Anda di halaman 1dari 21

“SISTEM ENDOKRIN”

Oleh :

kelompok 5

MUHFRIANA MAULANI SAID


ALMISWANA
ASMI AMALIA AKBAR
SRI WAHYUNI
ANDI FAUZIAH NUR ANNISA
FIFIANI

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2017
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kebesaran sang khalik ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala


yang telah mencitakan alam semesta dalam suatu keteraturan hingga dari lisan
terpetik berjuta rasa syukur atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami diberikan kekuatan dan kesempatan menyelesaikan makalah “Sistem
Endokrin” yang terlaksana dengan baik. Salawat dan salam tercurah kepada
baginda Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, yang telah diutus ke
permukaan bumi ini untuk menuntun manusia dari lembah kebiadaban menuju ke
puncak peradaban.
Kami menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan makalah ini tidak lepas
dari tantangan dan hambatan. Namun berkat izin ALLAH Subhanahu Wa ta’ala
melalui kerja keras dan motivasi dari pihak langsung maupun tidak langsung yang
memperlancar jalannya penyusunan makalah ini. Olehnya itu, secara mendalam
kami menyampaikan terima kasih atas bantuan dan motivasi yang diberikan
sehinnga penyusunan dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami menyadari bahwa hanya
kepada ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala jualah kami menyerahkan segalanya.
Semoga kita semua mendapat curahan rahmat dan ridha-Nya, Aamiin.

Makassar, 07 Mei 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan
beberapa gejala yang ada pada sistem hidup, serta pengaturan atas segala fungsi
dalam system tersebut. Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan
hewan, baik vertebrata maupun invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dari
sistem saraf secara bersama lebih dikenal sebagai super sistem neuroendokrin
yang bekerja sama secara kooperatif untuk menyelenggarakan fungsi kendali dan
koordinasi pada tubuh hewan. Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk
mengendalikan berbagai fungsi fisiologi tubuh, antara lain aktivitas metabolisme,
pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik. Kelenjar tanpa
saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama organ endokrin,
sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjar melalui satu saluran, tetapi
langsung masuk ke dalam darahyang beredar di dalam kelenjar. Kata “endokrin”
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “sekresi ke dalam”; zat aktif utama dari
sekresi internal ini disebut hormon, dari kata Yunani yang berarti “merangsang”.
Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu hormon tunggal,sedangkan yang
lain lagi dua atau beberapa jenis hormon: misalnya kelenjar hipofisis
menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ
lain, karena itulah maka kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai ”kelenjar pemimpin
tubuh”.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan sistem endokrin?
b. Apakah fungsi sistem endokrin secara umum?
c. Bagaimana fisiologi sistem endokrin?
d. Bagaimana karakteristik dari sistem endokrin tersebut?
e. Konsep Mekanisme Kerja Hormon
f. Komponen Penyusun Organ Endokrin
g. Apakah yang dimaksud dengan hormon?
h. Bagaimana klasifikasi, fungsi, dan sipat hormon?
i. Bagaimana struktur dasar hormon secara kimiawi?
j. Bagaimanakah mekanisme aksi hormon berlangsung?
k. Bagaimanakah sistem endokrin pada Invertebrata?
l. Bagaimanakah sistem endokrin pada Vertebrata?

C. Tujuan
“Dengan adanya makalah tentang sistem endokrin ini diharapkan kita
lebih dapat memahami tentang endokrin itu sendiri sekaligus untuk menambah
wawasan yang akan menunjang pengetahuan kita dalam mempelajari fisiologi
hewan. ”
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Endokrin


Sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon
yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar
hipofisa/putuitari, kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal,
kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu.

B. Fungsi Sistem Endokrin secara Umum


Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjer buntu,yaitu kelenjar yang tidak
mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjer
endokrin dinamakan hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai
aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan,reproduksi,
osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi, serta koordinasi tubuh. Tabel aktivutas
tubuh yang dikendalikan oleh hormon dan jenis hormon yang mengendalikannya.
Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dgn sistem saraf, namun cara
kerjanya dalam menganadlikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua
perbedaan cara kerja antara kedua sistem tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih banyak bekerja
melalaui teransmisi kimia.
2. Sistem endokrin memperlihatkan waktu respon lebih lambat dari pada sisitem
saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam
waktu 1-5 mili detik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan sempurna
dalam wakru yang sangat bervariasi, berkisar antara beberapa menit hingga
beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu singkat, namun
hormon pertumbuhan dalam waktu yang sangat lama. Dibawah kenali hormon
endokrin ( menggunkan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan
memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan
yang sempurna. Agar dapat memeperlihatkan efek hayatinya. Hormon dari
kelenjar endokrin harus dapat sampai organ sasaran. Organ sasaran yaitu organ
yang memiliki reseptor khusus untuk hormon yang sesuai dan merupakan
tempat yang tepat bagi suatu hormon untuk memperlihatkan efek hayatinya.
Organ sasarn hormon sering kali terletak dilokasi yang jauh dari hormon
tersebut dihasilkan.

C. Fisiologi Sistem Endokrin


Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila sistem endokrin
umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.

D. Karakteristik Sistem Endokrin


Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh untuk
dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju
aktivitas selular. Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya
mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan
fungsi spesifik. Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen.
Pelepasan hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari
kelenjar lainnya. Hormon secara konstan di reactivated oleh hepar atau
mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.

E. Konsep Mekanisme Kerja Hormon


1. Konsep klasik : kelenjar endokrin mensekresikan hormon melalui sistem
sirkulasi dan akan diterima oleh sel target.
2. Autokrin : sel target mensekresikan hormon dan akan diterima kembali oleh
sel target tersebut.
3. Parakrin : sel target mensekresikan hormon, dan hormon tersebut akan
diterima oleh sel target lainnya.

F. Komponen Penyusun Organ Endokrin


Adapun penyususn organ endokrin antara lain :
1. Sel Neurosekretori
Yaitu pada hewn tingkat tinggi dan tingkat rendah, penhasil hormon dan
berbentuk seperti sel saraf, mekanisme kerjanya yaitu sel neurosekretori
yang berada pada hipotalamus akan melepaskan neurohormon melalui
saluran darah dan akan diterima langsung oleh sel target. Dan cara yang
kedua yaitu, sel neurosekretori mensekresikan neurohormon lalu akan di
simpan di organ neurohemal (tempat penyimpanan sementara), dan apabila
diperlukan, neuro hormon tersebut akan dilepaskan melalui saluran darah
lalu akan diterima oleh sel target.
2. Sel Endokrin Sejati
Berbentuk tidak seperti sel saraf, dan berfungsi sejati sebagai penghasil
hormon. Hormon yang dihasilkan secara langsung akan dilepaskan kedalam
darah (hanya pada hewan yang memiliki sistem sirkulasi).

G. Pengertian Hormon
Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah
pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Semua organisme
multiselular, termasuk tumbuhan (lihat artikel hormon tumbuhan), memproduksi
hormon. Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang
diproduksi oleh kelenjar endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon
dihasilkan oleh hampir semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan.
Molekul hormon dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada juga jenis
hormon - yang disebut ektohormon (ectohormone) – yang tidak langsung
dialirkan ke aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
H. Klasifikasi, Fungsi dan Sifat Hormon
Terdapat sejumlah zat kimia yang menyerupai hormon. Zat kimia lain yang
kerjanya menyerupai hormon antara lain bradikinin, eritropuitin, histamin, kinin,
rinin, postaglandin, dan hormon thymic. Hormon thymic adalah hormon dari
keleenjar timus (thymus) yang berperan memengaruhi perkembangan sel limposit
B menjadi sel plasma, yaitu sel penghasil anti bodi. Diduga, hormon thymic juga
mempengaruhi sekresi hormon reproduktif dari hepotisis. Bradikinin merupakan
suatu polipeptida yang dihasilkan olah kelanjar yang sedang aktif contohnya
kelenjar keringat dan kelenjar ludah pada saat aktif. Bradikinin bekerja sebagai
vasodilator kuat yangn dapat meningkatkan aliran darah lokal secara signifikan
sehingga merangsang pengeluaran keringat dan air ludah dalm jumlah lebih
banyak. Vasodilator yaitu senyawa yanng menyebabkan pembuluh darah
membesar/melebar. Eritropuitin merupakan glikoprotein yang proses sistesisnya
melibatkan hati dan ginjal. Pembentukan eritropuitin dirangasang oleh rendahnya
kadar oksigen dalam darah atau jaringan, conntohnya pada saat tubuh kita sedang
giat beraktivitas (misalnya sedang berolahraga). Selanjutnya, eritropuitin akan
merangsang pusat pembentukan sel darah di sumsum tulang sehingga tubuh akan
menghasilakan sel darah merah dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini akan
sangat bermanfaat untuk meningkatkan jumlah oksigen yang diangkut oleh darah.
Berbagai senyawa kimia seperti prostaglandin, eritripuitin, histamin, kinin, dan
renin dapat disistesis secara luas oleh berbagai jaringan atau organ yang
sebenernya tidak berfungsi sebagai organ endokrin. Misalnya, ginjal mampu
menyentesis renin dan eritropuitin. Senyawa kimia yang mirip hormon semacam
itu secara bersama-sama disebut sebagai hormon jaringan. Selain hormon
jaringan, terdapat juga feromon. Feromon adalah suatu senyawa kimia spesifik
yang dilepaskan olah hewan kelingkungannya dan dapat menimbulkan respons
perkembangan, atau respon reproduktif. Senyawa kimia tersebut sangat
bermanfaat bagi hewan dalam berbagai hal, antara lain untuk memberikan daya
tarik seksual, menandai daerah kekuasaan, mengenali individu lain dalam spesies
yang sama, dan berperan penting dalam sinkronisasi siklus seksual. Semua
hormon umumnya memperlihatkan adanya kesamaan sifat.
Beberapa sifat yang umum diperhatikan oleh hormon ialah sebagai berikut.
1. Hormon polipeptida biasanya disintesis dalam bentuk prekursor yang belum
aktif (disebut sebagai prohormon), contohnya proinsulin. Prohormon memiliki
rantai yang lebih panjang dari pada aktifnya.
2. Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yang sangat rendah dan
sebagai hormon berumur pendek.
3. Beberapa jenis hormon ( misalnya adrenalin ) dapat segara bereaksi dangan sel
sasaran, sedangkan hormon yang lain ( contohnya estrogen dan tiroksin)
bereaksi secara lambat. Adrenalin bereaksi dengan sel sasaran hanya dalam
waktu beberapa detik, sedangkan estrogen dan tiroksin memerlukan waktu
beberapa jam sampai beberapa hari.
4. Pada sel sasaran, hormon akan berikatan dengan resptornya.
5. Hormon kadang-kadang memerlukan pembawa pesan kedua.

I. Struktur Dasar Hormon Secara Kimiawi


1. Derivat asam amino : dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari
jaringan nervus medulla suprarenal dan neurohipofise, contoh epinefrin dan
norepinefrin. Amina: hormon sederhana ini merupakan variasi susunan asam
amino tirosin. Kelompok ini meliputi tiroksin dari kelenjar tiroid, epinefrin
dan norepinefrin dari medula adrenal
2. Petide /derivat peptide : dibuat oleh kelenjar buntuyang berasal dari jaringan
alat pencernaan. Protein: hormon ini merupakan rantai asam amino.Insulin
dari pankreas, hormon pertumbuhan dari kelenjar hipofisis anterior,
kalsitonin dari kelenjar tiroid semuanya merupakan protein. Rantai pendek
asam amino disebut peptida. Hormon antidiuretik dan oksitosin yang
disintesis oleh hipotalamus, merupakan hormon peptida.
3. Steroid : dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal darimesotelium, contoh
hormon testes, ovarium dan kortekssuprarenal. Steroid : kolesterol
merupakan prekursor hormon steroid, yang meliputi kortisol dan aldosteron
dari korteks adrenal, estrogen dan progesteron dari ovarium, dan testosteron
dari testis.
J. Mekanisme Aksi Hormon
Bagian terdahulu telah di bicarakan bahwa untuk dapar memperlihatkan epek
biologis, suatu hormon harus berintraksi dengan sel sasaran melalui reseptor
khusus bagi hormon tersebut. Reseptor khusus ini di sebut reseptor hormon.
Interaksi hormon dengan sel sasaran biasanya terjadi melalaui pembentukkan
kompleks hormon-reseptor. Reseptor hormon pada sel sasaran umumnya beberapa
molekul protein besar dengan bentuk tiga dimensi yang unik. Reseptor tersebut
hanya akan berkaitan dengan hormon tertentu atau analognya, yaitu senyawa lain
yang mempunyai gugus fungsional sangat mirip dengan gugus fungsional hormon
yang di maksud. Khususnya kerja hormon dapat diketahui dari kenyataan bahwa
suatu jenis hormon hanya dapat mempengaruhi sel tertentu. Kemampuan suatu
hormon mempengaruhi sel sasaranditentukan oleh keberadaan reseptor khusus
untuk hormon tersebut pada sel. Apabila tidak memiliki reseptor khusus untuk
suatu jenis hormone, suatu sel tidak akan tanggap terhadap hormon yang
dimaksud, sekalipun hormon tersebut ada di dekatnya. Pernyataan tersebut dapat
digunakan untuk memberikan penjelasan atas pernyataan “Mengapa hormon yang
ada dalam sirkulasi darah hanya mempengaruhi sel-sel tertentu saja walaupun
hormon tersenbut beredar di seluruh cairan tubuh.
Reseptor Hormon pada Membran
Reseptor untuk hormone pada suatu sel dapat terletak pada membran atau
sitoplasma. Reseptor hormon yang terdapat pada mambran biasanya merupakan
reseptor untuk hormon protein atau peptida. Apabila sudah sampai di dekat sel
sasaran, hormon akan segera berikatan dengan reseptornya dan membentuk
kompleks hormon-reseptor. Pembentukan ikatan hormonreseptor terjadi melalui
mekanisme yang serupa dengan penggabungan antara anak kunci dan gemboknya.
Kompleks hormon-reseptor selanjutnya akan memicu serangkain reaksi biokimia
yang menimbulkan tanggapan hayati, diperlihatkan bahwa dalam rangkaian reaksi
tersebut, mula-mula terjadi aktivitas protein-G yang terdapat dalam mambran.
Protein-G merupakan suatu senyawa trimer yaitu molekul khusus yang terdiri atas
tiga subunit. Salah satu dari tiga subunit protein tersebut pada saat istirahat
berikatan dengan guanosin difosfat (GDP) aktivitas protein-G oleh kompleks
hormon-reseptor menyebabkan fosforilasi GDP menjadi guanine trifosfat (GTP).
Hal ini akan mengubah konformasi protein-G dan menguraikan menjadi subunit
penyusunnya. Subunit protein yang mengikat GTP akan mengaktivitas enzim
adenil siklase yang terdapat pada mambran. Selanjutnya, GTP segera di ubah
kembali menjadi GDP oleh pengaktifan GTP-ase protein-G. akibatnya protein-G
kembali ke bentuk semula. Hal ini akan mengaktifkan beberapa molekul adenil
siklase sehingga melepaskan gugus fosfat dari ATP dan terbentuklah AMP siklik
(c-AMP) Fungsi c-AMP dalam peristiwa yang di tunjukkan pada gambar 5.3
tersebut adalah menganktifkan protein kinase. Setelah melaksanakan fungsinya, c-
AMP akan diubah menjadi AMP oleh enzim fosfodiesterase, sedangkan protein
kinase aktif akan memfosforilasi protein pengatur inaktif sehingga berubah
menjadi protein pengatur aktif. Proses ini merupakan fosforilasi tahap paling akhir
yang akan menimbulkan tanggapan sel terhadap hormon. Tanggapan hayati
seperti apa yang akan terjadi pada sel tersebut? Pada uraian diatas. Telah di
jelaskan bahwa fosforilasi akan dapat mengubah konformasi protein pengatur
inaktif menjadi aktif dan mengubah konpormasi protein. Seandainya protein yang
berubah itu adalah pintu untuk ion, keadaan akan berubah, misalnya dari keadaan
tertutup menjadi terbuka. Seandainya pintu ion yang yang terbuka itu adalah pintu
ion Ca2+ sejumlah ion Ca2+ akan dapat melewati mambran. Ion Ca2+ yang
melewati mambran tersebut akan bergerak dari luar kedalam sel. Jadi, tanggapan
hayati yang timbul dalam contoh ini adalah peningkatan konsentrasi kalsium di
dalam sel. Apabila hal tersebut terjadi pada mambran presinaps maka peristiwa
yang akan terjadi selanjutnya ialah pengeluaran sejumlah neurotransmitter ke
celah sinaps.
Berikut adalah contoh beberapa peristiwa yang dapat diubah oleh hormon
dengan cara kerja seperti di atas.
a. perubahan aktivitas enzim : perubahan aktivitas enzim memungkinkan proses
metabolisme tertentu dapat terselenggara atau terhenti.
b. Pengaktifan mekanisme transpor aktif : proses transpor aktif sangat penting
bagi sel untuk memasukkan atau mengeluarkan suatu zat.
c. Aktivitas pembentukan mikrotubulus : perubahan aktivitas pembentukan
mikrotubulus dapat memengaruhi berbagai peristiwa yang tergantung padanya
antara lain penggerakan ameba dan mitosis sel.
d. Pengubahan aktivitas metabolisme DNA : pengubahan aktivitas metabolisme
DNA dapat memengaruhi proses pertumbuhan atau pembelahan sel.
Reseptor Hormon pada Sitoplasma ( Reseptor Sitosolik )
Reseptor sitosolik merupakan reseptor hormon yang terdapat dalam
sitoplasma sel sasaran. Hormon yang menggunakan reseptor sitosolik ialah
hormone steroid dan hormon turunan asam amino. Hormon tersebut sangat mudah
larut dalam lipid sahingga mudah melewati mambran sel sasaran. Diperkirakan,
hormon tersebut sampai pada sel sasaran dalam keadaan berikatan dengan
beberapa jenis molekul pengemban. Selama dalam peredaran darah ke seluruh
tubuh, hormon selalu berikatan dengan pengembannya. Pada suatu saat, hormon
akan terlepas dari molekul pengemban dan masuk ke sel sasaran. Dalam
sitoplasma sel sasaran, hormon berkombinasi dengan reseptor yang aktif.
Kompleks tersebut mempunyai daya gabung (afinitas) yang sangat tinggi terhadap
DNA sehingga setelah masuk ke inti akan segera berkombinasi dengan DNA. Hal
ini lah yang mengawali transkripsi DNA. Tempat pembentukan ikatan kompleks
hormon-reseptor pada DNA tidak diketahui dengan pasti, tetapi diduga terjadi
pada bagian DNA yang disebut daerah promoter akan merangsang gen tertentu
untuk aktif (on) atau pasif (off).

K. Patofisiologi Umum Gangguan Sistem Endokrin


Untuk memudahkan pengertian kita tentang patofisiologi pada berbagai
kelainan kelenjar endokrin, berikut akan dihantarkan gambaran sepintas tentang
patofisiologi umum gangguan endokrin, mengingat fungsi sistem endokrin yang
kompleks dan rumit mencakup mekanisme kerja hormonal dan adanya
mekanisme umpan balik yang negatif yang sudah barang tentu akan
mempengaruhi perjalanan penyakit. Seperti lazimnya kelainan-kelainan pada
organ tubuh, pada kelenjar endokrin pun berlaku hal yang sama dimana gangguan
fungsi yang terjadi dapat diakibatkan oleh:
- Peradangan atau infeksi
- Tumor atau keganasan
- Degenerasi
- Idiopatik
Dampak yang ditimbulkan oleh kondisi patologis diatas terhadap kelenjar
endokrin dapat berupa:
1. Perubahan bentuk kelenjar tanpa disertai perubahan sekresi hormonal
2. Peningkatan sekresi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin sering
diistilahkan dengan hiperfungsi kelenjar.
3. Penurunan sekresi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, dan
diistilahkan dengan hipofungsi kelenjar.
Adanya hubungan timbal balik antara kelenjar hipofise sebagai master of
gland dengan kelenjar targetnya, hipofise terhadap hipotalamus serta jaringan atau
organ sasaran dengan kelenjar target, memungkinkan penyebab dari suatu kasus
dapat lebih dari satu; artinya mungkin saja penyebab ada pada jaringan/organ
sasaran, atau pada kelenjar target, ataupada kelenjar hipofise atau hipotalamus.
Oleh karena itu, untuk tujuan kemudahan dalam penanggulangannya maka dalam
setiap kasus akan di dipaparkan kemungkinan penyebabnya baik yang bersifat
primer, sekunder,atau tertier. Penyebab yang bersifat primer bila penyebabnya ada
pada kelenjar penghasil hormon itu sendiri. Bersifat sekunder, bila penyebabnya
ada pada kelenjar di atasnya. Bersifat tertier, bila penyebabnya di luar primer dan
sekunder seperti penggunaan obat-obatan tertentu ataupun kelainan pada organ
tubuh tertentu yang dapat mempengaruhi fungsi kelenjar. Seperti bila terjadi
peningkatan ACTH (hormone hipofise) pada serum yang akan menyebabkan
hiperfungsi kelenjar adrenal sehingga terjadi hipersekresi hormon-hormon adrenal
maka penyebabnya disebut sekunder. Disebut penyebab primer bila penyebapnya
ada pada kelenjar adrenal sendiri. Disebut tertier bila penyebabnya diluar kedua
penyebab diatas. Misalnya, pengunaan obat-obatan yang dapat merangsang
ACTH atau merangsang sekresi hormon adrenal. Untuk pemahaman yang lebih
baik tentang patofisiologi berbagai kelainan endokrin, ada dua hal utama yang
harus dipahami dengan baik. Efek dari setiap hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar endokrin terhadap jaringan endokrin dan terhadap jaringan atau organ
sasarannya. Fungsi organ/jaringan sasaran dari setiap hormon.

L. Sistem Endokrin pada Invertebrata


Sejumlah invertebrate tidak mempunyai organ khhusus untuk sekresi
hormon sehingga sekresinya dilaksakan oleh sel neurosekretori. Jadi,sel
neurosekretori tampaknya merupakan sumber hormon utama pada invertebrata.
Sel neurosekretori dapat ditemukan pada semua Metazoa hewan bersel banyak
antara lain Koelenterata, Platihelmintes, Annelida, Nematoda dan Moluska.
1. Koelenterata
Contoh hewan dari golongan ini adalah hydra (hydra). Hidra mempunyai
sejumlah sel yang menghasilkan senyawa kimia yang berperan dalam proses
reproduksi, pembuahan, dan regenerasi. Apabila kepala hydra di potong, sisa
tubuhnya akan mengeluarkan molekul peptida yang disebut activator kepala.zat
tersebut menyebabkan sisa tubuh hydra dapat membentuk mulut dan tentakel,
dan selanjutnya membentuk daerah kepala.
2. Platihelmintes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam
proses regenerasi. Diduga, hormon yang di hasilkan tersebut juga terlibat
dalam regulasi osmotic dan ionik, serta dalam proses reproduksi.
3. Nematoda
Sejumlah nematoda dapat mengalami ganti kulit(molting) hingga empat
empat kali dalam siklus hidupnya.hewan ini mempunyai struktur khusus yang
berfungsi untuk sekresi neurohormon, yang berkaitan erat dengan sistem saraf.
Struktur khusus tersebut terdapat pada ganglion di daerah kepala dan beberapa
di antaranya terdapat pada korda saraf.
4. Annelida
Sejumlah annelida seperti poliseta (misalnya neris), oligoseta (misalnya
lumbricus), dan hirudinae (misalnya lintah) sudah memperlihatkan adanya
derajat sefalisasi yang memadai. Otak hewan tersebut memiliki sejumlah besar
sel saraf yang berfungsi sebagai sel sekretori. Hewan ini juga telah memiliki
system sirkulasi yang berkembang sangat baik sehingga kebutuhan untuk
menyelenggarakan system kendali endokrin dapat terpenuhi.sistem endokrin
annelida berkaitan erat dengan aktivitas pertumbuhan, perkembangan,
regenerasi, dan reproduksi. Contoh yang baik untuk hal tersebut ialah
perubahan bentuk cacing poliseta dewasa, yang dikenal dengan istilah epitoki.
Epitoki ialah perubahan sejumlah ruas tubuh menjadi struktur reproduktif.
Dalam proses tersebut, beberapa ruas tubuh annelida yang mengalami
perubahan bentuk akan terlepas dari tubuh utamanya, dan berkembang menjadi
organism hidup bebas. Epitoki di kendalikan oleh system
neuroendokrin.hormon yang dilepaskan bersifat menghambat epitoki sehingga
epitoki hanya akan berlansung pada saat kadar hormon tersebut rendah.cara
kerja hormone ini tidak di ketahui secara jelas, tetapi diduga sekresinya di atur
oleh factor lingkungan.
5. Moluska
Moluska (terutama siput) mempunyai sejumlah besar sel neuroendokrin
yang terletak pada ganglia penyusun system saraf pusat. Hewan ini juga
memiliki organ endokrin klasik. Senyawa yang dilepaskan menyerupai protein
dan berperan penting dalam mengendalikan osmoregulasi, pertumbuhan, serta
reproduksi. Reproduksi pada muluska sangat rumit karena hewan ini bersifat
homoprodit (gamet jantan dan betina terdapat dalam satu tubuh). Beberapa
sepesies hewan dari kelompok ini bersifat protandri. Pada hewan yang bersipat
protandri, gamet jantan terbentuk labih dahulu dari pada gamet betina. Pada
hewan ini di temukan adanya hormone yang merangsang pelepasan telur dari
gonad dan pengeluaran telur dari tubuh. Pada Cephalopoda, hewan yang tidak
bersifat hermaprodit, proses preproduksi di kendalikan Oleh endokrin. Dalam
hal ini,organ endokrin kalalsik (terutama kelenjar optik) diduga memilki peran
yang sangat penting. Kelenjar optik diduga menyekresi beberapa hormon yang
diperlukan untuk perkembangan sperma dan telur.
6. Crustasea
Seperti halnya invertebrate lain, sistem indoktrin pada Crustasea umumnya
berupa system neuroendokrin, meskipun mempunyai organ endokrin klasik.
Fungsi tubuh yang dikendalikan oleh sistem endokrin antara lain
osmoregulasi,laju denyut jantung, komposisi darah, pertumbuhan, dan
pergantian kulit. Sistem kendali endokrin yang berkembang paling baik dapat
ditemukan pada Malakostra (antara lain ketam, lobster/udang besar, dan
udang). Organ neuroendokrin Crustasea terdapat pada tiga daerah utama yaitu
sebagai berikut .
a. Kompleks kelenjar sinus. Organ ini kadang-kadang disebut kompleks golongan
kepala dan lobus optik ad tangkai mata .
b. Organ post- komisural.organ ini juga menerima akson dari otak dan berakhir
pada awal esofogus.
c. Organ perikardial : organ ini terletak sangat dekat dengan jantung dan
menerima akson dari ganglion toraks.
Crustasea memiliki jumlah kecil sel endokrin klasik, yaitu organ Y dan
kelenjar mandibula. Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang terletak di daerah
dada(toraks), tepatnya pada luas maksila (rahang atas) atau ruas antena.Hormon
dari kelenjar Y diduga memengaruhi proses molting. Kelanjar mandibula terletak
di dekat organ Y dan di duga memeliki pungsi endokrin juga. Crustasea juga
mempunyai kelenjar androgenik yang diyakini berperan dalam perkembangan
testis dan produksi seperma. alah satu proses pada krustasea yang dikendalikan
oleh system endokrin ialah pengubahan warna kulit. Crutasea mampu menerima
rangsang berupa warna latar belakang mereka, yang mendorong meereka untuk
menyesuaikan warna tubuh nya dengan warna itu. Dengan cara demikian,
Crustasea dapat terhindar dari perhatian musuh nya. Kemampuan untuk
mengubah warna yang di miliki suatu spesies dapat berbeda dari sepesies lain nya.
Beberapa hewan hanya dapat mengubah warna kulit dan terang ke gelap,
sementara hewan yang lain dapat menanggapi beraneka warna latar belakang.
Perubahan warna kulit krustasea dipengaruhi oleh penyebaran pigmen yang
tedapat dalam kromatofor (sel pembawa pigmen). Kromatopor pada umum nya
terdapat pada sel kulit luar tubuh,tetepi dapat juga terletak pada organ yang lebih
dalam. Fungsi kromatopor dapat diubah oleh sejumlah hormon, misalnya hormon
peptide yang di hasilkan oleh kompleks kelenjar sinus. Hormon ini menyebabkan
pigmen menumpul atau menyebar. Hormon yang di lepaskan oleh prikardial juga
di anggapdapat memengaruhi fungsi kromatopor.
7. Insecta
Pada sistem saraf insekta terdapat tiga kelompok sel neuroendokrin yang
utama :
a. sel neurosekretori medialis. Kelompok sel ini memiliki akson yang
membentang hingga ke korpora kardiaka. Korpora kardiaka ialah sepansang
organ yang berpungsi sebagai tempat penyimpanan dan pelepasan
neurohormon
b. sel neurosekretori lateralis. Kelompok sel ini juga memiliki akson yang
membentang hingga ke korpora kardiaka
c. sel neurosekretori subesofageal. Kelompok sel neurosekretori ini terdapat
pada bagian di bawah kerongkongan dan memiliki akson yang membentang
ke korpora alata.

M. Sistem Endokrin pada Vertebrata


Berbeda dengan invertebrata, sistem endokrin pada vertebrata terutama sekali
tersusun atas berbagai organ endokrin klasik. Sistem endokrin vertebrata dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok kelenjar utama yaitu hipotalamus, hipofisis atau
pituitari, dan kelenjar endokrin tepi. Pada vertebrata , sistem syaraf memberikan
pengaruh yang sangat jelas terhadap sistem endokrin. Berbagai organ endokrin
tepi pada vertebrata bekerja di bawah kendali kelenjar pituitari bagian depan (
anterior ) yang merupakan salah satu organ endokrin pusat. Pituitari anterior
bekerja dibawah pengaruh hipotalamus, yang kerjanya dipengaruhi oleh syaraf.
- Hifotalamus dan Pituitari
Hifotalamus dan pituitari merupakan organ endokrin pusat yang dimilki
hewan vertebrata. Hipotalamus merupakan bagian otak vertebrata yang terletak di
bawah talamus dan berperan dalam mempertemukan sistem saraf dan endokrin.
Talamus adalah kumpulan sel syaraf yang terletak di bagian tengah otak
vertebrata. Hifotalamus berfungsi untuk mengendalikan kelenjar pituitari,
sementara pituitari juga berfungsi mengendalikan kelenjar endokrin lainnya. Oleh
karena itu hipotalamus disebut sebagai kelenjar induk. Hormon yang dikeluarkan
oleh hipotalamus akan dibawa ke pituitari ada dua jenis hormon dari hipotalamus
yaitu hormon yang dilepaskan ke pituitari depan dan hormon yang dilepas ke
pituitari belakang. Hormon yang dilepas ke pituitari belakang akan dilepas
melalui akson plasma yang membentang dari hipotalamus hingga ke bagian
tersebut . Kelenjar pituitary belakang disebut daerah neurondokrinal karena pada
daerah ini banyak ditemukan juluran saraf dari sel neurosekretori, yang badan
selnya terletak di hipotalamus. Oleh karena itu pituitari belakang disebut juga
neurohipofisis. Dari neurohipofisis hormon dari hipotalamus akan langsung
dilepas ke sirkulasi melalui ujung akson. Hormon hipotalamus yang dilepas di
pituitari belakang ialah hormon ADH dan oksitosin. ADH sangat penting untuk
mengendalikan penyerapan air di saluran ginjal sedangkan oksitosin berperan
merangsang kontraksi otot polos pada dinding rahim dan kelenjar susu. ADH dan
oksitosin merupakan hormon dari golongan peptida. Pada semua vertebrata dapat
ditemukan peptida yang memiliki efek hayati serupa dengan ADH dan oksitosin
tetapi susunan asam aminonya berbeda. Hormon penting lain yang dikeluarkan
oleh hipotalamu yaitu hormon pelepas ( releasing hormon, RH ) dan hormon
penghambat (Release inhibiting hormon, RIH . Kedua jenis hormon tersebut
dilepas dari ujung akson sel neurosekretori di hipotalamus ke kapiler darah di
dekatnya. Dari hipotalamus, RH, RIH dibawa oleh darah ke pituitari depan yang
juga disebut adenohipofisis. RH bekerja untuk mempengaruhi pelepasan hormon
dari pituitari depan. Hormon dari pituitari depan selanjutnya akan mempengaruhi
pengeluaran hormon dari kelenjar lain yang merupakan kelenjat tepi, sebaliknya
RIH menghambat pelepasan hormon dari pituitary depan.
Hormon pertumbuahn merangsang pertumbuhan tubuh pada semua hewan dan
berpengaruh pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein. Hormon ini juga
merangsang hati untuk melepaskan somatomedin, yang dapat merangsang mitosis
dalam jaringan tulang. TRH merangsang kelenjar tiroid untuk menyekresikan
hormon tiroksin dan tirodotiromin yang dapat mengendalikan laju metabolisme
pada mamalia dan metamorfosis pada amfibi.
- Organ Endokrin Tepi
Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin diluar hipotalamus dan
pituitari. Semakin hari semakin banyak ditemukan organ endokrin baru pada
vertebrata. Saat ini banyak diketahui jantung juga mampu menghasilkan hormon
yang disebut ANP. Hormon tersebut berkaitan erat dengan pengaturan ion natrium
diginjal. Hampir semua aktivitas dalam tubuh hewan dipengaruhi oleh hormon.
Aktivitas tersebut meliputi proses pencernaan, peredaran darah, pengeluaran,
osmoregulasi. Dalam mengatur aktivitas tubuh sistem endokrin biasanya
bekerjasama dengan sistem saraf, Contoh kerja hormon dalam mengatur kadar
kalsium dan gula darah manusia. Keseimbangan kalsium dalam darah manusia
dapat dicapai melalui kerjasama antara hormon paratiroid dan kalsitonin.
Keseimbangan kadar kalsium yang normal sangat penting karena akan
mempengaruhi kemamapuan saraf dan otot untuk menerima rangsang, pembekuan
darah, permeabilitas membran sel, serta fungsi normal enzim tertentu. Sebagai
contoh hipokalsemia ( keadaan yang ditandai dengan kadar kalsium dalam darah
yang rendah )akan meningkatkan kepekaan saraf beberapa kali lipat sehingga
dapat menimbulkan kejang otot.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja sama secara kooperatif untuk
mengatur aktivitas dalam tubuh hewan, dengan cara menghasilkan hormon yang
kan mempengaruhi sel sasaran. Hormon dapat dihasilkan oleh organ endokrin
sejati atapun oleh neurosekretori. Hormon dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu
steroid, peptida, dan turunan tirosin. Timbulnya tanggapan hayati pada sel target
akibat rangsang hormon relatif lebih lambat jika dibandingkan dengan tanggapan
yang timbul akibat rangsang saraf. Hormon mempengaruhi sel target secara
spesifik. Pengaruh tersebut berkaitan erat dengan adanya reseptor hormon pada
sel target yang sesuai dengan hormon tetentu. Reseptor hormon ada yang terdapat
di membran sel. Sistem endokrin pada invertebrata masih sederhana dan organ
endokrin yang dimiliknya pada umunya berupa organ neuroendokrin. Sedangkan
sistem endokrin pada vertebrata sangat kompleks. Organ endokrin yang dimiliki
vertebrata pada umumnya berupa organ endokrin klasik terdiri atas organ
endokrin pusat dan tepi.

B. Saran
Tidak ada kata sempurna yang pantas untuk segala hal di dunia, begitu
juga dengan makalah yang telah kami susun, oleh karena itu bagi pihak terkait
kami mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

http://celo – biologi. Endokrin.com


http:// id.Wikipedia.org/wiki/Sistem Hormon
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.
Tim Penyusun. 2003. Biologi SMA. Klaten: Intan Pariwara.

Anda mungkin juga menyukai