Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadhirat Allah SWT yang memberikan


kesehatan jasmani dan rohani petunjuk serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas ini dengan judul “Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan II Dengan Tindakan
mengukur tekanan darah Pada Penderita Dehidrasi di Ruang THT RSUD dr. Fauziah Bireuen”.
Shalawat beriring salam untuk Nabi besar Muhammad SAW sebagai penyampaian risalah
Allah yang telah berhasil membawa umat dari lembah kehinaan Akhlak dan kehampaan ilmu
pengetahuan ke alam yang bermoral dan dengan ilmu pengetahuan yang berdasarkan Al Quran
dan Sunnah.
Ucapan terimakasih penulis yang tak terhingga kepada dosen pengampuh yang telah
banyak membantu, mendidikan dan memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Sebagai hamba Allah yang tidak banyak memiliki kelebihan, penulis menyadari bahwa
penyusunan tugas ini masih banyak kekurangannya, sehingga penulis sangat mengharapkan
adanya kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini di masa yang
akan datang. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan jasanya, penulis hanya
dapat mendo’akan semoga Allah memberikan pahala yang berlipat ganda.

Bireuen, 16 Juli 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Pengesahan........................................................................... i
Kata pengantar..................................................................................... ii
Daftar isi............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan....................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................... 2
2.1. Pengertian................................................................. 2
2.2. Etiologi...................................................................... 2
2.3. Klasifikasi................................................................. 2
2.4. Komplikasi................................................................ 3
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................ 5
3.1. Pengkajian................................................................. 5
3.2. Tindakan pengukuran tekanan darah........................ 8
BAB IV PENUTUP........................................................................ 7
4.1. Kesimpulan.............................................................. 7
4.2. Saran ........................................................................ 7
Daftar Pustaka...................................................................................... 8

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kekurangan volume cairan terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang
sama ketika mereka berada dalam cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap
air tetap sama. Hal ini seharusnya tidak dikacaukan dengan istilah dehidrasi yang mengacu pada
semata-mata hilangnya air dengan peningkatan kadar natrium serum FVD mungkin timbul
sendiri atau dalam kombinasi dengan ketidakseimbangan yang lain kecuali ketidakseimbangan
yang timbul bersama, sama konsentrasi elektrolit serum tetap tidak berubah.

Kekurangan volume cairan terjadi akibat hilngnya cairan tubuh dan lebih cepat terjadi
jika disatukan dengan penurunan masukan cairan FVD mungkin terjadi semata-mata akibat
masukan yang tidak adekuat jika penurunan masukan berlangsung lama. Kekurangan cairan yang
tidak normal bisa terjadi akibat muntah-muntah, diare, berkeringat dan penurunan masukan
seperti pada adanya mual atau ketidakmampuan untuk memperoleh cairan.

Banyak masalah yang mungkin terjadi akibat kurangnya cairan adalah intake yang
berkurang dan output yang berlebihan yang berupa muntah, diare, perdarahan. dalam hal ini
peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk
mengatasi masalah kekurngan volume cairan. Maka dari itu kami membuat asuhan keperawatan
tentnag dehidrasi yang kelihatannya sepele padahal sangat berbahaya

1.2. TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui gambaran secara umum tentang dehidrasi yang meliputi pengertian, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinik dan penatalaksanaan.
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dehidrasi.
3. Mengetahui permasalahan yang timbul pada pasien dehididrasi dalam penatalaksanaan asuhan
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. PENGERTIAN
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih
banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang
sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium lebih banyak daripada air (dehidrasi
hipotonik). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145
mEq/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter). Dehidrasi
isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135 – 145 mEq/L) dan osmolalitas
efektif serum (270 – 285 mosmol/liter). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar
natrium serum (kurang dari 135 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270
mosmol/liter).

2.2. ETIOLOGI
1. Rasa haus untuk meningkatkan pemasukan cairan
2. Penurunan produksi kencing untuk mengurangi seminimal mungkin cairan yang keluar.
3. Air seni akan tampak lebih pekat dan berwarna gelap.

2.3. KLASIFIKASI
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi dehidrasi ringan, sedang
dan berat :
1. Dehidrasi Ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan)Gejala :
- Muka memerah
- Rasa sangat haus
- Kulit kering dan pecah-pecah
- Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
- Pusing dan lemah
- Kram otot terutama pada kaki dan tangan
- Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
- Sering mengantuk
- Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang.
2. Dehidrasi Sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan)Gejala:
- Gelisah, cengeng
- Kehausan
- Mata cekung
- Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali keposisi semula.
- Tekanan darah menurun
- Pingsan
- Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
- Kejang
- Perut kembung
- Gagal jantung
- Ubun-ubun cekung
- Denyut nadi cepat dan lemah

2.4. FISIOLOGI
Komponen tunggal terbesar dlam tubuh adalah air.Air adalah pelarut bagi semua zat
terlarut dalm tubuh baik dalm suspensi maupun larutan.Air tubuh total (total water body/TBW)
(yaitu persentase dari berat tubuh total yang tersusun atas air) jumlahnya bervariasi sesuai
dengan jenis kelamin,umur,dan kandungan lemak dalam tubuh.Air membentuk sekitar 60% berat
badan seorang pria dan sekitar 50% berat badan wanita.Pada orang tua TBW menyusun sekitar
45% sampai 50% berat badan (Narins,1994).Lemak pada dasranya bebas air,sehingga lemak
yang makin sedikit akan mengakibatkan tingginya persentase air dari berat badan orang
itu.Sebaliknya jaringan otot memiliki kandungan air yang tinggi.Oleh karena itu dibandingkan
dengan orang kurus,orang gemuk mempunyai TBW yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan
berat badannya.Wanita umumnya secara proporsional mempunyai lebih banyak lemak dan lebih
sedikit otot jika dibandingkan dengan pria,sehingga jumlah TBW juga lebih sedikit dibandingkan
dengan berat badannya.
Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi dari satu bagian dengan bagian
lainnya,dan dalma keadaan sehat mereka harus berada pada bagian yang tepat dan dalam jumlah
yang tepat.Kation utama pada cairan ekstraseluler dalah Na+ ,dan anion utamanya adalah Cl- dan
HCO3-
2.5. KOMPLIKASI
Dehidrasi adalah umum diantara pasien-pasien dewasa dengan diare akut yang
mempunyai jumlah-jumlah feces yang besar, terutama ketika pemasukan dari cairan dibatasi oleh
kelesuan atau dihubungkan dengan mual dan muntah. Adalah juga umum pada bayi-bayi dan
anak-anak muda yang mengembangkan viral gastroenteritis atau infeksi bakteri.
Meskipun jarang terjadi, komplikasi dehidrasi dapat terjadi disebabkan oleh infeksi
rotavirus. Dehidrasi yang tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan bagi anak. Rotavirus
adalah virus yang sering menyebabkan gastroenteritis akut (infeksi saluran pencernaan) pada
anak, yang ditandai dengan muntah, diare, demam, dan nyeri perut.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
penurunan volume darah (hipovolemia) sampai kematian bila tidak ditangani dengan tepat.
Dehidrasi sedang jarang menimbulkan komplikasi selama cairan yang hilang cepat
digantikan. Kasus lainnya dapat mengancam jiwa, terutama pada individu yang masih sangat
muda atau sudah tua. Pada keadaan yang gawat, cairan atau elektrolit dapat diberikan secara
intravena.
Pasien-pasien dengan dehidrasi yang ringan mungkin megalami hanya dahaga atau mulut
yang kering. Dehidrasi yang sedang sampai parah mungkin menyebabkan orthostatic
hypotension dengan syncope (pingsan waktu berdiri yang disebabkan volume darah yang
berkurang, yang menyebabkan kejatuhan dari tekanan darah waktu berdiri), hasil urin yang
berkurang, kelemahan yang parah, shock, gagal ginjal, kebingungan, acidosis (terlalu banyak
asam dalam darah), dan koma.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jangka Alue
Penanggung Jawab : Tn. Muhammad
Alamat : Jangka Alue
Hubungan Keluarga : Suami

2. Riwayat Kesehatan Pasien


Keluhan Utama : - Ibu mengatakan mencret lebih dari 10 kali dalam satu hari
- Demam
- Muntah
Diagnosa : Dehidrasi

3. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 107/57 mmHg
Nadi : 80x/i
Pernafasan : 23x/i
Temperatur suhu : 38 oC

3.2. TINDAKAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH


Mengukur Tekanan darah melalui permukaan dinding arteri dengan tujuan untuk
mengetahui tekanan darah pasien.

Persiapan :
1. Alat ; Tensimeter, stetoskop,
2. Pasien diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Posisi pasien duduk atau berbaring
Pelaksanaan :
1. Lengan baju digulung ke atas atau dibuka
2. Manset tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa karetnya berada di sisi luar lengan
3. Manset dipasang tidak terlalu kuat atau terlalu longgar
4. Denyut arteri brachialis diraba, lalu stetoskop ditempatkan pada daerah tersebut.
5. Sekrup pada balon karet ditutup dan selanjutnya balon dipompa sampai denyut arteri tidak
terdengar lagi dan air raksa atau jarum bergerak naik
6. Sekrup balon dibuka perlahan-lahan sehingga air raksa atau jarum bergerak turun secara
perlahan dan sambil memperhatikan turunnya air raksa/jarum, dengarkan bunyidenyutan
pertama.
7. Skala permukaan air raksa atau jarum pada waktu terdengar denyut pertama disebut tekanan
sistole
8. Dengarkan terus sampai denyutan yang terakhir. Skala pada air raksa atau jarum pada saat
denyutan terakhir disebut tekanan diastole
9. Pencatatan dilakukan dengan cara sebagai berikut , sistole diatas dan diastole dibawah mis;
120/80 mmHg.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


- Memasang manset herus tepat diatas permukaan dinding arteri
- Menempelkan stetoskop harus benar-benar tepat
- Pada anak-anak digunakan manset khusus
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Mengukur Tekanan darah melalui permukaan dinding arteri dengan tujuan untuk
mengetahui tekanan darah pasien. Setelah dilakukan pengukuran tekanan darah pada pasien,
pasien mengalami tekanan darah yang normal yaitu 120/80 mmHg.
Dengan demikian pasien dinyatakan sudah membaik, dan mempunyai banyak
perkembangan.

4.2. SARAN
1. Diharapkan praktikan menggunakan secara hati-hati Spygmomanometer yang dipakai untuk
mengukur tekanan darah.
2. Diharapkan praktikan juga teliti mendengar bunyi sistol dan diastol.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012.Dehidrasi.http://smadapalapare.com/dehidrasi.html diakses tanggal 23 Mei 2012


Anonim.2011.”Dehidrasi dan Rencana Terapi.http://bukujaga.com/dehidrasi-dan-rencana-terapi.html
diakses tanggal 23 Mei 2012
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. jakarta : EGC.

Ignatavicus, Donna D. Bayne, Marylin Varner. 1991. Medical Surgical Nursing, WB Saunders
Company Inc.

Prince, Sylive A. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzzone, C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Tarwoto. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : Salemba
Merdeka.
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Air memiliki manfaat penting bagi kesehatan seperti meningkatkan kemampuan kognitif,
pencegahan batu dan infeksi kandung kemih hingga mencegah obesitas. Cegah gangguan
kesehatan dengan minur air yang cukup. Air adalah komponen terbesar di dalam tubuh manusia.
Kandungannya bervariasi sesuai usia, misalnya pada bayi terdapat 80 persen air, pada orang
dewasa sebesar 60 persen dan pada usia lanjut atau di atas 65 tahun sebesar 50 persen. Jumlah
cairan tubuh manusia selalu di atur tepat, Cairan tubuh total : 36 liter. Di dalam sel : 24 liter Di
luar sel : 12 liter Air Interstisial : 8 liter. Kita semua pasti tahu dan sadar bahwa air merupakan
urat nadi kehidupan manusia. Semua sistem dalam tubuh bergantung pada air. Bahkan lebih baik
kekurangan makanan daripada kekurangan air. Kurangnya air dalam tubuh dapat menyebabkan
dehidrasi. Dehidrasi sendiri terjadi saat air dalam tubuh tidak mencukupi untuk melakukan
fungsi kerja tubuh secara normal.

Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah khususnya
untuk mengetahui permasalaan mengenai dehidrasi bagi para pembaca dan untuk memenuhi
tugas patologi yang diberikan.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Penyebab Dehidrasi
2) Gejala dan Tanda-Tanda dehidrasi
3) Cara Mengatasi dan Mengobati Dehidrasi
4) Pencegahan Dehidrasi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini
terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan
kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Dehidarasi dapat terjadi karena :
 Kekurangan zat natrium
 Kekurangan air
 Kekurangan natrium dan air

Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih
banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang
sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium lebih banyak daripada air (dehidrasi
hipotonik). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145
mEq/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter). Dehidrasi
isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135-145 mEq/L) dan osmolalitas
efektif serum (270-285 mosmol/liter). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar
natrium serum (kurang dari 135 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270
mosmol/liter).

B. Penyebab Dehidrasi
Dehidrasi terjadi bila kehilangan cairan sangat besar sementara pemasukan cairan sangat
kurang. Beberapa kondisi yang sering menyebabkan dehidrasi antara lain :
1. Diare merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah
besar. Di seluruh dunia, 4 juta anak-anak meninggal setiap tahun karena dehidrasi akibat diare.
2. Muntah sering menyebabkan dehidrasi karena sangat sulit untuk menggantikan cairan yang
keluar dengan cara minum.
3. Tubuh kehilangan banyak cairan saat berkeringat. Kondisi lingkungan yang panas akan
menyebabkan tubuh berusaha mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat. Bila keadaan
ini berlangsung lama sementara pemasukan cairan kurang maka tubuh dapat jatuh ke dalam
kondisi dehidrasi.
4. Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes atau kencing manis akan menyebabkan
banyak gula dan air yang dikeluarkan melalui kencing sehingga penderita diabetes akan
mengeluh sering kebelakang untuk kencing.
5. Penderita luka bakar dapat mengalami dehidrasi akibat keluarnya cairan berlebihan pada kulit
yang rusak oleh luka bakar.
6. Orang yang mengalami kesulitan minum oleh karena suatu sebab rentan untuk jatuh ke kondisi
dehidrasi.

C. Gejala dan Tanda-Tanda dehidrasi


Respon awal tubuh terhadap dehidrasi antara lain berupa rasa haus untuk meningkatkan
pemasukan cairan hingga dengan penurunan produksi kencing untuk mengurangi seminimal
mungkin cairan yang keluar. Air seni akan tampak lebih pekat dan berwarna gelap. Jika kondisi
awal ini tidak tertanggulangi maka tubuh akan masuk ke kondisi selanjutnya yaitu :
 Mulut kering.
 Berkurangnya air mata.
 Berkurangnya keringat.
 Kekakuan otot.
 Mual dan muntah.
 Kepala terasa ringan terutama saat berdiri.

Selanjutnya tubuh dapat jatuh ke kondisi dehidrasi berat yang gejalanya berupa gelisah
dan lemah lalu koma dan kegagalan multi organ. Bila ini terjadi maka akan sangat sulit untuk
menyembuhkan dan dapat berakibat fatal.

D. Cara Mengatasi dan Mengobati Dehidrasi


Dehidrasi dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Dehidrasi sangat mudah dikenali saat
awal kejadian sehingga makin cepat dilakukan koreksi maka akan semakin baik hasil yang
didapatkan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi antara
lain :
1. Penderita diare dan muntah muntah dapat diberikan pengobatan awal untuk mencegah
kehilangan cairan yang lebih lanjut. Obat obatan ini terutama untuk mengurangi gejala yang
terjadi.
2. Obat penurun panas dapat diberikan untuk menurunkan suhu tubuh.
3. Penderita diberikan minum sebanyak mungkin dengan cara bertahap namun frekuensinya
ditingkatkan.

Prinsip utama pengobatan dehidrasi adalah penggantian cairan. Penggantian cairan ini
dapat berupa banyak minum, bila minum gagal maka dilakukan pemasukan cairan melalui infus.
Tapi yang utama disini adalah penggantian cairan sedapat mungkin dari minuman. Keputusan
menggunakan cairan infus sangat terggantung dari kondisi pasien berdasarkan pemeriksaan
dokter. Keberhasilan penanganan dehidrasi dapat dilihat dari produksi kencing. Penggunaan
obat-obatan diperlukan untuk mengobati penyakit-penyakit yang merupakan penyebab dari
dehidrasi seperti diare, muntah dan lain-lain.

E. Pencegahan Dehidrasi
Dehidrasi dapat dicegah dengan melakukan beberapa upaya berikut :
1. Lingkungan
Dehidrasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan sangat mungkin untuk dilakukan pencegahan.
Jika memungkinkan, aturlah jadual kegiatan atau aktifitas fisik yang sesuai dengan kondisi
lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan pada siang hari.

2. Olah raga
Orang yang berolah raga pada kondisi cuaca yang panas harus minum lebih banyak cairan.

3. Umur
Umur uda dan tua sama beresikonya untuk mengalami dehidrasi.

Dehidrasi bukan kondisi yang tidak dapat dicegah namun bila terjadi dan tertangani
dengan baik maka kondisi yang tidak diinginkan bisa dihindari.
Dehidrasi kerap kali menyebabkan kulit jadi tipis dan lebih cepat kelihatan berkerut. Beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dehidrasi pada kulit, yaitu dengan minum banyak
cairan, normalnya disarankan untuk mengkonsumsi paling sedikit 8 gelas cairan sehari, minum
minuman berenergi dapat mendorong orang-orang aktif, lebih banyak minum cairan karena
kandungan rasa dan sodium tinggi di dalamnya, hindari minuman berkafein dan yang
mengandung alkohol, keduanya sama-sama dapat menyebabkan dehidrasi, hindari minuman
yang mengandung carbonat karena pembakaran bisa menyebabkan penggelembungan atau
perasaan penuh dan mencegah pemenuhan konsumsi cairan, mengenakan pakaian berwarna
terang, yang menyerap dan berukuran pas, usahakan berada di tempat yang sejuk, terlindungi
dari matahari dan lindungi kulit dengan sunblock kapan saja selebihnya, menyadari dan
mempersiapkan adalah cara termudah untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Di hari yang panas,
untuk orang yang sedang beraktivitas bisa mengalami dehidrasi hanya dalam waktu 15 menit.
Jika Anda mengalami pertanda ini, segeralah hentikan aktivitas dan beristirahatlah di tempat
yang sejuk. Minum cairan sebanyak mungkin untuk menggantikan air yang hilang dari tubuh
Anda. Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis dehidrasinya.
Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan
25-30% dari defisit cairan total per hari. Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl
0,45%. Dehidrasi hipotonik ditatalaksana dengan mengatasi penyebab yang mendasari,
penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyebab dehidrasi yang lebih sering terjadi karena disebabkan oleh hilangnya Natrium
dan air dari daerah yang terdapat tekanan osmotik yang rendah dan penggeseran air ke dalam sel,
apabila larutan NaCL isotonik banyak terbuang, volume ekstraseliuler dan Intraseluler kecil,
darah menjadi pekat dan hampir tidak dapat mengalir. Sel tubuh akan di genangi oleh cairan
yang mengandung oksigen dan bahan makanan yang tidak mencukupi pada dehidrasi yang murni
akibat kehilangan air, pengobatannya ialah minum air atau Infus glukosa 5%, Intravena
secukupnya, glukosa 5% atau air leding biasa akan juga di serap dari rektrum. Pada dehidrasi
yang primer sebagai akibat kehilangan Natrium, perlu di berikan air garam fisrologik
secukupnya, kalau terjadi serebal yang berat, larutan NaCL hepertonik perlu di berikan.

B. Saran
Kami mengaharap dan menghimbau kepada para pembaca apabila ada kesalahan atau
kekeliruan baik kata-kata atau penyusunan agar memberikan saran dan kritik yang bisa
mengubah penulis kearah yang lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Pengambean Marulam M. dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, Renika Cipta
http://fauziethenurse.wordpress.com
http://id.wikipedia.org/wiki

Anda mungkin juga menyukai