Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Agustina Cahyani M (H3114002)
2. Arsa Puspaningtyas (H3114011)
3. Elyandi Bagus P (H3114027)
4. Fryda Rahmawati (H3114036)
5. Kania Amidika S (H3114050)
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum Pengantar Menejemen Mutu Acara I
“Kepemimpinan Mutu” adalah :
1. Memahami konsep mutu.
2. Merancang struktur organisasi dalam suatu perusahaan
yang bergerak di bidang jasa dan pengolahan produk pangan.
3. Menetapkan tanggung jawab terhadap mutu untuk
masing-masing bagian dalam struktur organisasi perusahaan.
4. Merancang kerjasama lintas bagian / lintas fungsi yang
berperan dalam penyusunan konsep mutu produk atau jasa.
5. Menetapkan visi dan misi perusahaan yang
mencerminkan komitmen segenap komponen dalam perusahaan terhadap
mutu.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Struktur organisasi mengarahkan kompetensi kerja, antusiasme
karyawan dan koordinasi antara manajemen puncak dan bawahan untuk aliran
rencana dan tujuan dalam organisasi untuk membuat sketsa rencana masa
depan. Struktur organisasi adalah cara tanggung jawab dan daya dialokasikan
dan prosedur kerja yang dilakukan antara anggota organisasi. Disebutkan
bahwa komponen yang paling penting dari struktur organisasi termasuk
formalisasi, sentralisasi dan kontrol. Formalisasi mengukur sejauh mana
organisasi menggunakan aturan dan prosedur untuk meresepkan perilaku.
Sifat formalisasi adalah sejauh mana pekerja disediakan dengan aturan dan
prosedur yang menghalangi dibandingkan mendorong kreatif, kerja otonom
dan pembelajaran. Dalam organisasi dengan formalisasi yang tinggi, ada
aturan eksplisit yang mungkin menghambat spontanitas dan fleksibilitas yang
dibutuhkan untuk inovasi internal (Tran and Yezhuang, 2013).
Merancang sebuah organisasi adalah suatu proses yang terdiri dari
menentukan struktur yang tepat dari suatu entitas dan pelaksanaannya.
Merancang struktur organisasi menimbulkan banyak masalah, terutama
keunggulan faktor manusia yang membuatnya sulit untuk menarik kesejajaran
dengan desain tradisional, arsitektur atau rekayasa. Sistem formal dirancang
hanya memiliki longgar koneksi (jika penting) dengan peran dan rutinitas
karena mereka benar-benar mengembangkan. Teori organisasi ditawarkan
pengetahuan dan instrumen baru, untuk mendukung manajer dalam perannya
sebagai seorang desainer organisasi dan dalam mewujudkan struktur untuk
mempertahankan kinerja. Merancang struktur organisasi dengan desain
adalah batas dari teknologi proses berlebih, penggunaan ketat dari pola ke
detail terkecil. Perlu ada fokus pada unsur-unsur yang dapat dirancang,
dikontrol dan kembali dikonfigurasi, seperti kantor dan sistem informasi,
sedangkan unsur-unsur lain dari kehidupan organisasi, seperti perilaku dan
interaksi sosial individu, tidak dapat dirancang, tidak bisa dipaksakan
(Varzaru and Eric, 2011).
Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan
secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang
bekerja atas dasar relatif, terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama
atau sekelompok tujuan. Untuk mencapai tujuan itu, perlunya proses
pengorganisasian dan proses ini tercermin dalam struktur organisasi. Struktur
organisasi, mencakup aspek-aspek penting, antara lain: (1) pembagian kerja;
(2) departementalisasi; (3) bagan organisasi formal; (4) rantai perintah dan
kesatuan perintah; (5) tingkat-tingkat hierarki manajemen; (6) saluran
komunikasi; (7) penggunaan komite dan (8) rentang manajemen dan
kelompok-kelompok informal yang tidak dapat dihindarkan. Struktur
organisasi merupakan susunan sistem hubungan antar posisi kepemimpinan
yang ada dalam organisasi. Hal ini merupakan hasil pertimbangan dan
kesadaran tentang pentingnya perencanaan atas penentuan kekuasaan,
tanggung jawab, spesialisasi setiap anggota organisasi (Budiasih, 2012).
Efektivitas organisasi sebagai persepsi anggota organisasi ini dari
tingkat keberhasilan keseluruhan pangsa pasar, profitabilitas, tingkat
pertumbuhan dan innovatiness organisasi dibandingkan dengan pesaing
utama. Efektivitas organisasi jauh lebih dari kemampuan perusahaan anda
untuk membuat penjualan atau untuk menghasilkan keuntungan. Sebaliknya,
berfokus pada efektivitas keseluruhan di daerah jangka pendek ini serta
keberlanjutan, kepedulian terhadap lingkungan, budaya perusahaan, bakat
manajemen, kepemimpinan, inovasi, strategi, keterlibatan dan komunikasi.
Efektivitas organisasi mengharuskan kita mengambil pandangan yang lebih
holistik. Efektivitas berarti hal yang berbeda untuk organisasi yang berbeda,
tapi kita bisa sepakat bahwa itu berarti kelangsungan hidup dan keunggulan
kompetitif di abad ke-21 (Latifi and Shooshtarian, 2014).
Dengan kata lain, antara struktur organisasi, tanggung jawab,
prosedur, proses dan sumber daya untuk menerapkan manajemen mutu harus
terpadu. Unsur sistem manajemen mutu tersebut harus didokumentasikan,
dikomunikasikan, dimengerti dan memelihara standar tertinggi dari jasa
pengujian dan atau kalibrasi. Dengan demikian, kebijakan mutu adalah
filosofi laboratorium atau janji yang diberikan kepada pelanggan untuk
ditepati. Secara umum, pernyataan kebijakan mutu sebaiknya harus singkat,
ringkas dan jelas sehingga dapat dipahami, diterapkan serta dipelihara oleh
seluruh personel di semua tingkatan organisasi dalam kegiatan operasional
laboratorium (Hadi, 2007).
Pada dasarnya kepemimpinan merupakan salah satu fungsi
manajemen yang strategis, karena kepemimpinan dapat menggerakkan,
memberdayakan dan mengarahkan sumber daya secara efektif dan efisien ke
arah pencapaian tujuan. Kepemimpinan mempunyai peran yang sangat
penting dan strategis dalam aspek kehidupan kelompok, organisasi dan
negara. Beberapa hal pentingnya kepemimpinan dalam aspek kehidupan
antara lain sebagai berikut pemimpin menetapkan dan mengembangkan visi
dan misi organisasi masa depan, pemimpin mengkoordinasikan kegiatan
orang dan kerja secara efektif dan efisien, pemimpin menentukan strategi dan
penetapan keputusan (decision making) serta pemimpin mencapai
keberhasilan tujuan organisasi (Soekarso dan Iskandar, 2015).
Kepemimpinan didefinisikan sebagai aktivitas untuk mempengaruhi
perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dari definisi ini dapat diturunkan suatu untuk indikator yang
operasional mengenai kemunculan kepemimpinan. Kepemimpinan muncul
dan dimulai ketika seseorang telah mulai berkeinginan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain. Interaksi antara gaya kepemimpinan dan kualitas layanan
yang diaplikasikan dapat menjadi faktor determinan keragaman atau
perbedaan mutu yang telah diupayakan. Gaya kepemimpinan situasional
menjadi gaya partisipasi, gaya konsultasi, gaya delegasi dan gaya instruksi.
Gaya kepemimpinan partisipasi dan gaya kepemimpinan instruksi adalah dua
gaya yang saling berlawanan (diametral). Gaya kepemimpinan instruksi lebih
cenderung terindikasikan sebagai memberikan batasan peranan pada bawahan
dan memberitahukan apa, bagaimana, bilamana dan dimana bawahan
melaksanakan berbagai tugas. Sedangkan gaya kepemimpinan partisipasi
lebih cenderung terindikasikan sebagai memberikan keluwesan peranan pada
bawahan, bawahan diikutsertakan untuk memahami sendiri apa, bagaimana,
bilamana dan dimana melaksanakan tugas (Supriadi, 2009).
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau
melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin
tidak disenanginya. Variabel kepemimpinan ini secara operasional diukur
dengan menggunakan 4 (empat) indikator yang diadopsi dari teori
kepemimpinan situasional yaitu sebagai berikut (1) Telling (kemampuan untuk
memberitahu anggota apa yang harus mereka kerjakan), (2) Selling
(kemampuan menjual/memberikan ide-ide kepada anggota), (3) Participating
(kemampuan berpartisipasi dengan anggota), dan (4) Delegating (kemampuan
mendelegasikan kepada anggota). Kinerja perusahaan adalah merupakan hasil
kerja yang secara kualitas dan kuantitas dapat dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
kepuasan kerja merupakan penilaian, perasaan atau sikap seseorang atau
karyawan terhadap pekerjaannya dan berhubungan dengan lingkungan kerja,
jenis pekerjaan, kompensasi, hubungan antar teman kerja, hubungan sosial
ditempat kerja dan sebagainya (Suryana dkk., 2010).
Pemimpin organisasi belajar akan menetapkan tujuan baik melalui
partisipasi atau arah berbagai tujuan konstituen mereka. Dalam sistem kasus
sekolah sebagai organisasi belajar, mereka akan berusaha untuk
menyelaraskan kepentingan pendidikan instansi terkait pemerintah, sekolah
dan papan pengawas, kepala sekolah, guru, siswa, orang tua dan masyarakat.
Mereka juga akan berusaha untuk meningkatkan komitmen berbagai
konstituen mereka untuk tujuan organisasi. Organisasi pembelajaran akan
puas dengan status quo. Ini akan dilanjutkan dengan mencari cara untuk
memperbaiki diri, menyiapkan kriteria untuk menilai efek dari perubahan,
menciptakan alternatif, mengadopsi dan menerapkan mereka yang bekerja
dengan baik dan meninggalkan orang-orang yang tidak bekerja dengan baik.
Dalam proses ini, langkah-langkah yang handal dan valid akan dipekerjakan.
Kepemimpinan dalam organisasi harus berubah dengan perkembangan dan
pematangan organisasi. Awal dalam menciptakan organisasi, para pemimpin
sendiri harus melayani lebih sebagai animator. Pada fase bangunan organisasi,
mereka harus lebih kreator kebudayaan. Untuk menjaga organisasi mereka
harus lebih sustainers budaya organisasi. Dan ketika perubahan organisasi
yang diperlukan, mereka harus menjadi agen perubahan
(Bass, 2000).
Kepemimpinan mutu terpadu merupakan penerapan metode kuantitatif
dan orang-orang dalam menilai dan meningkatkan material dan jasa yang
dipasokkan pada organisasi, semua proses yang signifikan dalam organisasi
dan memenuhi kebutuhan pengguna akhir, saat ini dan di masa depan.
Manajemen mutu terpadu merupakan pendekatan terus-menerus dalam
meningkatkan mutu semua proses, produk dan jasa dalam suatu organisasi.
Penekanan TQM (Total Quality Management) adalah pada pemahaman akan
variasi, kepentingan pelanggan dan keterlibatan semua karyawan dalam
mengejar peningkatan mutu (Sugian, 2006).
C. METODOLOGI
1. Alat dan Bahan
a. Bolpoin
b. Kertas laporan sementara
2. Cara Kerja (flowchart)
D. PEMBAHASAN
“PT. Elfakti Nusantara” adalah nama perusahaan yang terinspirasi dari
nama pendiri perusahaan yaitu Elyandi, Fryda, Arsa, Kania dan Tika. Dimana
lima orang tersebut ingin memberikan perhatian masyarakat terhadap pangan
kemudian perusahaan berkeinginan meningkatkan nilai jual dari produk
bakery kedalam lingkup dunia dengan mengaplikasikan beberapa rasa dan
jenis roti khas Indonesia ke dalam pembuatan bakery serta ingin memperbaiki
nilai gizi pangan di negara Indonesia ini.
Ada berbagai masalah yang ada di negara berkembang seperti di
Indonesia ini adalah permasalahan tentang gizi masyarakat dan penggunaan
bahan kimia dalam makanan. Bahan kimia dalam makanan diantaranya
adalah pewarna makanan, pemanis buatan, pengawet makanan dan penyedad
rasa. Bahan kimia untuk makanan yang sesuai peruntukannya pada makanan
apabila digunakan sesuai aturan bukan merupakan ancaman bagi tubuh kita.
Akan tetapi banyak bahan kimia yang tidak diperuntukan untuk makan
digunakan dalam makanan, sehingga dapat membahayakan bagi yang
mengkonsumsinya. Agar masalah tersebut dapat berkurang dapat dilakukan
dengan cara menggunakan bahan-bahan alami dalam makanan dan
memperbaiki nilai gizi dengan mengonsumsi roti. Sehingga PT. Elfakti
Nusantara menciptakan produk Bakery (Roti Manis). Keunggulan dari bakery
(Roti Manis) adalah mengandung nilai gizi yang cukup dan kaya akan protein
dan serat serta memiliki beragam variasi rasa dengan bahan alami. Roti ini
dapat dikonsumsi mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.