Anda di halaman 1dari 18

Infeksi Saluran Kemih Bawah Akut dan

Penatalaksanaannya

Pendahuluan
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur
baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang lebih 5 – 15
%. Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal
dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara
uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari
ISK. Akibatnya ISK pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini
menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari saluran kemih.

Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut
sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak puas berkemih Tidak
semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK
asimptomatis.

Anamnesis
Anamnesis merupakan wawancara riwayat kesehatan pasien baik secara langsung atau tidak
langsung yang memiliki tiga tujuan utama yaitu mengumpulkan informasi membagi informasi
dan membina hubungan saling percaya untuk mendukung kesejahteraan pasien. Informasi atau
data yang dokter dapatkan dari wawancara merupakan data subjektif berisi hal yang diutarakan
pasien kepada dokter mulai dari keluhan utama hingga riwayat pribadi dan sosial.1

 Identitas pasien
Nama lengkap pasien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin , alamat, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa. Berikut data pasien yang didapatkan:
 Keluhan utama.

- Keluhan utama pasien : Nyeri saat berkemih sejak 5 hari yang lalu
- Keluhan tambahan : keluhan disertai demam, sering berkemih tapi hanya sedikit dan
urin berwarna keruh
 Riwayat penyakit sekarang
- Bagaimana pola berkemih pasien? Tujuannya untuk mendeteksi faktor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
- Adakah disuria? Adakah urgensi? Adakah bau urine yang menyengat? Bagaimana
volume urine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
- Adakah nyeri suprapubik? Nyeri suprapubik menunjukkan adanya infeksi pada saluran
kemih bagian bawah.
- Adakah nyeri panggul atau pinggang? Nyeri panggul atau pinggang biasanya pada
infeksi saluran kemih bagian atas.
- Adakah peningkatan suhu tubuh? Peningkatan suhu tubuh biasanya terjadi pada infeksi
saluran kemih bagian atas.
 Riwayat kesehatan :
- Adakah riwayat infeksi saluran kemih?
- Adakah riwayat pernah menderita batu ginjal?
- Adakah riwayat penyakit diabetes melitus, jantung?
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat obat
 Riwayat keluarga

Kasus
Seorang laki laki berusia 50 tahun datng ke poliklinik dengan keluhan utama nyeri saat berkemih
sejak 5 hari yang lalu . keluhan disertai dengan demam, sering berkemih tapi hanya sedikit
sedikit dan urin berwarna keruh.

Rumusan Masalah
Seorang laki-laki berusia 50 tahun nyeri saat berkemih sejak 5 hari yang lalu, berkemih sering tetapi
sedikit-sedikit dan disertai demam.
Hipotesis
Seorang laki-laki berusia 50 tahun mengalami infeksi saluran kemih bawah akut.

Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik yang paling utama harus dilakukan
adalah pemeriksaan tanda-tanda vital berupa suhu, tekanan darah, frekuensi napas, dan frekuensi
nadi.1

 Inspeksi: untuk melihat apakah pasien terlihat sakit berat, lalu kesadaran pasien,
melihat ada atau tidaknya abnormalitas yang terlihat pada bagian abdomen atau
punggung pasien.
 Palpasi : meraba bagian abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau tidak,
serta untuk mengetahui adanya benjolan atau massa pada abdomen dan punggung
pasien.
 Perkusi : melakukan pengetukan pada CVA untuk mengetahui adanya nyeri ketuk
atau tidak.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil Tanda tanda vital sebagai berikut Tekanan Darah 120/80,
CVA (+), frekuensi nadi 105kali/menit,Suhu 38 derajat celcius dan nyeri supra pubik (+).

Pemeriksaan Penunjang
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter, kultur urin, serta
jumlah kuman/mL urin merupakan protocol standar untuk pendekatan diagnosis ISK.
Pengambilan dan koleksi urin, suhu dan teknik transportasi sampel urin harus sesuai dengan
protocol yang dianjurkan.Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh
rutin, harus berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk
mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.Renal
imaging procedures untuk investigasi faktor predisposisi ISK termasuklah ultrasonogram (USG),
radiografi (foto polos perut, pielografi IV, micturating cystogram), dan isotop scanning.

Pencitraan
ISK kompleks beruhubungan dengan adanya kelainan anatomi dan fungsi saluran
kemih. Pencitraan dilakukan dengan tujuan untuk:
 Mendeteksi adanya kelainan struktural dan fungsional seperti obstruksi, RVU atau gangguan
pengosongan kandung kemih
 Mendeteksi akibat dini dan lanjut ISK
 Mendeteksi dan memonitor anak yang mempunyai risiko ISK
Terdapat beberapa kontroversi mengenai konsensus pemeriksaan pencitraan dalam evaluasi
ISK pada anak. Teknik pencitraan yang umum digunakan adalah sebagai berikut.

Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sering digunakan untuk menggantikan urografi
intravena sebagai skrining inisial, karena lebih cepat, non-invasif, aman, tidak mahal,dapat
diulang untuk kepentingan monitoring dan mengurangi paparan radiasi.Dengan pemeriksaan
USG dapat terlihat formasi parut ginjal, tetapi beberapa parut juga dapat luput dari pemeriksaan
karena pemeriksaan USG sangat tergantung dengan keterampilan orang yang melakukan USG
tersebut. Dan pemeriksaan dengan USG saja tidak cukup, kombinasi dengan pemeriksaan foto
polos abdomen dapat membantu memberikan informasi mengenai ukuran ginjal, konstipasi,
spina bifida occulta, kalsifikasi ginjal dan adanya batu radioopak. Secara teori, obstruksi dan
RVU dapat mudah dideteksi, tetapi kadang-kadang lesi yang ditemukan dikatakan sebagai kista
jinak atau penyakit polikistik apabila pemeriksaan USG tersebut tidak diikuti dengan
pemeriksaan radiologi.

Urogafi Intravena
Urografi intravena adalah pemeriksaan saluran kemih yang paling sering dilakukan
apabila dicurigai adanya refluks atau parut. Dengan urografi intravena dapat diketahui adanya
duplikasi ginjal dan ureter, dimana sangat sulit dideteksi dengan USG. Kelainan lain yang dapat
pula dideteksi dengan urografi adalah horseshoe kidney dan ginjal/ureter ektopik. Kekurangan
urografi intravena adalah kurang sensitif dibandingkan Renal Scintigraphy dalam mendeteksi
Pyelonephritis dan parut ginjal. Tingkat radiasi yang tinggi dan risiko dari reaksi kontras juga
menjadi hal yang harus dipertimbangkan.
Renal Cortical Scintragphy ( RCS)
Renal cortical scintragphy telah menggantikan urografi intravena sebagai teknik standard
dalam deteksi skar dan inflamasi ginjal. RCS dengan glucoheptonate atau Dimercaptosuccinic
acid (DMSA) yang dilabel dengan technetium yang memiliki sensitifitas dan spesifitas yang
tinggi. DMSA scan mempunyai kemampuan lebih baik dalam deteksi dini perubahan inflamasi
akut dan skar permanen dibandingkan dengan USG atau urografi intravena. Computerized
Tomography (CT) juga sensitif dan spesifik dalam mendeteksi pielonephritis akut, tetapi belum
terdapat penelitian yang membandingkan CT dengan skintigrafi. CT juga lebih mahal
dibandingkan skintigrafi dan pasien terpajan radiasi dalam tingkat yang tinggi, selain itu
penggunaanya belum ditunjang oleh bukti penelitian.

Voiding Cystourethrography ( VCUG )


VCUG biasanya dilakukan apabila terdapat kelainan yang bermakna pada pemeriksaan
USG seperti hidronefrosis, disparitas panjang ginjal atau penebalan dinding kandung kemih.

Isotope Cystogram
Meskipun Isotope Cystogram menyebabkan ketidaknyamanan seperti kateterisasin
kandung kemih pada VCUG, isotope cystogram memiliki dosis radiasi 1% dari VCUG, dan
monitoring kontinyunya juga lebih sensitif untuk identifikasi refluks dibandingkan fluoruskopi,
intermiten VCUG.
Laboratorium
1. Urinalisis

Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah ISK.
Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih.
Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun
adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada
inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan
pemeriksaan kultur.2
Gambar Leukosuria


Hematuria Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai
5-10 eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau
nekrosis papilaris.2
Warna Urine Indikasi

Kuning Pucat Urine normal biasanya akan berwarna kuning


pucat karena merupakan hasil ekskresi
(pengeluaran) pigmen yang ditemukan dalam
darah yang disebut urochrome.

Kuning Jika Anda melihat warna urine lebih kuning dari


biasanya, itu berarti tubuh tidak terhidrasi dengan
baik. Ini bisa disebabkan oleh keringat berlebihan
atau kurangnya hidrasi. Oleh karena itu, Anda
harus minum lebih banyak cairan untuk
menghindari dehidrasi.

Kuning Tua Karena asupan beberapa obat, urine bisa menjadi


kuning tua atau kuning gelap. Jika Anda melihat
warna ini, cari bantuan medis segera, karena itu
adalah tanda dari masalah medis seperti
gangguan hati dan hepatitis.

Putih susu Warna ini disebabkan oleh pertumbuhan bakteri


di saluran kemih. Hal ini mengindikasikan
infeksi saluran kemih jika Anda mengalami sakit
di punggung atau perut bagian bawah, urgensi
kemih, dan merasa seperti demam.

Merah atau Pink Urine berwarna merah atau pink mungkin karena
konsumsi makanan yang dibuat dengan pewarna
merah alami seperti bit dan blackberry. Dalam
istilah yang lebih serius, bisa menunjukkan
adanya darah dalam urine. Penyebabnya bisa
masalah dalam sistem kemih, batu ginjal,
olahraga terlalu berat, yang dapat menyebabkan
kerusakan sel-sel darah merah.

Biru atau Hijau Pewarna yang umum digunakan dalam obat-


obatan yang terkait kemih dapat mengubah urine
menjadi berwarna biru atau hijau. Urine
berwarna biru atau hijau juga dapat dilihat karena
konsumsi makanan yang dibuat dengan pewarna
buatan atau jika Anda sudah makan banyak
asparagus.

2. Bakteriologis

Mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan
gram. Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak
emersi.


Biakan bakteri dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila
ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan criteria:

• Wanita, simtomatik
>102organisme koliform/ml urin plus piuria, atau 105 organisme pathogen apapun/ml urin,
atau Adanya pertumbuhan organisme pathogen apapun pada urin yang diambil dengan
cara aspirasi suprapubik.
• Laki-laki, simtomatik
>103organisme patogen/ml urin
• Pasien asimtomatik
105 organisme patogen/ml urin pada 2 contoh urin berurutan.
3. Tes kimiawi
Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar
mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000 - 1.000.000
bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7%
dan spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila pasien
sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak, infeksi oleh enterokokus dan asinetobakter.2

4. Tes Plat-Celup (Dip-slide)

Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan padat khusus
dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempeng dimasukkan
kembali ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan pengeraman
semalaman pada suhu 37° C. Penentuan jumlah kuman/ml dilakukan dengan membandingkan
pola pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan
keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam
tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup akurat. Tetapi jenis
kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.2

Diagnosis
Working Diagnosis:

Infeksi Saluran Kemih Bawah akut


Berdasarkan ada tidaknya komplikasi, ISK dibagi menjadi ISK simpleks dan kompleks.
ISK simpleks/ sederhana/ uncomplicated UTI adalah terdapat infeksi pada saluran kemih tetapi
tanpa penyulit (lesi) anatomis maupun fungsional saluran kemih sedangkan ISK kompleks/
dengan komplikasi/ complicated UTI adalah terdapat infeksi pada saluran kemih disertai penyulit
(lesi) anatomis maupun fungsional saluran kemih misalnya sumbatan muara uretra, refluks
vesikoureter, urolithiasis, parut ginjal, buli-buli neurogenik, dan sebagainya.3

Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria): bakteriuria bermakna menunjukkan


pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari 105 colony forming unit (cfu/ml) pada biakan
urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria
asimtomatik (convert bacteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai persentasi klinis
ISK dinamakan bakteriuria bermakna simtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan
persentasi klinis tanpa bekteriuria bermakna. Piuria bermakna (significant pyuria), bila
ditemukan netrofil >10 per lapangan pandang.3

Berdasarkan letaknya, ISK dibagi menjadi ISK atas dan bawah. ISK atas adalah infeksi
pada parenkim ginjal atau ureter, lazimnya disebut sebagai pielonefritis. ISK bawah adalah
infeksi pada vesika urinaria (sistitis) atau uretra. Batas antara atas dan bawah adalah
vesicoureteric junction.3

Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh kuman gram
negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada yang simtomatik maupun
yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti Proteus mirabilis (30 % dari infeksi
saluran kemih pada anak laki-laki tetapi kurang dari 5 % pada anak perempuan ), Klebsiella
pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa dapat juga sebagai penyebab. Organisme gram positif
seperti Streptococcus faecalis (enterokokus), Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus
viridans jarang ditemukan. Pada uropati obstruktif dan kelainan struktur saluran kemih pada
anak laki-laki sering ditemukan Proteus species. Pada ISK nosokomial atau ISK kompleks lebih
sering ditemukan kuman Proteus dan Pseudomonas.3
Terdapat beberapa faktor predisposisi terjadinya ISK
kompleks, diantaranya adalah:

 Displasia ginjal
Outflow obstruction  Ginjal dupleks
 Striktur uretra
 Pelviureteric junction Benda asing
 Posterior urethral valves  Indwelling catheter
 Bladder neck obstruction  Batu
 Batu/tumor  Selang nefrostomi
 Neuropathic bladder
 Kista ginjal Metabolik
 Imunosupresi
Kelainan ginjal  Gagal ginjal
 Parut ginjal  Diabetes
 Refluks vesikoureter

Epidemiologi
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor
predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Selama
periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita ISK
dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor
predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada
perempuan. Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1 % meningkat menjadi 5% selama
periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki-
laki maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi seperti berikut litiasis, obstruksi saluran
kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal,
nefropati analgesik, penyakit sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan table
progesterone, serta kateterisasi. Pada anak yang baru lahir hingga umur 1 tahun, dijumpai
bakteriuria di 2,7% lelaki dan 0,7% di perempuan. Insidens ISK pada lelaki yang tidak disunat
adalah lebih banyak berbanding dengan lelaki yang disunat (1,12% berbanding 0,11%) pada usia
hidup 6 bulan pertama. Pada anak berusia 1-5 tahun, insidens bakteriuria di perempuan
bertambah menjadi 4.5%, sementara berkurang di lelaki menjadi 0,5%. Kebanyakan ISK pada
anak kurang dari 5 tahun adalah berasosiasi dengan kelainan congenital pada saluran kemih,
seperti vesicoureteral reflux atau obstruction. Insidens bakteriuria menjadi relatif constant pada
anak usia 6-15 tahun. Namun infeksi pada anak golongan ini biasanya berasosiasi dengan
kelainan fungsional pada saluran kemih seperti dysfunction voiding. Menjelang remaja, insidens
ISK bertambah secara signifikan pada wanita muda mencapai 20%, sementara konstan pada
lelaki muda. Sebanyak sekitar 7 juta kasus cystitis akut yang didiagnosis pada wanita muda tiap
tahun. Faktor risiko yang utama yang berusia 16-35 tahun adalah berkaitan dengan hubungan
seksual. Pada usia lanjut, insidens ISK bertambah secara signifikan di wanita dan lelaki.3

Patogenesis
Pathogenesis bakteriuria asimtomatik dengan presentasi klinis ISK tergantung dari patogenitas
dan status pasien sendiri (host).3,4

A. Peran patogenisitas bakteri.

Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli diduga terkait dengan etiologi
ISK. Patogenisitaas E.coli terkait dengan bagian permukaan sel polisakarida dari
lipopolisakarin (LPS). Hanya IG serotype dari 170 serotipe O/ E.coli yang berhasil
diisolasi rutin dari pasien ISK klinis, diduga strain E.coli ini mempunyai patogenisitas
khusus.3,4

B. Peran bacterial attachment of mucosa.

Penelitian membuktikan bahwa fimbriae merupakan satu pelengkap patogenesis yang


mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan mukosa saluran kemih. Pada
umumnya P fimbriae akan terikat pada P blood group antigen yang terdpat pada sel epitel
saluran kemih atas dan bawah.4

C. Peranan faktor virulensi lainnya.

Sifat patogenisitas lain dari E.coli berhubungan dengan toksin. Dikenal beberapa toksin
seperti α-hemolisin, cytotoxic necrotizing factor-1(CNF-1), dan iron reuptake system
(aerobactin dan enterobactin). Hampir 95% α-hemolisin terikat pada kromosom dan
berhubungan degan pathogenicity island (PAIS) dan hanya 5% terikat pada gen plasmio.
Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan bergantung
pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini menunjukan ini menunjukkan
peranan beberapa penentu virulensi bervariasi di antara individu dan lokasi saluran
kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri berbeda dalam kandung kemih dan
ginjal.4

D. Peranan Faktor Tuan Rumah (host)


Penelitian epidemiologi klinik mendukung hipotesis peranan status saluran kemih
merupakan faktor risiko atau pencetus ISK. Jadi faktor bakteri dan status saluran kemih
pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran kemih.
Kolonisasi bacteria sering mengalami kambuh (eksasebasi) bila sudah terdapat kelainan
struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa
obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat
peka terhadap infeksi. Endotoksin (lipid A) dapat menghambat peristaltik ureter. Refluks
vesikoureter ini sifatnya sementara dan hilang sendiri bila mendapat terapi antibiotika.
Proses pembentukan jaringan parenkim ginjal sangat berat bila refluks visikoureter terjadi
sejak anak-anak. Pada usia dewasa muda tidak jarang dijumpai di klinik gagal ginjal
terminal (GGT) tipe kering, artinya tanpa edema dengan/tanpa hipertensi.4

Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena
dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero distal merupakan tempat kolonisasi
mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram negative.2,4

Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam
kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal.
Proses ini, dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat
jarang ditemukan di klinik, mungkit akibat lanjut dari bakteriema. Ginjal diduga merupakan
lokasi infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus aureus.4

Gejala Klinis

Gejala – gejala dari ISK sering meliputi:



Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih

Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih

Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)

Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)

Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin

Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis

Rasa sakit pada daerah di atas pubis

Perasaan tertekan pada perut bagian bawah

Demam

Sering berkemih pada malam hari.3,5

Setiap tipe dari infeksi saluran kemih memilki tanda – tanda dan gejala yang spesifik,
tergantung bagian saluran kemih yang terkena infeksi:


Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya
infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa
salit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta
mual atau muntah.

Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa
tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat
urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.

Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi.
Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.3,5

Differential Diagnosis
1. Urolitiasis
Prevalensi batu ginjal pada laki-laki kira-kira dua kali lebih banyak daripada
perempuan. Urolitiasis merupakan pembentukan batu saluran kemih atau keadaan yang
dihubungkan dengan adanya batu di saluran kemih. Bila batu terdapat pada ginjal dan
pelvis renalis disebut nefrolitiasis. Bila batu terdapat pada ureter disebut ureterolitiasis.
Bila batu terdapat pada kandung kemih disebut sistolitiasis. Bila batu terdapat di uretra
umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau kandung kemih yang oleh aliran
kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra dan menyangkut di uretra pars prostatika. Batu
pada saluran kemih harus dievaluasi dan ditangani dengan baik karena kemudahan
terjadinya rekurensi dan komplikasi yang membahayakan.4,5

2. Nefrolitiasis
Nefrolitiasis (batu ginjal) adalah pembentukan batu didalam ginjal. Batu mungkin
ditemukan di dalam tubulus ginjal atau pelvis ginjal, ureter, dan kandung kemih. Terdapat
sejumlah tipe batu ginjal dan ukurannya dapat berkisar dari kecil hingga sebesar batu
staghorn (batu menyerupai tanduk rusa) yang dapat menyumbat system kolektivus.

Gambaran klinis bergantung pada tempat batu, adanya infeksi dan/atau obstruksi
saluran kemih. Kolik ureter biasanya berkaitan dengan batu ginjal. Nyeri pinggang berat
yang terjadi sering timbul mendadak dan kemudian semakin hebat. Nyeri dapat menyebar
ke pangkal paha, testis, atau labia mayora. Batu berdiameter <5 mm dapat keluar secara
spontan dengan hidrasi yang adekuat. Batu yang lebih besar biasanya memerlukan
intervensi agar dapat dikeluarkan. Batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran
kemih dapat menyebabkan gagal ginjal akut.4,5

Penatalaksanaan
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika yang adekuat, dan
kalau perlu terapi asimtomatik untuk alkalinisasi urin. Hampir 80% pasien akan memberikan respon
setelah 48jam dengan antibiotika tunggal; 6,7
 Sulfonamida
Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali. Sulfonamida
umumnya diganti dengan antibiotika yang lebih aktif karena sifat resistensinya.
Keuntungan dari sulfonamide adalah obat ini harganya murah. 6

 Trimetoprim-sulfametoksazol
Kombinasi dari obat ini memiliki efektivitas tinggi dalam melawan bakteri aerob,
kecuali Pseudomonas aeruginosa. Obat ini penting untuk mengobati infeksi dengan
komplikasi, juga efektif sebagai profilaksis pada infeksi berulang. Dosis obat ini
adalah 160 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.

 Penicillin
Ampicillin adalah penicillin standar yang memiliki aktivitas spektrum luas, termasuk
terhadap bakteri penyebab infeksi saluran urin. Dosis ampicillin 1000 mg dan interval
pemberiannya tiap 6 jam. Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik, tetapi memiliki sedikit
efek samping. Amoxsicillin dikombinasikan dengan clavulanat lebih disukai untuk
mengatasi masalah resistensi bakteri. Dosis amoxsicillin 500 mg dan interval
pemberiannya tiap 8 jam.
 Cephalosporin
Cephalosporin tidak memiliki keuntungan utama dibanding dengan antibiotika lain
yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, selain itu obat ini juga lebih
mahal. Cephalosporin umumnya digunakan pada kasus resisten terhadap amoxsicillin
dan trimetoprim-sulfametoksazol.

 Tetrasiklin
Antibiotika ini efektif untuk mengobati infeksi saluran kemih tahap awal. Sifat
resistensi tetap ada dan penggunannya perlu dipantau dengan tes sensitivitas.
Antibotika ini umumnya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
chlamydial.

 Quinolon
Asam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan untuk mengobati
infeksi tahap awal yang disebabkan oleh bakteri E. coli dan Enterobacteriaceae lain,
tetapi tidak terhadap Pseudomonas aeruginosa. Ciprofloxacin ddan ofloxacin
diindikasikan untuk terapi sistemik. Dosis untuk ciprofloxacin sebesar 50 mg dan
interval pemberiannya tiap 12 jam. Dosis ofloxacin sebesar 200-300 mg dan interval
pemberiannya tiap 12 jam.6

 Nitrofurantoin
Antibiotika ini efektif sebagai agen terapi dan profilaksis pada pasien infeksi saluran
kemih berulang. Keuntungan utamanya adalah hilangnya resistensi walaupun dalam
terapi jangka panjang.6

Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi (lekositoria) diperlukan terapi konvensional
selama 5-10 hari Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala
hilang dan tanpa lekositoria.7

Reinfeksi berulang (frequent re-infection)


- Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi faktor resiko.
- Tanpa faktor predisposisi
Asupan cairan banyak, Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran
tunggal,Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan. 7

Pencegahan
Secara umum pencegahan ISK dapat dilakukan dengan mengupayakan minum 8 hingga 10
gelas air dan cairan lainnya sehari. Minum jus cranberry sering dianjurkan sebab mungkin dapat
mencegah melekatnya E.coli pada dinding kandung kemih, pemberian vitamin C sesuai kebutuhan
harian dianjurkan karena menyebabkan keasaman urin dan membuat lingkungan yang tidak
bersahabat untuk bakteri, menghindari mandi busa dan sabun berparfum karena dapat menyebabkan
iritasi pada uretra, mengganti diaper secara teratur untuk mencegah kontak yang lama feses dengan
daerah genital yang akan memberikan kesempatan kepada bakteri untuk bergerak naik ke uretra
kemudian ke kandung kemih, membersihkan genital yang benar pada anak perempuan dengan cara
membersihkan genital dari depan ke belakang setelah BAK/BAB akan mengurangi pajanan uretra
terhadap ISK yang disebabkan oleh bakteri dari feses, menggunakan celana dalam dengan bahan
katun karena dapat mengurangi pertumbuhan bakteri pada daerah uretra dibandingkan nilon atau
bahan lainnya, buang air kecil teratur untuk membantu mengeluarkan bakteri dari saluran kemih.
Untuk pencegahan ISK kompleks adalah deteksi adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
sangat penting. Beberapa keadaan yang merupakan faktor risiko ISK kompleks seperti refluks
vesikoureter, neuropathic bladder atau obstruksi saluran kemih (posterior urethral valves, ureterokel,
ektopik ureter), dapat merupakan kelainan bawaan yang dapat dideteksi secara dini dengan
pemeriksaan USG.7

Kesimpulan

Berdasarkan kasus yang terjadi pada seorang laki-laki berusia 50 tahun dengan keluhan nyeri
saat berkemih sejak 5 hari yang lalu . keluhan disertai dengan demam, sering berkemih tapi
hanya sedikit sedikit dan urin berwarna keruh. Telah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang maka dapat disimpulkan pasien tersebut mengalami infeksi saluran kemih bawah
akut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007.h.99.
2. Sacher RA, McPherson RA. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Edisi ke-11.
Jakarta: EGC; 2006.h.428-9.

3. Sukandar E. Buku ajar: ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi ke-5. Jakarta: Internal
publishing; 2009.h.1008-14.
4. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi Ke-2. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia; 2007.h.62-65.
5. Jawetz. E , Melnick & Adelberg : Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke- 20. Jakarta: EGC;
1996.h.43.
6. Mitchell RN. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins & Cotran. Edisi ke- 7. Jakarta:
EGC; 2008.h.50-1
7. Sukandar Enday. Nefrologi Klinik. Edisi ke-III. Bandung: Bagian IPD FK Unpad; 2006.
H.29-31

Anda mungkin juga menyukai