Saepul Rochman
Abstrak — Kebijakan hukum dalam Judicial Behavior agar tidak saling mengalahkan satu sama lain, khususnya
semestinya menjadi pembahasan yang serius berkaitan untuk menciptakan kekuasaan kehakiman yang
dengan beberapa peristiwa hukum yang terjadi dewasa independen sebagai bagian dari kebijakan penegakan
ini. Pada kenyataannya, apabila legislator ingin hukum. Majelis Permusyaratan Rakyat (MPR) pada
mempertahankan model hukum positivistik diperlukan
konsistensi atas tujuan kepastian hukum itu sendiri,
gilirannya merespon kehendak kaum reformis dengan
berupa norma yang lebih terperinci, Undang-undang melakukan amandemen ketiga atas UUD 1945, yang
pada tahapan ini harus siap digunakan tanpa selanjutnya melahirkan komisi yudisial, dengan berbagai
memerlukan penafsiran. Oleh karena itu, artikel ini tugas, otoritas dan eksistensinya dijamin berdasarkan
mencoba mengeksplorasi proses implementasi Pasal 24B UUD 1945 dan kemudian diatur dalam UU
kekuasaan kehakiman, khususnya implikasi putusan No. 22 Tahun 2004 sebagaimana diubah dengan UU No.
pengadilan terhadap kebijakan politik hukum yang 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial.1
lebih luas. Pembahasan atas kajian tersebut akan Mahfudh MD sebagaimana dikutip oleh Absori
dibahas dengan menggunakan metode filsafat dan menyatakan keprihatinannya atas kenyataan yang
perbandingan hukum dengan menggunakan kerangka
teori hukum profetik. Berdasarkan hasil penelitian
ditimbulkan dari politik penegakan hukum di Indonesia,
diperlukan beberapa cara untuk mentransendensikan dimana ditemukan berbagai ketidaksesuaian antara zona
putusan-putusan pengadilan sebagai usulan untuk das sein dengan das sollen. Mahfud menyesalkan retorika
mengubah kebijakan, selain perlunya regulasi yang hukum yang menjanjikan kepastian tidak mampu
mengamanatkan keabsahan putusan hakim sebagai menggaransi adanya hukum yang dapat diprediksi secara
sumber legislasi. pertama, melakukan inventarisasi pasti hingga setiap orang mendapatkan perlakuan yang
terkait putusan-putusan yang serupa; Kedua, sama di hadapan hukum, peraturan-peraturan tidak
melakukan kuantifikasi terhadap berbagai undang- mampu menumbangkan kesewenang-wenangan, sehingga
undang dan peraturan yang digunakan dalam putusan- pada saat yang sama menegakkan keadilan, hukum tidak
putusan tersebut; Ketiga, melakukan sinkronisasi
vertikal maupun horizontal atas peraturan
mampu menampilkan dirinya secara eksplisit sebagai
perundangan-undangan tersebut; Keempat, menilai pedoman yang harus diikuti, bahkan adakalanya
implikasi putusan-putusan di masyarakat; Keempat, kehadiran norma baru merupakan awal baru konflik
menyajikannya sebagai naskah akademik atau risalah sosial dan tidak semua hal dapat dijawab oleh hukum.
lainnya yang berguna untuk menghindari adanya Produk-produk hukum lebih banyak terderivasi dari
tindakan yang serupa dikemudian hari. kepentingan-kepentingan politik pemegang kekuasaan
yang dominan.2
Kata kunci: Pengadilan, hukum, putusan, Kebijakan, Pengaruh hakim dalam penegakan hukum di Amerika
profetik terutama imbas sosial yang terjadi akibat suatu putusan
pengadilan menurut Neil Duxury, sedikit banyak
I. PENDAHULUAN
dipengaruhi oleh asal universitas, dukungan riset,
Latar Belakang perpustakaan dan jurnal, dimana hakim tersebut belajar
Penegakan hukum sangat dipengaruhi oleh ilmu hukum. Faktor lainnya adalah hubungan antara
kualitas hakim, melalui badan peradilan aturan-aturan
hukum yang semula tidak memiliki kemampuan untuk
mengikat dan memaksa ditafsirkan sehingga mampu 1
Syahuri, Sistem Rekrutmen Hakim Berdasarkan Tiga Undang-Undang
memerintahkan, mengeksekusi dan menghukum suatu Bidang Peradilan Tahun 2009 Untuk Mewujudkan Peradilan Bersih,
tindak kejahatan. Pengadilan seringkali dianggap sebagai Makalah disampaikan pada seminar dengan tema, “Pembaharuan
upaya paling rasional untuk memperoleh keadilan. Posisi Sistem Hakim Sebagai Pondasi Mewujudkan Peradilan Bersih”, yang
yang sangat dominan tersebut disadari oleh kaum diselenggarakan di Fakultas Hukum, Universitas Padjajaran, Bandung,
pada tanggal 10 Oktober 2013, hal. 2-3.
reformis di Indonesia pada tahun 2008, sehingga mereka
mendesakan rancangan amandemen UUD 1945 yang 2
Absori, Politik Hukum Menuju Hukum Progresif, (MU Press: Surakarta),
bertujuan untuk menata legislatif, eksekutif dan yudikatif 2013, hal. 251.
9
Ken Wilber memadukan pandangan budayawan postmodern dan
teknolog modernis. Bagi Wilber manusia memiliki empat kuadran
kesadaran; subjektifitas (psikologi), kuadran objektifitas (fisikal),
6
Lawrence Baum, Judges and Audiences: A Perspective on Judicial Behavior, kuadran intersubjektif (kultural), dan kuadran interobjektif (sosial
(Princeton University Press: New Jersey), 2006, hal. 6. sistemik). Lihat Ibnu Rusydi, Paradigma Pendidikan Agama Integratif-
Transformatif, Jurnal Pendidikan Islam: Volume I, Nomor 1, Juni,
7
Substansi norma tersebut diderivasi dari: wajib/fardlu, mandub, mubah, 2012/1433, hal. 113-114.
lagh, makruh dan haram sebagaimana dikenal dalam fikih Islam. 10
Naquib Al-Attas, Islam dan Filsafat Sains, (Bandung: Mizan), 1995, hal.
8
QS. Ali Imran (3): 110 31.