Anda di halaman 1dari 12

KEJANG DEMAN

1.PENGERTIAN

Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun,
berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakronial atau penyebab tertentu
(Mansjoer Arief, 2000)

Kejang demam adalah kejang yang terjadi padausia antara 3 bulan hingga 5 tahun yang berkaitan dengan
demam, namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi intracranial atau penyebab yang jelas. (Roy, Meadow, 2005)

Jadi kejang demam merupakan akibat dari pembebasanlistrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks
serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktifitas motorik atau
gangguan fenomena sensori. (Doenges, 2000)

2. ETIOLOGI

Hingga kini belum diketahui secara pasti demam kejang disebabkan infeksi saluran nafas atas, otitis fedia,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu tmbul pada suhu tinggi dapat menyebabkan
kejang. (Mansjoer Arief, 2000)

Kejang ini ditimbulkan oleh demam dan cenderung muncul saat awal-awal demam. Penyabab ini yang paling
sering adalah infeksi saluran nafas atas. (Roy, Meadow, 2005 : 113)

Kejang demam biasanya dicetuskan oleh infeksi serupa, infeksi virus pada telinga, faring atau saluran cerna.
(Merenstein Gerald, 2001: 638)

3. PATOFISIOLOGI

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme,
bahan baku penting untuk metabolisme otak adalah glukosa, sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantara
fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler.

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Dalam keadaan
normal membran sel neoron dapat dilalui dengan mudah oleh ion natrium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron
sangat tinggi dan natrium rendah, sedangkan diluar sel terjadi sebaliknya.

Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na – K ATP – Ase
yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

1. Perubahan konsentrasi membran ion diruang ekstra seluler


2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadaan demam
kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10 – 15 % dan kebutuhan oksigen
akan meningkat 20 %.

Peningkatan O2 dan energy kontraksi otot skelet oleh karena metabolism anhipotensi arterial dengan disertai
denyut yang meningkat yang selanjutnya akan meningkatkan metabolism otak. Rangkaian ini merupakan suatu
factor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama terjadi kejang lama, factor terpenting adalah
gangguan peredaran darah otak sehingga menyebabkan hipoksia, meningkatkan permeabilitas kapiler otak.
Oedem otak mengakibatkan kerusakan neuron otak. Dengan demikian kejang demam yang berlangsung lama
dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga menyebabkan epilepsi. (Ngastiyah, 2005)

Patways:

Advertiser

4. MANIFESTASI KLINIS

Umumnya kejang demam berlangsungnya tingkat berupa serangan kejang klinik atau tonik-klonik bilateral.
Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau
kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 18% berlangsung lebih dari 15 menit.
Sering kali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi adapun untuk sejenak,
tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang
dapat diikuti hemiparisis sementara tanpa (Heiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa
kali kejang unilateral yang lama, dapat diikuti oleh hemiparesis yang mantap. Bangkitan kejang yang
berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama. (Mansjoer Arief, 2000)

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan cairan serebrospinal


2. Elektroesenfalografi (CEG) tetapi kurang mempunyai nilai prognostik, tidak dianjurkan untuk pasien
kejang demam sederhana
3. Pemeriksaan lab rutin, untuk mengetahui sumber infeksi. (Mansjoer Arief, 2000)

6. KOMPLIKASI

1. Terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologis.


2. Akan didapat IQ yang lebih rendah disbanding dengan saudaranya.
3. Lebid besar mengalami epilepsi. (M.Rudholph. A.,2006 : 161)

7. PENATALAKSANAAN

Ada 3 hal yang perlu dikerjakan :

1. Pengobatan fase akut : pada waktu kejang pasien dimiringkan, dan dipasang tong spatel.

 Untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan.


 Jalan nafas harus bebas, agar oksigenasi terjamin.
 Diazepam diberikan melalui intravena.

2. Mencari dan mengobati penyebab

 Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis.

3. Pengobatan Profilaksis

 Profilaksis intermitem diberikan


 Diazepam oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kg BB
 Hari dibagi 3 dosis saat pasien demam (Mansjoer, Arief, 2000)
Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
1. Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai
alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram
sampai 4000 gram, nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan (Dewi, 2010 ; Putra, 2013).
Menurut Dewi (2010), ciri – ciri bayi baru lahir normal antara lain: lahir aterm antara 37-42 minggu dengan
berat badan 2500 – 4000 gram, panjang badan 48 – 52 cm, frekuensi denyut jantung 120 – 160 x/ menit,
pernapasan 40 – 60 x/ menit, kulit kemerahan- merahan dan licin, nilai APGAR > 7, gerakan aktif, bayi lahir
langsung menangis kuat, genetalia pada laki- laki ditandai dengan testis yang sudah turun dalam skrotum dan
penis yang berlubang sedangkan pada perempuan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta
adanya labia mayora dan minora.

Eliminisai yang baik pada bayi baru lahir normal ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama
dan berwarna hitam kecoklatan.
Bayi baru lahir memerlukan penanganan segera yang harus dilakukan secara cepat dan tepat. Penanganan
tersebut antara lain sebagai berikut :

a) membersihkan jalan napas dengan cara menggunakan jari tangan yang dibungkus kassa steril.

b) memotong dan merawat tali pusat. Tali pusat dipotong 3 cm dari pusat bayi dengan gunting steril dan diikat
dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru kemudian dibalut kassa steril.

c) mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara menghangatkannya.

d) memberi vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada sepertiga paha
bagian luar secara intramuskular dengan dosis 1mg.

e) identifikasi bayi dengan memberikan alat pengenal yang efektif pada setiap bayi baru lahir. Peralatan
identifikasi tersebut dapat berupa gelang identifikasi yang berisi nama lengkap ibu, tanggal lahir, jenis kelamin,
dan hasil pengukuran antropometri yang dipasang pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki bayi.

f) menilai APGAR skor menit pertama dan kelima. Apabila skornya kurang dari 7 maka perlu tindakan lebih
lanjut apakah diperlukan resusitasi atau tidak ( Kosim, 2008; Saifuddin, 2009).
2. Pengertian dan Klasifikasi Asfiksia
Kata asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu
jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital
lainnya (Saifuddin, 2009).
Asfiksia adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernapas secara spontan dan teratur sehingga
menimbulkan gangguan metabolisme tubuhnya dan dapat mengakibatkan kematian (Hassan, 2007;
Muslihatun, 2010).
Asfiksia neonatorum menurut Hassan (2007) dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Asfiksia ringan (“virgorous baby”). Skor APGAR 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa
b. Asfiksia sedang (“mild-moderate asphyxia”). Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik terlihat frekuensi
jantung >100x permenit, tonus otot kurang baik atau baik, refleks iritabilitas tidak ada.
c. Asfiksia berat yaitu dengan skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang
dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia Sedang
a. Pengertian
Asfiksia sedang adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernapas secara spontan dan teratur sehingga
menimbulkan gangguan metabolisme pada tubuhnya, memiliki skor apgar 4-6 dengan frekuensi jantung >
100x/menit serta tonus otot kurang baik atau baik (Hasan, 2007 ; Hidayat, 2009).
b. Etiologi
Menurut (DepKes RI, 2008; Marmi dan Kukuh, 2012), penyebab terjadinya asfiksia sedang ada tiga faktor
yaitu:

1) Faktor ibu yang meliputi preeklamsia dan eklamsia, perdarahan abnormal yang disebabkan karena plasenta
previa atau solusio plasenta, partus lama atau partus macet, demam selama persalinan, infeksi berat
(malaria,sifilis,TBC,HIV), kehamilan post matur, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun ;

2) Faktor bayi yang meliputi bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan sulit (letak sungsang,
bayi kembar, distosia bahu, ektraksi vakum, forsef), kelainan kongenital, air ketuban bercampur mekonium
(warna kehijauan) ;
3) Faktor tali pusat yang terdiri dari lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, dan prolapsus tali
pusat.
c. Patofisiologi
Pernapasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan.
Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia
transien). Proses ini sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat agar menjadi primary gasping yang
kemudian akan berlanjut menjadi napas teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena
reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya.
Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung.
Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang
dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan
pula bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang
berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen
yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara
alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi
kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia
(Hassan, 2007).

d. Faktor Predisposisi
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran
oksigen ke janin berkurang, akibatnya terjadi asfiksia. Keadaan tersebut diantaranya : Gangguan sirkulasi
menuju janin yang disebabkan adanya gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat,
tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu), dan disebabkan pengaruh obat karena
narkosa saat persalinan; faktor ibu yang disebabkan adanya gangguan his (tetania uteri/hipertonik), penurunan
tekanan darah dapat mendadak (perdarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta), vasokontriksi arterial
(hipertensi pada kehamilan dan gestosis preeklampsia-eklampsia) (Kosim, 2008; Mochtar, 2012).
e. Faktor Risiko
Menurut Green (2012), faktor risiko terjadinya asfiksia sedang adalah :

1) Faktor risiko antepartum, antara lain : Diabetes pada ibu, jantung, ginjal, asma, hipertensi, pre-eklampsia,
infeksi intra uteri, plasenta previa ;

2) Faktor risiko intrapartum, antara lain : Kelahiran traumatik, prolaps tali pusat, lilitan tali pusat, distosia bahu.
f. Tanda Klinis atau Laboratoris
Asfiksia sedang biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda- tanda diantaranya :
keadaan umum bayi lemah, frekuensi nadi >100x/menit, respirasi tidak teratur, tonus otot kurang baik, Sianosis
(warna kebiruan) karena kekurangan oksigen dalam darah, muka tampak pucat, dada ada retraksi, gerakan
sedikit pada ekstremitas, mempunyai nilai APGAR 4-6 . (Dewi, 2010; Hidayat, 2008).
Menurut (Saifuddin, 2009), nilai APGAR tetap diperlukan dalam upaya penilaian keadaan bayi dan penilaian
efektivitas upaya resusitasi, meskipun nilai APGAR tersebut tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai
resusitasi atau untuk membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi karena dilaksanakan pada 1 menit dan 5
menit sesudah bayi lahir.
Penilaian skor APGAR terdiri dari 5 tanda yaitu: warna kulit, frekuensi jantung, reflek, tonus otot dan usaha
nafas. Masing-masing tanda tersebut mempunyai nilai 0-2 tergantung kondisi bayi saat lahir. Untuk kasus
asfiksia sedang, jumlah dari skor apgar antara 4-6.
g. Prognosis
Prognosis tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak. Pada kasus bayi baru lahir
dengan asfiksia sedang kalau tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat akan menyebabkan terjadinya
asfiksia berat. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan kemungkinannya
menderita cacat mental pada masa mendatang (Mochtar, 2012).
h. Penatalaksanaan
Awal dari semua langkah asuhan adalah memastikan bahwa segala alat yang diperlukan telah siap. Persiapan
alat penatalaksanaan asfiksia dilakukan sebelum memulai menolong persalinan atau bersamaan saat
mempersiapkan peralatan menolong persalinan dan dalam keadaan siap pakai. Alat-alat yang dibutuhkan sesuai
yaitu: kain yang bersih, kering, hangat, dan dapat menyerap cairan. Kain yang dibutuhkan minimal tiga lembar,
yang digunakan untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi, serta untuk ganjal bahu bayi; kotak alat resusitasi
yang berisi alat penghisap lendir DeLee atau bola karet dan alat ventilasi dalam keadaan steril serta alat
perlindungan diri (DepKes RI, 2008).
Penilaian bayi baru lahir adalah langkah awal sebelum memulai resusitasi. Nilai (skor) APGAR tidak
digunakan sebagai dasar keputusan untuk tindakan resusitasi. Dalam penilaian awal bayi baru lahir perlu
menjawab pertanyaan berikut: apakah air ketuban tanpa meconeum?, apakah bayi segera bernapas spontan atau
menangis?, apakah tonus otot baik?, apakah kulit berwarna merah muda?, apakah umur kehamilan cukup?
Apabila semuanya baik, resusitasi tidak diperlukan dan perawatan rutin untuk bayi baru lahir normal
selanjutnya dapat segera dilakukan. Bila terdapat satu atau lebih penilaian awal mendapat jawaban “tidak”,
langkah awal resusitasi harus segera dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Langkah awal resusitasi
Pada langkah ini dilakukan secara cepat dan diselesaikan dalam waktu +30 detik, yakni sebagai berikut:
a) Menjaga lingkungan hangat dan kering
Sangat penting bagi semua bayi baru lahir untuk dijaga agar tetap kering, bersih, dan hangat untuk mencegah
bayi kedinginan (hipotermi). Pada bayi dengan asfiksia dilakukan dengan meletakkan bayi di atas meja
resusitasi di bawah pemancar panas. Tempat ini harus sudah dihangatkan sebelumnya.
b) Memposisikan bayi yang benar dan membersihkan jalan napas. Membersihkan jalan napas bayi dengan
menggunakan kassa steril, kemudian membaringkan bayi telentang dan memposisikan kepala bayi pada posisi
kepala sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu.
c) Mengisap lendir menggunakan pengisap lendir DeLee dengan cara mengisap lendir mulai dari mulut,
kemudian hidung; mengisap saat alat pengisap ditarik keluar; jangan melakukan pengisapan terlalu dalam
(tidak lebih dari +5cm ke dalam mulut karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau
bayi tiba-tiba berhenti bernapas. Untuk hidung, jangan melewati cuping hidung)
d) Mengeringkan bayi, dan melakukan rangsang taktil.
Mengeringkan bayi dengan kain bersih dan kering dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
tekanan. Tekanan ini dapat merangsang bayi baru lahir mulai bernapas. Rangsangan taktil dapat dilakukan
dengan menepuk atau menyentil telapak kaki dengan hati-hati dan atau menggosok punggung, perut, dada, atau
tungkai bayi dengan telapak tangan. Tindakan ini merangsang sebagian besar bayi baru lahir untuk bernapas.
Prosedur ini hanya dilakukan pada bayi yang telah berusaha bernafas. Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu
untuk meningkatkan frekuensi dari dalamnya pernafasan. Melakukan rangsang taktil terus menerus pada bayi
apnea adalah berbahaya dan tidak boleh dilakukan.
e) Mengatur posisi bayi kembali
f) Memberikan oksigen bila perlu, untuk mengurangi sianosis. Memberikan oksigen dengan kateter nasal
dengan kecepatan aliran kurang dari 2 liter per menit. Pada bayi muda, dosis 0,5 liter permenit adalah yang
paling sering digunakan. Pemberian O2 headbox dengan aliran 5-7 liter permenit untuk mencapai konsentrasi
O2 yang adekuat dan mencegah penumpukan CO2. Sedangkan aliran 2-3 liter permenit diperlukan untuk
mencegah rebreathing CO2 .
2) Evaluasi langkah awal
Setelah langkah awal selesai dilakukan dan bayi sudah diposisikan kembali, dilakukan penilaian pernapasan,
frekuensi jantung dan warna kulit.
a) Bila bayi bernapas dan denyut jantung > 100 kali permenit, kulit berwarna merah muda, selanjutnya bayi
perlu perawatan suportif
b) Bila bayi masih tidak bernapas (apnea) atau denyut jantung <100 kali permenit, bayi memerlukan tindakan
selanjutnya, yaitu ventilasi tekanan positif dengan cara:
(1) Memasang sungkup dan memperhatikan perlekatan pada sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.
(2) Melakukan ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai
bernapas, apabila dada bayi mengembang, melakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air dalam 30
detik
(3) Melakukan penilaian pernapasan bayi apakah bayi sudah menangis, bernapas spontan dan teratur atau
belum.
3) Asuhan Pascaresusitasi
Resusitasi berhasil bila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti dengan
perbaikan tonus otot atau bergerak aktif, bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau
sesudah ventilasi, kemudian melakukan asuhan – asuhan pascaresusitasi antara lain:
a) Melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
Penting sekali untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam setelah bayi lahir. Bila bayi sudah
bernapas normal, lakukan kontak kulit bayi dan kulit ibu dengan cara meletakkan bayi di dada ibu dalam posisi
bayi tengkurap, kepala bayi menghadap dada ibu di antara kedua payudara, sedikit di bawah puting, lalu
selimuti keduannya untuk menjaga kehangatan. Ibu dianjurkan selama sekitar 1 jam untuk memberikan
dorongan bayi untuk menyusu, sambil menunggu bayinya meraih puting susu secara mandiri. Biasanya berhasil
menyusu menit ke 30-60.
b) Konseling
(1) Menganjurkan ibu sesering mungkin memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan pernapasan
perlu banyak energi
(2) Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi
c) Memberikan vitamin K, pemeriksaan fisik, pemberian antibiotik jika perlu.
d)Melakukan pemantauan seksama terhadap bayi pascaresusitasi dengan cara:
(1) Memperhatikan tanda- tanda kesulitan bernapas pada bayi yaitu dengan ciri- ciri : napas megap-megap,
frekuensi napas ± 60x/menit, bayi kebiruan atau pucat, bayi tanpak lemas
(2) Menjaga agar bayi tetap hangat dengan cara memandikan bayi hingga 6- 24 jam setelah bayi lahir
(Kosim, 2008 ; Marmi dan Kukuh, 2012 ; Saifuddin, 2009)

1. Ny L datang ke posyandu tanggal 07 januari 2014. Lisa lahir tanggal 01 agustus 2013 di BPS dengan berat
badan lahir 3125 gram, panjang badan 51 cm.
Pertanyaan:
Asuhan nutrisi apa yang diberikan untuk lisa adalah………..
a. Asi eklusif
b. Bubur susu + asi
c. Bubur nasi + asi
d. Nasi lembek + asi
e. Bubur nasi +bubur susu
Jawaban : c. Bubur susu + asi
Pembahasan
Asi adalah makanan yang terbaik untuk bayi.
Manfaat asi
1. Nutrien (zat gizi) dalam asi sesuai dengan kebutuhan bayi
2. Asi mengandung zat protektif
3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
4. Menyebabkan pertumbuhan dan perkebangan bayi menjadi baik.
5. Mengurangi kejadian karies dentis.
6. Mengurangi kejadian maloklusi.
Referensi : Lilik kurniawan, yayan akhyar israr fakultas kedokteran univ Riau.2009

2. Bayi T lahir spontan 1 jam yang lalu, gerakan aktif, berat badan 2400 gram, panjang badan 48 cm,
pernapasan 40 x/menit, dengan usia kehamilan saat lahir 36 minggu. Dari hasil pemeriksaan tidak di temukan
kelainan.
Pertanyaan :
Asuhan apa yang harus diberikan pada bayi T adalah…………..
a. Dimandikan
b. Pemberian oksigen
c. Pemberian antibiotik
d. Dirawat dalam indikator
e. Rawat gabung dengan ibunya
Jawaban : e. Rawat gabung dengan ibunya
Pembahasan
rawat gabung adalah membiarkan ibu dan bayi nya bersama terus menerus.
Manfaat rawat gabung
1. Mempercepat mantapnya dan terus terlaksananya proses menyusui.
2. Memungkinkan proses bonding rawat gabung akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayinya.
3. Menurunkan biaya pihak rumah sakit dapat menekan biaya karena tidak perlu membangun dan memelihara
ruang bayi sehat, tidak perlu mengeluarkan gaji untuk petugas ruang bayi sehat, juga biaya yang harus
dikeluarkan bila bayi menjadi sakit dapat dikurangi. Turn over lebih cepat
4. Peralatan minimal bila dilakukan bendding-in maka akan mengurangi pembelian boks bayi. Tidak
memerlukan botol susu.
5. Tidak ada tambahan tenaga, tidak perlu menambah tenaga untuk ruang bayi sehat, karena untuk rawat
gabung dapat memanfaat kan tenaga yang sudah ada di ruangan nipas.
Referensi : Fransiska sri susanti. Buku indonesia menyusui

3. Ny E baru saja melahirkan di BPS. Bayi menangis kuat, warna kulit merah, gerakan aktif. BBL 2900 gram,
panjang 52 cm.
Pertanyaan:
Penatalaksanaan yang dilakukan segera terhadap bayi Ny E adalah……….
a. Memandikan
b. Mengisap lendir
c. Memotong tali pusat
d. Inisiasi menyusui dini
e. Mengeringkan
Jawaban : e. Mengeringkan
Pembahasan
Setelah bayi lahir bidan mengeringkan tubuh bayi agar tidak terjadinya kehilangan panas tubuh secara
evaporasi.
Refrensi : Prawirohardjo, sarwono. 2005. Ilmu kandungan. Jakarta:yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo

4. Bayi I lahir spontan di BPM, berat badan 2300 gram, panjang badan 48 cm, suhu 35,5oC. Bayi tampak
kedinginan dan muka bayi tampak pucat.
Pertanyaan:
Asuhan apa yang diberukan pada bayi I tersebut………….
a. Memasukan bayi kedalam inkubator
b. Melakukan metode kangguru
c. Memberikan asi eklusif kepada bayi
d. Berikan antibiotik
e. Lakukan rujukan segera
Jawaban : b. Melakukan metode kangguru
Pembahasan :
Manfaat melakukan metode kangguru
1. Suhu tubuh lebih cepat stabil
2. Tumbuh lebih cepat
3. Perkembangan otak lebih baik
4. Denyut jantung stabil
5. Resiko terinfeksi penyakit lebih kecol
6. Waktu tidur lebih panjang
7. Lebih jarang menangis
8. Lebih berhasil menyusui langsung pada ibunya
9. Memperpanjang durasi atau lama menyusu
Refrensi : Lilik kurniawan, yayan akhyar israr fakultas kedokteran univ riau.2009

5. Seorang bayi lahir spontan di BPM. Berat badan 3500 gram, panjang badan 51 cm, pernapasan 45 x/menit.
Bayi menetek kuat, talin pusat tidak ada tanda-tanda infeksi.
Pertanyaan :
Sebelum dibawa pulang informasi yang harus diberikan pada bayi Ny B adalah……
a. Pemberian asi setiap 3 jam
b. Pemberian PASI setisp saat
c. Pemberian antibiotik secara rutin agar tidak terjadi infeksi
d. Pemberian makanan tambahan agar bayi cepat besar
e. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi agar bayi tidak kedinginan
Jawaban : e. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi agar bayi tidak kedinginan
Pembahasan
Bayi rentan terhadap suhu yang berada di lingkungan sekitar jika bayi kehilangan panas tubuhnya bisa
menyebabkan hipotermi
Refrensi : Prawirohardjo, sarwono. 2005. Ilmu kandungan. Jakarta:yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo

BBL Normal
6. Seorang ibu melahirkan 1 jam yang lalu di BPS, usia kehamilan 40 minggu, BB: 2.800 gram PB: 48 cm,
bergerak aktif, warna kulit kemerahan, RR: 40 x /menit, Nadi: 130 x/menit, suhu: 36oC.
Pertanyaan :
Apa diagnosa yang tepat pada Bayi Baru Lahir tersebut ?
a. BBL Normal
b. BBL dengan asfiksia
c. BBL dengan Hipotermia
d. BBL dengan lebih bulan
e. BBL dengan infeksi
Jawaban : a. BBL Normal
Pembahasan : BBL normal adalah bayi yang baru dilahirkan pada kehamilan cukup bulan, berat badan bayi
antara 2.500 – 4.000 gram,
B antara 48-52 cm dan tanpa tanda asfiksia dan penyakit penyerta lainnya.
Referensi : Varney H, Varney Midwifery. 1997 Third ed. J&B publisher. London. Capt 32, Hal. 551-560.
7. Seorang ibu melahirkan bayi secara spontan, bayi menangis kuat, BB 2.700 gram PB 48 cm RR 40 x/menit,
dengan usia kehamilan saat lahir 37 minggu. Dari hasil pemeriksaan tidak ada kelainan.
Pertanyaan:
Dari data di atas. Usia kehamilan dan bayi tersebut termasuk dalam kategori ?
a. Premature
b. Dismature
c. Matures
d. Post Maturus
e. Presipatatus
Jawaban : c. Matures
Pembahasan : Partus Matures/aterm adalah partus pada umur kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat
badan diatas/ > 2. 500 gram.
8. Seorang bayi lahir spontan dengan BB 2.600 gram PB 48 cm. Bayi tersebut dilakukan rangsangan denagn
menggosokkan punggung, tangan dan kaki dengan lembut. Serta menyentil perlahan telapak kaki 1-2 kali.
Hasilnya didapatkan penilaian APGAR SCORE bernilai 7.
Pertanyaan : Dari data di atas, yang dimaksud dengan rangsangan tersebut adalah ?
a. Rangsangan Tonic Neck
b. Rangsangan Taktil
c. Rangsangan Sucking
d. Rangsanan Walking
e. Rangsangan Glabellar
Jawaban : b. Rangsangan Taktil
Pembahasan : Rangsangan taktil merupakan upaya untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif pada BBL.
Mengeringkan tubuh bayi merupakan tindakan stimulasi. Apabila setelah tubuh bayi dikeringkan secara
seksama dan telah dihisap lendirnya, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda pernapasan yang memadai maka
dapat dilakukan :
1) Menggosok punggung, tangan dan kaki dengan lembut
2) Menyentil perlahan telapak kaki 1-2 kali.
Referensi : Depkes, R.I. 1999. Asuhan Bayi Baru Lahir Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Depkes, R.I.

BBL Bermasalah
9. Bayi “B” lahir prematur di BPS dengan usia kehamilan 35 minggu, BB: 2400 gram, P: 46 cm, RR: 20 x/
menit, dan Apgar skor 4-6. Dan pada saat persalinan air ketuban bercampur dengan mekonium.
Pertanyaan: Apa diagnosa pada bayi tersebut ?
a. Asfiksia
b. Asfiksia neonatorum ringan
c. Asfiksia neonatorum sedang
d. Asfiksia neonatorum berat
e. Gangguan pernafasan
Jawaban : c. Asfiksia neonatorum sedang
Pembahasan: Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia
akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan
dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut
yang mungkin timbul.
Etidiologi: faktor ibu dan faktor bayi
1. Faktor ibu
a.Preeklampsia dan eklampsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Refesensi: Markum, Ilmu Kesehatan Anak, FK UI jakarta 1999

10. Bayi perempuan umur 2 bulan lahir dengan prematur, BBL: 2400 gram, P: 48 cm, RR: 34x/menit, dan pada
paska persalinan usia ibu 20 tahun dan perdarahan, dan ibu ini kecandu rokok dan golongan ekonomi rendah.
Dan posisi pada saat tidur bayi tengkurap padahal belum waktunya tengkurap dan pada saat di ambil bayi sudah
meninggal.
Pertanyaan: Apakah diagnosa yang tepat untuk bayi tersebut ?
a. Bayi dengan SIDS
b. Bayi dengan gangguan perkembangan
c. Bayi dengan gangguan pernafasan
d. Bayi Prematur
e. Bayi dengan BBLR
Jawaban : a. Bayi dengan SIDS
Pembahasan: suatu kematian yang mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya sehat. SIDS
merupakan penyebab kematian yang paling sering ditemukan pada bayi yang berusia 2 minggu-1 tahun.
Faktor resiko
1. Kasur yang lembut (pada bayi kuran dari 1 tahun
2. Tidur tengkurap (pada bayi kurang dari 4 bulan)
3. Bayi prematur
4. Riwayat SIDS pada saudara kandung
5. Banyak anak
6. Musim dingin
7. Ibunya perokok
8. Ibunya pecandu obat terlarang
9. Ibunya berusia muda
10. Jarak yang pendek diantara 2 kehamilan
11. Perawatan selama kehamilan yang kurang
12. Golongan sosial-ekonomi rendah. SIDS lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki.

IKTERUS NEONATORUM ADALAH

Ikterus neonatorum adalah perubahan warna menjadi kuning yang terjadi pada neonatus atau bayi-bayi yang
baru lahir. Perubahan warna ini dapat dilihat pada mata, rongga mulut, dan kulit. Ikterus neonatorum dapat
bersifat fisiologis atau normal terjadi pada bayi baru lahir, atau patologis atau yang tidak normal pada bayi baru
lahir dan dapat mengancam nyawa. Sekitar 65% dari bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu pertama
setelah lahir dan sekitar 1% dari bayi baru lahir mengalami ikterus hingga dapat mengancam nyawa atau yang
disebut juga sebagai kernikterus.

Pada orang-orang dengan ras Asia ditemukan lebih sering mengalami ikterus neonatorus dengan kadar bilirubin
> 12 mg/dL dibandingkan ras kulit putih dan negro. Pada bayi-bayi premature terjadi peningkatan angka
kejadian ikterus neonatorum dibandingkan dengan bayi-bayi yang cukup bulan.

GEJALA

Gejala utama yang dapat dilihat pada bayi adalah perubahan warna menjadi kuning yang dapat dilihat pada
mata, rongga mulut, dan kulit. Perubahan ini awalnya mudah tampak dari mata lalu apabila makin berat dapat
menjalar hingga ke dada, perut, tangan, paha, hingga ke telapak kaki. Pneting untuk mengetahui kapan awal
mula terjadinya kuning pada bayi tersebut karena dapat menentukan apakah ikterus ini bersifat fisiologis atau
bersifat patologis. Selain itu, pada bayi dengan ikterus neonatorus fisiologis, bayi tampak sehat dan tidak
rewel. Apabila ditemukan kuning disertai dengan anak lesu, malas menetek, dan rewel, perlu dicurigai sebagai
ikterus neonatorus patologis dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Tanda-tanda terjadinya ikterus neonatorum yang bersifat fisiologis:

1. Gejala kuning muncul pertama kali lebih dari 24 jam setelah lahir;
2. Kenaikan kabar bilirubin < 5 mg/dL;
3. Puncak dari kenaikan kadar bilirubin muncul di hari ke 3-5 dengan kadar bilirubin < 15 mg/dL;
4. Gejala kuning yang muncul menghilang dalam waktu 1 minggu untuk bayi cukup bulan dan 2 minggu pada bayi
yang premature atau kurang bulan.

Apabila kuning yang muncul selain dari kriteria yang ada di atas, maka dimasukkan ke dalam tipe ikterus
neonatorum yang bersifat patologis sehingga perlu eveluasi dan pemeriksaan yang lebih lanjut. Pemeriksaan
yang dilakukan berguna untuk mengatahui penyebab dari ikterus patologis tersebut, contoh pemeriksaan yang
dapat dilakukan :

1. Kadar bilirubin serial atau diperiksa berulang-ulang sehingga dapat dipantau kenaikan kada bilirubinnya. Apabila
kadar tinggi dapat segera diambil tindakan;
2. Golongan darah dan rhesus dari ibu dan bayi. Sering terjadi ikterus karena golongan darah atau rhesus ibu dan
bayi tidak sesuai;
3. Tes Coomb;
4. Hapusan darah tepi untuk mengetahui bentuk dari sel darah merah;
5. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengevaluasi kemungkinan infeksi.

PENYEBAB

Pada bayi yang baru lahir terjadi perubahan dari sel darah merah atau eritrosit saat di dalam kandungan menjadi
sel darah merah di luar kandungan. Sel-sel darah merah yang ada di dalam kandungan akan hancur dan
digantikan oleh sel darah merah di luar kandungan. Sel darah merah yang hancur tersebut di dalam proses
penghancurannya menghasilkan bilirubin indirek. Bilirubin indirek ini agar dapat dibuang dari dalam tubuh
memerlukan enzim uridildiphosphoglukoronil transferase (UDPGT). Proses tersebut dilakukan di dalam hati
menjadi bilirubin direk lalu masuk ke dalam usus. Di dalam usus, lalu diproses bersama dengan kuman-kuman
di dalam usus. Hasil akhirnya lalu dibuang bersama dengan buang air besar (BAB).

Pada bayi-bayi yang baru lahir, terjadi perubahan sel darah merah di dalam kandungan menjadi sel darah merah
di luar kandungan dalam jumlah besar sehingga produksi dari bilirubin indirek menjadi tinggi. Pada bayi baru
lahir kemampuan UDPGT di dalam hati untuk dapat mengubah seluruh bilirubin indirek menjadi bilirubin direk
belum maksimal. Selain itu, usus bayi baru lahir juga masih bersih belum terdapat kuman-kuman yang dapat
mengubah bilirubin direk agar dapat dibuang bersama dengan BAB dan pergerakan atau motilitasnya juga
belum maksimal sehingga bilirubin direk tersebut dapat diserap kembali melalui usus dan masuk ke dalam hati
lagi.

Kadar bilirubin indirek yang tinggi dapat berbahaya karena bilirubin tersebut dapat masuk dan menembus
sawar otak sehingga menimbulkan kernikterus dan mengancam nyawa.

Selain karena proses normal dari perubahan sel darah merah di dalam kandungan menjadi sel darah merah di
luar kandungan, ikterus neonatorum dapat bersifat patologis karena disebabkan oleh:

1. Inkompatibilitas golongan darah, inkompatibilitas rhesus. Hal ini terjadi apabila terjadi perbedaan antara
golongan dara ibu dengan golongan darah atau rhesus bayi sehingga terjadi pernghancuran dari sel darah
merah bayi;
2. Bentuk dari sel darah merah yang tidak normal sehingga mudah pecah atau hancur;
3. Gangguan enzim di dalam sel darah merah, contohnya G6PD;
4. Lebam yang luas di kepala karena proses persalinan yang lama dan penggunaan vakum untuk membantu
persalinan;
5. Infeksi yang berat;
6. Sumbatan di saluran pencernaan.

Selain itu, ikterus juga dapat disebabkan oleh:

1. Kurangnya asupan dari ASI pada awal-awal proses menyusui karena produksi yang masih rendah sehingga
terjadi peningkatan penyerapan bilirubin direk di dalam usus;
2. Pada bayi-bayi yang diberi ASI terjadi peningkatan penyerapan bilirubin direk di dalam usus karena kandungan
yang terdapat di ASI. Apabila bayi tampak sehat, berat badan bertambah, dan tidak terdapat tanda-tanda
adanya gangguan lain maka pemberian ASI dapat diteruskan dan tidak berbahaya.

PENGOBATAN

Pada bayi-bayi yang mengalami ikteris neonatorum fisiologis dapat dijemur di bawah sinar matahari pagi antara
7-9 pagi selama 15 menit. Sinar matahari mengandung sinar biru-hijau yang dapat mengubah bilirubin indirek
menjadi bilirubin yang lebih mudah dibuang. Selain itu, matahari pagi berguna sebagai sumber vitamin D.

Pada bayi-bayi yang kadar bilirubin indireknya tinggi dan bersifat patologis dapat dilakukan fototerapi dengan
menggunakan sinar berwarna biru - hijau. Sinar yang berwarna biru - hijau dapat mengubah dari bilirubin
indirek agar menjadi bentuk bilirubin yang lebih mudah buang hingga keluar dari dalam tubuh dan tidak
berbahaya. Pada bayi-bayi dengan faktor resiko tinggi terjadinya ikterus neonatorum deteksi dini perlu
dilakukan dan fototerapi dilakukan lebih dini. Pada bayi-bayi peningkatan kadar bilirubin indirek yang tetap
tinggi walaupun telah dilakukan foto terapi, dapat dilakukan tranfusi tukar agar kadar bilirubin dapat menurun.

Apabila ikterus neonatorum patologis tidak diterapi dengan adekuat dapat menyebabkan terjadinya kernikterus.
Bilirubin indirek dapat menembus sawar otak atau lapisan otak sehingga dapat merusak dari sel-sel saraf
terutama yang di otak karena jumlahnya banyak. Kerusakan yang ditimbulkan bersifat permanen dan dapat
menyebabkan kecacatan.

Anda mungkin juga menyukai