Anda di halaman 1dari 3

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Anestetik Sindrom Antifosfolipid


dengan Komplikasi Sindrom HELLP
Ery Leksana
SMF / Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP dr. Kariadi/
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa tengah, Indonesia

ABSTRAK
Sindrom Antifosfolipid atau Antiphospholipid Syndrome (APS) didefinisikan sebagai suatu gangguan autoimun, yang ditandai dengan trombosis
berulang atau morbiditas obstetri. Salah satu komplikasi obstetri pada pasien dengan APS adalah sindrom HELLP (terjadi pada 0,01-0,2%
kehamilan). Satu sampai 5% individu sehat mempunyai antibodi antifosfolipid (antiphospholipid antibodies, aPL). Manifestasi klinis APS adalah
trombosis vena atau arteri berulang dan/atau kehilangan janin. Beberapa teori patogenesis terjadinya trombosis pada pasien APS mencakup
penurunan aktivitas plasminogen, peningkatan agregasi platelet, inhibisi prostasiklin dan protein C, serta peningkatan faktor VIII. Manajemen
anestetik APS meliputi teknik anestesi regional apabila fungsi koagulasi normal atau anestesi umum dengan kombinasi fentanil dan ketamin
pada PCA jika fungsi koagulasi di bawah normal, dan pemberian tromboprofilaksis standar. Komplikasi lebih lanjut dari APS harus dicegah
dengan menggunakan heparin dan steroid.

Kata kunci: sindrom antifosfolipid, sindrom HELPP, manifestasi, patogenesis, manajemen anestetik

ABSTRACT
Antiphospholipid syndrome (APS) is defined as an autoimmune disorder characterized by recurrent thrombosis or obstetrical morbidity. One
of obstetric complications in patients with APS is HELLP syndrome (occurring in 0.01 to 0.2% of pregnancies). One to 5% of healthy individuals
have antiphospholipid antibodies (aPL). Clinical manifestations of APS are recurrent venous or arterial thrombosis and/or fetal loss. Some
theories of pathogenesis of thrombosis in APS patients include decreased plasminogen activity, increased platelet aggregation, inhibition of
prostacyclin and protein C, and increased factor VIII. Anesthetic management of APS includes techniques of regional anesthesia when normal
coagulation function persist, or general anesthesia with a combination of fentanyl and ketamine in PCA if coagulation function drops below
normal, and administration of standard thromboprophylaxis. Further complications of APS should be prevented by use of heparin and steroids.
Ery Leksana. Anesthetic Management of Antiphospholipid Syndrome Complicated with HELLP Syndrome.

Key words: antiphospholipid syndrome, HELLP syndrome, manifestations, pathogenesis, anesthetic management

PENDAHULUAN meliputi preeklampsia, eklampsia, trombosis EPIDEMIOLOGI


Sindrom Antifosfolipid atau Antiphospholipid plasenta, dan kelahiran prematur. Komplikasi Angka kejadian APS (di Amerika Serikat)
Syndrome (APS) adalah suatu gangguan obstetri yang jarang dilaporkan adalah belum diketahui. Satu sampai lima persen
autoimun, dengan trombosis berulang sindrom HELLP (terjadi pada 0,01-0,2 % dari individu sehat mempunyai antibodi
atau morbiditas obstetri. APS pertama kali kehamilan; 10-20 % pada preeklampsia berat antifosfolipid (antiphospholipid antibodies,
ditemukan tahun 1983.1-3 dan eklampsia).1,4 aPL). Sedangkan antibodi antikardiolipin
(aCL) lebih sering ditemukan pada orang
Diagnosis APS memerlukan temuan klinis Sindrom HELLP adalah kumpulan dari gejala- tua, dan hati-hati pada hasil titer positif.
berupa1-3: gejala berikut ini4-6: Antibodi aPL ditemukan 30-40% pada pasien
• trombosis vena atau arteri • Hemolysis: anemia hemolitik dengan systemic lupus erythematosus (SLE),
• keguguran berulang dan/atau mikroangiopatik dengan apusan darah perifer namun hanya sekitar 10% yang menderita
trombositopenia abnormal, bilirubin total >1,2 mg/dL atau APS. Kurang lebih setengah kasus APS tidak
• disertai dengan kadar IgG dan/atau jumlah laktat dehidrogenase (LDH) serum selalu berkaitan dengan penyakit reumatik
IgM antibodi antikardiolipin (anticardiolipin >600 U/L. lainnya. Dalam penelitian pada 100 pasien
antibodies, aCL) sedang sampai tinggi atau tes • Elevated Liver enzymes: Aspartat dengan trombosis vena tanpa riwayat SLE,
antikoagulan lupus positif. aminotransferase >70 U/L atau LDH >600 antibodi aCL ditemukan pada 24% dan
U/L. antibodi lupus/lupus anticoagulant (LA)
Adapun masalah obstetri pada pasien ini • Low Platelets: kadar platelet <150.000/mm3. pada 4% sampel.3

Alamat korespondensi email: eryleksana@yahoo.com

CDK-206/ vol. 40 no. 7, th. 2013 497


TINJAUAN PUSTAKA

• aktivasi endotel vaskuler yang dapat


memfasilitasi pengikatan trombosit dan
monosit,
• reaksi antibodi untuk mengoksidasi low
density low protein, yang menjadi predisposisi
terjadinya arterosklerosis dan infark
miokardium.

Bukti baru menyatakan bahwa aktivasi


komplemen yang dimediasi oleh APL,
kemungkinan merupakan penyebab primer
kejadian abortus.3

Sindrom HELLP belum jelas penyebabnya dan


belum ditemukan faktor pencetusnya. Yang
ditemukan pada penyakit multisistem ini
adalah kelainan tonus vaskuler, vasospasme,
dan kelainan koagulasi. Sindrom ini merupakan
akhir dari kelainan yang menyebabkan
kerusakan endotel mikrovaskuler dan
aktivasi trombosit intravaskuler. Akibatnya
terjadi vasospasme, aglutinasi dan agregasi
trombosit, dan selanjutnya terjadi kerusakan
endotel.6

Hemolisis, didefinisikan sebagai anemia


Skema Penanganan Sindrom HELLP6,7 hemolitik mikroangiopati, merupakan tanda
khas dari sindrom HELLP. Peningkatan enzim
Sindrom HELLP terjadi pada 2-12% kehamilan mencakup penurunan aktivitas plasminogen, hati diperkirakan sekunder akibat obstruksi
dengan preeklampsia. Preeklampsia terjadi peningkatan agregasi platelet, inhibisi aliran darah hati oleh deposit fibrin di sinusoid.
pada 5-7% kehamilan. Superimposed HELLP prostasiklin dan protein C, serta peningkatan Sedangkan trombositopeni ditandai dengan
syndrome dapat terjadi pada 4-12% wanita faktor VIII.3 peningkatan pemakaian dan atau destruksi
preeklampsia atau eklampsia. Tanpa adanya trombosit.6
preeklampsia, diagnosis sindrom ini sering Satu hipotesis menyebutkan adanya defek
terlambat. Sindrom ini biasanya muncul pada dalam apoptosis seluler, yang memaparkan MANIFESTASI KLINIS
trimester ketiga; pada 11% pasien, sindrom fosfolipid membran pada pengikatan berbagai Secara klinis rangkaian kejadian-kejadian
muncul pada umur kehamilan kurang dari 27 protein plasma, seperti beta-2 glikoprotein tersebut akan mempengaruhi beberapa
minggu; 69% pasien pada masa antepartum membentuk kompleks fosfolipid-protein saat sistem organ, seperti:3
dan 31% pasien pada masa postpartum. Pada sudah terikat, dan neoepitop terbuka yang • Sistem vena perifer ( trombosis vena
postpartum, saat terjadinya khas, yaitu dalam selanjutnya menjadi target autoantibodi.3 dalam [deep venous thrombosis, DVT])
waktu 48 jam pertama postpartum.6 • Sistem saraf sentral (cerebrovascular
Bukti terbaru mengatakan beta-2 glikoprotein accident [CVA], trombosis sinus)
PATOGENESIS I teroksidasi dapat berikatan dan mengaktivasi • Hematologi (trombositopenia, anemia
Manifestasi klinis APS adalah trombosis vena sel dendritik dengan cara yang sama seperti hemolitik)
atau arteri berulang dan/atau kehilangan aktivasi yang dipicu oleh Toll-like receptor 4 • Obstetri (abortus, eklampsia)
janin (fetal loss). Hasil laboratorium APS (TLR-4), yang dapat meningkatkan produksi • Paru (emboli paru, hipertensi paru)
menunjukkan peningkatan yang menetap autoantibodi.3 • Dermatologi (livedo reticularis, purpura,
dari jumlah antibodies directed against ulserasi)
membrane anionic phospholipid (misalnya aCL Mekanisme lain yang mungkin untuk • Jantung (libman-sacks valvulopathy, infark
dan antifosfatidilserin); atau yang berkaitan terjadinya hiperkoagulasi dari antibodi aPL miokard)
dengan protein plasma, terutama beta-2 adalah:3 • Okuler (amaurosis, trombosis retina)
glikoprotein I (apolipoprotein H); atau bukti • produksi antibodi yang melawan faktor • Adrenal (infark/perdarahan)
adanya antikoagulan dalam sirkulasi.3 koagulasi, meliputi protrombin, protein C, • Muskuloskeletal (nekrosis avaskuler
protein S, dan anneksin, tulang)
Mekanisme terjadinya trombosis pada • aktivasi trombosit untuk meningkatkan
pasien APS belum jelas, beberapa teori penempelan endotel, Pasien sindrom HELLP mempunyai gejala

498 CDK-206/ vol. 40 no. 7, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

dan tanda bervariasi, dari yang bernilai trombositopenia signifikan, sehingga teknik bila mendadak, lakukan anestesi spinal.
diagnostik sampai semua gejala dan tanda anestesi regional tidak dianjurkan. • Hati-hati pada anestesi umum, karena be-
pada pasien preeklampsia/eklampsia yang • Pada pasien yang mendapatkan risiko tinggi untuk terjadinya trombosis vena.
tidak menderita sindrom HELLP. Sibai (1990) antikoagulan, penggunaan teknik anestesi
menyatakan pasien biasanya datang dengan regional diperbolehkan apabila fungsi SIMPULAN
keluhan nyeri epigastrium atau nyeri perut koagulasi normal. Pada pasien sindrom antifosfolipid, sindrom
kanan atas (90%), beberapa mengeluh mual • Jika fungsi koagulasi di bawah normal, HELLP bisa menjadi parah dan terkadang
dan muntah (50%), yang lain bergejala seperti dilakukan anestesi umum dengan kombinasi refrakter. Karena itu, meskipun masih pada
infeksi virus. Sebagian besar pasien (90%) fentanyl dan ketamine pada patient-controlled tanda dan gejala awal sindrom HELLP, kita
mempunyai riwayat malaise selama beberapa analgesic (PCA). harus berpikir tentang komplikasi dari sindrom
hari sebelum timbul tanda lain.6 • Diberikan tromboprofilaksis standar antifosfolipid, dan kita harus mencegah
dengan unfractioned heparin kurang lebih 4 komplikasi lebih lanjut yang dapat terjadi
PENATALAKSANAAN jam setelah dosis heparin sebelum melakukan dengan menggunakan heparin dan steroid.
Manajemen anestetik APS meliputi:1-3 anestesi spinal/epidural. Mengenai teknik anestesi, tergantung dari
• Pasien APS mungkin mengalami • Bila ada waktu, lakukan anestesi epidural, faktor koagulasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Jo YY, Lee KC, Kim HS, Bae HK, Chang YJ. Anesthetic management of HELLP syndrome complicating primary antiphospholipid syndrome. Korean J Anesthesiology 2012;6:575-8.
2. Ramli M. Seksio sesar pada penyakit autoimun. Workshop Anestesi Obstetri. Second Annual Symposium on Anesthesia Complication. Yogyakarta, 14-17 November 2012.
3. Belilos E, Diamond HS. Antiphospholipid syndrome [Internet]. 2012 [cited 2013 Feb 20]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/333221-overview
4. HELLP syndrome [Internet]. 2012 [cited 2013 Feb 20]. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000890.htm
5. HELLP syndrome. Critical Care Pregnancy. In: Zimmerman JL, editor. Fundamental critical care support. 3rd ed. Illinois: Society of Critical Care Medicine; 2002. p.14-5.
6. Rambulangi J. Sindrom HELLP. Cermin Dunia Kedokteran 2006;151:24-8.
7. Martin JN, Rose CH, Briery CM. Understanding and managing HELLP syndrome: The integral role of aggressive glucocorticoids for mother and child. Am J Obstet Gynecol. 2006. 195.914-
34.

CDK-206/ vol. 40 no. 7, th. 2013 499

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Kasus-Anak Dengan Demam Dengue
    Laporan Kasus-Anak Dengan Demam Dengue
    Dokumen56 halaman
    Laporan Kasus-Anak Dengan Demam Dengue
    Ashiya
    60% (5)
  • Template Osce Station THT Oma
    Template Osce Station THT Oma
    Dokumen4 halaman
    Template Osce Station THT Oma
    Devi Christina Damanik (Papua medical School)
    Belum ada peringkat
  • Bayi
    Bayi
    Dokumen32 halaman
    Bayi
    Devi Christina Damanik (Papua medical School)
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Saraf
    Kumpulan Saraf
    Dokumen101 halaman
    Kumpulan Saraf
    Devi Christina Damanik (Papua medical School)
    Belum ada peringkat
  • Proktitis
    Proktitis
    Dokumen7 halaman
    Proktitis
    Devi Christina Damanik (Papua medical School)
    Belum ada peringkat
  • Polip Hidung
    Polip Hidung
    Dokumen14 halaman
    Polip Hidung
    Devi Christina Damanik (Papua medical School)
    Belum ada peringkat