Oleh:
NIM : 150150061
MK : Ekonomi Teknik
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik, hidayah
serta inayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyusun sebuah makalah
ini sebagai tugas dari mata kuliah Manajemen Biaya yang berjudul “Analisis
Investasi”. Solawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada tauladan serta
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman
jahiliyah ke jaman yang terang benderang pada saat ini.
Tugas makalah ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dan
dukungan dari teman-teman serta para pembimbing yang telah memberikan arahan
untuk perbaikan makalah ini. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Kami
menyadari bahwa tulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, memiliki
banyak kekurangan dan membutuhkan perbaikan, sehingga kritik dan saran sangat
kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan
semua pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk seluruh mahasiswa Unnes
pada khusunya dan seluruh pembaca makalah ini pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia Globalisasi merupakan hal yang sudah tak asing lagi buat kita semua.
Dunia globalisasi telah masuk kesemua Negara tak heran globalisasi membawa hal
yang baik dan buruknya. Globalisasi juga telah berkembang merambat kedunia
perekonomian biasanya berupa penanaman modal pada suatu sektor industri. Setiap
individu pada dasarnya memerlukan investasi, karena dengan investasi setiap orang
dapat mempertahankan dan memperluas basis kekayaannya yang dapat digunakan
sebagai jaminan sosial di masa depannya. Seseorang sering tidak menyadari dirinya
telah melakukan investasi, misalnya dengan menabung dan sebagainya. Agar tak
terjebak melakukan investasi ke dalam portofolio ‘sampah’, atau bahkan ditipu oleh
pihak yang tak bertanggung jawab dengan iming-iming menarik, Anda harus
mengedepankan rasionalitas dan memahami betul resiko-resiko yang dihadapi dalam
berinvestasi. Karena banyak sekali jenis dari investasi tersebut .Jangan sampai
terbuai dengan iming-iming menarik yang tinggi, tapi uang Anda habis sia-sia.
Invejstasi pun banyak jenis dan macamnya jadi harus pandai melihat ke sektor mana
kita akan menanamkan saham kita. Peran penting sekali dari beberapa pihak baik
dari pemerintah dan tiap individu . peran individu sangatlah penting dalam berperan
aktif karena dapat mencegahnya harga barang yang tak terkontrol. Pemerintah
sebaiknya mengatur beberapa aturan tentang peraturan penanaman modal, karena,
sejak pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah pusat terpaksa mengeluarkan kepres
khusus mengenai penanaman modal karena banyaknya kendala yang dihadapi oleh
para investor yang ingin membuka usaha di daerah, khususnya yang berkaitan
dengan proses pengurusan izin usaha. Investor seringkali dibebani oleh urusan
birokrasi yang berbelit-belit sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan
disertai dengan biaya tambahan yang cukup besar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Investasi, yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau
pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat. Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanaman modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian
tersebut menghasikan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang.
Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang barang modal
yang lama Yang telah haus dan perlu didepresiasikan Dalam prakteknya, dalam
usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun
tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (atau pembentukan modal atau
penanaman modal) meliputi pengeluaran/perbelanjaan yang berikut :
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatanproduksi
lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
2. Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan
pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang
yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan
nasional.
Jumlah dari ketiga-tiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi
bruto, yaitu ia meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam
perekonomian dan mengganti barang modal yang sudah didepresiasikan. Apabila
investasi bruto dikurangi oleh nilai apresiasi maka akan didapat investasi
neto. Dalam teori ekonomi makro yang dibahas adalah investasi fisik. Dengan
pembatasan tersebut maka definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai
pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal. Stok barang modal
adalah jumlah barang modal dalam suatu perekonomian pada saat tertentu.
b. Investasi Persediaan
Perusahaan seringkali memproduksi barang lebih banyak daripada target
penjualan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Tentu saja
investasi persediaan diharapkan meningkatkan penghasilan/keuntungan. Persediaan
barang tersebut dikatakan sebagai investasi yang direncanakan atau investasi yang
diinginkan karena telah direncanakan. Selain barang jadi, investasi dapat juga
dilakukuan dalam bentuk persediaan barang baku dan setengah jadi.
B. Fungsi Investasi
Kurva yang menunjukkan perkaitan di antara tingkat investasi dan tingkat
pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi investasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu ia sejajar dengan sumbu datar, atau bentuknya naik ke
atas ke sebelah kanan (yang berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi
investasi). Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan
investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan
nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makroekonomi
biasanya dimisalkan bahwa investasi perusahaan bersifat investasi otonomi.
Menurut Joseph Allois Schumpeter investasi otonom (autonomous
investment,) dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam
jangka panjang seperti :
Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
Tingkat bunga.
Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
Kemajuan teknologi.
Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
C. Kriteria Investasi
a. Payback Period.
Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang
direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik
impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap
makin baik. Kendatipun demikian, kita harus berhati-hati menafsirkan kriteria
payback period ini. Sebab ada investasi yang baru menguntungkan dalam jangka
panjang (> 5 tahun).
b. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio).
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan
dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan
C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan dengan B (benefit). Keputusan
menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai
B/C. Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti output
yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
2. Biaya Investasi.
Hal yang paling menentukan adalah tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi
tingkat bunganya maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat akan investasi
makin menurun. Namun tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah,
minat akan investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih
tinggi dan faktor yang mempengaruhi adalah masalah kelembagaan.
Mengutip dengan artikel "Outlook" Investasi Reksa Dana Tahun 2012 bahwa
kekuatan perekonomian Indonesia masih ditopang oleh:
Hal ini akan membuat perekonomian Indonesia masih relatif aman untuk
beberapa waktu ke depan. Namun, bersikap santai dengan hanya bergantung
pada ketiga hal tersebut saja tanpa ada perencanaan dan kebijakan lebih baik
akan sangat membahayakan ekonomi Indonesia dalam jangka waktu yang
panjang.
Entah teori apa yang mendasari, namun analisis saya tentang ketiga sendi
penopang tersebut adalah sebagai berikut:
Kedua, kebijakan ekonomi Indonesia yang tidak menerapkan asas “lebih cepat
lebih baik” ini dianggap oleh pengusaha modern sebagai sesuatu yang lambat.
Kehati-hatian yang dipilih oleh pemerintah sering membuat jengkel para pebisnis
yang membutuhkan kepastian dalam waktu secepatnya karena tiap detik dalam dunia
bisnis adalah sangat berharga. Belum lagi trust masyarakat kepada pemerintah akhir-
akhir ini terus melemah (entah memang pemerintah yang payah atau ada pihak-pihak
yang memprovokasi) dapat mempengaruhi efektivitas kebijakan yang diambil itu
sendiri.
Ketiga, kembali lagi meski Indonesia terus membaik dan memang lebih baik
dibanding negara-negara berkembang lainnya namun hal ini masih perlu penguatan.
Landasan utama Indonesia dalam cadangan devisa berbeda dengan China (yang
mengandalkan neraca perdagangan) adalah portofolio dan foreign direct investment
(fdi). Hal tersebut tentu saja akan membuat kolaps jika investasi-investasi tersebut
ditarik mendadak secara serentak.
Kembali lagi ke tema, bahwa sesuai nota keuangan Pemerintah Indonesia yang
mencantolkan pergerakan gerbong ekonomi Indonesia pada investasi, pasar modal
dan perbankan, memang seakan menjadi pisau bermata ganda. Pisau yang dapat
menolong Indonesia dalam berbagai masalah sekaligus sanggup menusuk balik
kapan saja apabila tidak diatur dengan benar.
Beralih dari sudut pandang Investor bahwa investasi berupa reksa dana atau
deposito dalam beberapa segi akan lebih menguntungkan dibanding investasi
langsung. Ini salah satu sebabnya kinerja Reksa Dana (khususnya syariah) lebih
optimal dibanding jika investor harus berinvestasi sendiri.
(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/08/10/07564982/Apa.Itu.Reksa.Dana.
Syariah
Investasi Jumlah
PMA Industri Primer US$4,48 miliar
PMA Industri Sekunder US$8,59 miliar
PMA Industri Tersier US$5,17 miliar
PMDN Industri Primer Rp15,06 triliun
PMDN Industri Sekunder Rp38,11 trilun
PMDN Industri Tersier Rp12,50 triliun
Sumber: BKPM
A. Kesimpulan
Analisa investasi dilakukan dilakukan untuk menganalisa
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam investasi. Baik itu
kemungkinan untung ataupun rugi agar investor dapat memenuhi tujuan-
tujuannya dalam berinvestasi
Investor memiliki tujuan investasi yang mungkin berbeda satu dengan
yang lainnya. Beberapa alasan investor melakukan investasi baik pada
investasi reall maupun investasi keuangan, yaitu:
B. Saran