Anda di halaman 1dari 44

BAB 2

Proses Pemisahan Secara Mekanik

By:
Tri Hartono, M.Chem.Eng.

1 Created By Tri Hartono


 Amati suatu proses pengolahan bahan ttt, akan
menemukan atau mengenali jenis2 operasi dlm proses
pengolahan ini.
 Jenis operasi seperti itu disebut operasi unit (unit
operation), karena operasi seperti ini merupakan satu
bagian (unit) pembentuk proses itu sendiri.
 Jadi suatu proses dapat dikatakan dibentuk dari
kombinasi suatu operasi unit tertentu. Dengan demikian
suatu proses terdiri dari paling sedikit satu operasi unit.

2 Created By Tri Hartono


Contoh
 Operasi-operasi unit yang dapat ditemukan pada proses
pengolahan gula pasir:
1. Unit
2. Unit
3. Unit
4. Unit
5. Unit
6. Unit

3 Created By Tri Hartono


 Selanjutnya teknik proses sejauh ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
 Operasi2 mekanik (mechanical operation)
 Operasi2 perpindahan panas dan masa (heat and mass transfer
operation)
 Teknik reaksi (reaction engineering)

 Dalam Bab 2 ini, akan dibahas secara detail operasi-operasi unit yg


termasuk dlm proses pemisahan scr mekanik.

 Teknik proses pemisahan suatu campuran terbagi dalam 2 bag, yaitu


proses pemisahan scr mekanik (mechanical separation processes) &
pemisahan scr termal (diffusional separation processes).

4 Created By Tri Hartono


 Pemisahan scr mekanik dilakukan dg cara mengerahkan alat-alat
yang bekerja scr mekanik, sebaliknya pemisahan scr thermal banyak
melibatkan energi panas yg dpt mengubah fase zat-zat tertentu.

 Proses pemisahan scr mekanik hanya dpt memisahkan sebag zat


saja dari campuran asalnya, misal pemisahan padatan berukuran
besar dari campuran padatan berukuran beragam dengan sieving
atau pemisahan padatan tanah dari larutan air yang mengandung
padatan tanah melalui proses filtration atau sedimentation

 Sebaliknya, proses pemisahan /penguraian air & mineral-mineral


dari air laut tdk akan tercapai jika hanya dig filter biasa/ bak
pengendapan/dg alat centrifuge.

5 Created By Tri Hartono


 Dari contoh di atas diket bahwa air mengandung padatan
terdiri dari 2 fase (fase adalah bag dari sistem yg sifatnya
tidak berubah, spt densitas, viskositas, dll). Sebaliknya air
laut hanya terdiri atas 1 fase saja. Dg demikian dapat diambil
kesimpulan, bahwa:
 Hanya campuran2 yg memiliki 2 fase/lebih dapat
dipisahkan/diuraikan atas bagian-bagian penyusunnya scr
mekanik.
 Campuran2 yg terdiri atas 1 fase selanjutnya akan diuraikan
dg cara pemisahan scr thermis seperti destilasi (distillation,
rectification), evaporasi (evaporation), absorpsi (absorption),
pengeringan (drying), dsb.

6 Crated By Tri Hartono


2.1 SIEVING

2.1.1 Identifikasi Kelompok Partikel

Semua partikel, tidak terkecuali apakah partikel2 itu merup bhn


mentah, produk antara (intermediate product), ataupun produk akhir
(final product), semuanya memiliki ukuran ttt & dlm jml yg banyak.

Untuk memahami operasi unit di dlm operasi mekanik, maka harus


dipahami definisi & metoda pengukuran ukuran partikel. Karena
partikel-partikel dari suatu kelompok partikel scr umum memiliki
ukuran & bentuk yg berbeda-beda, maka perlu diketahui distribusi
ukuran partikel & sehubungan dengan itu perlu dicari ukuran rata-
rata partikel tersebut.

7 Created By Tri Hartono


2.1.2 Definisi Ukuran Partikel

Partikel2 berbentuk bola, ukuran partikel didefinisikan


berdasar ukuran diameternya. Tetapi untuk partikel yg tidak
berbentuk bola, maka terdapat banyak kemungkinan dalam
mendefinisikan ukuran partikel, tergantung dari metoda2
pengukuran ukuran partikel yg dig & juga sifat-sifat partikel
itu sendiri.

 Berikut adalah definisi2 ukuran partikel yg tidak berbentuk


bola:

8 Created By Tri Hartono


a. Ukuran partikel sebagai sieve diameter, yaitu setara dengan
lebar kawat ayak pada metoda analisa ayak (sieve analysis)
dp = L ……………………. (2.1)

b. Ukuran partikel sebagai free falling/stokes diameter, yaitu


setara dengan diameter partikel berbentuk bola yang
memiliki kecepatan tenggelam yang sama di dalam suatu
zat cair tertentu.
dp = d ……………………. (2.2)

9 Created By Tri Hartono


c. Ukuran partikel sebagai volume diameter, yaitu setara
dengan diameter partikel berbentuk bola yang memiliki
volume sama

6V
dp = 3 ……………………. (2.3)
π
d. Ukuran partikel sebagai surface diameter, yaitu setara
dengan diameter partikel berbentuk bola yang memiliki
luas permukaan sama

A
dp = ……………………. (2.4)
π
Catatan: pemilihan dan pemakaian definisi ukuran partikel seperti di atas dalam
prakteknya harus berdasarkan kasus yang menyertainya dan yang paling relevan.

10 Created By Tri Hartono


Contoh soal:
 Tentukan perbedaan ukuran partikel yang berbentuk
kubus dengan panjang sisi L berdasarkan definisi-definisi
ukuran partikel seperti di atas.

a). sieve diameter : dp = L


b). volume diameter : dp = 1,241 L
c). surface diameter : dp = 1,382 L

11 Created By Tri Hartono


2.1.3 Istilah-istilah Lain untuk Ukuran Partikel

a. Ukuran partikel tengah, dpm (median particle size).


dpm = dp, dimana C%OP = 0,5 ……………………. (2.5)

b. Ukuran partikel yang paling banyak, dpF


dpF adalah ukuran partikel yang memiliki kemungkinan
terbesar (paling banyak ada).

c. Diameter bola ekivalen, d32


Jika dibayangkan suatu klp partikel sbg suatu kumpulan dari
sejumlah n bola sama besar yg memiliki tot vol & tot luas
permukaan yg sama dg klp partikel itu, maka akan diperoleh
suatu ukuran partikel ttt. Ukuran partikel yg didapatkan dg cara
spt itu disebut diameter bola ekivalen d32 & besarnya
ditentukan sbb.
12 Created By Tri Hartono
dp = d32
π
Vp = n d 323
6
A = nπ d 322
…………………….(2.6a & 2.6b)
A ⋅ d 32
Vp = V =
6
6 ⋅V
d 32 =
A
 d32 ini, memiliki arti penting terutama jika partikel2 tsb mengalir.
Perannya mirip diameter hidrolisis pada mekanika fluida. Diameter
bola ekivalen d32 merup suatu informasi yg sangat penting dlm
pembahasan scr kuantitas pada operasi dg partikel2 yg mengalir spt
filtration, drying, absorption, dsb.

13 Created By Tri Hartono


2.1.4 Analisis dan Metode Pengukuran Partikel

 Bermacam-macam metoda pengukuran ukuran partikel


dalam prakteknya menggunakan sifat-sifat fisik dan geometri
yang berlainan dari partikel yang bersangkutan. Karena itu
tentu saja ukuran partikel yang didapat terutama untuk
partikel partikel yang lembut dan pada penyimpangan
ketidakbulatan untuk sampel yang sama akan menunjukkan
hasil pengukuran yang berbeda-beda.

14 Created By Tri Hartono


A. Analisa Ayak (sieve analysis)

 Mesin ayak ini terdiri atas beberapa


tingkat bidang ayak, yg mana semakin
ke bawah lubang antar kawat ayak
semakin mengecil.
 Jika vibrator pada mesin ini diaktifkan,
maka partikel-partikel akan bergerak-
gerak
 Partikel yg tertahan pd suatu bidang
ayak dg dp ttt dlm hal ini disebut
oversize product, dan yg dapat lolos
disebut undersize product.

15 Created By Tri Hartono


 Sieving adalah metoda pengukuran yg paling penting untuk partikel
berukuran di atas 0,04 mm. Dengan sieving bisa ditentukan distribusi
ukuran partikel seperti pada definisi (1.1).
 Waktu ayak optimal adalah merupakan suatu kesesuaian antara waktu
tercapainya derajat pemisahan yg tinggi dan derajat perubahan ukuran
partikel asal karena proses pengayakan.
 Pada sieving dikenal istilah mesh yaitu jumlah bukaan ayak tiap 1 inchi
panjang kawat ayakan
 Sedangkan standar ayakan yang paling umum digunakan adalah Standar
Tyler dimana diameter kawat yang digunakan untuk setiap ayakan
dapat dilihat dalam referensi lain. Ayakan dengan ukuran standar 200
Mesh, berarti bahwa tiap 1 inchi panjang kawat ayakan terdapat 200
bukaan ayakan.

16 Created By Tri Hartono


 Partikel padat secara individu dikarakteristikkan dengan
ukuran, bentuk, dan desnsitasnya. Untuk sekelompok
partikel yang bentuknya tak beraturan (misal butiran pasir)
istilah ukuran (size) dan bentuk (shape) tidak begitu jelas
sehingga harus didefinisikan secara acak
 Diameter Partikel
Untuk partikel halus (6680 - 38 mikron atau 6,68 – 0,038
mm) pengukuran dapat dengan mudah diukur dengan ayakan.
Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan daftar ayakan baku Tyler.
Partikel yang lolos melalui ayakan 150 mesh tetapi tertahan
pada 200 mesh dilambangkan : partikel -150 + 200 mesh.

17 Created By Tri Hartono


µ

Tabel 2. Diameter partikel rata-rata


Tabel 1. Tabel ayakan baku Tyler
berdasarkan ayakan Tyler

Mesh Number (in.) (µ )


3 0.263 6.680 Ukuran ayakan Diameter partikel
4 0.185 4.699 (Tyler Mesh) Dp, in
6 0.131 3.327 -10 + 14 0,0555
8 0.093 2.362 -14 + 20 0,0394
10 0.065 1.651 -20 + 28 0,0280
14 0.046 1.168 -28 + 35 0,0198
20 0.0328 833 -35 + 48 0,0140
35 0.0164 417 -48 + 65 0,0099
48 0.0116 295 -65 + 100 0,0070
65 0.0082 208 -100 + 150 0,0050
100 0.0058 147 -150 + 200 0,0035
150 0.0041 104
200 0.0029 74
270 0.0021 53
400 0.0015 38

18 Created By Tri Hartono


Sekelompok partikel yg bentuknya tak beraturan (misal butiran
pasir) istilah ukuran (size) dan bentuk (shape) tidak begitu jelas
sehingga harus didefinisikan secara acak.

 Bentuk partikel (particle shape)


Bentuk setiap partikel didefinisikan dengan derajat
kebolaan/sperisitas (sphericity), ψ, yaitu perbandingan antara
volume bola dengan volume partikel yang mana harganya tidak
tergantung pada ukuran partikel itu sendiri. Untuk partikel
berbentuk bola maka sperisitas, ψ = 1.
6 ⋅V p
ψ = (2.7a)
d p ⋅ Ap

Dimana. ψ = sperisitas
Vp = volume satu partikel
dp = diameter ekivalen partikel
Ap = luas permukaan satu partikel

19 Created By Tri Hartono


 Atau dalam buku lain ditulis sebagai berikut:

 luas permukaan bola 


ϕs =  
 luas permukaan partikel  dengan volume sama

2/3
 6 Vp 
ϕs = π  π  ...................(2.7b)
 
Ap

 Persamaan (2.7a) mirip dengan persamaan (2.7b)

20 Cretaed By Tri Hartono


Tabel 3. Sperisitas Bahan

Bahan ψ Bahan ψ

Bola, dp 1,0 Pasir Ottawa 0,95


Kubus, L = dp 0,81 Pasir Rounded 0,83
Silinder, L = dp 0,87 Debu Coal 0,73
Raschig Ring, L = dp Pasir hitam 0,65
L = Do, Di = 0,5 Do 0,58 Gelas hancuran 0,65
L = Do, Di = 0,75 Do 0,33 Serpih mika 0,28
Pelana (Saddle) 0,3 Kuarsa hancuran 0,571

21 Cretaed By Tri Hartono


Peneliti Bahan ∅s
Leva, dkk Pasir 0,600 ; 0,861
Achida & Fujita Katalis besi 0,578
Shiraio Batubara 0,625
bituminous 0,861
Silinder 0,630
Pecahan padatan 0,534 – 0,68
Pasir 0,554 – 0,628
Silika 0,696
Batubara halus
22 Cretaed By Tri Hartono
 Luas Permukaan Spesifik

Luas permukaan spesifik suatu partikel berhubungan dengan derajat


kebolaan, didefinisikan sebagai

d p / Φs
2
luas permukaan partikel 6
a= = = .......(2.8a)
volume partikel 3
dp / 6 Φ s dp

atau

luas permukaan partikel 6 (1 − ε M )


a= = .........(2.8b)
volume unggul Φs dp

εM = prositas unggun

23 Created By Tri Hartono


B. Sedimentation Size Analysis

 Kecepatan tenggelam  Pada pelaksanaan analisis ini,


partikel-partikel dari ukuran sampel akan ditaburkan di
yang berbeda-beda permukaaan cairan. Jika karena
dipergunakan untuk pengaruh tegangan permukaan
menentukan ukuran partikel. telah terjadi agglomeration
Metoda ini memberikan partikel-partikel, maka harus
ukuran partikel dp untuk ditambahkan dispersing agent.
partikel-partikel yang Pengukuran bisa dilaksanakan
berbentuk tidak seperti bola, berdasarkan dua metoda, yaitu:
yang mana pendefinisian dp
ini sesuai dengan definisi
persamaan (2.2)

24 Created By Tri Hartono


a. Differential method b. Integral method (cumulative
(incremental method) method)
Pada metoda ini kecepatan Didasarkan atas
perubahan konsentrasi pengukuran kec perubahan
padatan pada dasr bejana konsentrasi padatan di
pengendapan diukur permukaan zat cair.
melalui sampling atau Sedimentation size analysis ini
melalui pengukuran dapat dipergunakan untuk
pelemahan sinar yang partikel-partikel berukuran
dilewatkan lebih besar dari 0,001 mm.
Untuk partikel yang lebih
kecil proses akan terganggu
dg adanya gerak Brown dari
molekul-molekul cairan
25 Created By Tri Hartono
C. Microscopy Analysis

 Metoda pengukuran ini  Penentuan ukuran partikel dengan


merupakan metoda optical microscope bisa mendeteksi
yang lebih teliti dari partikel-partikel hingga 0,001 mm,
metoda lain dan bisa namun ketajaman gambar yang
secara langsung dihasilkan tidaklah begitu bagus. Karena
memberikan informasi, itu untuk partikel-partikel yang
tidak hanya tentang berukuran kecil dipakai electron
ukuran partikel tetapi microscope. Dengan metoda ini
juga tentang bentuk, pengukuran dan perhitungan jumlah
struktur, dan partikel dapat dilakukan dengan
permukaan dari partikel bantuan suatu projection microscope atau
kamera dan telah dikembangkan suatu
alat penghitung partikel yang bekerja
secara otomatis
26 Created By Tri Hartono
D. Metoda Lain

Selain metoda-metoda yang telah disebutkan di


atas, masih terdapat beberapa metoda lain seperti
particle size analysis dengan ultrasonic, holography,
diffraction spectrum, dan lain-lain

27 Created By Tri Hartono


2.1.5 Analisis Ayakan Berdasarkan Zogg (Sieve
Analysis)

 Particle Size Distribution


Untuk dapat menghitung luas permukaan kelompok-kelompok
partikel, maka harus ditetapkan beberapa ukuran partikel dalam
bentuk suatu distribusi ukuran partikel (particle size distribution). Untuk
itu akan dibahas suatu contoh dari sieve analysis beserta perhitungannya.
Diharapkan nantinya pengertian-pengertian yang didapat dari contoh
itu dapat juga diterapkan pada metoda pengukuran partikel yang lain.

28 Created By Tri Hartono


 Probability percentage P%
Sieve analysis suatu sampel, misalnya untuk produk semen dengan masa
M = 0,5 kg, dilakukan dengan mesin ayak yang memiliki 8 bidang
ayak. Setelah proses pengayakan selesai, didapatkan oversize product OP
di atas setiap bidang ayak sebanyak OP1, OP2, ……., OP8 dan pada
panci sebanyak OP9 (lihat Tabel 1.1 dan Gambar 1.2)

29 Created By Tri Hartono


OPi
P%i =
M .∆d Pi
d (OP)
Tabel 1.1 contoh sieve analysis P% i =
M .d (d Pi )
No Lebar Oversize Oversize Probability Cumulative Probability
Ayak product product percentage percentage percentage
i dp OP percentage (size C%OP (ukuran
(mm) (kg) OP% interval) partikel)
(OPi/M) P% P%
(1/mm) (1/mm)
1 0,710 0,0139 0,0278 - 0,0278 0,282
2 0,500 0,0711 0,1422 0,677 0,1700 1,210
3 0,355 0,1201 0,2402 1,657 0,4102 2,067
4 0,250 0,1167 0,2334 2,222 0,6436 2,277
5 0,180 0,0763 0,1526 2,180 0,7962 2,024
6 0,125 0,0500 0,1000 1,818 0,8962 1,578
7 0,071 0,0346 0,0692 1,282 0,9654 0,961
8 0,045 0,0103 0,0206 0,792 0,9860 0,620
Panci 0 0,0070 0,0140 0,311 1,0000 0
Total M 0,5000 1,0000
30 Cretaed By Tri Hartono
 Supaya nilai OP tidak tergantung dari masa sampel asal M, maka
dibentuk suatu oversize product percentage OP%, yakni hasil bagi OP
dengan M. hasil pengukuran sekarang dapat digambarkan dalam suatu
histogram (lihat gambar 2). selisih lebar dp dari dua bidang ayak yang
bertetangga disebut size interval ∆dp. Dari histogram tersebut dapat
diketahui bahwa semakin besar pemilihan size interval, maka semakin
tinggi pula OP%nya. Hal ini dapat dilihat jika dihilangkan bidang ayak
ke lima, yang mana menghasilkan lebar size interval menjadi 0,125 mm
dan OP% menjadi 0,2526.

31 Created By Tri Hartono


 Kemudian supaya didapatkan suatu gambar yang benar tentang
frekuensi ukuran partikel dari setiap size interval, yang mana tidak
tergantung dari pemilihan mesh (jumlah lubang ayak tiap satuan
panjang, misalnya cm atau inchi) dari bidang ayak, maka OP% dibagi
dengan lebar size interval sehingga didapatkan suatu probability percentage
P%i dari setiap size interval ke-i sebagai berikut.

OPi
 P% i = .............. (2.9)
M .∆d Pi

32 Created By Tri Hartono


Gambar 2 Oversize product percentage (OP%) dari tiap
size interval

33 Created By Tri Hartono


 P% tesebut belaku untuk setiap size interval yang ada, sehingga kurang
dapat menggambarkan semua kemungkinan ukuran partikel yang ada.
Jika diinginkan suatu probabylity percentage P% yang berlaku pada
sembarang size iterval (lihat gambar kurva 3), maka logikanya harus
digunakan bidang ayak dengan jumlah tak terhingga dan dengan lebar
d(dp) yang berbeda secara infinitesimal. Jadi pd setiap bidang ayak akan
terdapat oversize product OP infinitesimal d(OP), sehingga 1.8 berubah
menjadi:

d (OP)
P% i = .......... (2.10)
M .d (d Pi )

34 Created By Tri Hartono


 Tentu saja tidak ada sieve anaysis yang menggunakan bidang ayak dengan
jumlah yang tak terhingga. Karena itu harus ditemukan suatu cara
bagaimana menentukan probability percentage P% yang menggunakan
bidang ayak yang lebih sedikit.
 Karena alasan tersebut di atas, maka didefinisikanlah suatu cumulative
percentage C%OP atau C%UP, yaitu jumlah dari OP% (UP%) yang
dihitung mulai dari bidang ayak paling atas (bawah) hingga ke bidang
ayak yang dibicarakan, yang mana berarti jumlah persentase partikel
yang berukuran lebih besar (lebih kecil) daripada lebar kawat pada
bidang ayak yang dibicarakan.

35 Created By Tri Hartono


Gambar 3 Kurva frekuensi P% (size interval) vs dp

36 Created By Tri Hartono


 Contoh:
Untuk dp = 0,250 mm maka cumulative percentage C% berbasis OP
akan berjumlah:
= 0,0278 + 0,1422 + 0,2402 + 0,2334 = 0,6436

Secara umum cumulative percentage C%OP ditentukan dengan rumus:


i =n
OPi
C %op = ∑ ...........(2.11)
i =1 M

 dengan n adalah jumlah bidang ayak dan panci. Nilai dari cumulative
percentage C%OP untuk contoh ini dapat dilihat tabel 1.1. gambar 4
memperlihatkan hubungan C%OP terhadap dp.

37 Created By Tri Hartono


 Sekarang dibayangkan sieve analysis dengan bidang ayak yang jumlahnya
tak terhingga. Artinya secara infinitesimal akan dijumlahkan semua OP
yang ukurannya lebih besar daripada dp. Berdasarkan persamaan
(1.10), maka cumulative percentage C%OP jumlahnya menjadi:
dpmak dp
d (OP) d (OP)
C %OP = ∫
dp
M
= ∫
dpmak
M
............(2.12)

 Jika persamaan (2.10) dilibatkan, maka d(OP)/M dapat disubstitusikan


dengan P% d(dp) sehingga (2.12) menjadi:
dp

C %OP = ∫ P%d (dp)


dpmak
...........(2.13)

38 Created By Tri Hartono


 Dengan mendeferensialkan kedua ruasnya terhadap dp, maka (2.13)
berubah menjadi:

d (C %OP)
P% = ..........(2.14)
d (dp )

 Jadi probability percentage P% adalah turunan negative dari cumulative


percentage C%OP

39 Cretaed By Tri Hartono


Gambar 4 Kurva Kumulatif C%OP vs dp dari tiap size
interfal
C%UP=1-C%OP

C%OP

40 Created By Tri Hartono


Kesimpulan

 Dari apa yang sudah dibahas di depan maka dapat diambil beberapa kesimpulan:
 Dari gambar 3 dapat diketahui bahwa ukuran partikel yang paling banya ada (diberi
notasi sebagai dpF) adalah sekitar 0,26 mm.
 Sedangkan dari gambar 4 didapatkan diameter tengah dpm (median particle size)
sesuai dengan definisi (2.5) sebesar kira-kira 0,313 mm.
 Bulk yang terdiri dari partikel-partikel yang ukurannya mirip satu dengan yang lain,
maka kurva frekuensi/probability percentage-nya akan terlihat sempit. Sebaliknya
untuk bulk dengan partikel-partikel yang berukuran sangat berbeda satu dengan yang
lain, maka kurva frekuensi/probability percentage-nya akan terlihat lebih lebar.

41 Created By Tri Hartono


 Frequency distributon
Persamaan-persamaan yang membahas ketergantungan probability
percentage terhadap ukuran partikel dinamakan frequency distribution.
 Luas Permukaan Distribusi Ukuran Partikel
Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa informasi tentang luas
permukaan (surface area) dari seluruh partikel dibutuhkan untuk
membahas mekanisme-mekanisme panas, perpindahan masa, dan
aliran. 6 ⋅ OPi
∆Ai = ni ⋅ π ⋅ d pi2 =
ρ ⋅ d pi ........(2.17)
Luas permukaan total dari seluruh size interval didapatkan dengan
menjumlahkan semua luas permukaan setiap size interval yang dihitung
berdasarkan rumus (2.17). tetapi karena nilai dpi pada setiap size
interval tidak diketahui, maka luas permukaan total hanya merupakan
suatu nilai pendekatan yang kasar (bandingkan dg pers (2.8a) & (2.8b)
42 Created By Tri Hartono
Latihan Soal Sieving
Jika diketahui hasil analisa ayakan spt tabel berikut dimana densitas
partikel 0,00285 g/cm3,

 Buatlah kurva frekwensi dan tentukan diameter partikel yang sering


muncul
 Buatlah kurva kumulatif dan tentukan diameter partikel tengahnya
 Hitunglah luas permukaan spesifik partikel pada setiap ayakan.

43 Created By Tri Hartono


Bukaan Masa partikel Bukaan ayak Masa partikel
ayak yang tertahan (mm) yang tertahan
(mm) (g) (g)
4,699 0 0,417 10,5
3,327 12,55 0,295 5,1
2,362 62,5 0,208 3,85
1,651 160,35 0,147 2,9
1,168 128,5 0,104 1,05
0,833 79,5 0,074 1,55
0,589 26,9 Pan 3,75
44 Created By Tri Hartono

Anda mungkin juga menyukai