Anda di halaman 1dari 12

Pelaksanaan Eksperimen III-1

BAB III
PELAKSANAAN EKSPERIMEN

Kajian eksperimental pada penelitian ini pertama sekali dimaksudkan untuk


mendapatkan gambaran peningkatan kuat tarik dan daktilitas beton mutu tinggi
dengan adanya penambahan fibers.
Dari penilitian yang telah dilakukan sebelumnya, ternyata penambahan serat
kedalam beton juga akan meningkatkan beberapa sifat mekanik lainnya, antara
lain :
- Peningkatan ketahanan terhadap lentur.
- Peningkatan ketahanan terhadap beban kejut (impact).
- Peningkatan ketahanan terhadap abrasi.
- Peningkatan ketahanan terhadap susut.

3.1. Standar Pengujian yang Dipakai


Standar pengujian material yang digunakan untuk mencari sifat fisik
maupun perilaku mekanik material yang dipakai adalah standar ASTM (American
Society for Testing and Materials) dan BS (British Standards).

3.2. Uji Sifat Fisik dan Kimiawi Bahan Dasar


3.2.1.Semen
Semen yang dipakai dalam penelitian ini adalah semen Tiga Roda tipe I
yang diproduksi PT. Indocement Tunggal Prakarsa. Pemilihan semen tipe I ini
didasarkan atas pertimbangan kemudahan memperolehnya. Dengan pemakaian
bahan tambahan kimia atau mineral pada semen tipe I, maka sifat-sifat semen
yang lain seperti panas hidrasi rendah, yang tidak ada pada semen tipe I dapat
diperoleh. Hal ini dilakukan karena bisa merusak susunan senyawa pembentuk
serat polyolefin yang terbuat dari bahan nylon, hexane, propane dan methanol.
Pelaksanaan Eksperimen III-2

Tabel 3.1. Sifat Fisika Semen Portland Tipe 1


Standar
No Komposisi Fisika Semen
ASTM C-150
1 Kehalusan, Alat Bline ( m2/Kg) 321 Min. 280
2 Waktu Pengikatan (Alat Vicat)
- Awal (menit) 141 Min. 45
- Akhir ( Menit) 285 Maks. 375
3 Kekuatan tekan
- 3 hari ( Kg/cm2 ) 208 Min. 125
- 7 Hari ( Kg/cm2) 285 Min. 200
- 28 hari ( Kg/cm2) Min. 300
4 Pengikatan Semu Penetrasi Akhir (%) 89 Min. 50
5 Specific Gravity 3.15
6 Pemuaian Autoclave Maks. 0.8
Tabel 3.2. Komposisi Kimia Semen Portland Tipe 1
Standar ASTM
No Komposisi Kimia, % Semen
C-150
1 Silikon Dioksida, SiO2 21.20 -
2 Besi Oksida, Fe2O3 3.10 -
3 Aluminium Oksida, Al2O3 6.00 -
4 Kalsium Oksida, CaO 64.90 -
5 Magnesium Oksida, MgO 1.20 Maks. 6.00
6 Sulphur Trioksida, SO3 2.10 Maks. 3.50
7 Insoluble Residue, IR Maks. 0.75
8 Trikalsium Aluminat, C3A -
9 Loss On Ignition, LOI Maks. 5.00

3.2.2. Agregat Halus


Agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir
Galunggung. Tabel 3.3 dan 3.4 memperlihatkan data hasil pengujian sifat fisik
dan analisa saringan, sedangkan pada Gambar 3.1 ditampilkan kurva gradasi
agregat halus.
Tabel 3.3. Sifat Fisika Agregat Halus
No Jenis Pengujian Hasil Pengujian
1 Kadar Lumpur % 3.5
2 Modulus Kehalusan 2.78
3 Kadar Air % 8.57
4 Apparent Specific Gravity 2.73
5 Bulk Specific Gravity (dry) 2.53
6 Bulk Specific Gravity (SSD) 2.60
7 Absorbsi Air % 2.88
8 Unit Weight Gembur 1850 gr/cc
9 Unit Weight Padat 1704 gr/cc
Pelaksanaan Eksperimen III-3

Tabel 3.4. Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus


Persentase Persentase Spec
Ukuran Berat Persentase
No Berat yang Berat yang ASTM
Saringan Tertahan Tertahan
Saringan Tertahan Lolos C33-
(mm) (gram) (%)
(kumulatif) (kumulatif) 99
9.5 0 0 0 100 100
No.4 4.75 0 0 0 100 95-100
No.8 2.36 27 5.35 5.35 94.65 80-100
No.16 1.18 141 27.92 33.27 66.73 50-85
No.30 0.60 147 29.11 62.38 37.62 25-60
No.50 0.30 104 20.59 82.97 17.03 10-30
No.100 0.15 57 16.04 94.63 6.73 2-10
29 Total 278
Pan
Modulus Kehalusan 2.78

3.2.3.Agregat kasar
Pada Tabel 3.5 dan 3.6 terangkum data hasil pengujian fisik dan hasil analisa
saringan batu pecah Lagadar. Selanjutnya Gambar 3.2 menunjukkan kurva gradasi
agregat kasar.
Tabel 3.5. Sifat Fisika Agregat Kasar

No Jenis Pengujian Hasil Pengujian


1 Kadar Lumpur % 1.12
2 Modulus Kehalusan 6.53
3 Zat Organis Nihil
4 Apparent Specific Gravity 2.73
5 Bulk Specific Gravity (dry) 2.46
6 Bulk Specific Gravity (SSD) 2.56
7 Absorbsi Air % 4.06
8 Unit Weight Gembur 1895 gr/cc
9 Unit Weight Padat 1836 gr/cc

Tabel 3.6. Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar


Persentase Persentase Spec
Ukuran Berat Persentase
No Berat yang Berat yang ASTM
Saringan Tertahan Tertahan
Saringan Tertahan Lolos C33-
(mm) (gram) (%)
(kumulatif) (kumulatif) 99
25 0 0 0 100 100
19 100 2 2 98 90-100
9,5 2680 52.5 54.4 45.6 20-55
No.4 5 2160 42.3 96.7 3.3 0-10
No.8 2,38 170 3.3 100 0 0-5
3.3 100 0
0
Pan Total 253.1 246.9
Modulus Kehalusan 6.53
Pelaksanaan Eksperimen III-4

3.2.4.Air
Air dibutuhkan oleh beton untuk terjadinya panas hidrasi dan kemudahan
pekerjaan pencampuran beton. Batasan-batasan spesifikasi dari British Standar
menyebutkan :
¾ Kandungan klorida ≤ 500 ppm
¾ Kandungan SO3 ≤ 1000 ppm

3.2.5. Fly Ash


Fly ash yang dipakai dalam penelitian merupakan tipe F yang berasal dari
hasil pembakaran batubara di PLTU Suralaya. Data hasil uji komposisi kimiawi
dan sifat fisik fly ash diberikan pada Tabel 3.8 dan 3.9.
Tabel 3.7. Komposisi Kimia Fly Ash
No. Komposisi kimia (%) Fly ash Standar ASTM (C-618)
1. Silikon oksida, SiO2 56.30 70.0
2. Besi oksida, Fe2O3 4.12
3. Aluminium oksida, Al2O3 29.36
4. Kalsium oksida, CaO 1.84
5. Magnesium oksida, MgO 0.85 max 5.0
6. Sulfat (SO4) 0.00
7. Kalium Oksida (K2O) 2.05 max 5.0
8. Natrium Oksida (Na2O) 1.20 max 1.5
9. Hilang pijar termasuk CO2 4.27 max 10.0

Tabel 3.8. Sifat Fisik Fly Ash


No. Sifat fisika Fly ash Standar ASTM (C-618)
1. Berat jenis (t/m3) 2.151
2. Pemuaian dengan autoclave (%) 0.02 max 0.8
3. Kehalusan 23.85 max 34.0
4. Kadar air (%) 0.70 max 3.0

3.2.6. Superplasticizer
Superplastizicer yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam campuran
beton berasal dari PT. Fosroc, dengan data sebagai berikut :
Pelaksanaan Eksperimen III-5

Tabel 3.9. Data Teknis Superplaticizers


Tipe F
Jenis Conplast RP264(M2)
Warna Coklat tua
Berat Jenis 1.13 kg/ltr
Dosis 0.2 – 0.6 liter untuk 100 kg semen

3.3. Sifat Fisik Bahan Serat


Serat yang digunakan ada 2 (dua) macam yaitu serat Polyolefin dan serat
baja. Penggunaan serat bertujuan untuk meningkatkan daktilitas dan kemampuan
kuat tarik beton yang apabila pada beton biasa (plain concrete) hanya 1/10 dari
kuat tekan beton.

3.3.1.Serat Polyolefin
Serat polyolefin terbuat dari bahan synthetic dengan data-data seperti pada
tabel 3.11. dibawah ini :
Tabel 3.10. Data Teknis Serat Polyolefin
Panjang 5 cm
Diameter 0.63 mm
Specific Gravity 0.91
Modulus of Elasticity 2647 MPa
Tensile Strength 275 MPa
Titik Leleh 1600 C
Elektrical Conductvity Rendah

3.3.2.Serat Baja
Serat ini berupa serat baja karbon atau serat metalik, dengan data teknis
seperti terlihat pada tabel 3.12. sebagai berikut :
Tabel 3.11. Data Teknis Serat Baja
Panjang 4 cm
Diameter 0.2 mm
Berat Jenis 6070 kg/m3
Tensile Strength 240 MPa
Ketahanan Terhadap Korosi Rendah
Hantaran Listrik Tinggi
Pelaksanaan Eksperimen III-6

3.4. Perhitungan Perencanaan Campuran Beton


Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan daktilitas beton
berserat. Campuran serat beton terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu serat polyolefin dan
serat baja. Kekuatan tekan rencana yang ingin dicapai adalah 60 MPa dengan
benda uji yang berupa silinder 150 mm x 300 mm dan pengujian flexure dengan
benda uji berupa balok 600 mm x 150 mm x 150 mm.
Dalam penelitian ini dibuat campuran uji coba untuk komposisi fraksi
serat berkisar antara 1 % - 3 % yang diperbandingkan dengan beton biasa tanpa
serat (plain concrete). Perhitungan mix desain dilakukan dengan menggunakan
standar ACI. Pemilihan standar ACI sebagai acuan dalam penelitian ini adalah
mengingat bahwa dalam hal praktek di lapangan telah banyak aplikasi dari standar
tersebut.

3.5. Pembuatan dan Perawatan Benda Uji serta Umur Pengujian.


Pembuatan dan perawatan benda uji beton dilakukan mengikuti standar
ASTM C 192. Seluruh specimen untuk pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah
dibuat berbentuk silinder dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm,
dan untuk pengujian flexure specimen di buat berbentuk balok dengan panjang
600 mm, lebar 150 mm dan tinggi 150 mm. Jumlah benda uji beton untuk setiap
umur pengujian adalah tiga buah yang mengikuti syarat minimal jumlah benda uji
pada butir 4.5 ASTM C 192. Umur pengujian adalah 7 dan 28 hari. 7 hari adalah
untuk mengetahui daktilitas beton berserat pada awal umur beton. Sedangkan
untuk 28 hari adalah untuk mengetahui daktilitas beton berserat pada saat beton
sudah hampir tidak mengalami kenaikan kuat tekan yang signifikan lagi.
Untuk serat dengan bentuk geometri tertentu dan bersifat kaku, sehingga
diharpkan tidak ada perubahan bentuk selama pengadukan, maka perlu
diperhatikan cara-cara pengadukan yang tepat. Untuk keperluan ini maka biasanya
serat (fiber) dimasukan kedalam adukan pada saat terakhir.
Langkah-langkah pengadukan yang ditempuh dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. Pengadukan agregat kasar dan halus.
2. Pemasukan semen dan mineral admixture
Pelaksanaan Eksperimen III-7

Pengadukan dilanjutkan sampai merata, waktu pengadukan selama 2 menit


yang biasanya memberikan hasil yang cukup baik.
3. Penambahan air dan additive (superplaticizers) yang sesuai mix desain.
Superpalticizers dicampur kedalam air agar menjadi merata dalam beton.
4. Penaburan serat
Penaburan serat dilakukan secara berangsur dan pengadukan dilanjutkan
selama 2 menit sampai adukan cukup merata (tidak ada serat yang
menggumpal dalam satu tempat)
5. Adukan dihentikan selama 3 menit sebelum percetakan.
Perawatan benda uji beton, menurut standar ASTM C 192 ada dua kondisi
yaitu dengan uap air dan direndam dalam air. Untuk keperluan penelitian ini,
terhadap seluruh benda uji diberikan perawatan dengan cara direndam dalam air
hingga saat pengujian dilakukan. Sebelum dilakukan pengujian, kedua permukaan
benda uji diberi capping yang pelaksanaannya mengikuti standar ASTM C 617.

3.6. Metode dan Macam Pengujian


3.6.1.Uji Workability
Uji wokability adalah untuk melihat kekentalan dan kelecakan beton.
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kemudahan pengerjaan beton basah
baik berupa pencampuran adukan, pengangkatan, penuangan dan kemampuan
adukan dalam berkonsolidasi dengan kehilangan homogenitas yang minimum
serat dalam menghindari segregasi pada beton. Pengujian ini dilakukan dengan 3
(tiga) cara pengujian yaitu :
A) Uji Slump (Slump Test)
Cara ini umum dipakai sebab mudah dan murah, tetapi untuk adukan
beton berserat hasil pengujiannya tidak dapat digunakan sebagai
indikator workability yang tepat. Namun demikian slump test tetap
digunakan untuk mengontrol kualitas adukan, dan menentukan
campuran yang konsisten dari satu cetakan lain. Pengujian slump test
mengacu ACI 211.4R-93 dan ASTM C143 di mana untuk beton mutu
tinggi dengan HRWR, nilai slump yang di gunakan antara 25 – 50 mm.
Pelaksanaan Eksperimen III-8

Gambar 3.1. Detail Alat Pengujian Slump


B) Uji Kerucut Terbalik (Inverted Slump Cone Test)
Pengujian uji kerucut terbalik dilakukan untuk mengetahui factor
kepadatan beton dan mengacu pada ASTM C995. Pengujian dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
- Timbang dan ukur volume silinder (3)
- Masukkan adukan beton kedalam hopper (1)
- Buka tutup bawah hopper dan biarkan beton mengalir ke hopper
(2)
- Buka tutup bawah hopper (2) dan biarkan beton mengalir ke
silinder (3)
- Timbang berat beton yang terdapat di silinder (3) = Wp
- Isi silinder (3) dengan adukan beton dan padatkan setiap 50 mm
atau digetarkan sampai padat serta ratakan permukaan silinder (3)
- Timbang berat beton dalam silinder (3) = Wf
Maka faktor kepadatan beton adalah :
Wp
f =
Wf
Pelaksanaan Eksperimen III-9

Gambar 3.2. Alat Pengujian Inverted Slump Cone Test


C) Uji Vebe (V – B Test)
Pengujian ini digunakan untuk mengukur perilaku adukan beton karena
adanya vibrasi eksternal atau kemampuan mengalir adukan dibawah
vibrasi yang diketahui lewat waktu kecepatan adukan beton mencapai
kepadatan yang maksimum. Semakin kental adukan beton maka waktu
yang dibutuhkan semakin lama untuk mencapai kepadatan beton. Uji ini
cukup efektif untuk mengukur workability beton berserat. Uji V-B
biasanya tidak dilakukan di lapangan, karena peralatannya cukup besar
dan berat.

3.6.2.Uji Kuat Tekan


Alat yang digunakan untuk pengujian ini adalah Universal testing Machine
(UTM) kapasitas 1500 KN. Kecepatan rata-rata pembebanan (rate of loading)
yang diberikan terhadap benda uji adalah 2.861 kg/cm2/detik. Perekaman data
yang meliputi beban, displacement dan waktu secara atomatis oleh data logger
yang dikendalikan sepenuhnya oleh komputer. Benda uji berbentuk selinder 150
mm x 300 mm.
Dalam perhitungan gaya-gaya yang didistribusikan secara kontinyu perlu
diketahui intensitas gaya, yaitu besarnya gaya per satuan luas. Beban yang bekerja
akan terdistribusi secara menerus melalui titik berat penampang sepanjang sumbu
longitudinal dengan tegangan sebesar :
P
f c' =
A
Pelaksanaan Eksperimen III-10

Dimana :
f c' = Kuat tekan beton (MPa)
P = Beban Maksimum yang terjadi (kN)
A = Luas penampang benda uji (mm)
Pada umumnya serat-serat yang digunakan pada beton berserat hanya sedikit
mempengaruhi kuat tekan beton selama jumlah fraksi serat tidak mengurangi sifat
hegemonitas beton. Serat merubah model keruntuhan tekan benda uji dengan
mengurangi sifat britle nya. Kondisi puncak pada beban maksimum bertambah
panjang dengan bertambahnya deformasi beton.
Dari pengujian kuat tekan ini maka akan didapat hubungan tegangan-
regangan, dimana persamaan regangan seperti terlihat dibawah ini :
f c'
ε=
E
Dimana :
ε = Regangan (mm/mm)
f c' = Kuat tekan beton (MPa)

E = Modulus elstisitas beton, dimana dalam ACI 363-92 untuk


beton mutu 21 Mpa < f c' < 83 Mpa, maka :

E = 3320 f c' + 6900 MPa

3.6.3.Uji Flexural (Modulus of Rupture)


Benda uji dibebani secara lentur tiga titik dengan menggunakan Dartec
Testing Machine kapasitas 50.000 kg. Melalui actuator pembebanan diberikan
secara bertahap dengan laju perpindahan sebesar 0,0075 mm/det. Pengukuran
dilakukan terhadap perpindahan di tengah bentang yang dilakukan secara simultan
dengan menggunakan LVDT (Linear Variable Displacement Transducer) tipe
50
SDP – 100C, *10 −6 / mm . Pembacaan data yang meliputi beban dan
27659
penurunan benda uji dilakukan setiap beban 250 kg. Benda uji berbentuk balok
600 mm x 150 mm x 150 mm.
Pada uji modulus of rupture ini, pembebaman dilakukan dengan 3 (tiga) titik
beban yaitu satu titik beban terpusat ditengah bentang dan didistribusikan menjadi
Pelaksanaan Eksperimen III-11

dua titik beban pada jarak 1/3 bentangan melalui pelat baja. Kuat lentur
maksimum dimana serat mengalami kuat tarik maksimum yang diasumsikan
perilaku beton masih dalam batas elastis. Pengujian ini dilakukan dengan
mengacu pada ASTM C78 dengan persamaan sebagai berikut :
Pl
fr =
bd 2
Dimana :
fr = Modulus of rupture (kg/cm2)
P = Beban maksimum yang diberikan (kg)
l = Panjang span (cm)
b = Lebar benda uji (cm)
d = Tinggi benda uji (cm)

Gambar 3.3. Posisi pengujian specimen untuk Modulus of Rupture

Gambar 3.4. Pembagian beban pada pengujian Modulus of Rupture

3.6.4. Uji Kuat Tarik Belah (Splitting Tensile Strength Test)


Alat yang digunakan untuk pengujian ini adalah Universal testing Machine
(UTM) kapasitas 1500 KN. Kecepatan rata-rata pembebanan (rate of loading)
Pelaksanaan Eksperimen III-12

yang diberikan terhadap benda uji adalah 2.098 kg/cm2/detik. Perekaman data
yang meliputi beban, displacement dan waktu secara atomatis oleh data logger
yang dikendalikan sepenuhnya oleh komputer. Benda uji berbentuk selinder 150
mm x 300 mm.

Gambar 3.5. Detail Plan Pengujian Splitting Tensile Strength

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui daktilitas pada beton berserat.


Specimen yang digunakan berbentuk cylinder dengan ukuran 150 x 300 mm’.
Benda uji diletakkan pada posisi horizontal di antara dua pelat landasan mesin uji
tekan. Apabila beban diberikan sepanjang sumbu, maka elemen pada diameter
vertikal akan mengalami tegangan tekan vertikal dan tegangan tarik horizontal.
Kuat tarik belah dianalisis mengikuti persamaan ASTM C496 berikut :
2P
T=
πld
Dimana :
T = Kuat tarik belah (kg/cm2)
P = Beban Maksimum yang diberikan (kg)
l = Panjang benda uji (cm)
d = Diameter benda uji (cm)

Anda mungkin juga menyukai