Anda di halaman 1dari 2

1.

BRUXISM

Bruxism merupakan kebiasaan grinding (menggesek-gesekan gigi) ataupun clenching


(mengatupkan rahang atas dan bawah kuat-kuat). Biasanya dilakukan secara tidak sadar ketika
seseorang berada dalam situasi yang membuatnya merasa stres atau cemas, bahkan dapat pula
dilakukan ketika sedang tidur. Kebiasaan bruxism yang parah dapat membuat email di
permukaan kunyah gigi menjadi menipis bahkan bisa menimbulkan keretakan pada struktur gigi
dan merusak tambalan gigi yang ada. Akibatnya gigi-gigi akan terasa linu ketika makan atau
minum. Kondisi ini biasanya terjadi pada lebih dari satu gigi. Selain berpengaruh ke gigi,
bruxism juga dapat menimbulkan gangguan pada sendi rahang, sakit kepala ketika bangun pagi,
dan rasa sakit pada daerah wajah yang tidak jelas penyebabnya. Penderita bruxism disebut
bruxers. Ada juga yang menyebutnya bruxomania.

ü PENYEBAB BRUXISM .
*Stress
*Premature contact ataupun maloklusi .
*Cedera pada otak .
*Gejala penyakit saraf dan otot wajah .
*Efek samping obat-obatan psikiatrik (fluoxetine, sertraline dan paroxetine) .
*Rokok, alkohol, kafein

Penyebab bruxism tidak sepenuhnya dimengerti. Pada orang dewasa, faktor psikologi dianggap
berperan. Faktor tersebut antara lain (MayoClinic,2007) :

1. Kecemasan, ketegangan, dan stress.


2. Kemarahan yang terpendam, atau frustrasi.
3. Tipe kepribadian agresif, kompetitif, dan hiperaktif.

Sedang pada anak, bruxism dianggap berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi
serta rahang. Tetapi, beberapa ahli juga percaya bahwa faktor psikologi mempunyai andil
terhadap timbulnya bruxism pada anak. Walaupun bruxism dilaporkan terjadi pada 30% anak,
yang sebagian besar berusia di bawah 5 tahun, kebanyakan diantara mereka akan sembuh setelah
gigi susu mereka berganti dengan gigi tetap (MayoClinic,2007).

Pada beberapa kasus, bruxism tidak disebabkan oleh keadaan psikologi atau kondisi gigi dan
rahang, tetapi merupakan komplikasi dari kelainan seperti penyakit Huntington dan Parkinson.
Beberapa obat antidepresi tertentu juga dapat menimbulkan efek samping bruxism, tetapi hal ini
jarang terjadi. Biasanya, bruxism ringan dan tidak menimbulkan komplikasi serius. Tetapi pada
beberapa orang, bruxism bisa berat sehingga menimbulkan :

1. Kerusakan permukaan gigi akibat seringnya dan kuatnya gesekan.


2. Gangguan sendi rahang
3. Sakit kepala
4. Nyeri wajah
5. Terganggunya tidur orang di sekitarnya.
6. dll

Tujuan pengobatan bruxism adalah mencegah kerusakan gigi lebih lanjut, mengurangi nyeri
akibat bruxism, dan mengurangi perilaku mengadu gigi semaksimal mungkin
(MedlinePlus,2006).

ü TERAPI
Terapi bruxism ada bermacam-macam tergantung dari penyebabnya: .
a.Stress:
Psikoterapi, teknik relaksasi, obat-obatan untuk relaksasi otot rahang. Apabila terapi
konvensional ini tidak berhasil dapat dilakukan penyuntikan botulinum toxin (botox) untuk
melemaskan otot rahang. .
b. Maloklusi ataupun premature contact: :
Occlusal adjustment, restorasi gigi (onlay atau crown), ortodontik. .
c. Cedera otak atau penyakit saraf dan otot: :
Dengan terapi konvesional, apabila tidak berhasil dilakukan penyuntikan botox.
d. Obat-obatan psikiatrik: :
Mengganti obat ataupun menghentikan penggunaannya dan menggantinya dengan bentuk terapi
yang lain. .
e. Melindungi gigi dari kebiasaan bruxism .

bruxism attrition night guard, untuk mencegah kerusakan gigi akibat bruxism, dapat digunakan
night guard. Night guard merupakan suatu plat yang dibuat untuk menutupi permukaan kunyah
gigi. Alat ini dipakai ketika tidur untuk melindungi gigi dan menghentikan kebiasaan bruxism
ketika tidur. .

Untuk mengurangi kerusakan gigi biasanya digunakan pelindung gigi. Alat ini terbuat dari bahan
yang lunak. Dengan alat ini, gesekan langsung antar gigi atas dan bawah tidak terjadi.

Nyeri akibat bruxism dapat dikurangi antara lain dengan melakukan relaksasi dan pemijatan otot
wajah dan rahang, bahu, dan leher, serta menghindari makanan yang keras seperti kacang-
kacangan. Kompres dingin atau hangat juga dapat diberikan pada rahang yang membengkak.

Perilaku mengadu gigi atau bruxism kadangkala dapat dikurangi dengan manajemen stres,
psikoterapi, mengubah perilaku (agresif, kompetitif, hiperaktif) dengan behaviour
modification, biofeedback, dll.

Anda mungkin juga menyukai