Anda di halaman 1dari 35

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

MENGELOLA POTENSI
EKONOMI 2018

Disampaikan dalam Seminar KEIN


17 Januari 2018
KONDISI EKONOMI

2
Kondisi Ekonomi Global
Perekonomian diperkirakan meningkat namun beberapa Risiko Ekonomi Global
tantangan global masih membayangi
World Bank IMF
Januari 2018 Oktober 2017 Risiko meningkatnya Proses penyeimbangan
Ketidakpastian pasca
proteksionisme di (rebalancing) ekonomi
negosiasi Brexit
2017 2018 2017 2018 beberapa negara utama RRT
Dunia 3.0 3.1 3.6 3.7
Negara Maju 2.3 2.2 2.2 2.0
Amerika Serikat 2.3 2.5 2.2 2.3
Penurunan tingkat Fenomena aging
Uni Eropa 2.4 2.1 2.1 1.9 Kebijakan fiskal
produktivitas di population di negara
ekspansif di AS
beberapa negara dunia maju
Jepang 1.7 1.3 1.5 0.7
Negara Berkembang 4.3 4.5 4.6 4.9
Negara Berkembang Asia 6.4 6.2 6.5 6.5
India 6.7 7.3 6.7 7.4
Ketegangan antara AS Pergerakan harga Risiko Geopolitik Timur
China 6.8 6.4 6.8 6.5 dengan Korea Utara komoditas Tengah

Indonesia 5.1 5.3 5.2 5.3

• Kebijakan fiskal ekspansif di AS mendorong peningkatan suku bunga acuan AS di periode ke depan sehingga berpotensi memicu tekanan pada
capital flow. Namun demikian, dikarenakan kondisi likuiditas global masih cukup tinggi akibat kebijakan quantitative easing di Uni Eropa dan
Jepang, dampak kenaikan FFR diperkirakan tidak sampai memicu outflow
• Risiko kenaikan suku bunga acuan AS akan memperkecil ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga lebih jauh
• Konsesus perkiraan harga minyak dunia sebagai acuan pada kisaran US$ 55-60 per barel. Pemulihan pertumbuhan ekonomi global akan
berdampak pada peningkatan permintaan energi termasuk minyak mentah dunia.
3
Ekonomi Indonesia Stabil, Inflasi Terkendali
Pada TW 3-2017, perekonomian Indonesia tumbuh 5,06% yoy, stabil dan masih berada di atas tren global. Perekonomian
domestik juga didukung oleh tingkat inflasi yang rendah dan terjaga di kisaran target pemerintah dan Bank Indonesia 4±1%.
7.4 PDB (%yoy) Inflasi (%yoy)
6.9 18.00
IHK
6.4 Inti
13.00 Administrated Price
Volatile Food
5.9
8.00
5.4
3.00
4.9

-2.00
4.4
Q1-…
Q2-…
Q3-…
Q4-…
Q1-…
Q2-…
Q3-…
Q4-…
Q1-…
Q2-…
Q3-…
Q4-…
Q1-…
Q2-…
Q3-…
Q4-…
Q1-…
Q2-…
Q3-…
Q4-…
Q1-…
Q2-…
Q3-…
Q4-…
Q1-…
Q2-…
Q3-…
Q4-…
Q1-…
Q2-…
Q3-…

May

May

May

Sept
Mar

Nov

Mar

Nov

Mar

Nov

Mar

Nov
Sep

Sep

Sep

Juli
Jul

Jul

Jul
Jan

Jan

Jan

Jan

Mei
2014 2015 2016 2017

PDB Per Kapita (Juta Rupiah)


2014 2015 2016 2017
48.0
IHK 8,36 3,35 3,02 3,61
28.8
Inti 4,93 3,95 3,07 2,95
AP 17,57 0,39 0,21 8,70
VF 10,88 4,84 5,92 0,71
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: BPS 4
Perekonomian Indonesia Masih Tumbuh Baik
Pertumbuhan Ekonomi (%) Pertumbuhan Menurut Sektor Q3 - 2017(%yoy)
6.00

Industri Pengolahan 19.93


4.84
5.50
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
2.92
Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil &
5.01 5.01 5.06 Sepeda Motor 5.50
5.00
Konstruksi
7.13

Pertambangan
4.50 1.76

Transportasi dan Pergudangan


5.56 5.01 4.88 5.02 8.27

4.00 Jasa Keuangan dan Asuransi


6.44
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Informasi dan Komunikasi
9.35
2013 2014 2015 2016 2017
Adm. Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial 0.43
Pertumbuhan Menurut Pengeluaran Q3 - 2017(%yoy) Jasa Pendidikan Share (%)
3.70

55.68 Akomodasi dan Makan Minum


4.96 Pertumbuhan (%yoy)
Real Estate
3.64

31.87 Jasa lainnya


9.45

17.27 20.49 15.09


18.82 Jasa Perusahaan
9.24
7.11 8.80 6.01 Listrik dan Gas
4.93 3.46 4.88
1.16
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
7.44
Konsumsi RT PMTB Ekspor Impor Konsumsi LNPRT
Pemerintah Air, Sampah, Limbah dan Daur Ulang
4.83
Sumber: BPS Pertumbuhan (%yoy) Share (%) 5
Sektor Eksternal Masih Stabil
Transaksi berjalan mencatatkan penurunan defisit menjadi (negatif) US$4,3miliar (Q3-17) dari sebelumnya (negatif) US$5,0 miliar
(Q2-17). Rupiah mengalami apresiasi pada awal 2018 meski sempat mengalami tekanan yang bersumber dari eksternal pada
triwulan IV 2017. Rasio utang terhadap GDP meningkat disebabkan pembiayaan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.

CAD (% GDP) dan Cadangan Devisa Nilai Tukar Rupiah Debt to GDP Ratio Indonesia
0.00 140 47.3
13700
-0.50
120
13600 39.0
-1.00
100
-1.50 13500
-2.00 80
35.1
13400
-2.50 60
33.0
13353
-3.00 13300
40
-3.50 [VALUE]*
28.3 28.0
13200 27.4
20
-4.00 24.9
24.5 24.7
-4.50 0 13100 23.123.0
Q1

Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4

Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3

Q1
Q2
Q3

2013 2014 2015 2016 2017 13000


1/2/2017
2/2/2017
3/2/2017
4/2/2017
5/2/2017
6/2/2017
7/2/2017
8/2/2017
9/2/2017

1/2/2018
10/2/2017
11/2/2017
12/2/2017

2008
2005
2006
2007

2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Defisit Transaksi Berjalan (% PDB)
Cadangan Devisa

Sumber : Bank Indonesia, Kemenkeu, Bloomberg


6
Surplus Perdagangan Terus Berlanjut
Akhir 2016, ekspor Impor Indonesia mulai mengalami perbaikan.
Neraca perdagangan tahun 2017 (Jan-Des) surplus 11,8 miliar USD (tertinggi dalam 6 tahun terakhir).
80.0 4.0

60.0 3.0
Neraca Perdagangan (Miliar USD) - RHS
Ekspor (%yoy)
40.0 Impor (%yoy) 2.0

20.0 1.0

0.0 0.0
01/2009
03/2009
05/2009
07/2009
09/2009
11/2009
01/2010
03/2010
05/2010
07/2010
09/2010
11/2010
01/2011
03/2011
05/2011
07/2011
09/2011
11/2011
01/2012
03/2012
05/2012
07/2012
09/2012
11/2012
01/2013
03/2013
05/2013
07/2013
09/2013
11/2013
01/2014
03/2014
05/2014
07/2014
09/2014
11/2014
01/2015
03/2015
05/2015
07/2015
09/2015
11/2015
01/2016
03/2016
05/2016
07/2016
09/2016
11/2016
01/2017
03/2017
05/2017
07/2017
09/2017
11/2017
-20.0 -1.0

-40.0 -2.0

26.06
-60.0 Neraca Perdagangan -3.0

Jan-Des (USD bn) 9.53


11.84
7.67

-1.66 -2.20
-4.08
Jan-Des Jan-Des Jan-Des Jan-Des Jan-Des Jan-Des Jan-Des
Sumber: BPS 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
7
Aliran Dana Asing
Hingga Desember 2017, aliran dana asing saham mencapai -2,96 miliar USD sedangkan aliran dana asing obligasi mencapai
12,06 miliar USD. Namun total aliran dana asing yang masuk (capital inflow ke Indonesia) dari Januari hingga Desember 2017
mencapai 9,1 miliar USD atau setara dengan Rp123,5 triliun

Obligasi (USD bn) 2017 Ekuitas (USD bn) 2017

Monthly YTD Monthly YTD

12062.07
1050.0
759.0

-72.6 -60.3 -47.5


-324.6 -468.2 -458.9 -318.745
-797.9 -844.2
2331.71767.0 2197.62 2560.92
1490.9 -1376.13
478.4 635.9 1219.5 379.6 651.7 58.38

-1393.2
-2960.09

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Oct Nov Des
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Oct Nov Des

Sumber: Bloomberg 8
Peningkatan Daya Tarik Investasi Indonesia
Opini Positif dari Lembaga Rating
Moody’s: mengubah outlook dari Stable ke Positive R&I: mengubah outlook dari Stable ke Positive Fitch: mengubah outlook dari Stable ke Positive

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul

JCR: mengubah outlook dari Stable ke Positive S&P: menaikkan peringkat ke Investment Grade

Global Competitiveness Index Ease of Doing Business


2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

High rank is better

36
72
41
91
106

China India Indonesia


Indonesia Thailand Vietnam
Thailand Philippines Vietnam
Philippines Malaysia Brunei

Peringkat GCI Indonesia naik dari 41 di 2016/2017 menjadi 36 di 2017/2018.


Perbaikan tersebut dapat dilihat di semua pilar daya saing, meskipun kesiapan Ranking EoDB Indonesia meningkat secara signifikan dalam kurun 2 tahun
teknologi, individu, dan perusahaan masih rendah dimana mencerminkan penyebaran terakhir, naik dari 106 di 2016 ke 72 di 2018 (meningkat 34 peringkat).
indovasi yang belum merata. 9
OUTLOOK EKONOMI
INDONESIA

10
Outlook Perekonomian 2018
Proyeksi Institusi 2017 2018 RAPBN Sisi Penawaran
RKP BI WB
Proyeksi 2018 P
World Bank (Jan, 18) 5.1 5.3 2018 2018 2018 Industri Pengolahan
2017
IMF (Okt,17) 5.2 5.3 PDB 5.2 5.2-5.6 5.1 – 5.3 1. Harga energi yang lebih kompetitif  Implementasi
5.5 Perpres No.40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga
ADB (July, 17) 5.1 5.3
Gas Bumi
Konsumsi RT 5.1 5.1-5.2 4.9 – 5.2
OECD (July, 17) 5.1 5.2 2. Peningkatan aktivitas kawasan industri dalam PSN
5.3
3. Harmonisasi kebijakan industri, perdagangan, fiskal
Concensus Forecast (Juni, 17) 5.2 5.4 Konsumsi 4.6 3.8-4.0 3.1 – 3.8 untuk mendukung pengembangan industri pendukung
Fitch (Juli, 17) 5.3 5.6 Pemerintah 3.5
Perdagangan
Sumber: RKP 2018, Kemenkeu Investasi 5.4 6.0-6.6 5.8 – 6.0
6.2 1. Perbaikan sistem logistik nasional
Sisi Permintaan 2. Kebijakan mendorong pengembangan
Ekspor 4.8 5.3 –
5.0-5.5 2.4
KONSUMSI RT & LNPRT 5.7
KONSUMSI PEMERINTAH usaha dan wirausaha baru
Impor
1. Peningkatan daya beli masyarakat melalui upaya menjaga 3.9
1. Kebijakan belanja 4.4.-4.8 untuk
diarahkan –
4.5 mengatasi
2.0 Pertanian
stabilitas harga dan alokasi anggaran ketahanan pangan ketimpangan 4.9 1. Bantuan sarana dan prasarana produksi (benih,
2. Belanja sosial masyarakat dengan perbaikan skema 2. Percepatan dan perbaikan pola penyerapan mesin, pupuk) & peningkatan luas lahan tanam
belanja PKH, Rastra, KIP, belanja kesehatan anggaran pemerintah 2. Peningkatan perikanan budidaya, pengolahan
3. Persiapan pelaksanaan Asian Games dan Pemilu 3. Perbaikan pola belanja Pemerintah Daerah produk rumput laut dan Revitalisasi Hutan Tanaman
4. Dukungan peningkatan sumber-sumber Industri
penerimaan negara
Konstruksi
INVESTASI EKSPOR IMPOR
1. Realisasi pembangunan infrastruktur
1. Pembangunan proyek prioritas nasional yang mendorong 1. Penambahan pasar ekspor baru 2. Pembangunan jalan, rel
produktivitas dan peningkatan aktivitas sektor swasta 2. Peningkatan kerjasama bilateral untuk ekspor 3. Penyediaan mobile power plant dan PLTU
2. Deregulasi peraturan dan perbaikan iklim investasi produk utama (bernilai tambah tinggi)
terutama di daerah 3. Peningkatan ekspor jasa melalui peningkatan Informasi dan Komunikasi
3. Pemanfaatan dan penyaluran dana repatriasi untuk sektor pariwisata
investasi 1. Perluasan jaringan 4G
4. Perbaikan iklim tenaga kerja 2. Implementasi tarif telekomunikasi yang terjangkau
5. Optimalisasi realokasi belanja non produktif menjadi 3. Pemanfaatan e-commerce melalui gerakan startup
belanja investasi digital dan 8000 UMKM go digital 11
Arah Kebijakan Ekonomi Makro 2018
Tema RKP 2018
Memacu investasi dan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan
ARAH KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO 2018
Pemerintah tidak hanya menitikberatkan pada
MENDORONG pertumbuhan tinggi jangka pendek, tetapi juga akan
MENCAPAI
MENJAGA STABILITAS PERTUMBUHAN EKONOMI menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia
PERTUMBUHAN
EKONOMI YANG INKLUSIF DAN jangka panjang melalui peningkatan produktivitas
5,2- 5,6 %
BERKELANJUTAN ekonomi dan memastikan terjadinya proses
transformasi struktural.
Produktivitas
Sisi Permintaan Stabilitas Harga Ekonomi
Kebijakan meningkatkan produktivitas ekonomi :
• Konsumsi Reformasi
• Investasi Struktural (1) pembangunan infrastruktur secara masif untuk
Stabilitas Sistem
Keuangan konektivitas antar wilayah,
Inklusif dan (2) pembenahan regulasi agar lebih pro bisnis,
pemerataan (3) pembenahan pasar tenaga kerja,
(4) reformasi fiskal dan reformasi sektor keuangan
Neraca Pembayaran Keberlangsungan terutama sektor perbankan dan pasar modal,
Sisi Penawaran Terjaga lingkungan (5) pengembangan teknologi dan inovasi untuk
meningkatkan efisiensi ekonomi, dan
Sektor utama yang memiliki sumbangan terbesar Sektor prioritas yang akan ditingkatkan
terhadap pertumbuhan peranannya terhadap pertumbuhan dan
(6) peningkatan kualitas sumber daya manusia
penciptaan lapangan pekerjaan
• Industri pengolahan terutama non migas
• Informasi dan Komunikasi
• Pertanian • Industri Pengolahan
• Konstruksi • Pertanian
• Perdagangan • Pariwisata
• Jasa Keuangan 12
Peningkatan Pengeluaran Investasi dan Belanja
Pemerintah pada Tahun 2018
APBNP APBN Perkembangan Investasi Kepada BUMN, 2013 – 2017
Uraian (Triliun Rupiah) (Triliun Rupiah)
2017 2018

Outlook
PEMBIAYAANANGGARAN 397,2 325,9 Uraian 2013 2014 2015 2016 2018
2017

PEMBIAYAAN UTANG 461,3 399,2


Investasi Kepada BUMN 2,0 3,0 64,5 50,5 6,4 3,6

PEMBIAYAAN INVESTASI (59,7) (65,7)

PEMBERIAN PINJAMAN (3,7) (6,7)

KEWAJIBAN PENJAMINAN (1,0) (1,1)

PEMBIAYAAN LAINNYA 0,3 0,2

Sumber: Kementerian Keuangan 13


KEBIJAKAN
EKONOMI

14
Strategi Kebijakan Mengatasi Ketimpangan
Keberhasilan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak terlepas dari kebijakan pemerintah. Paket-paket
kebijakan pemerintah berupa pembangunan infrastruktur, memperkuat daya saing, memperkuat kawasan ekonomi, membangun kawasan
pariwisata di seluruh wilayah Indonesia dengan didukung kebijakan pemerataan ekonomi.
MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI KE SELURUH DAERAH

Infrastruktur Industri Kawasan Ekonomi Reformasi 15 PKE

245 Proyek Strategis Industri Dasar : Besi/Baja, Petrokimia, 11 Kawasan Ekonomi Khusus Meningkatkan Mendorong
Nasional dan 2 Program* dan Kimia Dasar iklim investasi daya saing
(KEK)
industri
Industri Hilirisasi SDA, Agro, dan Kawasan Industri Meningkatkan Promosi
Mineral efisiensi pariwisata
logistik

Stimulasi Memperkuat
ekspor daya beli
masyarakat

Kebijakan Pemerataan Ekonomi

Lahan Kesempatan Kapasitas SDM

TARGET :

Reforma Agraria: legalisasi aset, Pemberian kesempatan pembiayaan usaha yang Peningkatan kapasitas SDM melalui
redistribusi
*) Program tanah,
Kelistrikan dan Programlegalitas akses
Pesawat Jarak Menengah
terjangkau melalui KUR pendidikan vokasi
15
Kebijakan Pemerataan Ekonomi
• Pembagian akses lahan yang adil kepada seluruh masyarakat
Reforma Agraria • Penetapan prioritas penerima TORA berdasarkan rasio gini tanah, kemiskinan, kebutuhan lahan
Perbaikan • Pengembangan usaha pertanian dengan metoda aglomerasi atau cluster
kesejahteraan • Penetapan LP2B untuk mencegah penguasaan lahan pertanian oleh non-pertanian
Pertanian
masyarakat A (Landles Farmer) • Land consolidation untuk sawah
tersebut tidak akan • Riset bibit, sarana pasca panen, sinergi logistik, dan pasar bibit, alsintan dan saprodi lain
Lahan • Pendataan dan penegakan aturan lahan kelapa sawit termasuk pendataan land bank
berkelanjutan jika Perkebunan
• Pendataan dan penetapan kebijakan replanting komoditi perkebunan lainnya
• Mengkorporasikan koperasi yang didukung swasta dan BUMN dengan tujuan meningkatkan nilai tambah
tidak didukung • Dukungan riset, sinergi pasar, off-taker hasil bumi, dan rantai nilai hilirisasi
dengan kebijakan • Social Housing
Urban Poor & • Housing financing
pemerataan • Land bank dan harga tanah yang terjangkau
Perumahan Terjangkau
ekonomi • Pemerintah menegakkan kebijakan tata ruang
Nelayan & Budidaya • Integrasi nelayan dan rumput laut
Rumput Laut • Aquaculture dan rantai nilai nelayan
• Investasi swasta untuk pengolahan dan off-taker rumput laut

Sistem Pajak • Pajak progresif, capital gain tax dan unutilized asset tax
Berkeadilan • Belanja pemerintah yang berkadilan
B
KEBIJAKAN Kesempatan • Mengembangkan industri dengan basis SDA dan rantai nilai
PEMERATAAN Manufaktur dan ICT • Memperkecil gap bunga pembiayaan perusahaan besar dan perusahaan kecil
EKONOMI • Melindungi segmen pasar tertentu dari bisnis terintegrasi dan bermodal kuat
• Penataan dan pendataan dari pasar tradisional / modern, toko tradisional dan toko
Ritel dan Pasar modern
• Pengaturan jarak, lokasi dan zonasi pasar maupun toko modern
• Kewajiban menyerap produk setempat
• Fair access ke dalam sistem distribusi
Pembiayaan dan • Penyempurnaan sistem KUR ke arah pembiayaan usaha yang non-bankable
Anggaran Pemerintah • Program pengadaan yang lebih aksesible untuk pengusaha menengah ke bawah
C
Vokasi, • Identifikasi dan prioritasi sektor, sub-sektor industri unggulan dan profesi
Kapasitas SDM
Entrepreneurship dan • Skema job matching antara industri dan vokasi
Prioritas
• Early childhood intervension
Pasar Tenaga Kerja 16
• Fokus pada skill, collaborative, flexibility dan impact (bukan semata-mata gelar)
PKE Untuk Mendorong Iklim Investasi
16 Paket Kebijakan Ekonomi telah diluncurkan untuk meningkatkan daya saing dan perekonomian
domestik
Tahap I, 9 Sept ‘15 Tahap II, 29 Sept ‘15 Tahap III, 7 Okt ’15
Meningkatkan daya saing industri Mempermudah persyaratan Fasilitasi jasa keuangan, pendanaan
nasional perizinan dan menyederhanakan prosedur
eskpor
ekspor dan mengeliminasi hambatan
bisnis 233 INITIAL TOTAL
REGULATIONS I–XV
Tahap IV, 15 Okt ‘15 Tahap V, 22 Okt ‘15 Tahap VI, 6 Nov ‘15
Jaminan sosial dan perbaikan Meningkatkan iklim industri dan investasi Menstimulasi aktivitas ekonomi di daerah
DELETED/
REVOKED 11 222 TOTAL
REGULATIONS
kesejahteraan masyarakat melalui tax incentives dan deregulasi terluar dan memfasilitasi avalibilitas
perbankan syariah komoditas strategis

Tahap VII, 7 Des ‘15 Tahap VIII, 21 Des ‘15 Tahap IX, 27 Jan ‘16
COMPLETED 97%
Menstimulasi aktivitas bisnis untuk Menyelesaikan perselisihan akuisisi tanah,
Mempercepat kelistrikan, stabilisasi
industri labor-intensive yang mengintensifkan produksi minyak lokal,
harga daging dan meningkatkan sektor
berskala nasional melalui insentif menstimulasi industri pesawat domestik
logistic untuk rural-urban
dalam bentuk proses sertifikasi
lahan untuk individu
5 UNDER
DISCUSSION
3%
Tahap X, 11 Feb ‘16 Tahap XI, 29 Mar ‘16 Tahap XII, 28 Apr ‘16 GOVERNMENT INSTITUTIONS
Menstimulasi perekonomian nasional Meningkatkan ranking Indonesia dalam
Merevisi Daftar Negatif Investasi dan
meningkatkan proteksi untuk UMKM melalui fasilitasi UMKM dan industri Ease of Doing Business (EoDB) 170
TOTAL
97%
Tahap XIII, 24 Agust ‘16 Tahap XIV, 10 Nov ‘16 Tahap XV, 15 Jun ‘17 PRESIDENSIAL
PRESIDENTIAL
Low Cost Housing untuk Roadmap untuk E-commerce Perbaikan Logistik
masyarakat berpenghasilan rendah
Tahap XVI, 31 Agust ‘17
4752
TOTAL
TOTAL
4250
COMPLETED
SELESAI
96 %
Percepatan Penerbitan Perizinan Berusaha
dari Tingkat Pusat hingga Daerah
UPDATE: 22 September, 2017
17
17
Konsepsi Kebijakan Percepatan Pelaksanaan
Berusaha
1. Pada dasarnya Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Berusaha (Perpres No.
91/2017) dilakukan dengan:
a. Mempercepat pelayanan perizinan berusaha melalui penerapan Sistem
Pelayanan Perizinan Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single
Submission/OSS).
b. Memberikan fasilitas sistem checklist (hutang perizinan) di kawasan-kawasan
ekonomi.
c. Menerapkan sistem data sharing.
2. Untuk menjaga efektivitas dan kepastian pelaksanaan berusaha dibentuk
satgas-satgas (leading sector dan pendukung) di K/L, Provinsi, Kabupaten/Kota
untuk mengawal dan membantu menyelesaikan perizinan berusaha.
3. Untuk mendukung kemudahan pelaksanaan berusaha dilakukan reformasi
regulasi.
4. Semua pelayanan perizinan berusaha hanya dilakukan melalui PTSP (BKPM,
DPM-PTSP Provinsi, dan DPM-PTSP Kabupaten/Kota), sehingga kewenangan
yang belum ada atau belum didelegasikan kepada PTSP, tetap hanya diurus lewat
PTSP yang dikawal dan dibantu penyelesaiannya oleh Satgas (K/L, Provinsi, MENATA ULANG
Kabupaten/Kota).
18
Konsep Alur Perizinan Sistem Online Single Submission 19

 Pelaku usaha/investor mengajukan


permohonan perizinan hanya ke
PTSP/DPM-PTSP Investor • PTSP
 Seluruh data perizinan dan • DPM-PTSP
Offline • MALL PELAYANAN

Online
pemenuhan persyaratan berusaha di PUBLIK Perizinan
K/L dan Pemda berada dalam 1 (satu) • K/L (untuk industri
tertentu)
sistem perizinan berusaha
terintegrasi secara elektronik. Sistem Perizinan
SKPD Berusaha Terintegrasi
 Uji coba penerapan OSS perizinan Pemprov Secara Elektronik
end-to-end sektor industri akan • Online Single
dilakukan di DPM-PTSP Purwakarta SKPD Submission
Pemkab/ • Data Sharing
dan DPM-PTSP Sulawesi Tengah, • Helpdesk/Klinik
Pemkot
serta sektor pariwisata dan industri di
PTSP BP Batam pada bulan Januari
2018

19
Struktur Satuan Tugas Percepatan Pelaksanaan
Berusaha Berdasarkan Perpres 91 Tahun 2017
Keterangan
• SATGAS Nasional bertanggung
Up/Down Line jawab penuh terhadap pemantauan
Presiden proses perizinan berusaha dan wajib
Garis Koordinasi melapor setiap bulan kepada
Presiden.
L Garis Pendukung
• SATGAS K/L, Provinsi, Kab/Kota
Wajib: (1) mengawal dan membantu
PTSP/ SATGAS Garis Penugasan penyelesaian setiap perizinan
BKPM Nasional berusaha; (2) mengidentifikasi
L Laporan Per Bulan
perizinan yang perlu direformasi
(dimudahkan atau distandarkan); dan
L (3) melaporkan semua kegiatan
DMPTSP DMPTSP DMPTSP DMPTSP berusaha dan permasalahannya
kepada SATGAS Nasional.

• SATGAS Leading Sector adalah


SATGAS K/L SATGAS SATGAS SATGAS SATGAS yang paling bertanggung
Pendukung Leading Provinsi Kab/Kota jawab terhadap pembinaan,
Sector pengembangan, dan pelayanan
perizinan berusaha suatu sektor atau
urusan.

• SATGAS Pendukung adalah


SATGAS yang wajib mendukung
perizinan yang diperlukan oleh
Eselon I Eselon I Sekretaris Daerah Sekretaris Daerah Leading Sector untuk penyelesaian
suatu investasi/berusaha. 20
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

21
22

LAMPIRAN
Proyek Strategis Nasional terdiri dari 245 Proyek dan 2 Program –
Estimasi Total Investasi Rp 4.417 T (Per 19 Desember 2017)
SULAWESI
SUMATERA KALIMANTAN MALUKU & APUA
Rp328 T
Rp638 T Rp563 T Rp448 T

NATIONAL

Rp1.333 T

BALI & NUSA


JAWA

Rp1.094 T Rp10 T

PSN mencakup 15 sektor di tingkat proyek dan 2 sektor di tingkat program


Project

INDUSTRIAL WATER & IRRIGA- TECH- OIL FISHERY


RAILWAY SEAPORT AIRPORT HOUSING HOUSING SANITA- DAM IRIGASI SMELTER SEA DIKE
ROAD ZONE TION NOLOGY REFINERY
TION

74 23 10 8 30 3 3 9 54 77 4 6 12 1 1
Projects Projects Projects Projects Projects Projects Projects Projects Projects Projects Projects Projects Projects Project Project
Program

Small-
Electricity
1 PROGRAM Medium
Airplane 1 PROGRAM

23
Status Kemajuan 37 Proyek Prioritas per Desember 2017
Status kemajuan 37 proyek prioritas Milestone yang baru dicapai

Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta Jalur Selatan-


12 Proyek dalam tahap Utara:
32% Preparation
penyiapan Komposisi pembebanan pinjaman MRT Jakarta Jalur
5 Proyek dalam tahap Selatan – Utara untuk tambahan Fase I dan Fase II
54% Transaction stage telah diputuskan dalam Rapat KPPIP tingkat Menteri,
transaksi
yaitu 49% Pemerintah Pusat dan 51% Pemerintah
14% 20 Proyek dalam
Construction stage tahap Provinsi DKI Jakarta.
konstruksi
Pelabuhan Patimban:
Loan Agreement telah ditandatangani pada 15
November 2017.
Skema Pendanaan untuk 37 Proyek Prioritias
RDMP Cilacap:
Surat Rekomendasi terkait tata ruang dan
10%
pengalihan trase jalan telah diterbitkan. Izin
Rp 235,97 Triliun APBN/APBD
APBN/D Lingkungan sudah diterbitkan oleh Kementerian
(termasuk pinjaman)
LHK.
51% BUMN/D
39% Rp 968,92 Triliun BUMN/BUMD
Rp 1.247,13 Triliun
Swasta SPAM Lampung:
swasta/KPBU Konsorsium PT Bangun Cipta Sarana - PT Bangun
Cipta Konstruksi telah ditetapkan sebagai pemenang
lelang KPBU.

24 24
Investor Swasta Memiliki Peluang Untuk Berkontribusi Lebih Dari
Setengah Dari Total Nilai Investasi PSN
Nilai Investasi PSN
APBN
PSN membutuhkan dana dari berbagai sumber, 13%
termasuk anggaran negara, BUMN / BUMD, dan swasta
Perkiraan dana1 yang dibutuhkan untuk
PSN 245 Proyek + 2 Program:

Total Nilai APBN US$ 40.6 Billion BUMN/D


Investasi2 Swasta 28%
59%
BUMN/D US$ 92.9 Billion
USD 327.2
Miliar
Swasta US$ 193.7 Billion

1Exclude 12 projects which investment value are still unknown


2Exchange rate: US$ 1 = IDR 13,500

5 Sectors dengan Nilai Investasi Tertinggi:

Energi Listrik Jalan Kereta KEK dan KI


12 Proyek 1 Program 74 Proyek 23 Proyek 30 Proyek
US$ 93 Miliar US$ 76.7 Miliar US$ 52.2 Miliar US$ 46.2 Miliar US$ 28.7 Miliar

Note: Nilai investasi didasarkan pada update per bulan Oktober 2017. Data mengenai nilai investasi sedang dalam proses verifikasi dengan Kantor Staf Presiden (KSP) dan 25
BPKP
Alokasi Pembiayaan Proyek Strategis Nasional (PSN)
Kebutuhan Pembiayaan Infrastruktur
Realisasi
Sumber Pembiayaan
Pembiayaan Total
(USD Miliar)1,2,3 2017 2018 2019 ≥2020
≤2016

1. APBN 6.4 4.4 4.1 4.3 21.5 40.6


2. BUMN 6.5 8.4 12.0 17.4 48.6 92.9
3. Swasta 25.1 16.2 26.5 25.8 100.1 193.7
TOTAL 38.0 29.0 42.6 47.5 170.2 327.2

1Tidak termasuk 12 proyek, yang nilai investasinya masih belum diketahui: smelter, perumahan, Zona Ekonomi Khusus, dan Jalan
2Dana sebesar USD 37 Juta (CAPEX dan OPEX) dari 30 proyek yang tidak memiliki informasi mengenai persyaratan alokasi tahunannya,
digolongkan di ≥2020
3Exchange rate: US$ 1 = IDR 13,500
Asumsi penggolongan alokasi dana:
1. Untuk proyek dengan skema PPP namun tidak memiliki informasi alokasi di APBN / APBD, total dana dialokasikan ke Swasta
2. Untuk proyek dengan penugasan BUMN namun tidak memiliki informasi alokasi BUMN / BUMD, total dana dialokasikan ke BUMN

Catatan: Data ini masih akan diverifikasi oleh KSP dan BPKP
26
Pembangunan 16 Zona Industri
Kuala Tanjung Landak Ketapang Tanah Kuning Jorong Morowali Buli, Halmahera Timur Bintuni

Tanjung Buton Tanggamus Wilmar Serang Kendal Gresik Batulicin Bantaeng Konawe

27
Pembangunan 11 Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan Bitung Sorong
Arun Lhoksumawe Sei Mangkei Tanjung Api-api

Tanjung Lesung

KEK Manufaktur

KEK Pariwisata Tanjung Kelayang Mandalika Palu Morotai

Hingga 31 Juni 2017, Pemerintah


telah mendirikan 11 KEK:
7 KEK Manufaktur
4 KEK Pariwisata
28
Pembangunan 10 Kawasan Strategi Pariwisata
Nasional
Danau Toba Tanjung Kelayang Kepulauan Seribu Wakatobi Morotai

Tanjung Lesung Borobudur Bromo Tengger Semeru Mandalika Labuan Bajo

29
Pencapaian PSN sektor IPTEK, Telekomunikasi, dan
Industri Pesawat per September 2017
PALAPA RING BROADBAND WESTERN
PACKAGE

Palapa Ring Broadband

Paket Barat: Konstruksi fisik


telah mencapai 74% dan
PALAPA RING BROADBAND MIDDLE
ditargetkan dapat beroperasi
PACKAGE pada 11 Februari 2018.

Paket Tengah: Konstruksi


fisik telah mencapai 26%.
Telah dilakukan Factory
Acceptance Test kabel laut di
pabrik NSW Jerman pada
tanggal 1-5 Agustus 2017.
PALAPA RING BROADBAND EASTERN
Kabel laut ditargetkan sampai
PACKAGE di Indonesia pada Oktober
2017. Catatan: Proyek Percepetan Pembangunan Technopark, Satelit Multifungsi dan Program Industri Pesawat
Jarak Menengah N-245 dan R80 tidak dicantumkan dalam peta karena merupakan proyek skala Nasional
Paket Timur: Konstruksi fisik Percepatan Pembangunan Program Industri Pesawat Jarak Menengah N-245
telah mencapai 17% dan Technopark dan R80
ditargetkan beroperasi pada
September 2019. Proyek ini merupakan bagian Kebutuhan investasi diperkirakan mencapai Rp20
dari Program Revitaslisasi triliun. PT Dirgantara Indonesia akan memproduksi
Puspitek dan Pengembangan pesawat jenis N-245 dan produksi pesawat jenis R80
Indonesia Science and akan dilakukan oleh PT Regio Aviasi Industri.
Technology Park (STP).

30
Pencapaian Pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN)
Percepatan Pembangunan 7 PLBN (Inpres No. 6 Tahun 2015)
Progress Progress Progress Progress Progress Progress Progress

100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Aruk Entikong Badau Wini Motaain Motamasin Skouw

Pembangunan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru di Sekitar


PLBN
(Arahan Dalam Ratas Tanggal 14 Maret 2017)

Pembangunan Kawasan IKM berbasis pertanian di Kecamatan


Entikong, Kabupaten Sanggau dekat PLBN Entikong.
Pembangunan kawasan peternakan sapi terpadu yang berlokasi di
Kawasan Sonis Laloran, Kabupaten Belu dekat PLBN Motaain.

Rencana Pembangunan 9 PLBN Gelombang 2 (Pasca Inpres No. 6 Tahun 2015):


1.Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat; Diresmikan
Diresmikan
2.Jasa - Sei Kelik, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat;
Belum Diresmikan
Belum
3.Long Nawang, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara; Diresmikan
4.Long Midang, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara;
5.Labang, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara;
6.Sei Nyamuk - Sei Pancang, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara;
7.Oepoli, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur;
8.Napan, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur;
9.Waris, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua

(berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri selaku Kepala BNPP Kepada Menteri PUPR No. 050/1733/BNPP tanggal 15 September 2017) 31
Konsep Reforma Agraria – Obyek/Lahan Dan Subyek/Masyarakat (1/3)
TORA KELOMPOK PETANI

 Strata title atas konsolidasi lahan (50Ha)


 Lahan transmigrasi belum
 Sertifikasi lahan negara strata-title
bersertifikat
kepada kelompok tani (50 KK)
 PRONA/PTSL  Setiap KK berhak atas kepemilikan
 Lahan hasil penyelesaian lahan 1 Ha
Diberikan hak alas  Tidak diperjualbelikan
konflik
atas tanah
 Ex-HGU/HGB dan tanah  Kelompok tani memiliki bukti hak milik
terlantar  Tidak diberikan koordinat atas hak milik
 Dilarang dijual
 Pelepasan kawasan hutan
(20% Plasma, Pencadangan  Pengelolaan oleh kelompok
Pangan, dsb)  Kelompok tani dibina dengan
pendekatan “korporasi koperasi”
Diberikan hak akses  Ada pendampingan dari “Agen
PERHUTANAN SOSIAL atas lahan
Perubahan”
 Kawasan Hutan

Tatanan Sosial Baru


“Desa dibangun dan Tanah
dikelola bersama”
*) PRONA: Proyek Operasi Nasional Agraria yaitu tanah-tanah yang memenuhi persyaratan penguatan hak atas tanah (misalnya tanah hibah perusahaan)
32
Konsep Reforma Agraria – Subyek/Masyarakat Penerima Reforma
Agraria (2/3) Subyek dari Reforma Agraria dibagi dalam 5 (lima) kategori: (a) para buruh pertanian, petambak, pekebun dan
peternak yang tidak memiliki lahan (landless); (b) buruh pertanian, petambak, pekebun dan peternak yang lahannya
terbatas; (c) buruh berpenghasilan rendah, penduduk pada area rawan bencana, dan pengangguran; (d) penduduk di
area rawan bencana yang harus di pindahkan; dan (e) pengangguran.

2
Petani, pekebun,
1
Petani, petambak, pekebun
petambak lahan kecil tanpa lahan (landless) dan
buruh ternak
dan peternak dengan
jumlah ternak
3
terbatas Buruh
4 Berpenghasilan
Penduduk pada area
Diberikan kepada petani,
Rendah 5
rawan bencana yang Diberikan kepada
petambak, dan pekebun, buruh Diberikan kepada buruh Pengangguran
harus di resettle petani, petambak, dan
pekebun yang memiliki penggarap atau penyewa lahan, yang berpenghasilan Diberikan kepada
Diberikan kepada lahan kecil, sehingga agar mereka dapat memiliki rata-rata UMR atau di pengangguran untuk
penduduk di area rawan akan menambah hak lahan garapan untuk bawah UMR dan masuk mengurangi kemiskinan
bencana disekitar TORA. pendapatan. meningkatkan taraf hidup. kategori miskin serta pengangguran.

Kriteria Tambahan Prioritas Untuk Transmigrasi


• Pensiunan TNI/Polri dengan pangkat maksimal sersan/brigadir • Penduduk miskin di lokasi potensi transmigrasi baru
• Diutamakan sudah menikah atau berkeluarga • Penduduk daerah asal transmigrasi baru yang menjadi masyarakat
• Tinggal dilokasi dekat TORA/Perhutanan Sosial miskin perkotaan
• Memiliki pengalaman bercocok tanam • Penduduk miskin yang berasal dari pulau yang sama dengan pulau
• Penerima TORA/Perhutanan sosial diutamakan memiliki semangat yang daerah transmigrasi baru
tinggi untuk mengelola lahan agar lahan yang diberikan dapat • Penduduk miskin yang berasal dari luar pulau transmigrasi baru
dimaksimalkan
33
Konsep Reforma Agraria - Norma Dan Standar (3/3)
• Golden Rule untuk pemberian lahan/akses reforma agraria adalah lahan harus diusahakan (tidak menjadi idle land
atau diperjualbelikan), ada batasan kepemilikan/penguasaan lahan, dan pengelolaannya dilakukan secara klaster
• Batasan kepemilikan lahan ditentukan dengan mempertimbangkan kepadatan penduduk, jumlah penduduk
miskin, ketimpangan kepemilikan lahan, dan jenis pemanfaatan lahan

TORA Perhutanan Sosial

Hak Milik atas Tanah Hak Akses/Izin/Kemitraan


Pengelolaan Hutan
Lahan untuk
diusahakan
Tanah tidak untuk diperjualbelikan atau dipecah Tidak merusak ekosistem hutan dan penebangan kayu
melalui sistem waris hanya diperbolehkan di Hutan Produksi

Luasan Maksimum Penguasaan Lahan/Hutan ditentukan berdasarkan kriteria:


Uniformity &
batasan • Kepadatan Penduduk
• Kepadatan Penduduk
• Jumlah Penduduk Miskin
kepemilikan • Jumlah Penduduk Miskin
• Fungsi Hutan (Konservasi, Lindung, Produksi)
lahan • Ketimpangan Kepemilikan Lahan
• Jenis Pemanfaatan (Kayu/Non-Kayu)

Pengelolaan dikonsolidasikan Dikelola oleh kelompok Jenis tanaman sama untuk


Pengelolaan dalam satu klaster masyarakat (koperasi) satu klaster
secara klaster/
kelompok

34
Link And Match Pendidikan Vokasi & Dunia Bisnis / Industri
Pendidikan dan pelatihan vokasi menjadi isu prioritas nasional untuk menyelesaikan persoalan penyediaan
tenaga kerja terampil
TANTANGAN

Industri membutuhkan
Suplai tenaga kerja dalam Sekolah menerapkan
lulusan vokasi yang
51% pasar tenaga kerja tidak
sesuai dibutuhkan dunia
memiliki sertifikat
kompetensi
Link & Match
kurikulum vokasi yang
mengacu pada SKKNI
usaha

21% Penganguran berasal dari


lulusan SMK

Bonus demografi
penduduk Indonesia 2020, Lulusan vokasi Uji SKKNI sebagai
yang di dominasi usia memiliki sertifikat kompetensi acuan uji
muda kompetensi lulusan kompetensi
berdasarkan vokasi lulusan vokasi
Bonus demografi
Kebutuhan bidang yang SKKNI
penduduk Indonesia
di pekerjaan vokasional
dominasi usia muda
dimasa mendatang (Future
of Jobs)

2. Peningkatan
4. Terlalu Banyak
Kualitas Pendidik
Program Studi
Kebijakan 1. Perubahan Vokasi
Pemerataan Lahan Kesempatan SDM Vokasi Kurikulum SMK
Ekonomi 3. Kebutuhan 5. Insentif Bagi
Peralatan Minimal Sekolah

35

Anda mungkin juga menyukai