Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat
karunia serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah indikator
penilaian mutu pelayanan dan kepuasan pelanggan .
Kami sangat berharap makalah indikator penilaian mutu pelayanan dan
kepuasan pelanggan. ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu kami berharap akan adanya
saran dan kritik agar kedepannya kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya
Sekiranya makalah yang telah kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik serta saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar i
Daftar isi ii
Bab I Pendahuluan
1.2 Tujuan....2
1.3 Manfaat..2
2.2 Kepuasan....5
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan..16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengumpulkan informasi (Marquis dan Huston, 2000). Ada enam
indikator utama kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, yaitu:
1. Keselamatan pasien (patient safety), yang meliputi: angka infeksi
nosokomial, angka kejadian pasien jatuh/kecelakaan, dekubitus,
kesalahan dalam pemberian obat, dan tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan kesehatan
2. Pengelolaan nyeri dan kenyamanan
3. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
4. Perawatan diri
5. Kecemasan pasien
6. Perilaku (pengetahuan, sikap, keterampilan) pasien
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui indikator penilaian mutu pelayanan dan kepuasan
pelanggan.
1.3 Manfaat
Kami dapat mengetahui bagaimana indikator penilaian mutu
pelayanan dan kepuasan pelanggan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
a. Pendekatan struktur atau input adalah berfokus pada sistem yang
dipersiapkan dalam organisasi manajemen termasuk komitmen, dan
stakeholder lainnya, prosedur, dan kebijakan sarana dan prasarana fasilitas
dimana pelayanan diberikan.
b. Pendekatan proses adalah semua metode dengan cara bagaimana pelayanan
dilaksanakan.
c. Hasil atau output adalah hasil pelaksanaan kegiatan perlu diperjelas
perbedaan istilah output dan outcome seperti sering didengar. Output
adalah hasil yang dicapai dalam jangka pendek, misalnya akhir dari
kegiatan memasang infus, sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi
setelah pelaksanaan kegiatan jangka pendek misalnya flebitis setelah 3 kali
24 jam pemasangan infus.
(M. Fais, 2014)
Mutu pelayanan kesehatan dapat dikaji antara lain berdasarkan tingkat
pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan tingkat efisiensi
institusi sarana kesehatan. Beberapa indikator yang dapat digunakan sarana
kesehatan. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian
mutu pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut.
1. Indikator yang mengacu pada aspek medis
a. Angka infeksi nosokomial (1-2%)
b. Angka kematian kasar (3-4%)
c. Post-Operative Death Rate/PODR (1%)
d. Post-Operative Infection Rate/POIR (1%)
e. Kematian bayi baru lahir (20%)
f. Kematian ibu melahirkan (1-2%)
g. Kelahiran pasca bedah (1-2%)
3
BOR digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan
fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi
(lebih dari 85%) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi
sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur.
2. Average Lenght of Stay (AVLOS) : rata-rata lamanya pasien dirawat.
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran
mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan
hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS
yang ideal antara 6-9 hari.
3. Bed Turn Over (BTO) : angka perputaran tempat tidur.
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu
tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
4. Turn Over Interval (TOI) : tenggang perputaran.
TOI adalah rata-rata hari yakni tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi
hingga saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari.
Kepuasan pasien merupakan salah satu hal sangat penting dalam menjaga
mutu pelayanan suatu rumah sakit. Ada empat aspek mutu yang dapat dipakai
sebagai indikator penilaian mutu pelayanan suatu rumah sakit, yaitu sebagai
berikut :
a. Penampilan keprofesian yang ada dirumah sakit (aspek klinis)
b. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelayanan berdasarkan
pemakaian sumber daya
c. Aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pasien
d. Aspek kepuasan pasien yang dilayani.
(M. Fais, 2014)
2.2 Kepuasan
A. Pengertian Kepuasan
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang berorientasi
pada kepuasan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata pengguna jasa. Kepuasan adalah suatu keadaan dimana
kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dapat dipenuhi melalui produk
yang diberikan (Haffizurrachman, 2004).
Kepuasan adalah bentuk perasaan seseorang setelah mendapatkan
pengalaman tehadap kinerja pelayanan yang telah memenuhi harapan
(Gerson, 2004).
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau
jasa dan harapan-harapan (Kotler,2007).
Pasien jika memasuki rumah sakit dengan serangkaian harapan dan
keinginan dan pada kenyataannya pengalamannya selama mendapatkan
4
pelayanan di rumah sakit lebih baik daripada yang diharapkannya maka dia
akan puas, sebaliknya jika pengalaman setelah mendapatkan pelayanan di
rumah sakit lebih rendah (lebih buruk) daripada yang mereka harapkan maka
mereka akan merasa tidak puas.
Kepuasan pasien adalah evaluasi positif dari dimensi pelayanan yang
beragam. Pelayanan yang dievaluasi dapat berupa sebagian kecil dari
pelayanan, misalnya salah satu jenis pelayanan dari serangkaian rawat jalan
atau rawat inap, semua jenis pelayanan yang diberikan untuk penyembuhan
seorang pasien sampai dengan sistem pelayanan secara menyeluruh di dalam
rumah sakit. Kajian tentang kepuasan pasien harus dipahami sebagai suatu hal
yang sangat banyak dimensinya atau variabel yang memengaruhinya.
Kepuasan pasien merupakan hal yang sangat subjektif, sulit diukur, dapat
berubah-ubah, serta banyak sekali faktor yang berpengaruh sebanyak dimensi
di dalam kehidupan manusia. Subjektivisme tersebut bisa berkurang dan
bahkan bisa menjadi objektif bila cukup banyak orang yang sama pendapatnya
terhadap sesuatu hal. Oleh karena itu, untuk mengkaji kepuasan pasien
dipergunakan suatu instrumen penelitian yang cukup valid disertai dengan
metode penelitian yang baik.
Di dalam situasi rumah sakit harus mengutamakan pihak yang dilayani
(client oriented), karena pasien adalah klien yang terbanyak, maka banyak
sekali manfaat yang dapat diperoleh suatu rumah sakit bila mengutamakan
kepuasan pasien.
1. Rekomendasi medis untuk kesembuhan pasien akan dengan senang hati
diikuti oleh pasien yang merasa puas terhadap pelayanan rumah sakit
2. Terciptanya citra positif dan nama baik rumah sakit karena pasien yang
puas tersebut akan memberitahukan kepuasannya kepada orang lain. Hal
ini secara akumulatif akan menguntungkan rumah sakit secara tidak
langsung.
3. Citra rumah sakit akan menguntungkansecara sosial dan ekonomi.
Bertambahnya jumlah pasien yang berobat, karena ingin mendapatkan
pelayanan yang memuaskan seperti selama ini mereka dengar akan
menguntungkan rumah sakit secara sosial dan ekonomi (meningkatnya
pendapatan rumah sakit)
4. Berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) rumah sakit, seperti
perusahaan asuransi, akan lebih menaruh kepercayaan pada rumah sakit
yang mempunyai citra positif.
5. Di dalam rumah sakit yang berupaya mewujudkan kepuasan pasien akan
diwarnai dengan situasi pelayanan yang menjunjung hak-hak pasien.
Rumah sakit pun berusaha sedemikian rupa sehingga malpraktik tidak
terjadi.
Loyalitas pasien adalah tanggapan tentang komitmen pasien untuk setia
berobat serta tetap melakukan permintaan jasa perawatan secara konsisten,
yang terjadi atas kepercayaan (trust), komitmen psikologi (psycholpgical
5
commitment), perubahan biaya (switcing cost), perilaku publisitas (word-of-
mouth), dan kerja sama yang baik (cooperation).
(M. Fais, 2014)
6
4. Ketepatan dalam proses asuhan
keperawatan
5. Lama waktu pemeriksaan dokter dan
tenaga keperawatan
Assurance 1. Kemampuan dalam melakukan tindakan
(jaminan) dengan cekatan medis dan keperawatan
2. Keamanan selama perawatan (patient
safety)
3. Keamanan barang bawaan pasien dan
keluarga
4. Penjelasan tentang asuhan keperawatan
5. Pengetahuan tenaga medis dan perawatan
dalam menerangkan efek tindakan medis
yang akan dilakukan dan upaya yang
dapat dilakukan pasien agar cepat sembuh
Tangibles 1. Keodernan fasilitas dan perlengkapan
2. Kerapian tenaga medis dan keperawatan
(tampilan fisik)
3. Kebersihan, keindahan, dan kerapian
ruang perawatan
4. Kelengkapan fasilitas perawatan
5. Kenyamanan dalam ruang perawatan
6. Kenyamanan dan fasilitas ruang tunggu
7
Responsiveness 1. Ketanggapan tenaga medis terhadap
(ketanggapan) keluhan atau masalah kesehatan pasien
2. Keramahan dan kesopanan tenaga medis
selama perawatan
3. Kecepatan petugas dalam memberikan
pelayanan saat dibutuhkan (kesiapsiagaan
petugas)
4. Ketanggapan semua petugas dalam
merespon kebutuhan pasien dan
keluarganya
5. Ketepatan dalam pelayanan makanan dan
minuman selama keperawatan
8
kinerja petugas dan karyawan
Cooperation 1. Menginformasikan kepada manajemen
(kerja sama) RS tentang suatu ide perbaikan kualitas
pelayanan
2. Membolehkan nama dan komentarnya
untuk digunakan dalam publikasi
3. Lebih membicarakan masalah yang
terjadi kepada pihak RS daripada
kelebihan RS yang lain
9
Faktor llingkungan juga mempengaruhi pasien jatuh.
Contohnya lantai kamar mandi yang licin, tempat tidur yang terlalu
tinggi, pencahayaan yang kurang.
3. Faktor intrinsik
Faktor intrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan
mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain
dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2012). Faktor
instrinsik tersebut antara lain adalah gangguan musculoskeletal
misalnya kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu
kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang disebabkan oleh
berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan
gelap, keringat dingin, pucat dan pusing (Lumbantobing, 2012).
2.1 Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan
sekitarnya) seperti tersandung benda-benda, tempat berpegangan yang
tidak kuat, tidak stabilatau tergeletak dibawah tempat tidur, atau WC
yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang diminum dan alat-alat
bantu berjalan (Darmojo, 2011).
2.5 Pencegahan pasien jatuh
Pengurangan resiko pasien jatuh memerlukan komitmen yang tinggi
dari pimpinan dan seluruh staf. Rumah sakit harus memiliki budaya aman
agar setiap orang sadar dan memiliki tanggung jawab seluruh staf di RS baik
medik maupun non medik.
Menurut Tinetti (2010 yang di kutip Darmojo 2011), ada 3 cara pokok untuk
pencegahan jatuh yaitu :
1. Identifikasi faktor resiko
Pada setiap pasien terutama lanjut usia perlu dilakukan
pemeriksaan untuk mencari adanya faktor instrinsik resiko jatuh, perlu
dilakukan assessment keadaan sensorik, neurologis, musculoskeletal,
dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan jatuh. Keadaan
lingkungan rumah sakit yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh
harus di hilangkan. Penerangan rumah sakit harus cukup tetapi tidak
menyilaukan, lantai datar tidak licin, kamar mandi tidak licin
sebaiknya di beri pegangan.
2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
Setiap pasien terutama lanjut usia harus di evaluasi bagaimana
keseimbangan badanya dalam melakukan gerakan pindah tempat,
pindah posisi. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat beresiko
jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis. Apakah
pasien mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah
kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa
bantuan.
3. Mangatur/mengatasi faktor situasional
Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang di derita
pasien dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan psien secara
10
periodic. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan
mengusahakan perbaikan lingkungan, faktor situasional yang berupa
aktivitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan pasien.
4. Memonitor resiko jatuh
Penilaian resiko jatuh menggunakan skala morse untuk pasien
dewasa dan skala humpty dumpty untuk pasien anak-anak. Penilaian
meliputi berbagai aspek seperti riwayat jatuh, menggunakan alat bantu
jalan, kebiasaan berjalan, kebiasaan berkemih, penyakit, dan obat yang
dikonsumsi. Biasanya pasien diberikan tanda gelang kuning dan tanda
yang akan ditempel di dekat tempat tidur pasienyang menyatakan
bahwa pasien beresiko untuk jatuh. Sehingga perawat melakuykan
intervensi dan monitoring yang intensif terhadap pasien beresiko jatuh.
5. Penerapan dalam pelayanan keperawatan
a. Penambahan tempat tidur yang mempunyai penghalang/pagar
disamping tempat tidur
b. Tersedia restrain dan alat dressing yang sesuai dengan jumlah
pasien
c. Obat-obatan (perawat melihat efek samping obat yang
memungkinkan terjadinya jatuh).
d. Perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien
e. Perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh
f. Menorientasikan klien pada saat masuk rumah sakit
g. Berikan alas kaki yang tidak licin, dan jaga lantai kamar mandi
agar tidak licin.
2.6 Macam-macam gelang pasien dengan resiko jatuh
BAB III
PEMBAHASAN
11
3.1 Kasus terjadinya psien jatuh
Progam keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu system yang
memastikan rumah sakit membuat asuhan pasien menjadi lebih aman.
Komponen yang termasuk didalamnya adalah pengkajian resiko, identifikasi,
dan pengelolaan resiko pasien,pelaporan, dan analisa insiden, dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Untuk mencegah kejadian yang tidak diharapkan (KTD) perlu dibangun
keselamtan pasien di rumah sakit. Setiap rumah sakit harus menerapkan
beberapa syarat yang ditetapkan untuk keselamatan pasien ysitu six patient
safety goals. Atau enam sasaran keselamatan pasien meliputi ketetapan
identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat
procedure,tepat pasien post operasi, pengurangan resiko infeksi, dan
pengurangan pasien resiko jatuh.
Berdasarkan laporan tahunan 2012 di Rumah Sakit Unisma Malang,
diperoleh data bahwa kejadian pasien jatuh masih menempati urutan keempat
dari seluruh kejadin yang tidak diharapkan (KTD) selain itu sejak dimulainya
progam pasient safety bulan januari 2013 belum dilakukan penyusunansuatu
kebijakan atau progam manajemen pasien resiko jatuh. Upaya untuk
mengantisipasi dan mencegah terjadinya pasien jatuh dengan atau tanpa cidera
sangat diperlukan.Manajemen resiko pasien jatuhini dapat dilakasanakan
sejak pasien mendaftar hingga pasien pulang kajian ini dilakukan untuk
mengidentifikais akar masalah kejadian pasien resiko jatuh, dan
mengembangkan alternatif solusi.
Tabel 1 alternatif solusi belum optimalnya manajemen resiko pasien jatuh ri Rumah
Sakit Unisma Malang tahun 2013
Masalah Konfirmasi Alternatif solusi
Prosedur Belum disusun SOP dan Menyusun SOP dan
panduan manajemen panduan penerapan
resiko pasien jatuh manjemen resiko pasien
jatuh
People Petugas belum melakukan Memaksimalkan petugas
skrenning resiko pasien untuk skrenning resiko
jatuh pasien jatuh
Policies Belum ada sosialisasi Melakukan sosialisasi
pentingnya SOP panduan, tentang penerapan progam
dan kebijakan manajemen manajemen resiko pasien
resiko pasien jatuh jatuh
Plan/equipment Belum ada penanda yang Membuat penanda pasien
melekat pasien resiko resiko jatuh dengan gelang
jatuh belum ada edukasi warna kuning, dan
untuk keluarga tentang membuat leaflet edukasi
12
resiko pasien jatuh kepada pasien dan
keluarga.
13
Hari Pasien baru Pasien di screnning Persentase
1 13 3 23,1
2 11 2 18,2
3 9 2 22,2
4 16 4 25,0
5 12 3 25,0
6 14 2 14,3
7 14 3 21,4
8 16 4 25,0
9 13 4 30,8
10 12 4 33,3
11 11 3 27,3
12 6 2 33,3
13 8 5 62,5
jumlah 155 41 26,5
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mutu pelayanan kesehatan dapat dikaji antara lain berdasarkan tingkat
pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan tingkat efisiensi
institusi sarana kesehatan. Beberapa indikator yang dapat digunakan sarana
kesehatan.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian mutu
pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Indikator yang mengacu pada aspek medis
b. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi rumah sakit
c. Indikator mutu mengacu pada keselamatan pasien
d. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang berorientasi pada
kepuasan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata pengguna jasa. Kepuasan adalah suatu keadaan dimana
kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dapat dipenuhi melalui produk yang
diberikan (Haffizurrachman, 2004).
14
Kepuasan adalah bentuk perasaan seseorang setelah mendapatkan pengalaman
tehadap kinerja pelayanan yang telah memenuhi harapan (Gerson, 2004).
Kepuasan pasien merupakan hal yang sangat subjektif, sulit diukur, dapat
berubah-ubah, serta banyak sekali faktor yang berpengaruh sebanyak dimensi di
dalam kehidupan manusia.
Keselamatan pasien merupakan prioritas utama harus dilakukan oleh rumah
sakit. Resiko kejadian ini berasal dari proses pelayanan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh rumah
sakit (Depkes RI, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI 2011. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta : EGC
dr. Andry M.M 2011. Keselamatan Pasien Versi Standar Nasional IPSG
(International Patient Safety Goal). Jakarta : EGC
15
Jurnal kedokteran brawijaya Vol 28 Suplemen No 1.2014
16