Heat Exchanger Grup D
Heat Exchanger Grup D
“HEAT EXCHANGER”
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan :
∆th = selisih suhu fluida panas (oF)
∆tc = selisih suhu fluida dingin (oF)
C. Temperatur kalorik
Temperatur yang sesuai dengan masing – masing stream. Temperatur kalorik
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
D. Flow Area
Luasan yang dilalui oleh masing – masing fluida. Flow area dapat dihitung
dengan mempergunakan rumus:
- Pada fluida panas
as = 1DsCB / 144 Pt
- Pada fluida dingin
- at = Mt.At / 144 n
E. Kecepatan massa
Kecepatan massa dari masing – masing fluida. Kecepatan massa dapat
dihitung dengan mempergunakan rumus:
- Pada fluida panas
Gs = ms / as
- Pada fluida dingin
Gt = mt / at
F. Bilangan Reynold
Bilangan Reynold dapat dihitung dengan rumus :
- Pada fluida panas
Res = De . Gs / µ
- Pada fluida dingin
Ret = IDt .Gt / µ
(Kern, 1983)
O. Luas Penampang perpindahan panas
Luas penampang perpindahan panas dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
A=πDL
Keterangan:
A = Luas penampang perpindahan panas (ft2)
D = Diameter inner pipe (ft)
L = Panjang pipa heat exchanger (ft)
P. Koefisien Perpindahan Panas pada Pipa Kotor (UD)
Keterangan:
UD = Koefisien perpindahan panas pada pipa kotor (Btu ft2 oF/jam)
Q = Laju perpindahan kalor (Btu/jam)
A = Luas penampang perpindahan panas (ft2)
Δt = perbedaan temperatur yang sebenarnya (ᵒF)
Q. Faktor Pengotor (Dirt Factor)
Dirt factor adalah hambatan perpindahan panas karena adanya endapan –
endapan didalam HE. Fouling factor ini dipengaruhi oleh bebrapa hal antara
lain: jenis fluida, temperatur, jenis material tube, kecepatan aliran serta
lamanya operasi.
Rd = Rdi + Rdo
Dengan :
R. Pressure Drop
Penurunan tekanan maksimal yang diperbolehkan dalam HE apabila suatu
fluida melaluinya.
∆Ps = (f Gs2 (N + 1)) / 5,22 x 1010 Dc.SG φs
(Setyoko, 2008)
Panaskan air dalam tangki penampung air panas hingga suhu mencapai
65oC
Buka gate valve air panas dan air dingin secara bersamaan dengan
variabel tertentu.
Tampung volume keluar dan amati tekanan serta suhu air dingin dan
panas yang masuk beserta yang keluar.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bukaan Kran Waktu Manometer Rata-rata Volume air panas Volume air dingin (ml) Volume Air Dingin
Panas Dingin (s) (cmHg) (ml) V1 V2 V3 Rata-rata (ml)
2 5 0,27 1160 910 940 980 943
4,5 3 5 0,57 1160 1360 1390 1400 1383
4 5 0,87 1160 1400 1440 1470 1437
2 5 0,67 1320 1300 1360 1400 1353
5,5 3 5 0,87 1320 1460 1490 1450 1467
4 5 1,17 1320 1530 1500 1560 1530
2 5 1,27 1580 1600 1570 1650 1607
6 3 5 1,47 1580 1650 1600 1690 1647
4 5 1,50 1580 1810 1780 1680 1757
e) ρ air =
Suhu Air
Bukaan Kran V Air Debit Air Debit Air ρ Air m Air Cp Air Pendingin ∆t Q Air ∆T
Waktu
Pendingin Pendingin Pendingin Pendingin Pendingin Pendingin (ᵒF) Pendingin LMTD
(s) (ᵒF)
(ml) (ml/s) (cuft/s) (lbm/cuft) (lbm/jam) (Btu/lbm.ᵒF) (Btu/jam) (ᵒF)
Panas Dingin t1 t2
2 943,33 5 188,67 0,0067 68,6 1645,203 1 80,6 82,4 1,8 2961,366 56,12
4,5 3 1383,33 5 276,67 0,0098 68,6 2412,577 1 80,6 82,4 1,8 4342,638 56,12
4 1436,67 5 287,33 0,0101 68,6 2505,592 1 80,6 82,4 1,8 4510,066 55,10
5,5 2 1353,33 5 270,67 0,0096 68,6 2360,256 1 80,6 82,4 1,8 4248,461 53,01
3 1466,67 5 293,33 0,0104 68,6 2557,913 1 80,6 82,4 1,8 4604,243 53,01
4 1530,00 5 306,00 0,0108 68,6 2668,368 1 80,6 83,3 2,7 7204,594 52,09
2 1606,67 5 321,33 0,0113 68,6 2802,077 1 80,6 84,2 3,6 10087,478 51,17
6 3 1646,67 5 329,33 0,0116 68,6 2871,839 1 80,6 84,2 3,6 10338,619 50,09
4 1756,67 5 351,33 0,0124 68,6 3063,682 1 80,6 85,1 4,5 13786,569 49,71
Tabel 4. Perhitungan Neraca Panas pada Air Pendingin
Volume UD
Bukaan Kran Volume (ml)
Manometer Rata- Debit m D Q (Btu.ft2.ᵒF/jam)
D (ft) A (ft2)
Rata-rata rata (ml/s) (lb/jam) (in) (Btu/jam)
Panas Dingin V1 V2 V3
(ml)
2 0,27 910 940 980 943,33 188,67 1496,70 1,66 0,138 4,3463 32328,74 133,8824
4,5 3 0,57 1360 1390 1400 1383,33 276,67 2194,81 1,66 0,138 4,3463 47407,87 196,3294
4 0,87 1400 1440 1470 1436,67 287,33 2279,43 1,66 0,138 4,3463 53338,61 224,9913
2 0,67 1300 1360 1400 1353,33 270,67 2147,21 1,66 0,138 4,3463 57974,68 254,1931
5,5 3 0,87 1460 1490 1450 1466,67 293,33 2327,03 1,66 0,138 4,3463 62829,71 275,4802
4 1,17 1530 1500 1560 1530,00 306,00 2427,51 1,66 0,138 4,3463 67727,57 302,1852
2 1,27 1600 1570 1650 1606,67 321,33 2549,15 1,66 0,138 4,3463 73415,56 333,4404
6 3 1,47 1650 1600 1690 1646,67 329,33 2612,62 1,66 0,138 4,3463 79946,04 370,9063
4 1,50 1810 1780 1680 1756,67 351,33 2787,14 1,66 0,138 4,3463 85286,57 398,7062
2 43698,454 2961,366
4,5
3 43698,454 4342,638
4 47339,992 4510,066
2 62157,283 4248,461
5,5 3 62157,283 4604,243
4 64229,193 7204,594
2 79360,410 10087,478
6 3 84320,436 10338,619
4 84320,436 13786,569
IV.3. Grafik
V.3. Pembahasan
Heat exchanger adalah peralatan yang digunakan untuk melakukan proses
pertukaran kalor antara dua fluida (cair maupun gas), dimana fluida ini
mempunyai suhu yang berbeda. Tujuan dari percobaan ini adalah memahami
pengoperasian dari alat single pass double-pipe heat exchanger. Kemudian untuk
dapat mengamati mekanisme perpindahan panas secara konveksi dan untuk
mengetahui nilai koefisien perpindahan panas dari data hasil percobaan.
Dalam percobaan ini digunakan alat single pass double-pipe heat exhanger
dengan variabel bukaan kran air panas yang berbeda yaitu 4,5; 5,5 dan 6.
Pengamatan yang dilakukan yaitu terhadap pengaruh bukaan kran terhadap
banyaknya volume air yang keluar selama 5 detik, besarnya debit aliran fluida,
selisih tekanan yang ditunjukkan oleh manometer, dan suhu yang tertera pada
thermometer. Pengamatan dilakukan tiga kali untuk masing-masing bukaan kran
dengan bukaan kran air dingin 2; 3 dan 4.
Berdasarkan hasil percobaan, debit air yang keluar selama 5 detik akan
meningkat seiring dengan besarnya bukaan kran. Hal ini dibuktikan dengan
semakin banyaknya volume air yang keluar saat bukaan kran ditingkatkan.
Sehingga semakin banyak volume air yang keluar, maka debit air juga akan
semakin besar.
Pada saat kran dibuka, maka manometer akan menunjukkan perbedaan
tekanan antara kedua aliran fluida. Besarnya selisih tekanan yang diperoleh
berbanding lurus dengan besarnya bukaan kran. Artinya, semakin besar debit alir
fluida maka selisih tekanannya juga akan semakin besar.
Untuk suhu air panas yang diperoleh, semakin besar bukaan kran air
dingin memberikan penurunan suhu air panas yang kecil untuk setiap bukaan kran
yang berbeda. Hal ini mungkin disebabkan karena air dingin yang diumpankan
suhunya lebih tinggi dari semula, karena air dingin tersebut sudah menerima
panas dari hasil kontak dengan fluida panas pada percobaan sebelumnya. Dan
kecilnya penurunan suhu air panas mungkin juga disebabkan oleh adanya kotoran
yang menempel pada permukaan pipa sehingga proses pertukaran kalor menjadi
tidak maksimal. Hasil pengamatan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
jika semakin besar debit aliran air panas yang diumpankan dan semakin banyak
air panas yang dikontakkan dengan air pendingin, maka suhu air panas akan
menurun.
Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya koefisien perpindahan panas pada
pipa kotor (UD) pada bukaan kran air panas 4,5 dengan bukaan kran air pendingin
2; 3 dan 4 adalah 121,12603; 177,62298; dan 203,55401 Btu/jam ft2 ᵒF.
Kemudian pada bukaan kran air panas 5,5 yaitu 229,97344; 249,2323; dan
273,3928 Btu/jam ft2 ᵒF. Dan untuk bukaan kran air panas 6 yaitu 301,66997;
335,56616; dan 360,71726 Btu/jam ft2 ᵒF. Pada percobaan ini, nilai Q masuk ≠ Q
keluar karena kurang telitinya dalam mengukur volume air yang ditampung dalam
waktu 5 detik, hal ini berdampak pada laju massa air.
Berdasarkan analisa grafik hubungan antara ΔT LMTD dengan laju
perpindahan kalor atau Q air pendingin diperoleh hasil bahwa nilai ΔT LMTD
menunjukkan nilai penurunan suhu yang kecil dengan nilai Q air pendingin yang
meningkat seiring besarnya bukaan kran. Hal ini terjadi karena semakin banyak
fluida yang mengalir maka akan semakin banyak panas yang akan berpindah
seiring dengan besarnya variabel bukaan kran. Pada grafik hubungan antara Q air
pendingin dengan koefisien perpindahan panas pada pipa kotor (U D) diperoleh
hasil bahwa nilai Q berbanding lurus dengan nilai UD. Hasil ini sesuai dengan
persamaan UD = Q/(A.∆t). Berdasarkan analisa grafik hubungan antara ΔT LMTD
dengan Q air panas diperoleh hasil bahwa nilai ΔT LMTD dengan Q air panas adalah
berbanding terbalik, artinya semakin kecil nilai ΔT LMTD maka nilai Q akan
semakin meningkat. Pada grafik hubungan antara Q air panas dengan koefisien
perpindahan panas pada pipa kotor (UD) diperoleh hasil bahwa nilai U D meningkat
seiring dengan besarnya nilai laju perpindahan kalor (Q) air panas.
Nilai hasil perhitungan koefisien perpindahan kalor pada pipa kotor (U D)
yang didapatkan pada percobaan ini akan dibandingkan dengan nilai UD standar
pada literatur (Tabel 8 Kern dengan total dirt factor 0,001 dan pressure drop antara
5 sampai 10 psi).
Dari literatur diketahui nilai UD untuk fluida panas dan fluida dingin
berupa air, adalah 250 sampai dengan 500. Sehingga nilai UD dari percobaan ini
kurang memenuhi nilai UD standar pada bukaan kran 4,5. Sedangkan pada bukaan
kran 5,5 dan 6 memenuhi UD standar exchangers yaitu antara 250 sampai dengan
500.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
1. Koefisien perpindahan panas pada pipa kotor (UD) pada bukaan kran
air panas 4,5 dengan bukaan kran air pendingin 2; 3 dan 4 adalah
121,12603; 177,62298; dan 203,55401 Btu/jam ft2 ᵒF. Kemudian pada
bukaan kran air panas 5,5 yaitu 229,97344; 249,2323; dan 273,3928
Btu/jam ft2 ᵒF. Dan untuk bukaan kran air panas 6 yaitu 301,66997;
335,56616; dan 360,71726 Btu/jam ft2 ᵒF.
2. Besarnya debit air yang keluar berbanding lurus dengan besarnya
bukaan kran. Semakin besar bukaan kran, maka volume air yang
keluar semakin banyak sehingga debit air juga semakin besar..
V.2. Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam pembacaan manometer,
thermometer dan skala gelas ukur agar hasil percobaan akurat.
2. Sebaiknya air yang digunakan pada percobaan ini adalah air yang
bersih. Karena jika yang digunakan adalah air yang kotor, maka akan
menimbulkan kerak-kerak pada dinding pipa yang akan mengurangi
keakuratan hasil pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
APPENDIX
Diketahui:
a) Diameter pipa luar 2” (OD) = 2,38 in = 0,1983 ft
b) Diameter pipa dalam 1,25” (OD) = 1,66 in = 0,1382 ft
(Data diambil dari Tabel 11 Kern)
c) Panjang pipa (L) = 305 cm = 3,05 m = 10 ft
Perhitungan untuk bukaan kran air panas 4,5 dan kran air dingin 2
1. Debit air
Volume rata-rata air dingin yang ditampung selama 5 detik = 943,33 ml
Q =
Q=
2. Densitas air
ρ air =
Air dingin : m = Q . ρ =
Air panas : m = Q . ρ =
Air panas:
Q = m.Cp.(T1-T2)
T1 - t 2 T2 - t 1
5. ∆T LMTD = ln T1 - t 2 / T2 - t 1 = =
R =
S =
FT = 0,99
9. Selisih suhu