Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang
tidak merupakan keadaan patologik. Hanya apabila hemoroid ini menyebabkan
keluhan atau penyulit, diperlukan tindakan.1
Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan
pada praktek dokter sehari-hari. Di RSCM selama 2 tahun (Januari 1993 s/d
Desember 1994) dari 414 kali pemeriksaan kolonoskopi di dapatkan 108
(26,09%) kasus hemoroid. Hemoroid memiliki sinonim piles, ambeien, wasir atau
southern pole disease dalam istilah di masyarakat umum. Keluhan penyakit ini
antara lain: buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa panas serta adanya
benjolan di dubur, perdarahan melalui dubur dan lain-lain.
Hemoroid memiliki faktor risiko cukup banyak antara lain: kurang
mobilisasi, konstipasi, cara buang air besar yang tidak benar, kurang makanan
berserat (sayur, buah), faktor genetik, penyakit yang meningkatkan tekanan intra
abdomen (tumor usus, tumor abdomen), sirosis hati, kehamilan, dan obesitas.
Penatalaksanaan hemoroid dibagi atas penatalaksanaan secara medik dan secara
bedah tergantung dari derajatnya.2

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang hemoroid.

1.2.2. Tujuan Khusus


Mengetahui dan memahami tentang definisi, etiologi, patogenesa,
diagnosa, dan penatalaksanaan hemoroid.
1.3 Manfaat Penulisan
1. Sebagai sumber media informasi mengenai hemoroid
2. Sebagai laporan kasus yang menyajikan analisis kasus tentang
hemoroid
3. Untuk memenuhi tugas case report session kepaniteraan klinik
senior di Bagian Ilmu Bedah RS Islam Siti Rahmah Padang 2017.
BAB II

1
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Anorektum1


Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi
ektoderm, sedangkan rektum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal anus
dan rektum ini, maka pendarahan, persarafan, serta aliran vena dan limfe berbeda,
demikian pula epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler
usus, sedangkan kanalis analis oleh endoderm yang merupakan lanjutan epitel
berlapis gepeng kulit luar. Daerah batas rektum dan kanalis analis ditandai dengan
perubahan jenis epitel. Kanalis analis dan kulit luar sekitarnya kaya akan
persarafan sensorik somatik dan peka terhadap rangsangan nyeri, sedangkan
mukosa rektum mempunyai persarafan otonom dan tidak peka terhadap nyeri.
Daerah vena diatas garis anorektum mengalir melalui sistem porta, sedangkan
yang berasal dari anus dialirkan ke sistem kava melalui cabang vena iliaka. Sistem
limfe dari rektum mengalirkan isinya melalui pembuluh limfe sepanjang
pembuluh hemoroidalis superior kearah kelenjar limfe paraaorta melalui kelenjar
limfe iliaka interna, sedangkan limfe yang berasal dari kanalis analis mengalir
kearah kelenjar inguinal.
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. sumbunya mengarah
ke ventrokranial yaitu kearah umbilikus dan membentuk sudut ke dorsal dengan
rektum dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi, sudut ini menjadi lebih besar.
Batas atas kanalis analis disebut garis anorektum, garis mukokutan, linea
pektinata, dan linea dentata. Di daerah ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar
anus antara kolumna rektum. Infeksi yang terjadi disini dapat menimbulkan abses
anorektum yang dapat membentuk fistel. Lekukan antar sfingter sirkuler dapat
diraba didalam kanalis analis sewaktu melakukan rectal toucher, dan
menunjukkan batas antara sfingter interna dan sfingter eksterna (garis Hilton).
Cincin sfingter anus melingkari sfingter analis dan terdiri dari sfingter
interna dan sfingter eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari
fusi sfingter interna, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator
(puborektalis), dan komponen M. sfingter eksternus. M.sfingter internus terdiri

2
dari serabut otot polos, sedangkan M. Sfingter eksterna terdiri dari serabut otot
lurik.

Gambar 1: Anatomi anorektum

Pendarahan arteri
Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung a.mesenterika
inferior. Arteri ini membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan.
Cabang yang kanan akan bercabang kembali. Letak ketiga cabang terakkhir ini
mungkin dapat menjelaskan letak hemoroid sebelah kanan dan sebuah di
perempat lateral kiri.
Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka
interna, sedangkan a.hemoroidalis inferior adalah cabang a.pudenda interna.
Anastomosis antara arcade pembuluh inferior dan superior merupakan sirkulasi
kolateral yang mempunyai makna penting pada tindak bedah atau sumbatan
aterosklerotik di daerah percabangan aorta dan a.iliaka. Anastomosis tersebut ke
pembuluh kolateral hemoroid inferior dapat menjamin pendarahan di kedua
ekstremitas bawah. Pendarahan pleksus hemoroidalis merupakan kolateral luas

3
dan kaya sekali darah sehingga perdarahan dari hemoroid interna menghasilkan
darah segar yang berwarna merah dan buka darah vena warna kebiruan.
Pendarahan vena
Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan
berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya
melalui vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan
rongga perut menentukan tekanan di dalamnya. Karsinoma rectum dapat
menyebar sebagai embolus vena ke dalam hati, sedangkan embolus septic dapat
menyebabkan pileflebitis. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam
vena pudenda interna dan ke dalam vena iliaka interna dan sistem kava.
Pembesaran vena hemoroidalis dapat menimbulkan keluahan hemoroid.

Penyaluran limfe
Pembuluh limfe dari kanalis analis membentuk pleksus halus yang
menyalirkan isinya menuju ke kelnjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan
limfe terus mengalir sampai ke kelanjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas di
daerah anus dapat mengakibatkan limfeadenopati inguinal. Pembuluh limfe dari
rectum di atas garis anorektum berjalan seiring dengan vena hemoroidalis superior
dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal
untuk eradikasi karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfe
ini.

Persarafan
Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut
simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari system parasakral
yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga dan keempat.
Unsur simpatis pleksus ini menuju ke arah struktur genital dan serabut otot polos
yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi. Persarafan parasimpatik (nervi
erigentes) berasal dari sacral kedua, ketiga dan keempat. Serabut saraf ini menuju
ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara
mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini. Oleh karena itu, cedera saraf yang
terjadi pada waktu operasi radikal panggul seperti ekstirpasi radikal rektum atau

4
uterus dapat menyebabkan gangguan fungsi vesika urinaria dan gangguan fungsi
seksual.

Gambar 2: Perdarahan dan penyaliran limfe rectum

2.2 Definisi Hemoroid1,2,3


Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus yang berasal dari pleksus hemorrhoidalis yang tidak merupakan
keadaan patologik. Jika pelebaran vena terletak dibawah atau di luar linea dentate
berada di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna. Sedangkan di atas
atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada di bawah mukosa
(submukosa) disebut hemoroid interna.

2.3 Etiologi1,2,3,4,5
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus. Faktor risiko
hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang
air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di
jamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena
tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada

5
abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau
diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang
makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi.
2.4 Patogenesis1,4
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis
mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran
darah balik yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain
dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena
sistematik, bila aliran darah vena balik terus terganggu makan dapat menimbulkan
pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio
anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter anal
membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien
merasa nyeri dan faeces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit
oleh sfingter anal.

Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal


dan vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola
regio anorektal menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke
pembesaran (varices) vena anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan
dari peningkatan tekanan intra abdominal dan aliran darah dari arteriola,
pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari otot halus yang mengelilinginya
ini menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi
pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa terjepitnya pembuluh darah dan
nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan dalam faeces, jumlah darah
yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa menyebabkan anemia
defisiensi besi. Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak
merah kebiruan, jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena
ruptur. Jika ada darah beku (trombus) dalam hemoroid eksternal bisa
menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.
Patofisiologi gejala hemoroid interna dimana hemoroid interna tidak
menyebabkan sakit pada kulit, karena berada di atas garis dentate dan tidak
diinervasi oleh saraf kulit. Namun, bisa berdarah, prolaps, dan, sebagai akibat dari
pengendapan iritasi ke kulit perianal sensitif, menyebabkan gatal-gatal dan iritasi

6
perianal. Hemoroid interna dapat menghasilkan nyeri perianal dan menyebabkan
spasme sfingter kompleks sekitar Hemoroid. Hasil tegangan ini menimbulkan
ketidaknyamanan sementara hemoroid prolaps. Hemoroid interna juga dapat
menyebabkan nyeri akut ketika terjepit. Rasa sakit berkaitan dengan tegangan
kompleks sphincter. Jepitan dan nekrosis dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Ketika terjadi, tegangan sphincter sering menyebabkan trombosis eksternal
bersamaan. Trombosis eksternal menyebabkan nyeri kulit akut. Gejala ini disebut
sebagai krisis hemoroid akut dan biasanya membutuhkan pengobatan segera.
Hemoroid interna yang paling sering menyebabkan perdarahan yang tidak
nyeri dengan gerakan usus. Yang meliputi kerusakan epitel oleh gerakan usus
yang keras, dan pembuluh darah yang berdarah. Dengan spasme sfingter tekanan
elevating kompleks, vena hemoroid internal yang bisa muncrat.Hemoroid intern
menghasilkan lendir ke jaringan perianal jika prolaps. Lendir ini dengan isi tinja
mikroskopis dapat menyebabkan dermatitis lokal, yang disebut pruritus ani.
Patofisiologi gejala hemoroid ekstern yaitu hemoroid eksterna menyebabkan
gejala dalam 2 cara. Pertama, trombosis akut yang mendasari vena hemoroid
ekstern dapat terjadi. Trombosis akut biasanya berhubungan dengan peristiwa
tertentu, seperti kelelahan fisik, tegang dengan sembelit, serangan diare, atau
perubahan dalam diet. Ini adalah akut, peristiwa yang menyakitkan.
Hasil nyeri dari distensi kulit yang cepat diinervasi oleh bekuan dan edema
sekitarnya. Rasa sakit berlangsung 7-14 hari dan sembuh kembali resolusi
trombosis tersebut. Dengan resolusi ini, anoderm membentang tetap sebagai
kelebihan kulit atau tag kulit. Trombosis eksternl sesekali mengikis kulit di
atasnya dan menyebabkan perdarahan. Kekambuhan terjadi sekitar 40-50% dari
waktu, di tempat yang sama (karena vena yang rusak yang mendasari masih ada).
Cukup mengeluarkan bekuan darah dan meninggalkan vena melemah di tempat,
daripada memotong vena dan mengangkat gumpalan, akan mempengaruhi
pasien untuk kambuh. Hemoroid eksterna juga dapat menyebabkan kesulitan
kebersihan, dengan kelebihan, kulit yang berlebihan tersisa setelah trombosis akut
(tag kulit) yang bertanggung jawab atas masalah ini. Vena hemoroid eksterna
ditemukan di bawah kulit perianal jelas tidak dapat menyebabkan masalah

7
kesehatan, namun, kelebihan kulit didaerah perianal mekanis dapat mengganggu
pembersihan.

2.5 Klasifikasi dan Derajat1,2,3


Hemoroid dibedakan antara yang interna dan yang eksterna. Hemoroid
interna adalah pleksus v. hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam
jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada
tiga posisi primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang dan kiri-lateral. Hemoroid
yang kecil terletak diantara ketiga letak primer tersebut.
Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di
bawah epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan
secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari
rectum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke
v. hemoroidalis superior dan selanjutnya ke v. porta. Pleksus hemoroidalis
eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan
lipat paha ke v. iliaka.

Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas:


1. Derajat I : Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar
kanal anus. Dapat terjadi perdarahan merah segar tanpa nyeri saat defekasi.
Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
2. Derajat II: Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk
sendiri ke dalam anus scara spontan.
3. Derajat III: Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam
anus dengan bantuan dorongan jari.
4. Derajat IV: Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk
mengalami thrombosis dan infark.

8
Hemoroid intern

Derajat Berdarah Menonjol Reposisi

I (+) (-) (-)


II (+) (+) Spontan
III (+) (+) Manual
IV (+) Tetap Tidak dapat

Gambar 3: Derajat hemoroid interna

2.6 Gambaran Klinis1,2


Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada
hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat
jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada
hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna akibat
trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas
pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet

9
menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah
segar karena kaya akan zat asam. Perdarahan luas dan intensif di pleksus
hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan “darah arteri”
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya
anemia berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat
menonjol keluar menimbulkan prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya
terjadi pada waktu defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai
defekasi. Pada stadium lebih lanjut hemoroid interna ini perlu didorong kembali
setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus. Akhirnya, hemoroid dapat
berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak dapat
didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam
merupakan merupakan cirri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi
kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus
dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus.
Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan edema dan
radang.

2.7 Pemeriksaan2
Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang
menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita
diminta mengedan. Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid intern tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak
nyeri. Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
rektum.
Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid intrn yang
tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati
keempat kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai struktur vaskular yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid
akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih

10
tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

2.8 Diagnosis1,2,3
Diagnosis hemoroid ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari
hemoroid berdasarkan klasifikasi hemoroid (derajat I sampai dengan derajat IV)
dan pemeriksaan anoskopi/kolonoskopi. Karena hemoroid dapat disebabkan
adanya tumor di dalam abdomen atau usus proksimal, agar lebih teliti sebaiknya
selain memastikan diagnosis hemoroid, dipastikan juga apakah di usus halus atau
dikolon ada kelainan misal tumor, atau colitis. Untuk memastikan kelainan di usus
halus diperlukan pemeriksaan rotgen usus halus atau enteroskopi. Sedangkan
untuk memastikan kelainan di kolon diperlukan pemeriksaan rotgen barium
enema atau kolonoskopi total.

Diagnosis Hemoroid

- Darah di anus
- Prolaps
- Perasaan tak nyaman di anus (pruritus anus)
- Pengeluaran lendir
- Anemia sekunder
- Tampak kelainan khas pada inspeksi
- Gambaran khas pada anoskopi/rektoskopi

2.9 Penatalaksanaan1,2,3,5,6
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah. Penatalaksanaan medis terdiri dari nonfarmakologis,
farmakologis, tindakan minimal invasive.
a. Penatalaksaan medis nonfarmakologis: Penatalaksanaan nonfarmakologi
bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara memperbaiki
defekasi.
b. Penatalaksanaan medis farmakologis: Penatalaksanaan ini bertujuan
memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan gejala.
c. Tindakan medis minimal invasive: Tindakan untuk menghentikan atau
memperlambat perburukan penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan

11
yang tidak terlalu invasive antara lain skleroterapi hemoroid atau ligasi
hemoroid atau terapi laser.
d. Tindakan bedah: Tindakan ini terdiri dari dua tahap yaitu pertama yang
bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dan
kedua untuk mengangkat jaringan yang sudah lanjut.
Penatalaksanaan medis hemoroid ditujukan untuk hemoroid interna
derajat I sampai dengan III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi
operasi atau pasien menolak operasi. Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan
untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna, atau semua derajat hemoroid
yang tidak respon terhadap pengobatan medis.

Penatalaksanaan Medis non farmakologis


Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan
dan minum, perbaiki pola/cara defekasi merupakan pengobatan yang selalu harus
ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel
magement program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelican
feses dan perubahan perilaku buang air. Untuk memperbaiki defekasi dianjurkan
menggunakan posisi jongkok (squatting) sewaktu defekasi. Pada posisi jongkok
ternyata sudut anorektal pada orang menjadi lurus ke bawah sehingga hanya
diperlukan usaha yang lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau keluar
rectum. Mengedan dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid, dan
akan memperparah timbulnya hemoroid, dengan posisi jongkok ini tidak
diperlukan mengedan lebih banyak. Bersamaan dengan program BMP diatas,
biasanya juga dilakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus
dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman ini maka
eksudat yang lengket atau sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat atau
sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, banyak bergerak dan banyak
jalan. Dengan banyak bergerak pola defekasi menjadi membaik. Pasien dianjurkan
banyak minum 30-40 ml/KgBB/hari untuk melembekkan tinja. Pasien harus
banyak makan serat antara lain buah-buahan, sayur-sayuran, cereal, dan
suplementasi serat komersial bila kurang serat dalam makanannya.
Penatalaksanaan medis farmakologis

12
1. Obat memperbaiki defekasi: ada dua obat yang diikutkan dalam BMP yaitu
suplemen serat fiber (fiber supplement) dan pelican tinja (stool softener).
Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara lain vegeta, mulax,
Metamucil. Dalam saluran cerna obat ini bekerja membesarkan volume tinja
dan meningkatkan peristaltik. Efek samping yaitu kentut, kembung, konstipasi,
alergi. Obat kedua laksan atau pencahar yaitu laksadin, dulcolak, mikrolak,
merangsang sekresi mukosa usus halus dan meningkatkan penetrasi cairan
dalam tinja.

2. Obat simtomatik: pengobatan bertujuan menghilangkan atau mengurangi


keluhan rasa gatal, nyeri, atau karena kerusakan kulit di daerah anus. Obat
pengurang keluhan seringkali dicampur pelumas (lubricant), vasokontriktor,
dan antiseptic lemah. Contoh antara lain anusol, boraginol N/S, dan faktu.
Sediaan berbentuk suppositoria untuk hemoroid interna, sedangkan sedian
ointment/krem untuk hemoroid eksterna.

3. Obat menghentikan perdarahan: luka disebabkan oleh pecahnya vena hemoroid


yang dindingnya tipis. Yang digunakan untuk pengobatan hemoroid yaitu
diosmin (90%) dan heperidin (10%) dengan nama dagang radium atau daflon.

Penatalaksanaan minimal invasive


1. Skleroterapi
Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol
dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke dalam submukosa di dalam
jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid intern dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan sebelah atas dari garis mukokutan
dengan jarum yang panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan
di tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk
infeksi, pristatitis akut jika masuk ke dalam prostat, dan reaksi hipersensitivitas
terhadap obat yang disuntikkan. Terapi suntikan bahan sklerotik bersama
nasehat tentang bahan makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid
intern derajat I dan II.

13
Gambar 4: Skleroterapi

2. Ligasi dengan gelang karet


Dilakukan pada hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps.
Dengan bantuan anuskop mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan
ditarik atau dihisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet di dorong
dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus
hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari.
Mukosa bersama gelang karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan
terjadi pada pangkal hemoroid tersebut. Penyulit adalah timbulnya nyeri karena
terkena garis mukokutan dan infeksi.

Gambar 5: Ligasi dengan gelang karet

3. Bedah beku

14
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang
rendah sekali. Bedah beku atau bedah krio ini tidak dapat dipakai secara luas
oleh karena mukosa yang sklerotik sukar ditentukan luasnya. Bedah krio ini
lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rectum yang inoperable.

Gambar 6: Bedah beku


4. Hemoroidektomi
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun
dan pada penderita derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada
penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan
cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Pasien hemoroid derajat IV yang
mengalami thrombosis dan kesakitan hebat. Prinsip yang harus diperhatikan
pada hemoroidektomi adalah eksisi yang dilakukan pada jaringan yang benar-
benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit
yang normal dengan tidak mengganggu sphincter ani.

15
Gambar 7: Hemoroidektomi

5. Tindak bedah lain


Dilatasi anus yang dilakukan dalam anestesi dimaksudkan untuk
memutuskan jaringan ikat yang diduga menyebabkan obstruksi jalan keluar
anus atau spasme yang merupakan faktor penting dalam pembentukan
hemoroid. Metode dilatasi menurut Lord ini kadang disertai dengan penyulit
inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.

2.10 Diagnosis Banding1


Perdarahan rectum yang merupakan manifestasi hemoroid intern juga
terjadi pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, colitis ulserosa, dan
penyakit lain yang tidak begitu sering terdapat di kolorektum. Prolaps rektum juga
harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid intern. Kondiloma perianal
dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit dibedakan dari hemoroid yang
mengalami prolaps. Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat dari thrombosis
hemoroid ekstern sebelumnya juga mudah dikenali. Adanya lipatan kulit sentinel
pada garis tengah dorsal, yang disebut umbai kulit, dapat menunjukkan adanya
fisura anus.

2.11 Komplikasi1,6
Hemoroid intern yang mengalami prolaps akan menjadi ireponibel,
sehingga tidak dapat terpulihkan oleh karena kongesti yang mengakibatkan udem
dan thrombosis. Keadaan yang agak jarang ini akan dapat berlanjut menjadi

16
thrombosis melingkar pada hemoroid intern dan hemoroid ekstern secara
bersamaan. Keadaan ini akan mengakibatkan nyeri hebat dan dapat berlanjut
menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya. Emboli septic dapat
terjadi melalui system portal dan dapat menyebabkan abses hati. Anemia dapat
terjadi karena perdarahan yang ringan dan lama. Hemoroid dapat membentuk
pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini
mengalami perdarahan maka darah akan sangat banyak.

2.12 Prognosis4
Kebanyakan hemoroid sembuh secara spontan atau dengan terapi medis
konservatif saja. Namun, komplikasi dapat mencakup trombosis, infeksi sekunder,
abses, dan inkontinensia. Tingkat kekambuhan dengan teknik non-bedah adalah
10-50% selama periode 5 tahun, sedangkan untuk hemorrhoidektomi bedah
kurang dari 5%. Mengenai komplikasi dari operasi, ahli bedah yang terlatih
mengalami komplikasi dalam waktu kurang dari 5% kasus. Komplikasi termasuk
stenosis, perdarahan, infeksi, kekambuhan, nonhealing luka, dan pembentukan
fistula. Retensi urin secara langsung berkaitan dengan teknik anestesi yang
digunakan dan cairan perioperatif diberikan. Membatasi cairan dan penggunaan
rutin anestesi lokal dapat mengurangi retensi urin menjadi kurang dari 5%.

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas pasien


Nama : Ny. M
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Belimbing
Agama : Islam

17
Bangsa : Indonesia

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Benjolan di anus sejak ± 2 minggu yang lalu.

Riwayat Perjalanan Penyakit


± 2 tahun yang lalu, timbul benjolan dari dalam anus setelah pasien
melahirkan. Benjolan hanya muncul saat BAB keras dan kadang diikuti dengan
adanya darah yang menetes. Menurut pasien, benjolan tidak dapat masuk sendiri
setelah BAB namun dapat masuk dengan bantuan jari.
± 2 minggu yang lalu, pasien mengeluh timbul benjolan lagi dari dalam
anus yang terasa tidak nyaman. Menurut pasien, benjolan tidak dapat dimasukkan
lagi ke dalam anus walaupun didorong dengan jari. pasien merasa gatal di daerah
sekitar benjolan. Darah (-).
Pasien mengaku jarang mengkonsumsi sayuran dan minum air putih
kurang dari 8 gelas per hari. Di rumah pasien menggunakan WC jongkok untuk
BAB. pasien tidak rutin BAB setiap hari, kurang lebih 1 kali per 2 hari, dengan
BAB keras.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, dan keganasan
disangkal.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.

3.3 Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Baik
a) Kesadaran : Compos Mentis

18
b) Tekanan Darah : 100/60 mmHg
c) Nadi : 74 x/menit
d) Pernapasan : 20 x/menit
e) Suhu : 37°C
2. Kepala :
Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Pupil isokor (+), Refleks
Cahaya (+/+)
3. Leher :
Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-), JVP 5-2 cmH2O
4. Thorax :
a) Pulmo :
Simetris, Retraksi (-), Vesikuler (+/+) N, Rh (-/-), Wh (-/-)
b) Cor :
Ictus Cordis tidak terlihat,BJ I&II (+) N, Murmur (-), Gallop (-)
5. Abdomen :
Datar, Lemas, Nyeri Tekan (-), Tympani, Bising Usus (+) N
6. Ekstremitas Atas :
Akral Hangat (+/+), Edema (-/-)
7. Ekstremitas Bawah :
Akral Hangat (+/+), Edema (-/-)

b. Status Lokalis
Regio Anorectal
Inspeksi : Tampak massa berukuran ± 3x1 cm keluar dari anus.
Warna massa sama dengan sekitar. Skin tag (-).
Palpasi : Massa teraba padat-kenyal dan tidak dapat didorong
masuk ke dalam anus.
Anoskopi : Tidak dilakukan.

Gambar 8. Benjolan pada anus yang menjadi keluhan utama

3.4 Pemeriksaan Penunjang

19
Laboratorium (27 Juli 2015)
 Darah Rutin :
o Hemoglobin : 12,9 g/dl (N : 12-14 g/dl)
o Leukosit : 9.700/mm3 (N : 5.000-10.000/mm3)
o Trombosit : 351.000/mm3 (N : 150.000-400.000/mm3)
o Hematokrit : 38% (N: 40-48%)
o BT : 3`` (N: 1``-6``)
o CT : 12`` (N: 10``-15``)

3.5 Diagnosis Banding


- Hemoroid Interna
- Fisura Anus
- Abses Anorektal
- Fistel Perianal

3.6 Diagnosis Kerja


Hemoroid Interna Derajat IV.

3.7 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj. Cefotaxime 2 x 1 gr/IV
- Inj. Ketorolac 2 x 30 mg/IV
- Inj. Asam Tranexamat 3 x 500 mg/IV
b. Tindakan Operasi
Hemoroidektomi dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan
menahun dan pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Prinsip yang
harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi hanya dilakukan
pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin
dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu
sfingter anus.
c. Edukasi
- Perubahan pola hidup dengan makan makanan yang mengandung serat
setiap hari, seperti sayuran dan buah-buahan. Juga minum air putih
setidaknya 8 gelas per hari, serta lebih banyak beraktivitas/bergerak.
- Perbaikan pola defekasi dengan menghindari mengedan yang terlalu
kuat/berlebihan.

20
BAB III
KESIMPULAN

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di


daerah anus yang berasal dari pleksus hemorrhoidalis yang tidak merupakan
keadaan patologik. Hemoroid terbagi atas dua yaitu hemoroid interna terletak
di atas linea dentate dan hemoroid eksterna terletak di bawah linea dentate.
Manifestasi klinis berup darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas
pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari hemoroid berdasarkan
klasifikasi hemoroid, pemeriksaan fisik colok dubur dan pemeriksaan
anoskopi/kolonoskopi. Penatalaksanaan medis terdiri dari nonfarmakologis,
farmakologis, tindakan minimal invasive (skleroterapi, Ligasi dengan gelang
karet, bedah beku dan hemoroidektomi).

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. hal
672-75.
2. Simadibrata,M. Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 1. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI; 2009. hal 395-97.
3. Maingot’s, Rodney. Maingot’s Abdominal Operation. 11 th ed. editor Michael
J. Zinner, Stanley W. Ashley. The McGraw-Hill Companies: 2007. P; 676-80.
4. Thornton, SC. Editor: John Geibel. Hemorrhoids Treatment & Management.
Last update Sep 12, 2012. Available at: URL: http://emedicine.medscape.com.
Accesed: June 1, 2013.
5. Thornton, SC. Editor: John Geibel. Hemorrhoids. Last update Oct 31, 2011.
Available at: URL: http://emedicine.medscape.com. Accesed: June 1, 2013.
6. Acheson GA, Scholefield JH. Management of Haemorrhoids. BMJ.2008. 336:
380-383.

22

Anda mungkin juga menyukai

  • Brosur-PPDS 4.4 PDF
    Brosur-PPDS 4.4 PDF
    Dokumen2 halaman
    Brosur-PPDS 4.4 PDF
    andyandy2590
    Belum ada peringkat
  • CSS TB F
    CSS TB F
    Dokumen21 halaman
    CSS TB F
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Neuropati Perifer
    Neuropati Perifer
    Dokumen24 halaman
    Neuropati Perifer
    Anthony Mcdaniel
    0% (1)
  • Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    Dokumen15 halaman
    Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • CSS TB F
    CSS TB F
    Dokumen18 halaman
    CSS TB F
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • CSS TB F
    CSS TB F
    Dokumen18 halaman
    CSS TB F
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Disentri
    Disentri
    Dokumen30 halaman
    Disentri
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • CSS TB F
    CSS TB F
    Dokumen21 halaman
    CSS TB F
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Refrat TAMPIL Dokumentasi Pre Oepratif Gabungan Fix
    Refrat TAMPIL Dokumentasi Pre Oepratif Gabungan Fix
    Dokumen28 halaman
    Refrat TAMPIL Dokumentasi Pre Oepratif Gabungan Fix
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Rabies Fixx
    Rabies Fixx
    Dokumen26 halaman
    Rabies Fixx
    Anonymous nCGt0xt
    Belum ada peringkat
  • Rabies Fixx
    Rabies Fixx
    Dokumen1 halaman
    Rabies Fixx
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen18 halaman
    Bab Ii
    Anonymous nCGt0xt
    Belum ada peringkat
  • Artikel Tentang Membudidayakan 5s
    Artikel Tentang Membudidayakan 5s
    Dokumen3 halaman
    Artikel Tentang Membudidayakan 5s
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Artikel Tentang Membudidayakan 5s
    Artikel Tentang Membudidayakan 5s
    Dokumen7 halaman
    Artikel Tentang Membudidayakan 5s
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Ok
    Kata Pengantar Ok
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar Ok
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen5 halaman
    Kata Pengantar
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Teori
    Teori
    Dokumen9 halaman
    Teori
    indah21
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Invaginasi
    Bab 1 Invaginasi
    Dokumen18 halaman
    Bab 1 Invaginasi
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Teori
    Teori
    Dokumen31 halaman
    Teori
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen5 halaman
    Kata Pengantar
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Ext Sup1
    Anatomi Ext Sup1
    Dokumen1 halaman
    Anatomi Ext Sup1
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen29 halaman
    Bab I
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen24 halaman
    Bab I
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen22 halaman
    Bab I
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Sisssisi
    Sisssisi
    Dokumen1 halaman
    Sisssisi
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Genogram DM
    Genogram DM
    Dokumen1 halaman
    Genogram DM
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen22 halaman
    Bab I
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen22 halaman
    Bab I
    Ryski Rahmalia
    Belum ada peringkat