Anda di halaman 1dari 3

1.

Anamnesis pribadi
Ditanyakan tentang tentang pekerjaan, pekawinan, kapan dan sudah berapa anak, apakah ikut
keluarga berencana, kebiasaan merokok, alcohol, obat-obatan, jamu-jamuan, kopi, tidur, dll.
2. Anamnesis keluarga
Apakah ayah sehat ataukah sudah meninggal, bila sudah meninggal apa sebab kematiannya, dan
bila masih sakit apa penyakitnya, demikian juga ibu dan saudara-saudara. Penyakit-penyakitnya
dalam keluarga yang berhubungan dengan penyakitnya herediter seperti diabetes, alergi, gout,
Koch pulmonum, diathesa haemorrhagic, dll.
3. Anamnesis penyakit terdahulu
Apakah pernah sakit morbili, cacar, rematik, asma brochial, batuk rejan, hepatitis virus, dll.
Keterangan terperinci dari semua penyakit dan penyulit-penyulitnya yang pernah dialami harus
dicantumkan dan sedapat mungkin menurut ukuran waktu.
4. Anamnesis lain-lain
Apakah pernah trauma, rontgen bagaimana hasilnya dan kapan, apakah pernah opname,
beberapa kali dan Karena apa. Apakah pernah operasi, kapan, pakai obat bius apa, kenapa
dioperasi.

Sebelum melakukan anamnesis seperti dikemukakan di atas, maka perlu identifikasi penderita
antara lain :
 Bila masuk rumah sakit harus punya nomor register
 Nama penderita
 Kelainan
 Umur
 Bangsa/suku
 Kawin/tidak
 Pekerjaan
 Alamat
 Tanggal MRS
 Agama

Ada dua jenis anamesis penderita :

 Auto anamnesa adalah riwayat penyakit yang diperoleh dari si penderita sendiri (yang
bersangkutan)
 Hetero anamnesis adala rowayat penyakit yang diperoleh dari keluarga atau pengantar si
sakit misalnya Karena sis sakit pingsan, koma, dll.

PEMERIKSAAN FISIS

Meliputi :

1. Kesan umum
 Tampak sakit berat, apabila penderita sesak hebat, koma, kejang-kejang atau shock.
 Tampak sakit sedang apabila penderita tampak lemah, masih dapat duduk
 Tampak sakit ringan apabila penderita msih dapat jalan-jalan.
 Tampak tidak sakit
2. Reaksi terhadap sakit
 Posisi khusus
 Pasif atau hiperaktif
 Apatis atau gelisah
3. Kesadaran
 Perhatikan apakah penderita sadar (composmentis) atau tidak sadar (incomposmentis).
Derajat kesadaran dari ringan sampai berat dapat dinyatakan dengan :
- Apati : keadaan penderita segan untuk berhubungan dengan kehidupan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh. Penderita kalua di cubit masih bereaksi.
- Somnolen : penderita selalu kelihatan mau tidur saja, bila dicubit masih bereaksi namun
cepat tidur kembali.
- Soporeus/ semi comateus : reaksi penderita hanya dapat dirangsang dengan rasa nyeri
yang kuat, reflex batuk dan muntah masih ada, namun satelah reflex itu timbul
kesadaran penderita kembali tidak ada.
- Comateus : kesadaran penderita sudah hilang sama sekali, dengan rangsangan apapun,
penderita tidak akan bereaksi, reflex batuk juga sudah tidak ada.

Beberapa kepustakaan membagi koma atas beberapa tingkat (modifikasi Robinson Stoot
dan Reed) sebagai berikut :

- Coma tingkat (grade) I : penderita tidak sadar, masih dapat dibangunkan, sukar
berorientasi terhadap tempat dan waktu.
- Coma tingkat (grade) II : penderita tidak sadar, hanya bereaksi dengan suara kerras dan
rangsang nyeri saja (misalnya terhadap jarum suntik). Sedang reflex-refleks tendon
masih ada.
- Coma tingkat (grade) III : penderita tidak bereaksi terhadap ragsang nyeri, sebagian
reflex tendon menghilang, tetapi reflex muntah, batuk, atau pupul masih ada.
- Coma tingkat (grade) IV : sebagian reflex menurun atau menghilang, pupil dilatasi
dengan reflex cahaya negative, akan tetapi tekanan darah dan pernapasan baik
- Coma tingkat (grade) V : tidak ada reaksi sama sekali terhadap rangsangan sesuatu
maupun nyeri, reflex-refleks negative, pernapasan menurun dibawah 8 kali permenit,
tekanan darah sistolik menurun dibawah 85mmHg
Kebalikan ari eadaan tersebut diatas terdapat gangguan kesadaran dimana penderita
berteriak-teriak, mengigau, tidak mau diam, melompat-lompat, mau lari, dll. Keadaan ini
disebut delirium.
4. Gizi
Keadaan gizi penderita harus di perhatikan, apakah gizi kurang (hipotropis atau kurus) normal
(eutropis) atau gizi lebih (hipertropis/gemuk).
Penilaian ini dapat didasarkan pada :
 Nilai normal apabila : (tinggi badan-100cm) ± 10% dari (tinggi badan-100cm) x 1 kg. bila
berat badan penderita lebih besar dari hasil nilai normal yang didapat makan gizi
penderita hipertropis demikian pula sebaliknya.
 Perhitungan menurut : percentage of Relative Body Weight (RBW)
Penderita disebut overweight (gemuk) bila RBW melebihi 110%, normal atau eutropis
bila RBW 90-110% sedang underweight bila RBW kurang dari 90%.

Penentuan RBW didapat dengan menunggunakan rumus

RBW = BB x 100%
TB -100

BB = Berat badan (Kg)

TB = Tinggi badan (cm)

Kadang-kadang didapatkan penderita yang sangat kurus disebu Cachexia. Keadaan ini
dijumpai pada penyakit-penyakit lama atau kronis yang berat sekali misalnya pada TB
dan keganasan.

Anda mungkin juga menyukai