterus dapat menyebabkan gangguan fungsi vesika urinaria dan gangguan fungsi
seksual.
2.3 Etiologi1,2,3,4,5
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus. Faktor risiko
hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang
air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di
jamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena
tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada
5
abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau
diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang
makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi.
2.4 Patogenesis1,4
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis
mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran
darah balik yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain
dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena
sistematik, bila aliran darah vena balik terus terganggu makan dapat menimbulkan
pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio
anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter anal
membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien
merasa nyeri dan faeces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit
oleh sfingter anal.
6
perianal. Hemoroid interna dapat menghasilkan nyeri perianal dan menyebabkan
spasme sfingter kompleks sekitar Hemoroid. Hasil tegangan ini menimbulkan
ketidaknyamanan sementara hemoroid prolaps. Hemoroid interna juga dapat
menyebabkan nyeri akut ketika terjepit. Rasa sakit berkaitan dengan tegangan
kompleks sphincter. Jepitan dan nekrosis dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Ketika terjadi, tegangan sphincter sering menyebabkan trombosis eksternal
bersamaan. Trombosis eksternal menyebabkan nyeri kulit akut. Gejala ini disebut
sebagai krisis hemoroid akut dan biasanya membutuhkan pengobatan segera.
Hemoroid interna yang paling sering menyebabkan perdarahan yang tidak
nyeri dengan gerakan usus. Yang meliputi kerusakan epitel oleh gerakan usus
yang keras, dan pembuluh darah yang berdarah. Dengan spasme sfingter tekanan
elevating kompleks, vena hemoroid internal yang bisa muncrat.Hemoroid intern
menghasilkan lendir ke jaringan perianal jika prolaps. Lendir ini dengan isi tinja
mikroskopis dapat menyebabkan dermatitis lokal, yang disebut pruritus ani.
Patofisiologi gejala hemoroid ekstern yaitu hemoroid eksterna menyebabkan
gejala dalam 2 cara. Pertama, trombosis akut yang mendasari vena hemoroid
ekstern dapat terjadi. Trombosis akut biasanya berhubungan dengan peristiwa
tertentu, seperti kelelahan fisik, tegang dengan sembelit, serangan diare, atau
perubahan dalam diet. Ini adalah akut, peristiwa yang menyakitkan.
Hasil nyeri dari distensi kulit yang cepat diinervasi oleh bekuan dan edema
sekitarnya. Rasa sakit berlangsung 7-14 hari dan sembuh kembali resolusi
trombosis tersebut. Dengan resolusi ini, anoderm membentang tetap sebagai
kelebihan kulit atau tag kulit. Trombosis eksternl sesekali mengikis kulit di
atasnya dan menyebabkan perdarahan. Kekambuhan terjadi sekitar 40-50% dari
waktu, di tempat yang sama (karena vena yang rusak yang mendasari masih ada).
Cukup mengeluarkan bekuan darah dan meninggalkan vena melemah di tempat,
daripada memotong vena dan mengangkat gumpalan, akan mempengaruhi
pasien untuk kambuh. Hemoroid eksterna juga dapat menyebabkan kesulitan
kebersihan, dengan kelebihan, kulit yang berlebihan tersisa setelah trombosis akut
(tag kulit) yang bertanggung jawab atas masalah ini. Vena hemoroid eksterna
ditemukan di bawah kulit perianal jelas tidak dapat menyebabkan masalah
7
kesehatan, namun, kelebihan kulit didaerah perianal mekanis dapat mengganggu
pembersihan.
8
Hemoroid intern
9
menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah
segar karena kaya akan zat asam. Perdarahan luas dan intensif di pleksus
hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan “darah arteri”
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya
anemia berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat
menonjol keluar menimbulkan prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya
terjadi pada waktu defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai
defekasi. Pada stadium lebih lanjut hemoroid interna ini perlu didorong kembali
setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus. Akhirnya, hemoroid dapat
berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak dapat
didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam
merupakan merupakan cirri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi
kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus
dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus.
Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan edema dan
radang.
2.7 Pemeriksaan2
Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang
menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita
diminta mengedan. Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid intern tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak
nyeri. Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
rektum.
Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid intrn yang
tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati
keempat kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai struktur vaskular yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid
akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih
10
tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
2.8 Diagnosis1,2,3
Diagnosis hemoroid ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari
hemoroid berdasarkan klasifikasi hemoroid (derajat I sampai dengan derajat IV)
dan pemeriksaan anoskopi/kolonoskopi. Karena hemoroid dapat disebabkan
adanya tumor di dalam abdomen atau usus proksimal, agar lebih teliti sebaiknya
selain memastikan diagnosis hemoroid, dipastikan juga apakah di usus halus atau
dikolon ada kelainan misal tumor, atau colitis. Untuk memastikan kelainan di usus
halus diperlukan pemeriksaan rotgen usus halus atau enteroskopi. Sedangkan
untuk memastikan kelainan di kolon diperlukan pemeriksaan rotgen barium
enema atau kolonoskopi total.
Diagnosis Hemoroid
- Darah di anus
- Prolaps
- Perasaan tak nyaman di anus (pruritus anus)
- Pengeluaran lendir
- Anemia sekunder
- Tampak kelainan khas pada inspeksi
- Gambaran khas pada anoskopi/rektoskopi
2.9 Penatalaksanaan1,2,3,5,6
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah. Penatalaksanaan medis terdiri dari nonfarmakologis,
farmakologis, tindakan minimal invasive.
a. Penatalaksaan medis nonfarmakologis: Penatalaksanaan nonfarmakologi
bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara memperbaiki
defekasi.
b. Penatalaksanaan medis farmakologis: Penatalaksanaan ini bertujuan
memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan gejala.
c. Tindakan medis minimal invasive: Tindakan untuk menghentikan atau
memperlambat perburukan penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan
11
yang tidak terlalu invasive antara lain skleroterapi hemoroid atau ligasi
hemoroid atau terapi laser.
d. Tindakan bedah: Tindakan ini terdiri dari dua tahap yaitu pertama yang
bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dan
kedua untuk mengangkat jaringan yang sudah lanjut.
Penatalaksanaan medis hemoroid ditujukan untuk hemoroid interna
derajat I sampai dengan III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi
operasi atau pasien menolak operasi. Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan
untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna, atau semua derajat hemoroid
yang tidak respon terhadap pengobatan medis.
12
1. Obat memperbaiki defekasi: ada dua obat yang diikutkan dalam BMP yaitu
suplemen serat fiber (fiber supplement) dan pelican tinja (stool softener).
Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara lain vegeta, mulax,
Metamucil. Dalam saluran cerna obat ini bekerja membesarkan volume tinja
dan meningkatkan peristaltik. Efek samping yaitu kentut, kembung, konstipasi,
alergi. Obat kedua laksan atau pencahar yaitu laksadin, dulcolak, mikrolak,
merangsang sekresi mukosa usus halus dan meningkatkan penetrasi cairan
dalam tinja.
13
Gambar 4: Skleroterapi
3. Bedah beku
14
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang
rendah sekali. Bedah beku atau bedah krio ini tidak dapat dipakai secara luas
oleh karena mukosa yang sklerotik sukar ditentukan luasnya. Bedah krio ini
lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rectum yang inoperable.
15
Gambar 7: Hemoroidektomi
2.11 Komplikasi1,6
Hemoroid intern yang mengalami prolaps akan menjadi ireponibel,
sehingga tidak dapat terpulihkan oleh karena kongesti yang mengakibatkan udem
dan thrombosis. Keadaan yang agak jarang ini akan dapat berlanjut menjadi
16
thrombosis melingkar pada hemoroid intern dan hemoroid ekstern secara
bersamaan. Keadaan ini akan mengakibatkan nyeri hebat dan dapat berlanjut
menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya. Emboli septic dapat
terjadi melalui system portal dan dapat menyebabkan abses hati. Anemia dapat
terjadi karena perdarahan yang ringan dan lama. Hemoroid dapat membentuk
pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini
mengalami perdarahan maka darah akan sangat banyak.
2.12 Prognosis4
Kebanyakan hemoroid sembuh secara spontan atau dengan terapi medis
konservatif saja. Namun, komplikasi dapat mencakup trombosis, infeksi sekunder,
abses, dan inkontinensia. Tingkat kekambuhan dengan teknik non-bedah adalah
10-50% selama periode 5 tahun, sedangkan untuk hemorrhoidektomi bedah
kurang dari 5%. Mengenai komplikasi dari operasi, ahli bedah yang terlatih
mengalami komplikasi dalam waktu kurang dari 5% kasus. Komplikasi termasuk
stenosis, perdarahan, infeksi, kekambuhan, nonhealing luka, dan pembentukan
fistula. Retensi urin secara langsung berkaitan dengan teknik anestesi yang
digunakan dan cairan perioperatif diberikan. Membatasi cairan dan penggunaan
rutin anestesi lokal dapat mengurangi retensi urin menjadi kurang dari 5%.
BAB III
LAPORAN KASUS
17
Bangsa : Indonesia
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Benjolan di anus sejak ± 2 minggu yang lalu.
18
b) Tekanan Darah : 100/60 mmHg
c) Nadi : 74 x/menit
d) Pernapasan : 20 x/menit
e) Suhu : 37°C
2. Kepala :
Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Pupil isokor (+), Refleks
Cahaya (+/+)
3. Leher :
Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-), JVP 5-2 cmH2O
4. Thorax :
a) Pulmo :
Simetris, Retraksi (-), Vesikuler (+/+) N, Rh (-/-), Wh (-/-)
b) Cor :
Ictus Cordis tidak terlihat,BJ I&II (+) N, Murmur (-), Gallop (-)
5. Abdomen :
Datar, Lemas, Nyeri Tekan (-), Tympani, Bising Usus (+) N
6. Ekstremitas Atas :
Akral Hangat (+/+), Edema (-/-)
7. Ekstremitas Bawah :
Akral Hangat (+/+), Edema (-/-)
b. Status Lokalis
Regio Anorectal
Inspeksi : Tampak massa berukuran ± 3x1 cm keluar dari anus.
Warna massa sama dengan sekitar. Skin tag (-).
Palpasi : Massa teraba padat-kenyal dan tidak dapat didorong
masuk ke dalam anus.
Anoskopi : Tidak dilakukan.
19
Laboratorium (27 Juli 2015)
Darah Rutin :
o Hemoglobin : 12,9 g/dl (N : 12-14 g/dl)
o Leukosit : 9.700/mm3 (N : 5.000-10.000/mm3)
o Trombosit : 351.000/mm3 (N : 150.000-400.000/mm3)
o Hematokrit : 38% (N: 40-48%)
o BT : 3`` (N: 1``-6``)
o CT : 12`` (N: 10``-15``)
3.7 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj. Cefotaxime 2 x 1 gr/IV
- Inj. Ketorolac 2 x 30 mg/IV
- Inj. Asam Tranexamat 3 x 500 mg/IV
b. Tindakan Operasi
Hemoroidektomi dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan
menahun dan pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Prinsip yang
harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi hanya dilakukan
pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin
dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu
sfingter anus.
c. Edukasi
- Perubahan pola hidup dengan makan makanan yang mengandung serat
setiap hari, seperti sayuran dan buah-buahan. Juga minum air putih
setidaknya 8 gelas per hari, serta lebih banyak beraktivitas/bergerak.
- Perbaikan pola defekasi dengan menghindari mengedan yang terlalu
kuat/berlebihan.
20
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. hal
672-75.
2. Simadibrata,M. Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 1. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI; 2009. hal 395-97.
3. Maingot’s, Rodney. Maingot’s Abdominal Operation. 11 th ed. editor Michael
J. Zinner, Stanley W. Ashley. The McGraw-Hill Companies: 2007. P; 676-80.
4. Thornton, SC. Editor: John Geibel. Hemorrhoids Treatment & Management.
Last update Sep 12, 2012. Available at: URL: http://emedicine.medscape.com.
Accesed: June 1, 2013.
5. Thornton, SC. Editor: John Geibel. Hemorrhoids. Last update Oct 31, 2011.
Available at: URL: http://emedicine.medscape.com. Accesed: June 1, 2013.
6. Acheson GA, Scholefield JH. Management of Haemorrhoids. BMJ.2008. 336:
380-383.
22