PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3
DEFINISI ....................................................................................................... 4
EPIDEMIOLOGI ......................................................................................................... 4
KOMORBIDITAS ....................................................................................................... 5
ETIOLOGI .................................................................................................................. 5
TERAPI ....................................................................................................................... 13
KESIMPULAN ............................................................................................................ 20
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
anugerah-Nya, sehingga referat Ilmu Kesehatan Jiwa yang berjudul “Judi Patologis” dapat
diselesaikan dengan baik. Referat ini dibuat berdasarkan salah satu syarat untuk
Saya berharap dengan referat ini, dapat menjadi media untuk memberikan informasi
yang berguna bagi para pembacanya baik teman-teman sejawat, kalangan medis lain,
Saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk menambah kekurangan dari referat ini. saya
mohon maaf, bila ada kesalahan kata dalam penulisan. Atas perhatiannya, saya ucapkan
terima kasih.
Penulis
2
PEDAHULUAN
Menurut Undang-undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat (3) menjelaskan “Yang
disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan
mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih
terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan
perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut
1974 mengenai penertiban judi, yaitu: rolet, poker, hwa-hwe, sabung ayam, pacuan kuda,
nalo, dll. 2
Judi Patologis ditandai dengan judi maladaptif yang berulangdan menetap dan
menimbulkan masalah ekonomi serta gangguan yang signifikan di dalam fungsi pribadi,
sosial dan pekerjaan. Aspek perilaku maladaptif mencakup (1) preokupasi terhadap judi; (2)
kebutuhan untuk berjudi dengan jumlah uang yang semakin bertambah untuk memperoleh
kegairahan yang diinginkan; (3) upaya berulang yang tidak berhasil untuk mengendalikan,
mengurangi atau menghentikan judi; (4) berjudi sebagai cara untuk melarikan diri dari
masalah; (5) berjudi untuk membalas kekalahan; (6) berbohong untuk menutupi tingkat
keterlibatan dengan perjudian; (7) melakukan tindakan ilegal untuk membiayai judi; (8)
membahayakan atau kehilangan hubungan baik pribadi maupun pekerjaan karena judi; dan
3
A. DEFINISI
Gangguan terdiri dari episode berjudi yang berulang dan sering, yang mendominasi
kehidupan individu yang merusak nilai dan ikatan sosial, perkerjaan, material dan
keluarga.4
hutang, berbohong dan melakukan pelanggaran hokum untuk memperoleh uang dan
menghindari pelunasan hutang. Gangguan ini disebut juga “judi kompulsif”, tetapi
istilah ini kurang tepat, karena perilakunya bukan kompulsif dalam arti teknis, maupun
B. EPIDEMIOLOGI
itu, menurut DSM-IV-TR, prevalensi penjudi patologis dilaporkan sebanyak 2,8 - 8,0 %
remaja dan mahasiswa. Gangguan ini lebih lazim pada laki-laki daripada perempuan,
seperempat penjudi patologis memiliki orangtua dengan masalah perjudian; baik ayah
dari seorang laki-laki penjudi maupun ibu dari seorang perempuan penjudi lebih
alkohol juga lazim ditemukan di antara orantua dari penjudi patologis dibandingkan
dengan laki-laki alkoholik yang jarang di rumah dibandingkan dengan perempuan yang
4
C. KOMORBIDITAS
ambang, dan narsistik meningkat pada orang dengan judi patologis. Gangguan terkait
gangguan Tourette.3
D. ETIOLOGI
1. Faktor Psikososial
ditinggalkan sebelum anak berusia 15 tahun; disiplin orantua yang tidak tepat (tidak
ada, tidak konsisten, atau kasar); pajanan terhadap, dan ketersediaan, aktivitas
perjudian untuk remaja; tekanan keluarga terhadap materi dan simbol keuangan;
manganggarkan.
untuk kalah, dan mereka berjudi untuk meredakan rasa bersalah yang tidak disadari.
Perkiraan lainnya adalah bahwa penjudi merupakan orang dengan narsisme yang
memiliki khayalan kebesaran serta kekuasaan yang dapat membuat mereka yakin
5
Ahli teori pembelajaran memandang judi yang tidak terkendali terjadi akibat
2. Faktor Biologis
mungkin memiliki penyebab neurobiologis yang mendasari. Teori ini berpusat pada
rendah, suatu penanda aktivitas serotonin, juga terkait dengan kesulitan inhibisi.
Dari berbagai hasil penelitian lintas budaya dari para ahli sosial diperoleh lima
faktor yang amat berpengaruh dalam memberikan kontribusi pada perilaku berjudi.
Bagi masyarakat dengan status sosial dan ekonomi yang rendah, perjudian sering
kali dianggap sebagai suatu sarana untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
2. Faktor Situasional
6
Situasi yang bisa dikategorikan sebagai pemicu perilaku berjudi, di antaranya
3. Faktor Belajar
Faktor belajar memiliki efek yang besar terhadap perilaku berjudi, terutama
menghasilkan sesuatu yang menyenangkan maka hal tersebut akan terus tersimpan
Persepsi yang dimaksud di sini adalah persepsi pelaku dalam membuat evaluasi
Penjudi yang merasa dirinya sangat terampil dalam salah satu atau beberapa jenis
Di samping gambaran yang telah dijelaskan, penjudi patologis sering tampak terlalu
percaya diri, terkadang kasar, energik, dan boros. Mereka sering menunjukkan tanda-
tanda stres diri yang jelas, cemas, dan depresi. Mereka lazim memiliki sikap bahwa
uang merupakan penyebab dari, dan solusi bagi, semua masalah mereka. Mereka tidak
melakukan upaya yang serius untuk menganggarkan atau menghemat uang. Jika
7
antisosial guna mendapatkan uang untuk berjudi. Perilaku kriminalnya secara khas
mereka secara sadar berniat untuk mengembalikan atau membayar kembali uang itu.
pencapaian kehidupan, upaya bunuh diri, dan hbungan dengan kelompok pinggir dan
ilegal. Penahanan terhadap kriminalitas yang tidak mengandung unsur kekerasan dapat
A. Perilaku judi yang berulang dan menetap seperti yang ditunjukkan oleh 5 (atau lebih)
hal berikut:
dengan berjudi)
4) Gelisah atau mudah marah ketika mencoba mengurangi atau menghentikan judi
5) Berjudi sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah atau untuk melegakan
8
6) Setelah kehilangan uang berjudi, sering kembali esok harinya untuk membalas
10) Mengandalkan orang lain untuk memberikan uang guna memulihkan situasi
diperlukan suatu pemahaman tentang kadar atau tingkatan penjudi tersebut. Hal ini penting
mengingat bahwa perilaku berjudi termasuk dalam kategori perilaku yang memiliki
kesamaan dengan pola perilaku adiksi. Menurut Papu (2002), pada dasarnya ada tiga
1) Social Gambler
Penjudi tingkat pertama adalah para penjudi yang masuk dalam kategori "normal"
atau seringkali disebut social gambler, yaitu penjudi yang sekali-sekali pernah ikut
membeli lottery (kupon undian), bertaruh dalam pacuan kuda, bertaruh dalam
9
Penjudi tipe ini pada umumnya tidak memiliki efek yang negatif terhadap diri
dorongan-dorongan yang ada dalam dirinya. Perjudian bagi mereka dianggap sebagai
pengisi waktu atau hiburan semata dan tidak mempertaruhkan sebagian besar
2) Problem Gambler
Penjudi tingkat kedua disebut penjudi "bermasalah" atau problem gambler, yaitu
maupun karir, meskipun belum ada indikasi bahwa mereka mengalami suatu gangguan
kejiwaan (National Council on Problem Gambling USA, 1997). Penjudi jenis ini
seringkali melakukan perjudian sebagai cara untuk melarikan diri dari berbagai masalah
kehidupan.
Penjudi ini sebenarnya sangat berpotensi untuk masuk ke dalam tingkatan penjudi
yang paling tinggi yang disebut penjudi patologis jika tidak segera disadari dan diambil
penelitian Shaffer, Hall, dan Vanderbilt (1999) yang dimuat dalam website Harvard
Medical School ada 3,9% orang dewasa di Amerika Bagian Utara yang termasuk dalam
kategori penjudi tingkat kedua ini dan 5% dari jumlah tersebut akhirnya menjadi
penjudi patologis.
3) Pathological Gambler
10
Penjudi tingkat ketiga disebut sebagai penjudi "patologi" atau pathological gambler
melepaskan diri dari dorongan-dorongan untuk berjudi. Mereka sangat terobsesi untuk
berjudi dan secara terus-menerus terjadi peningkatan frekuensi berjudi dan jumlah
perilaku tersebut, baik terhadap dirinya sendiri, keluarga, karir, hubungan sosial atau
lingkungan disekitarnya.
Meskipun pola perilaku berjudi ini tidak melibatkan ketergantungan terhadap suatu
zat kimia tertentu, namun perilaku berjudi yang sudah masuk dalam tingkatan ketiga
dapat digolongkan sebagai suatu perilaku yang bersifat adiksi (addictive disorder).
atau pendapat orang lain dan rentan terhadap bentuk perilaku adiksi yang lain. Individu
yang sudah masuk dalam kategori penjudi patologis seringkali diiringi dengan masalah-
(Napza), alkoholik, penyakit saluran pencernaan dan pernafasan, depresi, atau masalah
11
UJI PSIKOLOGIS DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pasien dengan judi patologis sering menunjukkan tingkat impulsivitas yang tinggi pada uji
penjudi saat mereka berjudi, yang disebabkan oleh euforia yang terjadi saat pengalaman
F. DIAGNOSIS BANDING
Judi sosial dibedakan dengan judi patologis dalam hal bahwa judi sosial dilakukan
dengan teman-teman, pada waktu khusus, dan dengan kehilangan yang dapat diterima
serta ditoleransi yang telah ditentukan sebelumnya. Judi yang simptomatik pada
episode manik biasanya dapat dibedakan dengan judi patologis melalui riwayat adanya
Perubahan mood mirip-manik lazim ditemukan pada judi patologis, tetapi selalu
masalah dengan judi. Jika kedua gangguan ada, keduanya harus didiagnosis.3
Judi patologis biasanya dimulai saat remaja untuk laki-laki dan usia lanjut untuk
perempuan. Gangguan ini hilang timbul serta cenderung kronis. 4 fase ditemukan pada
judi petologis:
1. Fase kemenangan, berakhir dengan kemenangan besar, sama dengan kira-kira gaji
satu tahun, yang memancing pasien. Perempuan biasanya tidak menang dalam
jumlah besar tetapi menggunakan judi sebagai pelarian dari masalah mereka
12
2. Fase kehilangan progresif, yaitu pasien menata kehidupan mereka di seputar judi
dan kemudian berganti dari penjudi hebat menjadi penjudi bodoh yang mengambil
risiko besar, uang cadangan, meminjam uang, bolos kerja, dan kehilangan pekerjaan
3. Fase nekat, yaitu pasien berjudi besar-besaran dengan jumlah besar uang, tidak
membayar hutang, terlibat dengan lintah darat, menulis cek yang buruk, dan
mungkin menggelapkan
4. Fase putus asa, yaitu menerima bahwa kekalahan tidak akan pernah terbalaskan,
tetapi judi terus berlanjut karena kegairahan dan rangsangan yang terkait. Gangguan
ini dapat menghabiskan waktu 15 tahun untuk mencapai fase akhir, tetapi dalam 1
H. TERAPI
Penjudi jarang datang langsung secara sukarela untuk diterapi. Masalah hukum,
tekanan keluarga, atau keluhan psikiatrik lainnya membawa penjudi pada terapi.
Gamblers Anonymous (GA) didirikan di Los Angeles pada tahun 1957 dan meniru
setidaknya di kota besar, untuk jadi pada sejumlah pasien. GA adalah suatu metode
kelompok sependeritaan, dan adanya penjudi yang telah pulih (seperti pada AA) yang
siap membantu anggota untuk menolak impuls berjudi. Meskipun demikian, angka
drop-out dari GA tinggi. Pada beberapa kasus, perawatan di rumah sakit dapat
dicari sampai pasien benar-benar jauh dari perjudian selama 3 bulan. Pada saat ini,
13
pasien yang merupakan penjudi patologis dapat menjadi kandidat yang sangat baik
keberhasilan.
Ada empat cara untuk pengendalian sosial, yaitu persuasif, koersif, penciptaan
situasi yang dapat mengubah sikap dan perilaku, dan penyampaian nilai norma dan aturan
secara berulang-ulang.
a. Persuasif
Cara ini dilakukan dengan penekanan pada usaha membimbing atau mengajak
berupa anjuran. Contoh, penertiban PKL (Pedagang Kaki Lima) dengan memindahkan
b. Koersif
Mestinya langkah ini ditempuh setelah langkah persuasif telah dilakukan. Apabila
dengan anjuran, bujukan tidak berhasil, tindakan dengan kekerasan bisa dilakukan.
Contoh polisi pamong praja, membongkar paksa lapak (termpat berjualan) PKL yang
melakukan praktek-praktek perjudian, menangkap bandar judi Togel dan sabung ayam
untuk kemudian diproses ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku. Tindakan seperti
14
itu, bertujuan untuk menerapi pelaku agar merasakan sanksi ketika berperilaku
menyimpang sehingga ada efek jera yang dirasakan, diharapakan dengan efek tersebut
Pengendalian sosial sangat tepat bila dilakukan dengan menciptakan situasi dan
kondisi yang dapat mengubah sikap dan perilaku seseorang. Misalnya, ketika para
negatif terhadap kehidupa individu dan keluarga, melalui\ media-media efektif seperti
radio atau tempat yang efektif (misalnya; balai desa, tempat ibadah, atau datangi rumah
warga).
Pengendalian sosial juga dapat dilakukan dengan cara penyampaian nilai, norma,
aturan secara berulang-ulang. Penyampaian inii bisa dengan cara ceramah maupun
dengan dibuatkannya papan informasi mengenai aturan, nilai dan norma yang berlaku.
Dengan cara demikian diharapkan nilai, norma dan aturan dipahami dan melekat pada
Metode lain yang dapat dilakukakan, untuk mengendalikan dan mencegah penyakit
15
melalui cara-cara; menolak perilaku tersebut, teguran, pendidikan, agama, pengucilan,
Menolak : seseorang yang melanggar nilai, norma dan aturan mendapat cemoohan
atau ejekan dari masyarakatnya, sehingga ia malu, sungkan, dan akhirnya meninggalkan
perilakunya. Teguran. Orang yang melanggar nilai, norma dan aturan diberikan teguran,
nasehat agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar nilai, norma dan aturan.
Pendidikan : melalui pendidikan seorang individu akan belajar nilai, norma dan
aturan yang berlaku. Dengan demikian ia dituntun dan dibimbing untuk berperilaku
sesuai dengan nilai, norma dan aturan yang berlaku. Pendidikan ini bisa dilakukan di
Agama : memiliki peran yang sangat besar dalam pengendalian sosial. Orang yang
memiliki agama akan memahami bahwa melanggar nilai, norma dan aturan di samping
ada hukuman di dunia juga ada hukuman di akherat. Dengan pemahaman ini maka,
individu akan terkendali untuk tidak melanggar nilai, norma dan aturan yang berlaku.
1. Perjudian amat sulit untuk diberantas, maka hal pertama yg perlu diperhatikan untuk
melindungi anggota keluarga agar tidak terlibat dalam perjudian adalah melalui
penanaman nilai-nilai luhur di mulai dari keluarga, selaku komunitas terkecil dalam
16
2. Perilaku berjudi sangat erat kaitannya dengan pola pikir seseorang dalam memilih
suatu alternatif, maka sangatlah perlu bagi orangtua, pendidik dan para alim ulama
untuk mengajarkan pola pikir rasional. Pola pikir rasional mengajarkan seseorang untuk
melihat segala sesuatu dari berbagai segi, sebelum memutuskan untuk menerima atau
terapist. Bekerjasamalah dengan mereka untuk melepaskan diri dari masalah perjudian.
4. Jika tidak memiliki pengendalian diri yang tinggi maka jangan sekali-kali anda
mencoba untuk berjudi, sekalipun itu hanya perilaku berjudi tingkat pertama. Jangan
pula menjadikan judi sebagai pelarian dari berbagai masalah kehidupan anda sehari-
hari. Jika memang memiliki masalah mintalah bantuan pada orang-orang professional,
5. Perkuat iman kepada Tuhan dan perbanyak kegiatan-kegiatan yang bersifat religius.
Dengan meningkatkan iman dan selalu mengingat ajaran agama, sesuai dengan
pasien dengan judi patologis. Satu studi melaporkan bahwa 7 dari 10 pasien tetapi tidak
kasus mengenai keberhasilan terapi dengan lithium dan clomipramine (anafranil). Jika
17
judi disertai gangguan depresif, mania, ansietas, atau gangguan jiwa lain,
Fluvoxamine maleat5
maupun rumatan
Perhatian : insufisiensi hati atau ginjal, diabetes, epilepsi dan kelainan kejang
mesin
Efek samping : mual, muntah, astenia, sakit kepala, malaise, palpitasi, takikardia,
alkohol
18
Tablet 100 mg (20 tablet)
Clomipramine 5
serangan panik
Serangan panik: Dosis awal 10 mg, bila perlu dinaikkan sampai 150
Kontra indikasi : infark miokard baru, pengobatan bersama penghambat MAO, payah
menjalankan mesin.
19
Efek samping : mengantuk, lelah, tremor, nafsu makan bertambah, myoclonus, mulut
antikolinergik
I. KESIMPULAN
Judi patologis ditandai dengan judi maladaptif yang berulang dan menetap yang
mencakup preokupasi, kebutuhan untuk berjudi; upaya berulang yang tidak berhasil
untuk mengendalikan, mengurangi atau menghentikan judi; berjudi sebagai cara untuk
Pada dasarnya judi patologis dapat diterapi dengan psikofarmaka dan non
20
DAFTAR PUSTAKA
21