Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS INVESTASI

Oleh:

Nama : Fikri Haikal

NIM : 150150061

MK : Ekonomi Teknik

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik, hidayah
serta inayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyusun sebuah makalah
ini sebagai tugas dari mata kuliah Manajemen Biaya yang berjudul “Analisis
Investasi”. Solawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada tauladan serta
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman
jahiliyah ke jaman yang terang benderang pada saat ini.
Tugas makalah ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dan
dukungan dari teman-teman serta para pembimbing yang telah memberikan arahan
untuk perbaikan makalah ini. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Kami
menyadari bahwa tulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, memiliki
banyak kekurangan dan membutuhkan perbaikan, sehingga kritik dan saran sangat
kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan
semua pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk seluruh mahasiswa Unnes
pada khusunya dan seluruh pembaca makalah ini pada umumnya.

Aceh Utara, 09 November 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia Globalisasi merupakan hal yang sudah tak asing lagi buat kita semua.
Dunia globalisasi telah masuk kesemua Negara tak heran globalisasi membawa hal
yang baik dan buruknya. Globalisasi juga telah berkembang merambat kedunia
perekonomian biasanya berupa penanaman modal pada suatu sektor industri. Setiap
individu pada dasarnya memerlukan investasi, karena dengan investasi setiap orang
dapat mempertahankan dan memperluas basis kekayaannya yang dapat digunakan
sebagai jaminan sosial di masa depannya. Seseorang sering tidak menyadari dirinya
telah melakukan investasi, misalnya dengan menabung dan sebagainya. Agar tak
terjebak melakukan investasi ke dalam portofolio ‘sampah’, atau bahkan ditipu oleh
pihak yang tak bertanggung jawab dengan iming-iming menarik, Anda harus
mengedepankan rasionalitas dan memahami betul resiko-resiko yang dihadapi dalam
berinvestasi. Karena banyak sekali jenis dari investasi tersebut .Jangan sampai
terbuai dengan iming-iming menarik yang tinggi, tapi uang Anda habis sia-sia.
Invejstasi pun banyak jenis dan macamnya jadi harus pandai melihat ke sektor mana
kita akan menanamkan saham kita. Peran penting sekali dari beberapa pihak baik
dari pemerintah dan tiap individu . peran individu sangatlah penting dalam berperan
aktif karena dapat mencegahnya harga barang yang tak terkontrol. Pemerintah
sebaiknya mengatur beberapa aturan tentang peraturan penanaman modal, karena,
sejak pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah pusat terpaksa mengeluarkan kepres
khusus mengenai penanaman modal karena banyaknya kendala yang dihadapi oleh
para investor yang ingin membuka usaha di daerah, khususnya yang berkaitan
dengan proses pengurusan izin usaha. Investor seringkali dibebani oleh urusan
birokrasi yang berbelit-belit sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan
disertai dengan biaya tambahan yang cukup besar.
B. Rumusan Masalah

i. apa pengertian Investasi ?


ii. bagaimana cara kerja investasi?
iii. Apa keuntungan dan resiko investasi?
iv. Bagimana perkembangan investasi nasional?

C. Tujuan

i. Untuk mengetahui definisi dan cara kerja Investasi


ii. Untuk memahami semua ruang lingkup Investasi
iii. Untuk mengetahui perkembangan Investasi Nasional
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Dan Arti Investasi


Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan
di masa datang.

Pada hakikatnya tabungan yang terdapat di masyarakat ada yang merupakan


simpanan sementara, yaitu sebelum digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi,
ada jiga merupakan tambahan modal yang sering disebut investasi.
a. Investasi Di bedakan menjadi dua macam, yakni :
i. Investasi nyata (Real Investmen)
melibatkan asset berwujud, pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan
pertambangan, dsb.
ii. Investasi keuangan (deposito, Commercial paper, dan surat berharga
pasar uang)dan pasar modal (saham, obligasi, opsi dsb).
b. Investasi menurut penggunaannya terdiri dari tiga macam yaitu :
i. Konstruksi
ii. Rehabilitasi
iii. Perluasan
c. Investasi menurut jenisnya
i. Investasi otonomi
ii. Investasi terimbas
iii. Investasi public

Investasi, yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau
pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat. Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanaman modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian
tersebut menghasikan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang.
Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang barang modal
yang lama Yang telah haus dan perlu didepresiasikan Dalam prakteknya, dalam
usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun
tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (atau pembentukan modal atau
penanaman modal) meliputi pengeluaran/perbelanjaan yang berikut :
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatanproduksi
lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
2. Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan
pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang
yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan
nasional.
Jumlah dari ketiga-tiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi
bruto, yaitu ia meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam
perekonomian dan mengganti barang modal yang sudah didepresiasikan. Apabila
investasi bruto dikurangi oleh nilai apresiasi maka akan didapat investasi
neto. Dalam teori ekonomi makro yang dibahas adalah investasi fisik. Dengan
pembatasan tersebut maka definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai
pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal. Stok barang modal
adalah jumlah barang modal dalam suatu perekonomian pada saat tertentu.

a. Investasi Dalam Bentuk Barang Modal dan Bangunan


tercakup dalam investasi barang modal dan bangunan adalah
pengeluaranpengeluaran untuk pembelian pabrik, mesin, peralatan produksi,
bangunan/gedung yang baru. Karena daya tahan madal dan bangunan umumnya
lebih dari setahun, seringkali investasi ini disebut sebagai investasi dalam bentuk
harta tetap (fixedinvestment). Di Indonesia, istilah yang setara dengan fixed
investment adalah pembentukan modal tetap domestic bruto (PMTDB). Supaya lebih
akurat, jumlah investasi yang perlu diperhatikan adalah investasi bersih yaitu
PMTDB dikurangi penyusutan.

b. Investasi Persediaan
Perusahaan seringkali memproduksi barang lebih banyak daripada target
penjualan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Tentu saja
investasi persediaan diharapkan meningkatkan penghasilan/keuntungan. Persediaan
barang tersebut dikatakan sebagai investasi yang direncanakan atau investasi yang
diinginkan karena telah direncanakan. Selain barang jadi, investasi dapat juga
dilakukuan dalam bentuk persediaan barang baku dan setengah jadi.

B. Fungsi Investasi
Kurva yang menunjukkan perkaitan di antara tingkat investasi dan tingkat
pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi investasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu ia sejajar dengan sumbu datar, atau bentuknya naik ke
atas ke sebelah kanan (yang berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi
investasi). Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan
investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan
nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makroekonomi
biasanya dimisalkan bahwa investasi perusahaan bersifat investasi otonomi.
Menurut Joseph Allois Schumpeter investasi otonom (autonomous
investment,) dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam
jangka panjang seperti :
 Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
 Tingkat bunga.
 Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
 Kemajuan teknologi.
 Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
 Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.

C. Kriteria Investasi
a. Payback Period.
Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang
direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik
impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap
makin baik. Kendatipun demikian, kita harus berhati-hati menafsirkan kriteria
payback period ini. Sebab ada investasi yang baru menguntungkan dalam jangka
panjang (> 5 tahun).
b. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio).
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan
dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan
C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan dengan B (benefit). Keputusan
menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai
B/C. Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti output
yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.

c. Net Present Value (NPV).


Perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab tidak
memperhitungkan nilai waktu dari uang. Untuk membuat hasil lebih akurat, maka
nilai sekarang didiskontokan. Keuntungan dari menggunakan metode diskonto
adalah kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan
penerimaan total bersih. Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu proposal
investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total
lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya
total.
d. Internal Rate of Return (IRR).
Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat
NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak rencana investasi dilakukan
berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang
diinginkan (r).
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi

1. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return)


a. Kondisi Internal Perusahaan. Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di
bawah kontrol Perusahaan, seperti tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi.
Sedangka faktor non-teknis, seperti kepemilikkan hak dan atau kekuatan monopoli,
kedekatan denga pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi.
b. Kondisi Eksternal Perusahaan. Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan akan investasi utama adalah perkiraan tentang tingkat
produksi dan pertumbuhan ekonomi domestic maupun internasional.

2. Biaya Investasi.
Hal yang paling menentukan adalah tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi
tingkat bunganya maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat akan investasi
makin menurun. Namun tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah,
minat akan investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih
tinggi dan faktor yang mempengaruhi adalah masalah kelembagaan.

3. Marginal Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga, dan


Marginal Efficiency of Investement (MEI)
a. Marginal Efficiency of Capital (MEC), Investasi, dan Tingkat
Bunga MEC adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari
setiap tambahan barang modal.
E. Tentang Investasi Nasional

1. Keadaan Investasi Nasional

Di tengah kondisi perekonomian dunia (khususnya keuangan dan perbankan)


yang terus diguncang oleh krisis, ternyata Indonesia masih sanggup untuk bertahan.
Setidaknya, masyarakat umum tidak merasakan dampak signifikan seperti krisis
moneter 1997-1998 lalu. Pemerintah pun dinilai mampu mengatasi masalah krisis
global ini dengan tidak sampai mengeluarkan kebijakan yang wah, seperti kenaikan
harga BBM, listrik, atau pajak. Sehingga, PHK masal atau kenaikan harga masif pun
urung dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam negeri.

Mengutip dengan artikel "Outlook" Investasi Reksa Dana Tahun 2012 bahwa
kekuatan perekonomian Indonesia masih ditopang oleh:

1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh didukung oleh pertumbuhan ekonomi


sektor konsumsi terutama konsumsi domestik

2. Kebijakan makro ekonomi Indonesia yang hati-hati

3. Cadangan Devisa Indonesia yang kuat

Hal ini akan membuat perekonomian Indonesia masih relatif aman untuk
beberapa waktu ke depan. Namun, bersikap santai dengan hanya bergantung
pada ketiga hal tersebut saja tanpa ada perencanaan dan kebijakan lebih baik
akan sangat membahayakan ekonomi Indonesia dalam jangka waktu yang
panjang.

Entah teori apa yang mendasari, namun analisis saya tentang ketiga sendi
penopang tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, memang Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup


baik, bahkan di ranking dunia sekalipun. Namun perlu diingat, bahwa dasar dari
pertumbuhan ekonomi tersebut masih saja konsumsi masyarakat (C). Neraca
perdagangan (ekspor dan impor) kita masih di ambang batas BEP. Di tahun 2010,
secara statistik (catatan pasar bersih:
http://www.kemendag.go.id/statistik_neraca_perdagangan_indonesia/)
Indonesia sanggup mengekspor kira-kira 157.779,1 million USD dan
melakukan impor sekitar 135.663,3 million USD. Memang masih positif dengan
balance sebesar 22.115,8 million USD. Namun yang menjadi catatan adalah bahwa
lebih dari 25% ekspor kita masih ada minyak bumi dan gas alam yaitu kisaran
28.039,6 million USD. Intinya kita semua tahu bahwa bergantung pada hal given
seperti SDA yang tak terbarui tersebut dapat menyebabkan Indonesia kelimpungan
di masa mendatang karena kita tahu cadangan sumber energi fosil dunia, termasuk
Indonesia, semakin menipis. Mengandalkan konsumsi berarti juga produksi kita
belum cukup kuat menopang perekonomian Indonesia. Perusahaan-perusahaan
dalam negeri belum cukup bersaing dengan perusahaan level global, ironisnya
mungkin kecuali pabrik rokok. Di tengah arus perdagangan global yang deras,
budaya konsumsi tentu akan menjadikan Indonesia pasar yang mewah bagi para
pedagang manca (yang tentu banyak di antaranya berskala besar). Hal ini tak bisa
dipungkiri lagi akan sangat mengancam kelangsungan bisnis para pengusaha di
Indonesia, khususnya usaha kecil dan menengah.

Kedua, kebijakan ekonomi Indonesia yang tidak menerapkan asas “lebih cepat
lebih baik” ini dianggap oleh pengusaha modern sebagai sesuatu yang lambat.
Kehati-hatian yang dipilih oleh pemerintah sering membuat jengkel para pebisnis
yang membutuhkan kepastian dalam waktu secepatnya karena tiap detik dalam dunia
bisnis adalah sangat berharga. Belum lagi trust masyarakat kepada pemerintah akhir-
akhir ini terus melemah (entah memang pemerintah yang payah atau ada pihak-pihak
yang memprovokasi) dapat mempengaruhi efektivitas kebijakan yang diambil itu
sendiri.

Ketiga, kembali lagi meski Indonesia terus membaik dan memang lebih baik
dibanding negara-negara berkembang lainnya namun hal ini masih perlu penguatan.
Landasan utama Indonesia dalam cadangan devisa berbeda dengan China (yang
mengandalkan neraca perdagangan) adalah portofolio dan foreign direct investment
(fdi). Hal tersebut tentu saja akan membuat kolaps jika investasi-investasi tersebut
ditarik mendadak secara serentak.
Kembali lagi ke tema, bahwa sesuai nota keuangan Pemerintah Indonesia yang
mencantolkan pergerakan gerbong ekonomi Indonesia pada investasi, pasar modal
dan perbankan, memang seakan menjadi pisau bermata ganda. Pisau yang dapat
menolong Indonesia dalam berbagai masalah sekaligus sanggup menusuk balik
kapan saja apabila tidak diatur dengan benar.

Beralih dari sudut pandang Investor bahwa investasi berupa reksa dana atau
deposito dalam beberapa segi akan lebih menguntungkan dibanding investasi
langsung. Ini salah satu sebabnya kinerja Reksa Dana (khususnya syariah) lebih
optimal dibanding jika investor harus berinvestasi sendiri.
(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/08/10/07564982/Apa.Itu.Reksa.Dana.
Syariah

a. Likuiditas yang tinggi

Apabila investor ingin menarik investasinya dikarenakan membutuhkan dana


untuk keperluan yang lain ataupun ingin melakukan realisasi keuntungan maka bisa
dicairkan atau ditarik kapan saja.

b. Biaya investasi cenderung rendah

Jika investor bertransaksi saham sendiri perhatikan biaya yang dibebankan


oleh sekuritas seperti biaya transaksi minimal kisarannya adalah Rp 10.000-Rp
15.000. Namun ada juga yang membebankan keseluruhan biaya transaksi dan ada
yang per saham. Selain itu jika kita menginginkan untuk melakukan transaksi
obligasi syariah (Sukuk) maka nilai yang investasi yang ditawarkan minimal Rp 1
miliar kalaupun ada Sukuk Ritel (SUKRI) maka pembelian 1 unit minimal Rp 5 juta.
Pertanyaan selanjutnya bagaimana jika anda menginginkan investasi rutin dibawah
Rp 5 juta maka anda tidak bisa membeli Sukuk maupun Sukri. Untuk Deposito jika
dana anda dibawah Rp 500 juta maka anda hanya diberikan rate counter yang saat ini
ada dikisaran 5,5 persen-6,5 persen belum dipotong PPh final 20 persen. Lalu
bagaimana dengan Anda yang mempunyai dana sekitar Rp 100.000-Rp 1.999.900
maka Anda hanya bisa masuk tabungan dan tabungan berjangka dengan bagi hasil 2
persen-3 persen (untuk tabungan) dan 4 persen untuk tabungan berjangka sudah
terkunci (lock) sekian tahun (tergantung kebijakan bank) lagi-lagi terpotong PPh
final 20 persen. Bandingkan dengan inflasi yang saat ini ada dikisaran 4,61 persen.
Untuk Deposito diatas Rp 500 juta bank bisa memberikan bagi hasil 9 persen gross.
Bandingkan jika yang mengelola adalah manajer investasi maka biaya investasinya
akan rendah dengan hasil yang optimal.
c. Transparansi Informasi

Semua informasi mengenai kinerja investasi harian bisa dipantau di media


masa. Setiap bulan nasabah akan diberikan laporan kinerja investasi seperti rekening
koran dan kinerja Reksa Dana (Fund Fact Sheet).

d. Lebih Aman dan Stabil

Seperti telah dijelaskan diatas, rasio dengan batas 82 persen memberikan


jaminan bahwa perusahaan memiliki struktur modal yang sehat dengan perbandingan
utang tidak boleh lebih besar dari modal. Pada obligasi/sukuk mempunyai
underlying asset yang jelas sehingga resiko default kecil sekali atau bahkan sama
sekali tidak ada. Dengan demikian melalui mekanisme rasio kuantitatif, Reksadana
Syariah terselamatkan dari penurunan NAB yang tajam. Untuk Obligasi Syariah
dengan mekanisme underlying (ada nilai pokok yang dijadikan dasar penerbitan
obligasi), investor dengan sendirinya merasa yakin bahwa obligasi syariah relatif
aman sehingga banyak diinginkan oleh investor baik yang mengharuskan portfolio
investasinya di syariah maupun tidak (konvensional). Umumnya yang memegang
obligasi syariah adalah institusi syariah dan mereka pada umumnya memegang
sampai tanggal jatuh tempo (hold to maturity) sehingga gejolak harganya (volatilitas)
nya relatif stabil.

e. Terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Fungsi dari DPS adalah mengawasi dan memberikan pengarahan agar


pengelolaan Reksa Dana sesuai dengan prinsip syariah yaitu jujur, berkeadilan dan
bermanfaat bagi sesama.

f. Membantu perekonomian bangsa

Pada penerbitan SUKRI, negara bisa memanfaatkannya sehingga biaya


pemerintah jadi lebih kecil, sedang pada perusahaan biasanya hasil penjualan sukuk
dipakai untuk modal kerja perusahaan.
2. Nilai investasi yang berhasil dihimpun Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) per Oktober 2012 sebesar US$24 miliar
"Dibandingkan dengan tahun 2011 total nilai investasi di Indonesia per
Oktober 2011 hanya mencapai US$19 miliar. Sementara itu, pada bulan Oktober
tahun 2012 nilai investasi di Indonesia menembus US$25 miliar," ujar Kepala
BKPM Chatib Basri di Jakarta, Senin (12/11/2012).
Dia juga optimistis target investasi di Indonesia sebesar US$32 miliar sampai
dengan akhir tahun ini bisa tercapai. "Sampai dengan September 2012 nilai investasi
di Indonesia sudah mencapai US$18,3 miliar atau Rp229 triliun, maka kami yakin
target hingga akhir tahun senilai US$32 miliar akan tercapai," katanya.
Selanjutnya, terkait dengan pencapaian target investasi tahun 2013 senilai
Rp390 triliun, Chatib mendorong agar penyelenggara pelayanan terpadu satu pintu
(PTSP) di bidang penanaman modal baik di provinsi, kabupaten dan kota terbaik
dapat meningkatkan realisasi nilai investasi di Indonesia melalui efisiensi birokrasi
dalam pelayanan perizinan.
Sampai dengan tahun ini menurut Chatib, sejumlah 105 kabupaten dan kota
sudah menjadi penyelenggara PTSP dan sebagian di antaranya sudah dilengkapi
sertifikasi ISO, dari total 450 kabupaten dan kota di Indonesia.
Pada kesempatan ini, Chatib turut mengapresiasi kenaikan peringkat Indonesia
untuk investasi di peringkat 128 pada tahun ini, yang naik dari peringkat 129 di
tahun 2011 menurut International Finance Corporation (IFC).
Dia juga mendorong agar tahun depan seluruh kabupaten dan kota di Indonesia
bisa menjadi 'Regional Champion' dalam penyelenggaraan PSPT untuk
meningkatkan realisasi nilai investasi di Indonesia. "PTSP kami harapkan
berkompetisi antara pusat dan daerah, terutama melalui sertifikasi ISO," tuturnya.
3. Realisasi Investasi Januari-September 2012

Investasi Jumlah
PMA Industri Primer US$4,48 miliar
PMA Industri Sekunder US$8,59 miliar
PMA Industri Tersier US$5,17 miliar
PMDN Industri Primer Rp15,06 triliun
PMDN Industri Sekunder Rp38,11 trilun
PMDN Industri Tersier Rp12,50 triliun
Sumber: BKPM

Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memperkirakan nilai pengajuan izin prinsip


investasi baru tahun ini bisa mencapai Rp900 triliun. Kepala BKPM Chatib Basri
mengatakan minat penanaman modal terus tumbuh, terutama dari investor asing.
“Tahun ini, di pipeline sampai September saja lebih dari Rp678 triliun,
sekitar US$75 juta. Ini masih ada 3 bulan lagi,” katanya hari ini, Rabu
(24/10/2012).
Dia memperkirakan nilai pengajuan investasi perusahaan baru di Indonesia
pada akhir 2013 bisa berkisar Rp800 triliun—Rp900 triliun. Nilai pengajuan prinsip
investasi baru terus tumbuh dari sekitar Rp400 triliun pada 2010 dan sekitar Rp600
triliun pada 2011.
“Mereka masuk ke sektor yang kurang lebih sama dengan sektor yang
mendominasi realisasi investasi sekarang,” papar Chatib.
Data BKPM menunjukkan realisasi investasi sepanjang Januari—September
2012 telah mencapai Rp229,9 triliun yang terdiri dari penanaman modal asing
Rp56,5 triliun dan penanaman modal dalam negeri Rp26,2 triliun. Realisasi PMA
didominasi oleh sektor industri pertambangan US$3,15 miliar, industri kimia/farmasi
US$2,47 miliar serta industri transportasi, gudang dan telekomunikasi US$1,87
miliar.
Adapun realisasi PMDN sebagian besar masuk ke sektor industri mineral non
logam Rp9,08 triliun, pertambangan Rp8,60 triliun dan industri makanan minuman
Rp7,71 triliun. Komitmen investasi baru yang lebih dari Rp678 triliun membuat
Chatib optimistis BKPM bisa memenuhi target realisasi investasi Rp390 triliun pada
2013 setelah meraih realisasi yang diperkirakan mencapai Rp300 triliun pada 2012.
Namun, dia mengakui realisasi komitmen investasi yang sudah masuk
membutuhkan upaya dari seluruh sektor pemerintahan di luar BKPM.
“Saya minta tolong dibantu di daerah infrastruktur dan perizinannya, saya kan juga
telah beri contoh melalui membetulkan tracking,” kata Chatib
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Analisa investasi dilakukan dilakukan untuk menganalisa
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam investasi. Baik itu
kemungkinan untung ataupun rugi agar investor dapat memenuhi tujuan-
tujuannya dalam berinvestasi
Investor memiliki tujuan investasi yang mungkin berbeda satu dengan
yang lainnya. Beberapa alasan investor melakukan investasi baik pada
investasi reall maupun investasi keuangan, yaitu:

– Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa depan

– Memperoleh imbalan yang lebih baik atas kekayaan yang dimiliki

– Mengurangi tekanan inflasi

– Untuk menghindari pajak yang perlu dibayarkan

B. Saran

Dalam melakukan investasi hendaknya dilakukan analisa-analiasa


semua kemungkinan yang akan terjadi sebelum berinvestasi agar tujuan
investasi dapat tercapai

Anda mungkin juga menyukai