Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1

ELEMEN MESIN

DANNI RAHMA AGUNG


12 – 2011 – 078

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2017
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pancasila sebagai landasan falsafah negara Indonesia merupakan fundamen dasar


yang tidak dapat dipisahkan sama sekali dari semangat pembentukan suatu
negara. Secara terminologis, Hans Kelsen mengatakan bahwa sebelum adanya
suatu negara, ada sebuah norma yang paling dasar sebagai bahan pembentuk
kaidah-kaidah negara yang dia sebut dengan Grund Norm. Hans Nawiasky
menyebutnya Staatfundamentalnorm yang artinya kaidah dasar suatu negara.
Ketika pertama kali Pancasila hendak digali, sesuai dengan apa yang ditanyakan
oleh Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat berkata, “Sebentar lagi kita
akan merdeka. Apakah filosofische grondslag Indonesia merdeka nanti?”
Radjiman tidak bertanya tentang ideologi negara atau dasar negara. Dia
bertanya filosofische gronslag atau landasan falsafah Negara. Dalam artian bahwa
Pancasila merupakan fundamen dasar dimana pemikiran dan gerakan Indonesia
sebagai representasi dari realitas sosial dan tataran cita-cita bangsa.

Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila merupakan nilai yang digali dari
realitas sosio-kultural masyarakat Indonesia sejak lama. Kebiasaan dan harapan
bangsa merupakan bahan-bahan dasar perumusan Pancasila itu sendiri. Dapat
disimpulakan bahwa Pancasila merupakan representasi dari tataran realitas dan
tataran idea masyarakat Indonesia. Sehingga, semangat awal kehadiran Pancasila
sesungguhnya adalah untuk meletakkan dasar acuan bertindak dan arah perjalanan
kemana bangsa ini akan dibawa.

Akan tetapi seiring bergulirnya waktu, zaman senantiasa datang membawa


tantangan bagi bangsa Indonesia. Perubahan sosial yang bersifat aktif dan dinamis
senantiasa mewarnai sejarah. Semangat awal pembentukan Pancasila tadi
kemudian perlahan-lahan terkubur dalam ingatan bawah sadar masyarakat
Indonesia. Derasnya arus globalisasi yang tidak dapat terbendung telah mengikis
batas-batas antara alam Indonesia dan masyarakat global (Global
Civil). Kemajuan teknologi yang begitu pesat telah membuat dampak yang begitu
besar bagi masyarakat Indonesia. Globalisasi dan modernisme kemudian menjadi
paradoks. Disatu sisi dia memuat kemudahan bagi manusia disisi lain dia ikut
andil dalam kemerosotan moral. Aspek negatif tersebut kemudian tercermin dari
realitas masyarakat hari ini yang memiliki kecenderungan hedonis, apatis,
opurtunis dan konsumtif. Ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa Pancasila bukan
lagi dijadikan sebagai ukuran pembentukan kepribadian bangsa melainkan
teknologilah yang merebut peran tersebut. Semangat awal hadirnya Pancasila
kemudian terlupakan karena masyarakat terlalu terbuai dengan kenikmatan yang
ditawarkan oleh globalisasi. Sehingga generasi Indonesia hari ini dapat disebut
generasi “alzhemeir”.

Selain faktor global tadi, faktor lain yang mempengaruhi berkurangnya eksistensi
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari adalah faktor sejarah. Seperti yang kita
ketahui, bahwa pada pemerintahan Orde Baru, Pancasila dijadikan sebagai
instrumen untuk menghegemoni masyarakat. Sebenarnya bukan suatu persoalan
ketika Pancasila disosialisasikan secara menyeluruh dan penuh di atas alam
Indonesia, persoalan terjadi ketika penanaman ideologi ini dilakukan secara
berlebihan bahkan dengan manyamakan penafsiran terhadap Pancasila.
Doktrinisasi tersebut kemudian dijadikan alat untuk melegitimasi kekuasaan.
Pasca reformasi, citra Pancasila kemudian dilihat buruk oleh masyarakat
Indonesia. Padahal masyarakat harusnya tidak melihat Pancasila secara negatif,
tetapi aktor yang menjadikan Pancasila sebagai instrumen politklah yang harusnya
bertanggungjawab terhadap menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
Pancasila itu sediri.

Barangkali inilah yang kemudian perlu dijawab oleh masyarakat Indonesia


terutama oleh mahasiswa sebagai intellectual organic atau agent of
change. Pancasila hari ini hanya dipahami sekedar simbol. Pancasila hanya kita
ketahui sebagai ornamen yang tergantung di depan ruangan kelas. Bangsa
Indonesipun kehilangan pedoman mengenai arah dan tujuannya. Wajar bila
diakatakan bahwa generasi Indonesia hari ini adalah generasi “alzhemeir”, yaitu
bangsa yang melupakan identitas nasional mereka sendiri.

Kenyataan bahwa ternyata masyarakat Indonesia telah bergeser orientasinya dari


karakter yang populis dan nasionalis menjadi pribadi yang elits dan pragmatis
yang dapat kita jumpai dalam konteks politis walaupun seringkali kita dapati
fenomena itu dalam kehidupan sehari-hari. Memudarnya kesadaran masyarakat
atas eksistensi Pancasila bukan berarti bahwa Pancasila adalah falsafah dasar yang
bersifat kaku. Pancasila merupakan pandangan hidup (weltanchauung) yang
meskipun digali dari bumi Indonesia tapi daya berlakunya bersifat universal
dalam artian dapat diterapkan diseluruh negara dan tidak dapat terbatasi oleh
waktu. Pancasila merupakan landasan falsafah dasar yang bersifat fleksibel. Dia
dapat diterapkan dalam berbagai zaman. Sehingga yang perlu dilakukan oleh
bangsa Indonesia hari ini adalah upaya untuk merevitalisasi dan reinterpretasi
terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

2. MAKSUD DAN TUJUAN

Pancasila adalah solusi publik sebagai terwujudnya Negara Kesatuan Indonesia, yang
telah teruji semenjak masa kemerdekaan sampai dengan masa reformasi. Pancasila adalah
alat permersatu bagi seluruh komponen yang berbeda-beda, sehingga setiap upaya untuk
menggantinya selalu akan berhadapan dengan seluruh kekuatan Indonesia secara
menyeluruh. Merevitalisasi Pancasila adalah sebuah keniscayaan mutlak ketika kondisi
bangsa semakin jauh dari keadilan publik, kemakmuran, kemajuan dan lain sebagainya.
Dinamika Aktualisasi Pancasila Pancasila sebagai dasar Negara berkembang melalui
suatu proses yang cukup panjang. Pada awalnya bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia yaitu dalam adat istiadat, serta dalam agama-agama dalam
pandangan hidup bangsa.

Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah bagaimana kita sebagai warga negara
Indonesia dapat memahami Pancasila dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari ,
serta bagaimanakah nilai – nilai pancasila dapat di aktualisasikan dalam praktik
kehidupan berbangsa dan bernegara ? Sila –sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang
bulat.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Revitalisasi Pancasila

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan
menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Sebenarnya
revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital. Sedangkan kata vital
mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan dan sebagainya).
Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi bisa berarti proses, cara, dan atau perbuatan
untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan apapun. Atau
lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian
revitalisasi ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi
pen Revitalisasi termasuk di dalamnya adalah konservasi-preservasi merupakan bagian
dari upaya perancangan kota untuk mempertahankan warisan fisik budaya masa lampau
yang memiliki nilai sejarah dan estetika-arsitektural. Atau tepatnya merupakan upaya
pelestarian lingkungan binaan agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan mencegah
terjadinya proses kerusakan.Tergantung dari kondisi lingkungan binaan yang akan
dilestarikan, maka upaya ini biasanya disertai pula dengan upaya restorasi, rehabilitasi
dan/atau rekonstruksi.

Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian
kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami
kemunduran/degradasi.

B. Revitalisasi Pancasila Sebagai Dasar Negara

Revitalisasi Pancasila dapat diartikan sebagai usaha mengembalikan Pancasila kepada


subjeknya yaitu sebagai pedoman bagi para penyelenggara pemerintahan.

Untuk merevitalisasi, maka Pancasila perlu diajarkan dalam kaitannya dengan pembuatan
atau evaluasi atas kebijakan publik selain dibicarakan sebagai dasar negara.

Pancasila dapat dihidupkan kembali sebagai nilai-nilai dasar yang memberi orientasi
dalam pembuatan kebijakan publik. Pancasila adalah solusi alternatif bagi terwujudnya
Negara Kesatuan Indonesia, yang telah teruji semenjak masa kemerdekaan sampai
dengan masa reformasi. Meskipun kita juga tidak bisa memungkiri bahwa dalam
perjalanannya ada berbagai macam cobaan dan tantangan yang senantiasa datang dan
mengiringi dalam setiap gerak dan langkah dinamika bangsa ini. Pancasila adalah
ideologi yang tidak ada bandingannya untuk bangsa Indonesia karena Pancasila adalah
alat permersatu bagi seluruh komponen yang berbeda-beda, sehingga setiap upaya untuk
menggantinya selalu akan berhadapan dengan seluruh kekuatan Indonesia secara
menyeluruh. Merevitalisasi Pancasila adalah sebuah keniscayaan mutlak ketika kondisi
bangsa semakin jauh dari keadilan sosial, kemakmuran, kemajuan dan lain sebagainya.

Membiarkan kondisi bangsa dalam keterpurukan sama halnya kita sengaja menjadikan
Pancasila hanya sebagai alat politisasi untuk melanggengkan kekuasaan seperti yang
pernah terjadi pada masa Orde Baru di bawah pemerintahan Soeharto. Kita tahu, pada
periode ini Pancasila selalu dijadikan alat legitimasi serta dipolitisir untuk meraih serta
mempertahankan kekuasaan. Mereka yang berseberangan dengan pemerintah akan
dengan mudah di beri label anti Pancasila, maka dengan mudah mereka yang anti
Pancasila akan masuk penjara tanpa proses hukum yang jelas.

Sebenarnya permasalahan yang menyebabkan Indonesia dalam keadaan seperti ini


adalah buruknya komunikasi antara pemerintahan dan rakyat indonesianya dan juga
melemahnya pemersatu bangsa ini yaitu pancasila, ideologi yang kita junjung tinggi
dengan berasaskan pancasila sebenarnya Indonesia bisa menaklukan dunia dengan
mudahnya.

Pembukaan UUD 1945 dengan nilai-nilai luhurnya menjadi suatu kesatuan integral-
integratif dengan Pancasila sebagai dasar negara. Jika itu diletakkan kembali, maka kita
akan menemukan landasan berpijak yang sama, menyelamatkan persatuan dan kesatuan
nasional yang kini sedang niengalami disintegrasi. Revitalisasi Pancasila sebagai dasar
negara mengandung makna bahwa Pancasila harus diletakkan utuh dengan pembukaan,
di-eksplorasi-kan dimensi-dimensi yang melekat padanya.

Bangsa Indonesia dihadapkan pada perubahan, tetapi tetap harus menjaga budaya-
budaya lama. Sekuat-kuatnya tradisi ingin bertahan, setiap bangsa juga selalu
mendambakan kemajuan. Setiap bangsa mempunyai daya preservasi dan di satu pihak
daya progresi di lain pihak. Kita membutuhkan telaah-telaah yang kontekstual, inspiratif
dan evaluatif.

Seperti kita tahu bahwa Indonesia merupakan Negara yang kaya dan luas baik dari
Sumber daya Alamnyayang mencakup darata dan lautan mupun dari sumber daya
manusianya yang memiliki potensi-potensi yang luar biasa. Sadar betul akan potensi yang
kita miliki permasalahan yang ada pada bab sebelmunya pun perlu kita jawab.
Sebenarnya permasalahan yang menyebabkan Indonesia dalam keadaan seperti ini
adalah buruknya komunikasi antara pemerintahan dan rakyat indonesianya dan juga
melemahnya pemersatu bangsa ini yaitu pancasila, ideologiyang kita junjung tinggi
dengan berasaskan pancasila sebenarnya Indonesia bisa menaklukan dunia dengan
mudahnya.

Pembukaan UUD 1945 dengan nilai-nilai luhurnya menjadi suatu kesatuan integral-
integratif dengan Pancasila sebagai dasar negara. Jika itu diletakkan kembali, maka kita
akan menemukan landasan berpijak yang sama, menyelamatkan persatuan dan kesatuan
nasional yang kini sedang niengalami disintegrasi. Revitalisasi Pancasila sebagai dasar
negara mengandung makna bahwa Pancasila hams diletakkan utuh dengan pembukaan,
di-eksplorasi-kan dimensi-dimensi yang melekat padanya, yaitu:

1. Kualitas

Dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dikonkretisasikan


sebagal kondisi cerminan kondisi obyektif yang tumbuh dan berkembang diam
masyarakat, suatu rangkaian nilai-nilai yang bersifat sein im sollen.

2. Realitas

Dalam arti bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah sekedar


utopi tanpa makna, melainkan diobjektivasikan sebagai “kata kerja” untuk
membangkitkan gairah dan optimisme para warga masyarakat guna melihat han depan
secara prospektif, menuju han esok lebih balk.

3. Fleksibel

Dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai dan berhenti
dalam kebekuan oqmatis dan normatif, melainkan terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk
memenuhi kebutuhan zaman yang berkembang. Dengan demikian tanpa kehilangan nilai
hakikinya, Pancasila menjadi tetap aktual, relevan serta fungsional sebagai tiang-tiang
penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan jiwa dan semangat “Bhinneka
tunggal Ika”

Revitalisasi Pancasila Pancasila sebagai dasar negara hams diarahkan path pembinaan
moral, sehingga moralitas Pancasila thpat dijadikan sebagai dasar dan arah dalam upaya
mengatasi krisis dan disintegrasi. Moralitas juga memerlukan hukum karena keduanya
terdapat korelasi. Moralitas yang tidak didukung oleh hukum kondusif akan terjadi
penyimpangan, sebaliknya, ketentuan hukum disusun tanpa alasan moral akan melahirkan
sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

C. Contoh-Contoh Pengamalan Revitalisasi Pancasila

1. Revitalisasi Nilai – Nilai Empat Pilar Wawasan Kebangsaan

Semua dampak euphoria reformasi yang kita hadapi saat ini, perlu disikapi oleh
segenap komponen bangsa melalui pemahaman yang benar, utuh dan menyeluruh dalam
konteks semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Semangat tersebut merupakan kata
kunci dari aktualisasi dan implementasi nilai-nilai luhur Pancasila yang harus terus
ditumbuh kembangkan oleh generasi penerus. Seluruh komponen bangsa harus mampu
menyikapi berbagai permasalahan, perbedaan dan kemajemukan dengan berpedoman
pada empat pilar wawasan kebangsaan yang dibangun oleh para pendiri bangsa. Seluruh
anak bangsa harus proaktif untuk menciptakan, membina, mengembangkan dan
memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa yang kerap menghadapi potensi
perpecahan. Generasi penerus harus mampu menghidupkan kembali sikap dan budaya
gotong royong, silahturahmi dan musyawarah untuk mufakat yang hakikinya merupakan
ciri bangsa Indonesia sejak dulu.

2. Bidang Politik

Sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya sebagai pimpinan maupun anggota
partai politik, para politisi sangat berperan dalam perumusan peraturan perundangan
maupun kebijakan publik. Pemahaman yang komprehensif terhadap nilai – nllai empat
pilar wawasan kebangsaan sangat dibutuhkan agar para politisi dapat memberikan
sumbangsih pemikiran konstruktif dalam peraturan perundangan maupun kebijakan
publik yang mengedepankan kepentingan bangsa mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa.

3. Bidang Media Massa

Di era demokrasi, media massa dapat dipandang sebagai salah satu pilar yang
mengawal terselenggaranya kehidupan demokrasi yang sehat, beretika dan bermartabat.
Disamping itu, di tengah pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, peran
media massa menjadi sangat penting dan strategis dalam membentuk watak dan karakter
bangsa. Dengan demikian, kalangan media massa perlu diberi pembekalan dan perluasan
cakrawala pandang terkait arti pentingnya pemahaman nilai – nilai empat pilar wawasan
kebangsaan. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas dan kemampuan yang dimiliki dapat
mempercepat proses pembangunan watak dan karakter bangsa yang menjunjung tinggi
Pancasila sebagai jati diri bangsanya.

4. Bidang Ekonomi

Pengusaha merupakan salah satu motor penggerak perekonomian bangsa. Dalam


menjalankan perannya, para pengusaha senantiasa dihadapkan pada pillhan dilematis
antara kepentingan usaha dan kepentingan bangsa. Di era globalisasi dan perdagangan
bebas, para pengusaha dituntut untuk memiliki kemampuan rnemilih dan memilah agar
perekonomian bangsa dapat memajukan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara
signifikan. Dengan pemahaman terhadap nilai – nilai empat pilar wawasan kebangsaan,
diharapkan para pengusaha mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan
kesejahteraan dan kemajuan rakyat.

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam kondisi kehidupan berbangsa dan bemegara yang sedang dilanda oleh arus krisis
dan disintegrasi maka Pancasila tidak terhindar dan berbagai macam gugatan, sinisme,
serta pelecehan terhadap kredibilitasnya. Namun perlu kita sadan bahwa tanpa adanya
“platform” dalam dasar negara atau ideologi maka suatu bangsa mustahil akan dapat
bertahan dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman.

Melalui revitalisasi inilah Pancasila dikembangkan dalam semangat demokrasi yang


secara konsensual akan dapat mengembangkan nilai praksisnya yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang serba pluralistik. Selain itu melestarikan dan
mengembangkan Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana telah dirintis dan
ditradisikan oleh para pendahulu kita semenjak tahun 1908, merupakan suatu kewajiban
etis dan moral yang perlu diyakinkan kepada para mahasiswa sekarang.

Anda mungkin juga menyukai