Anda di halaman 1dari 104

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

SKRIPSI

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PADA


WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KOTA/KABUPATEN
MADIUN

Diajukan Sebagai Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesaikan Program


Sarjana Pada Program Strata Satu (S1) Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

WILIS ANGGRAENI

NIM. F0108125

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

commit to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Surakarta, 26 Mei 2012

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Dan ketahuilah,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(Q.S Al Insyiroh : 6)

Yakinlah bahwa
Alloh tidak membebani seseorang kecuali sesuai kesanggupannya
(Q.S Al Baqoroh : 286)

Jika kamu melihatnya dengan positif, masa lalu tidak ada yang
buruk.Yang ada hanya masa lalu yang indah dan pelajaran yang
berharga.

(Mario Teguh)

jadilah dirimu sendiri karena dalam hidup


ini dunia tidak menginginkan dirimu menjadi
orang lain
(Anonim)

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk :

Abi, ibu dan adikku tercinta

Keluarga besar dan saudara-saudara

Para dosen Ekonomi Pembangunan

Sahabat dan teman-teman Fakultas Ekonomi

Keluarga besar KEI FE UNS

Almamaterku, Universitas Sebelas Maret

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Thanks alot to . . .

Sang Maha Segalanya, Rabb-ku, Alloh Subhanallohu


Wata’ala
Alhamdulillahirobbil’alamin, terima kasih telah memberikan
banyak nikmat, petunjuk, kekuatan dan kesabaran untuk
menyelesaikan amanah-amanahMu.

Nabi Muhammad Solallohu Alaihi Wasalam


Sholawat serta salam selalu tercurahkan. Semoga hamba termasuk
orang-orang yang mengikuti sunnahmu.

Ibu, Lasmiati dan Abiku, Didik Wahyudi W


Terima kasih telah menyayangi, mencintai, mendoakan dan selalu
mendukungku. Maafkan jika anakmu ini masih membuat ibu dan
abi marah atau kecewa. Cinta kalian sungguh tak tergantikan.

Adikku, Rindang Anggun Istiqomah


Terima kasih telah menularkan virus-virus Korea (hahaha).
Teruslah belajar dan berjuang demi cita-citamu, karena masa
depanmu masih panjang. Saranghaeyo.

Mbah Uti
Terima kasih atas segala doa-doamu, semoga Uti tenang di sana,
diampuni segala dosa dan ditempatkan di tempat yang terbaik oleh-
Nya.

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kokong, Eyang Uti, Mbak2, Mas2, Oom, Tante, dan


seluruh keluarga besar
Matur nuwun atas segala dukungan dan doanya. Saya bingung mau
bilang apa lagi. Pokoknya terima kasih banyak atas semuanya.

Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi


Terima kasih banyak untuk semua jasa-jasanya dalam membimbing
serta mengajarkan banyak ilmu.

Pembimbing skripsi, pak Kresno Sarosa Pribadi


Terima kasih pak, telah menjadi pembimbing skripsi saya. Telah
sabar dan banyak memberikan masukan untuk menyelesaikan
skripsi saya.

Penguji skripsi, pak Sutanto dan pak Agustinus Suryantoro


Terima kasih telah banyak mengevaluasi, mengkritisi dan memberi
banyak masukan dari hasil penelitian saya untuk menjadi lebih
baik.

Staf Admin Jurusan EP, ibu Sri Murwani


Terima kasih banyak saya ucapkan kepada bu Mur, telah banyak
dan sabar membantu saya dan juga teman2 EP ’08 dalam
menyelesaikan berkas2 administrasi mulai dari daftar skripsi
sampai daftar wisuda. Maafkan, jika kami banyak merepotkan bu
Mur, menyusahkan bu Mur, dan kesalahan2 lainnya, namun bu
Mur tetap sabar dan selalu tersenyum membantu kami. Sekali lagi
terima kasih banyak bu, jasa bu Mur tak kan pernah kami lupakan.
commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sahabat jauhku, Febrisunu Rius Adhitya


Terima kasih telah memberiku semangat dan motivasi. Apapun
kekuranganmu, jangan merasa sendiri. Yakinlah bahwa itu adalah
nikmat dari Sang Rabb. Maaf atas segala kesalahanku. Jangan lupa
diet ya ndut, hehehehe

Si Kuning, MIO
Terima kasih sudah sabar membawaku kemana-mana, tak ngeluh
ketika harus bolak balik Madiun-Solo-Madiun. Jangan sering
ngambek ya say, kamu sungguh luar biasa. Mmuuuuuaachh…..

Teman-temanku, Rena, Amel, Ristita (Titut), Ojul, Idha


(Nene), Lista (Palipul), Malida (Dunk), Acik, Dila
Teman-teman ra cetho, geje, nuwun nggih atas segala ke-geje-an
kalian. Keceriaan, kebersamaan, dan kegalauan bersama kalian
akan menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan. Semoga
lancar apa sedang kalian kerjakan dan semoga tercapai apa yang
kalian impikan. Will miss u…..

Sahabatku, Ajeng, Isna (Iznaitun), kak Rusminah


Sing ngajak mbolang, sing numpang, sing dolan terus, sing
nomaden. Masa2 ngerjain tugas bareng sampe gak tidur, observasi
lapangan, presentasi sakkelompok, gara2 telat gak boleh ikut kelas,
magang bareng Ajeng, lembur skripsi bareng Isna, kongkow2 ra
cetho bareng kak Rus, dan banyak kenangan2 yang menyenangkan
yang pasti membuatku bakal kangen bersama kalian. Matur thank
you kawan. Thank you so much. Gak ada lo gak gayeng, hahahaha.

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

The Best Couple Ever, Arif Darmawan dan Rachman


Kurniaji (pake “c” dan gak pake “d”)
Kalian emang selalu bikin rame, ada aja cerita tentang kalian.
Kemesraan kalian emang tiada bandingnye. Walaupun sering
berantem, cakar2an, cubit2n (apaan c??) tapi keceriaan bersama
kalian luar biasa. Makasih ya Rip, makasih ya Man. Bakal kangen
maen2 bareng kalian, rafting, mbolang ke luar kota (katanya mau
ke Karimunjawa????), makan bareng, curcol bareng. Will miss u
guys.

Teman-teman seperjuangan, Adhib, Joko, Lukman, Hanafi,


Ayu, Memel, Furi, Nurul, Nikmah, dan rekan2 EP ’08
lainnya yang tak bisa disebutin semua
Terima kasih banyak atas keceriaan, kebersamaan, kerja sama, dan
semangatnya. Cerita bersama kalian tak kan pernah terlupa. Tetap
semangat mengejar impian kalian. Sukses buat kalian semua.
Fighting!!!!!

Kakak-kakak KEI FE UNS, mas Lestyo, mas Bolank


(Hafid), mas Adhi, mas Rizal, mas Amri, mbak Riesa,
mbak Dewilis, mbak Dewiut, mbak Lisa, mbak Novi
Mas2 dan mbak2 yang luar biasa. Terima kasih atas segala
bantuan, nasihat, ilmu, kebersamaan yang sangat berarti. Banyak
pembelajaran dan hikmah yang bisa membuatku lebih dewasa.
Saya akan terus belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Sekali lagi terima kasih geh mbak, terima kasih banyak mas.
Lancar dan sukses untuk kalian semua.

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

My honey, (mbak) Retna Wulandari


Aku sedih tak selalu di sisimu. Aku kecewa tak selalu bisa
menggapaimu. Namun aku yakin doa-doaku, doa-doamu, doa-doa
kita yang bisa mendekatkan hati kita (ceilleeee. . . ). Miss u so
much.

Teman-teman KEI’08, Maya dan Tika


Terima kasih untuk persahabatan selama ini. Selalu ada cerita di
antara kita.

Adik-adik KEI FE UNS, Retnia, Lely, Arrozi, Joe,


Arya, Labib, Sheila, Suci, Hayu, Dea, Alvin, Rona,
Dhila dan semua pengurus yang lainnya (maaf gak muat
nyebutin satu-satu)
Terima kasih banyak untuk kerja samanya, kebersamaanya,
keceriannya. Banyak cerita dan kenangan yang tak mudah untuk
dihapus. Maaf ya kalo saya jadi “Madame” yang galak, hehehehe.

Riani Rahayu dan Herni Sartika Noviani


Terima kasih ya ibu2 asisten atas segala bantuan, kerja sama dan
kerja kerasnya. Jangan kapok jadi sekretaris dan bendahara ya,
hahahaha. Kerja keras kalian gak ada matinye.

GenKriuk, Suratmi (Sumi), Sandra, Sari, Yeni (BebephQ)


Semangat kuliah, semangat magang, semangat skripsi (segera
nyusul), semangat kompre (sing akuntansi). Gak ada lo, gak galau
(lho???) commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Teman-teman MAGOESTOS CENTER


Terima kasih atas kesempatannya bergabung bersama kalian.
Sukses dan semangat untuk proker-proker tahunan dan proker-
proker tambahan (kalo ada).

Kawan-kawan Kos Pondok Sukses


Terima kasih banyak untuk kebersamaan dan rasa kekeluargaan
yang begitu hangat. Sukses untuk kawan2 semua.

Segenap pegawai Seksi Pelayanan dan Seksi PDI KPP


Pratama Madiun
Terima kasih banyak atas bantuannya. Maaf jika saya sudah
banyak merepotkan terlebih ketika meminta data di saat kantor
lagi sibuk SPT. Bapak/ibu, mas/mbak yang sudah dimutasi, sukses
di kantor barunya geh.

Teman-teman alumni MI Islamiyah Madiun, SMP 5


Madiun, alumni SMA 3 Madiun, serta sahabat di UNS
Terima kasih kasih banyak atas semangatnya. Sukses untuk kalian
semua. Kenangan di masa-masa sekolah sungguh tiada terganti.
Kapan reuni???

Syukur Alhamdulillah, telah memberi anugerah yang sangat

berarti. Mereka adalah orang-orang luar biasa yang mewarnai hidup

hamba. Semoga limpahan rahmat dan hidayahMu selalu tercurah

untuk mereka semua. Amin


commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanyalah untuk Dzat Yang Maha Sempurna Alloh Azza

Wa Jalla’ yang atas izinNya-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik dengan judul “ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KOTA/KABUPATEN

MADIUN”.

Tentunya skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan dan

kekurangan penulis dalam mengembangkan topik yang penulis teliti. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini

bisa bermanfaat bagi pembaca yang ingin mengadakan penelitian serupa. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran

penulisan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Alloh Maha Segalanya, Sang Pencipta yang telah memberikanku banyak

nikmat dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Nabi Muhammad Solallohu Alaihi Wasalam, sebenar-benarnya teladan bagi

seluruh umat.

3. Dr. Wisnu Untoro, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

4. Drs. Supriyono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, kesabaran dan berbagi ilmu dalam membimbing dan

mengarahkan penulis dari menyusun hingga menyelesaikan skripsi ini.

6. Dr. Agustinus Suryantoro, M.S dan Drs. Sutanto, M.Si, selaku penguji

skripsi.

7. Drs. Joko Nugroho, M.Si, selaku pembimbing akademik.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta

staf dan karyawan yang telah banyak memberikan ilmu, arahan, dan

pelayanannya kepada penulis.

9. Orang tua beserta keluarga yang telah memberikan motivasi dan dukungan

yang begitu besar.

10. Staf dan karyawan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota dan Kabupaten Madiun

serta pegawai KPP Pratama Madiun.

11. Teman-teman EP 2008 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta, atas persahabatan selama ini.

12. Keluarga besar KEI FE UNS dan MAGOESTOS CENTER, atas jalinan

ukhuwah yang telah terjalin selama ini.

Serta semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah

membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu

oleh penulis. Terima kasih.

Surakarta, Juli 2012

commit to user Penulis


xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

SURAT PERNYATAAN SKRIPSI .................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... vi

KATA PENGANTAR .....................................................................................xiii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xxi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis .........c..o..m


...m
...i.t..t.o...u
...s.e..r ............................................... 8

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Pajak (Tax)...................................................................................... 8

a. Definisi Pajak ............................................................................. 8

b. Fungsi Pajak Dalam Suatu Negara ............................................ 9

c. Pendekatan Pajak ..................................................................... 10

d. Teori Pembenaran Pemungutan Pajak ..................................... 11

e. Yurisdiksi Pemungutan Pajak .................................................. 14

f. Asas-asas Pemungutan Pajak ................................................... 16

g. Cara Pemungutan Pajak ........................................................... 17

h. Sistem Pemungutan Pajak ........................................................ 19

i. Pembagian Pajak ....................................................................... 20

j. Tarif Pajak ................................................................................ 22

k. Kedudukan Hukum Pajak dalam Tata Hukum Nasional ......... 25

l. Perkembangan Penerimaan Pajak Dalam Negeri ..................... 26

2. Pajak Penghasilan (PPh) ............................................................... 27

a. Definisi Penghasilan ................................................................ 27

b. Definisi Pajak Penghasilan ...................................................... 27

c. Dasar Hukum Pajak Penghasilan ............................................. 27

d. Subjek Pajak Penghasilan ........................................................ 28

e. Objek Pajak Penghasilan .......................................................... 30

f. Wajib Pajak Penghasilan .......................................................... 33

g. Tarif Pajak Penghasilan ........................................................... 34

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .................................. 35

B. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 38

C. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 43


commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis ........................................................................................... 43

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 44

B. Jenis dan Sumber Data...................................................................... 44

C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 45

D. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 45

1. Variabel Terikat atau Dependen ................................................... 45

2. Variabel Bebas atau Independen .................................................. 45

E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 46

1. Uji Statistik ................................................................................... 47

a. Uji Signifikansi Parsial (uji t) .................................................. 47

b. Uji Signifikansi Simultan (uji F) ............................................. 48

c. Uji Determinasi (R2) ................................................................ 50

2. Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 51

a. Uji Multikolinearitas ................................................................ 51

b. Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 53

c. Uji Autokorelasi ........................................................................ 53

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Madiun ................................................. 56

1. Gambaran Umum Kabupaten Madiun.......................................... 56

2. Gambaran Umum Kota Madiun ................................................... 61

B. Pembahasan Variabel-variabel Penelitian ........................................ 66

1. Pajak Penghasilan WcaojimbmPiatjatok uOsrearng Pribadi .............................. 66

xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi .............................................. 68

3. Produk Domestik Regional Bruto ................................................ 68

C. Analisis Data dan Pembahasan ......................................................... 70

1. Deskripsi Data .............................................................................. 70

2. Hasil Estimasi ............................................................................... 70

3. Uji Statistik ................................................................................... 71

a. Uji Signifikansi Parsial (uji t) .................................................. 71

b. Uji Signifikansi Simultan (uji F) ............................................. 72

c. Koefisien Determinasi (R2) ...................................................... 72

4. Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 73

a. Uji Multikolinearitas ................................................................ 73

b. Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 73

c. Uji Autokorelasi ....................................................................... 74

5. Interpretasi Ekonomi .................................................................... 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 81

B. Saran ................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xvii
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Perbandingan Penerimaan Pajak dan Non Pajak Tahun


2005−2010 (dalam milyar rupiah) ................................................. 4

Tabel II.1 Pajak Daerah ................................................................................ 22

Tabel II.2 Tarif Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun Pajak 2000 ........ 23

Tabel II.3 Tarif Untuk Wajib Pajak Badan dan Bentuk Usaha Tetap
Tahun Pajak 2000 ........................................................................ 23

Tabel II.4 Wajib Pajak Penghasilan ............................................................. 33

Tabel II.5 Tarif Wajib Pajak Orang Pribadi ................................................. 34

Tabel IV.1 Luas Wilayah Kabupaten Madiun Menurut Kecamatan .............. 57

Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Madiun Tahun 2000-2010............ 58

Tabel IV.3 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha


Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Madiun Tahun
2001−2009 (juta rupiah) .............................................................. 59

Tabel IV.4 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha


Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Madiun Tahun
2001−2009 (juta rupiah) .............................................................. 60

Tabel IV.5 Luas Wilayah Kota Madiun Menurut Kecamatan ....................... 61

Tabel IV.6 Jumlah Penduduk Kota Madiun Tahun 2000-2010 ..................... 62

Tabel IV.7 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha


Atas Dasar Harga Konstan Kota Madiun Tahun 2002−2010
(juta rupiah).................................................................................. 64

commit to user

xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel IV.8 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha


Atas Dasar Harga Berlaku Kota Madiun Tahun 2002−2010
(juta rupiah).................................................................................. 65

Tabel IV.9 Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Kota/Kabupaten


Madiun Tahun Pajak 2003-2010.................................................. 67

Tabel IV.10 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Kota/Kabupaten Madiun


Tahun 2003-2010 (Jumlah Terdaftar) .......................................... 68

Tabel IV.11 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Kota/Kabupaten Madiun Tahun 2003-2010 ................................ 69

Tabel IV.12 Hasil Uji Multikolinearitas .......................................................... 73

Tabel IV.13 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Kota/Kabupaten Madiun


Tahun 2003-2010 (Jumlah Terdaftar dan Jumlah Lapor) ............ 77

Tabel IV.14 Rangkuman Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) per Tahun .. 79

commit to user

xx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistematika Dasar Tata Hukum ................................................... 25

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian .................................................. 43

Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ............................... 48

Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .......................... 49

Gambar 3.3 Daerah Kritis Uji Durbin Watson ................................................ 55

Gambar 4.1 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ............................................ 72

Gambar 4.2 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ....................................... 73

Gambar 4.3 Hasil Uji Autokorelasi Metode Durbin Watson ........................... 75

commit to user

xxi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Analisis Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di


Kota/Kabupaten Madiun

Wilis Anggraeni

F0108125

Pajak merupakan sumber pemasukan utama APBN yang digunakan untuk


membiayai pengeluaran Negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan. Hampir dalam setiap proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah selalu didengungkan bahwa proyek yang dibangun dibiayai dari dana
pajak yang telah dikumpulkan dari masyarakat. Untuk lebih mengoptimalkan
penerimaan negara di sektor perpajakan, berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah salah satunya adalah pemberlakuan Reformasi Perpajakan dengan
mengubah sistem pemungutan pajak official assessment menjadi self assessment
dalam pengumpulan pajak. Tujuan utamanya adalah untuk menegakkan
kemandirian ekonomi dalam membiayai pembangunan nasional dengan jalan
lebih mengerahkan kemampuan sendiri.
Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk analisis kuantitatif
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi
(WP OP) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap penerimaan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) di Kota/Kabupaten Madiun. Jenis data
yang digunakan adalah data sekunder berupa time series tahun 2003−2010 yaitu
data Pajak Penghasilan Orang Pribadi, jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan
PDRB.
Hasil penelitian menunjukkan, secara simultan (bersama) variabel-variabel
independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yang
ditunjukkan dengan nilai probabilitas F hitung 0,001457 yang lebih kecil dari
0,05. Sedangkan secara parsial (individu) variabel-variabel independen
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen. Variasi variabel-
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 92,6 persen.

Kata kunci : Pajak, Pajak Penghasilan, Wajib Pajak Orang Pribadi, Produk
Domestik RegionalcBom
rum
toit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan sumber pemasukan utama APBN yang digunakan untuk

membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran

pembangunan. Pajak bertujuan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat

melalui perbaikan dan peningkatan pelayanan publik. Alokasi pajak tidak hanya

untuk rakyat pembayaran pajak, tetapi juga untuk kepentingan rakyat yang tidak

wajib membayar pajak. Dengan demikian, pajak berfungsi mengurangi

kesenjangan antar penduduk sehingga pemerataan kesejahteraan bias tercapai.

Hampir dalam setiap proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh

pemerintah selalu didengungkan bahwa proyek yang dibangun dibiayai dari dana

pajak yang telah dikumpulkan dari masyarakat. Untuk itu, diharapkan

masyarakat juga menjaga proyek yang ada untuk dapat dipakai bagi kepentingan

bersama. Berkaitan dengan itu sudah selayaknya apabila setiap individu dalam

masyarakat dapat memahami dan mengerti akan arti dan pentingnya peran pajak

dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih nyata lagi, ketika masyarakat menjalankan kehidupan sehari-hari,

sering kali tidak disadari bahwa sebenarnya masyarakat telah menikmati dan

memanfaatkan sarana dan prasarana umum yang tersedia seperti sarana

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

transportasi, komunikasi, pendidikan, kesehatan, keamanan, hukum, dan sarana

kegiatan lainnya yang mendukung kegiatan sehari-hari.

Penyediaan sarana dan prasarana publik yang dimanfaatkan hanya dapat

tersedia karena peran pemerintah yang membutuhkan pengorbanan besar

mengumpulkan dana guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kemakmuran generasi mendatang sangat tergantung pada investasi generasi

sekarang ini berupa penyediaan segala macam sarana dan prasarana yang

dibutuhkan untuk menggerakkan roda perekonomian. Semua sarana dan

prasarana umum tersebut hanya dapat tersedia bila ada pajak.

Hanya melalui sumber pembiayaan dari pajak maka negara dapat

menyediakan sarana dan prasarana untuk masyarakatnya. Swasta tidak mungkin

bisa melakukan apa yang dapat dilakukan oleh negara, karena konsep bisnis atau

usaha yang dilakukan swasta hanya untuk kepentingan sekelompok mereka saja.

Untuk itu pembayaran pajak yang kita lakukan adalah untuk meningkatkan

tingkat kehidupan generasi mendatang. Dengan kata lain kemajuan suatu bangsa

amat ditentukan melalui kesadaran memahami dan membayar pajak dengan

benar.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam APBN yang dibuat oleh pemerintah

terdapat dua sumber penerimaan yang menjadi pokok andalan, yaitu :

1. Penerimaan dari sektor pajak, meliputi pajak dalam negeri dan pajak

perdagangan internasional; dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Penerimaan dari sektor non pajak, meliputi penerimaan SDA, bagian laba

BUMN, PNBP lainnya dan pendapatan BLU.

Dari kedua sumber penerimaan di atas, penerimaan dari sektor pajak

ternyata merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar negara. Dari tahun ke

tahun dapat dilihat bahwa penerimaan pajak terus meningkat dan memberi andil

yang besar dalam penerimaan negara. Penerimaan dari sektor pajak selalu

dikatakan primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Sedangkan

penerimaan dari sektor non pajak terutama penerimaan SDA migas, yang dahulu

selalu menjadi andalan penerimaan negara, sekarang ini sudah tidak bisa

diharapkan sebagai sumber penerimaan keuangan negara terus-menerus karena

siftnya yang tidak dapat diperbarui. Penerimaan migas pada suatu waktu akan

habis sedangkan pajak selalu dapat diperbarui sesuai dengan perkembangan

ekonomi dan masyarakat itu sendiri.

Sebagai gambaran, di bawah ini disajikan perbandingan besarnya sumber

penerimaan negara dari sektor pajak, dibandingkan dengan penerimaan dari

sektor non pajak dalam kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2010.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel I.1 Perbandingan Penerimaan Pajak dan Non Pajak Tahun 2005−2010
(dalam milyar rupiah)

Tahun Volume APBN Pajak Non Pajak Persentase Persentase


(1) (2) (3) (4) (3 : 2) = (5) (4 : 2) = (6)
2005 493.919,6 347.031,1 146.888,5 70,26 29,73
2006 636.153,2 409.203,0 226.950,2 64,32 35,67
2007 706.108,3 490.988,6 215.119,7 69,53 30,46
2008 979.305,4 658.700,8 320.604,6 67,26 32,74
2009 984.786,5 725.843,0 258.943,6 73,70 26,29
2010 910.054,3 729.165,2 180.889,0 80,12 19,88
Sumber : Data Pokok APBN Tahun 2005-2010

Data di atas menunjukkan bahwa peran penerimaan pajak dalam mengisi

kas APBN dalam rangka pembangunan nasional amat penting dan sangat

strategis. Besarnya peranan pajak yang demikian kiranya perlu ditanamkan

dalam diri setiap orang agar dalam pelaksanaan pembayaran pajak yang telah

dilakukan menjadi satu kebanggaan tersendiri karena telah memberikan

kontribusinya dalam pembangunan nasional. Peranan pajak sangat diperlukan

dalam rangka pembangunan.

Untuk lebih mengoptimalkan penerimaan negara di sektor perpajakan,

berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya adalah dengan

Tax Reform (Penyempurnaan Undang-Undang Perpajakan) sejak tahun 1983,

1991, 1994, 2000, kemudian di ubah lagi pada tahun 2008. Karena sejalan

dengan adanya perkembangan perekonomian, Undang-Undang Perpajakan yang

lama ternyata tidak sesuai lagi dengan sosial ekonomi masyarakat Indonesia baik

dari sisi kegotongroyongan nasional maupun dari laju pembangunan nasional

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang telah dicapai, juga belum dapat menggerakkan peran dari semua lapisan

Subjek Pajak dalam menghasilkan penerimaan Negara.

Melalui reformasi perpajakan pada tahun 1983 sistem perpajakan di

Indonesia telah berubah dari official assesment system menjadi self assesment

system. Di mana dalam official assessment system wewenang untuk menentukan

besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak terletak pada fiskus atau aparat

pajak. Wajib Pajak bersifat pasif, jadi fiskuslah yang lebih aktif mencari Wajib

Pajak dan menentukan berapa jumlah pajak yang harus dibayar, sedangkan dalam

self assessment system Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk, menentukan,

menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri jumlah pajak

yang harus dibayar kepada Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak terdaftar

(Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan). Pada self assessment system, penerapan sistem ini bukan berarti

Wajib Pajak diberi kebebasan penuh untuk memenuhi kewajiban pajak

semaunya, sebab di dalam Undang-Undang telah diatur mekanisme kontrol serta

sanksi-sanksi bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya

secara benar dan tepat waktu. Penerimaan dari sektor pajak memiliki kontribusi

besar terhadap penerimaan kas negara, oleh karena itu perlu dioptimalkan

penerimaannya.

Dengan demikian penulisan skripsi ini secara lengkapnya ditulis dengan

judul Analisis Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Wajib Pajak Orang

Pribadi di Kota/Kabupaten Madiun.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Rumasan Masalah

Sejalan dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap

penerimaan Pajak Penghasilan pada Wajib Pajak Orang Pribadi di

Kota/Kabupaten Madiun?

2. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap penerimaan Pajak Penghasilan pada

Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota/Kabupaten Madiun?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka

tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah wajib pajak terhadap penerimaan Pajak

Penghasilan pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota/Kabupaten Madiun.

2. Untuk mengetahui pengaruh PDRB terhadap penerimaan Pajak Penghasilan

pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota/Kabupaten Madiun.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menambah wawasan, baik penulis sendiri, maupun pemerhati pajak

terutama di dalam menganalisa variabel-variabel yang mempengaruhi

penerimaan Pajak Penghasilan pada Wajib Pajak Orang Pribadi.

2. Sebagai bahan studi, tambahan ilmu pengetahuan dan refernsi bagi

mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Jurusan Ekonomi Pembangunan

yang ingin melakukan penelitian sejenis di masa yang mendatang.

3. Sebagai masukan bagi Kantor Pelayanan Pratama Madiun mengenai variable-

variabel yang dapat mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan pada Wajib

Pajak Orang Pribadi di Kota/Kabupaten Madiun.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pajak (Tax)

a. Definisi Pajak

Secara umum definisi pajak lebih dikenal sebagai pungutan yang

harus dibayar oleh induvidu kepada pemerintah yang dapat dipaksakan

berdasarkan undang-undang, di mana hal ini individu pembayar pajak tidak

memiliki kontraprestasi secara langsung atas pungutan yang dibayarnya,

atas pajak yang dibayarnya digunakan untuk kepentingan publik.

Menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H dalam bukunya Dasar-

Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, pajak adalah iuran rakyat

kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung

dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

umum.

Menurut S. I. Djajadiningrat dalam buku Pajak Penghasilan, pajak

sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas negara

yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan

kedudukan tertentu serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbale

balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara

langsung.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengertian pajak menurut Prof. Edwin R. A. Seligman dalam buku

Essay in Taxation yang diterbitkan di Amerika menyatakan: Tax is

compulsory contribution from the person, to the government to depray the

expenses incurred in the common interest of all, without reference to

special benefit conffered.

Pengertian pajak menurut Mr. Dr. N. J. Feldman dalam buku De

Over Heidsmiddelen Van Indonesia (terjemahan) : Pajak adalah prestasi

yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut

norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya

kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-

pengeluaran umum.

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. M.H.J. Smeets dalam buku De

Economische Betekenis Belastingen (terjemahan): Pajak adalah prestasi

kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan dapat

dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam

hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran

pemerintah.

b. Fungsi Pajak Dalam Suatu Negara

Menurut Mardiasmo (2003), pajak mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah yang

diperuntukkan membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

2) Fungsi Mengatur (Regulerer)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengukur atau melaksanakan

kebijakan pemerintah di bidang sosial dan ekonomi.

Berdasarkan fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa pajak sebagai

fungsi penerimaan merupakan sumber dana utama bagi penerimaan dalam

negeri jadi kontribusi terhadap pembanguna juga cukup besar, maka

tidaklah heran pemungutan atas pajak bisa dipaksakan kepada orang-orang

yang memang wajib dikenakan pajak tentunya kesemuanya sudah diatur

dalam undang-undang. Dalam fungsi mengatur pajak yaitu pajak sebagai

alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam

bidang sosial ekonomi, misalnya dengan rendahnya tarif pemungutan pajak

maka bisa mendorong investasi.

c. Pendekatan Pajak

Pajak sebagai objek studi dapat didekati dari berbagai segi, antara lain :

1) Segi Ekonomi, dalam pendekatan ini, pajak-pajak akan dinilai dalam

fungsinya dan dikaji dampaknya terhadap masyarakat, penghasilan

seseorang, pola konsumsi, harga pokok, permintaan dan penawaran.

2) Segi Pembangunan, dalam pendekatan ini, pajak-pajak akan dinilai

dalam fungsinya dan dikaji dampaknya terhadap pembangunan. Pajak

baru bermanfaat terhadap pembangunan kalau jumlah pajak lebih besar

dari pengeluaran rutin sehingga terdapat public saving yang dapat

digunakan untuk pembangunan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

3) Segi Penerapan Praktis, dalam pendekatan ini yang diutamakan

adalah penerapannya, siapa yang dikenakan, apa yang dikenakan,

berapa besarnya, bagaimana cara menghitungnya, tanpa banyak

menghiraukan segi hukumnya termasuk kepastian hukumnya.

4) Segi Hukum, dalam pendekatan ini menitikberatkan pada perikatan

(verbintenis), hak dan kewajiban Wajib Pajak, Subjek Pajak dalam

hubungannya dengan Subjek hukum, hak penguasa untuk mengenakan

pajak, penagihan pajak dengan paksa, sanksi administratif maupun

sanksi pidana, penyidikan, pembukuan, soal keberatan, soal minta

banding, ordonansi kepatuhan, daluwarsa.

d. Teori Pembenaran Pemungutan Pajak

Menurut Suandy (2002), beberapa teori yang memberikan dasar

pembenaran (justification) untuk menjawab berbagai perdebatan yang ada

di kalangan para sarjana dan pemikir masalah pemungutan pajak mengenai

apakah negara dibenarkan memungut pajak dari rakyat? Teori tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Teori Asuransi

Negara dalam melaksanakan tugasnya, mencakup pula tugas

melindungi jiwa raga dan harta benda perseorangan. Oleh sebab itu,

negara disamakan dengan perusahaan asuransi, untuk mendapatkan

perlindungan warga negara membayar pajak sebagai premi. Teori ini


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

sudah lama ditinggalkan, sebab selain perbandingan ini tidak cocok

dengan kenyataan, yakni jika orang misalnya meninggal, kecelakaan

atau kehilangan, negara tidak akan mengganti kerugian seperti halnya

dalam asuransi. Di samping itu, tidak ada hubungan langsung antara

pembayaran pajak dengan nilai perlindungannya terhadap pembayar

pajak.

2) Teori Kepentingan

Menurut teori ini, pembayaran pajak mempunyai hubungan

dengan kepentingan individu yang diperoleh dari pekerjaan negara.

Makin banyak individu mengenyam atau menikmati jasa dari

pekerjaan pemerintah, makij besar juga pajaknya. Meskipun teori ini

masih belum berlaku pada retribusi sukar juga dipertahankan, sebab

seorang miskin dan penganggur yang memperoleh bantuan dari

pemerintah menikmati banyak sekali jasa dari pelerjaan negara, tetapi

mereka justru tidak membayar pajak.

3) Teori Daya Pikul/Teori Gaya Pikul

Teori ini mengemukakan bahwa pemungutan pajak harus sesuai

dengan kekuatan membayar dari si Wajib Pajak (individu-individu).

Jadi, tekanan semua pajak harus sesuai dengan daya pikul si Wajib

Pajak dengan memperhatikan pada besarnya penghasilan dan

kekayaan, juga pengeluaran belanja si Wajib Pajak tersebut.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

Kelemahan teori ini adalah sulitnya menentukan secara tepat

daya pikul seseorang, karena akan berbeda-beda dan selalu berubah.

Teori ini diterapkan dalam Pajak Penghasilan, di mana Wajib Pajak

baru dikenakan Pajak Penghasilan tetapi nmemperoleh penghasilan

melebihi dari Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

4) Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti

Teori ini didasari paham organisasi negara (Organische

Staatsleer) yang mengajarkan bahwa negara sebagai organisasi

mempunyai tugas untuk menyelenggarakan kepentingan umum.

Negara harus mengambil tindakan atau keputusan yang diperlukan

termasuk keputusan di bidang pajak. Dengan sifat seperti ini, maka

negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak dan rakyat

harus membayar pajak sebagai tanda baktinya. Menurut teori ini, dasar

hukum pajak terletak pada hubungan antara rakyat dengan negara, di

mana negara berhak memungut pajak dan rakyat berkewajiban

membayar pajak. Kelemahan teori ini adalah negara bisa menjadi

otoriter sehingga mengabaikan aspek keadilan dalam pemungutan

pajak.

5) Teori Daya Beli

Teori ini adalah teori modern, teori ini tidak mempersoalkan asal

mula negara memungut pajak melainkan banyak melihat kepada


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

“efeknya” dan memandang efek yang baik itu sebagai dasar

keadilannya. Menurut teori ini maka fungsi pemungutan pajak jika

dipandang sebagai gejala dalam masyarakat, yaitu mengambil daya

beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara dan

kemudian memelihara hidup masyarakat dan membawanya ke arah

tertentu.

Teori ini mengajarkan bahwa menyelenggarakan kepentingan

masyarakat inilah yang dapat dianggap sebagai dasar keadilan

pemingutan pajak, bukan kepentingan individu, maupun kepentingan

negara, melainkan kepentingan masyarakat yang meliputi keduanya

itu. Teori ini menitikberatkan ajarannya pada fungsi dari pemungutan

pajak, yakni fungsi mengatur.

e. Yurisdiksi Pemungutan Pajak

Yurisdiksi pemungutan pajak merupakan salah satu cara pemungutan

pajak yang didasarkan pada tempat tinggal seseorang atau berdasarkan

kebangsaan seseorang atau berdasarkan sumber di mana penghasilan

diperoleh. Yurisdiksi yang dimaksud adalah batas kewenangan yang dapat

dilakukan oleh suatu negara dalam memungut pajak terhadap warga

negaranya, agar pemungutannya tidak berulang-ulang yang bisa

memberatkan orang yang dikenakan pajak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

1) Asas Tempat Tinggal

Merupakan suatu asas pemungutan pajak berdasarkan domisili

seseorang. Suatu negara hanya dapat memungut pajak terhadap semua

orang yang berdomisili di negara yang bersangkutan atas seluruh

penghasilan di manapun diperoleh, tanpa memperhatikan apakah orang

yang bertempat tinggal tersebut warga negaranya atau warga negara

asing.

2) Asas Kebangsaan

Merupakan suatu asas pemungutan pajak yang didasarkan pada

kebangsaan suatu negara. Suatu negara akan memungut pajak kepada

setiap orang yang mempunyai kebangsaan atas negara yang

bersangkutan sekalipun orang tersebut tidak bertempat tinggal di

negara yang bersangkutan.

3) Asas Sumber

Merupakan suatu asas pemungutan pajak yang didasarkan pada

sumber atau tempat penghasilan berada. Apabila suatu sumber

penghasilan berada di suatu negara maka negara tersebut berhak

memungut pajak kepada setiap orang yang memperoleh penghasilan

dari tempat atau sumber penghasilan tersebut berada.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

f. Asas-asas Pemungutan Pajak

Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam

Smith dalam buku An Inquiri into the Nature and Cause of the Wealth of

Nations (Waluyo, 2009) menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya

didasarkan pada asas-asas berikut:

1) Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu

dikenakan karena kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan

kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan

manfaat yang diterima. Adil yang dimaksudkan bahwa setiap Wajib

Pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding

dengan kepentingan dan manfaat yang diminta.

Asas keadilan dalam prinsip perundang-undangan perpajakan

maupun dalam hal pelaksanaannya harus dipegang teguh, walaupun

keadilan itu sangat relatif. Menurut Richard A. Musgrave dan Peggy

B. Musgrave dalam buku Public Finance in Theory and Practice

terdapat dua macam asas keadilan pemungutan pajak yaitu Benefit

Principle dan Ability Principle.

1) Certainty

Penetapan pajak tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh

karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu

pembayaran.

2) Convenience

Kapan Wajib Pajak harus membayar pajak sebaiknya sesuai

dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak sebagai contoh

pada saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan

ini disebut pay as you earn.

3) Economy

Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan

kewajiban bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin,

demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.

b. Cara Pemungutan Pajak

Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu

sebagai berikut:

1) Stelsel nyata (riil stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang

nyata sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir

Tahun Pajak, yakni setelah penghasillan sesungguhnya telah dapat

diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

realistis, sedangkan kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan

pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).

2) Stelsel anggapan (fictive stelsel)

Pengenaan pajak pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-

undang. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dibayar selama satu

tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelemahannya

adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang

sesungguhnya.

3) Stelsel campuran (accrual stelsel)

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel

anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu

anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan

dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut

kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan maka Wajib

Pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula jika lebih kecil,

maka kelebihannya dapat diminta kembali.

Kelemahan stelsel campuran adalah adanya tambahan pekerjaan

administrasi karena penghitungan pajak dilakukan dua kali yaitu pada

awal dan akhir tahun apajak atau periode pajak. Kelebihannya adalah

pemungutan pajak sudah dapat dilakukan pada awal tahun

pajak/periode pajak, dan besarnya pajak yang dipungut sesuai dengan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

besarmya pajak yang sesungguhnya terutang karena dilakukan

perhitungan kembali pada akhir tahun setelah penghasilan yang

sesungguhnya diketahui.

c. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu :

1) Self Assesment System

Dalam sistem ini, Wajib Pajak diberi kepercayaan oleh

pemerintah untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan

melaporkan pajak yang terutang. Sedangkan fiskus hanya berperan

untuk mengawasi.

2) Official Assesment System

Dalam sistem ini, fiskus berperan aktif dalam menghitung dan

menetapkan besarnya pajak yang terutang.

3) Witholding System

Dalam sistem ini, pihak ketiga diberikan tanggung jawab untuk

menghitung, menetapkan, menyetor dan melaporkan pajak yang sudah

dipotong/dipungut. Sistem perpajakan ini lebih sering disebut sebagai

pemotongan/pemungutan pajak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

i. Pembagian Pajak

Pembagian pajak menurut Tjahjono dan Husein (2000), dapat

digolongkan menurut golongan, sifat, dan lembaga pemungutnya. Lebih

rincinya adalah sebagai berikut:

1) Menurut golongan

a) Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendiri

oleh Wajib Pajak yang bersangkutan, tidak boleh dilimpahkan

kepada orang lain. Dalam pengertian administratif, pajak langsung

adalah pajak yang dipungut secara berkala. Contoh : Pajak

Penghasilan.

b) Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat

dilimpahkan kepada pihak lain ketiga atau konsumen. Dalam

pengertian administratif, pajak tidak langsung adalah pajak yang

dipungut setiap terjadi peristiwa atau perbuatan yang

menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan

barang, pembuatan akte. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai, bea

materai, bea balik nama.

2) Menurut sifatnya

a) Pajak Subjektif adalah pajak yang pertama-tama memperhatikan

keadaan pribadi Wajib Pajak. Dalam menetapkan pajaknya harus

ditemukan alasan-alasan yang objektif yang berhubungan erat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

dengan keadaan materialnya, yaitu yang disebut gaya pikul.

Menurut Damste dalam Brotodihardjo (2005), gaya pikul adalah

suatu akibat dari beberapa komponen, terutama pendapatan,

kekayaan, susunan keluarga dari Wajib Pajak, dengan mengingat

faktor-faktor yang mempengaruhi keduanya.

b) Pajak Objektif adalah pajak yang pertama-tama melihat kepada

objeknya baik itu berupa benda, dapat pula berupa keadaan,

perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya

kewajiban membayar, kemudian barulah dicari subjeknya (orang

atau badan hukum) yang bersangkutan langsung, dengan tidak

mempersoalkan apakah subjek pajak ini berkediaman di Indonesia

atau tidak.

3) Menurut lembaga pemungut

a) Pajak Negara (Pajak Pusat) adalah pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat yang penyelengaraannya dilaksanakan oleh

Departemn Keuangan dan hasilnya akan digunakan untuk

pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya. Pajak pusat

yang dikelola antara lain :

1. Pajak Penghasilan (PPh);

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN);

3. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM);

4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

5. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); dan

6. Bea Materai.

b) Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

seperti Proponsi, Kota atau Kabupaten yang penyelenggaraannya

dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Daerah berdasarkan

peraturan daerah masing-masing dan hasilnya digunakan untuk

pembiayaan rumah tangga daerah masing-masing. Pajak yang

dikelola antara lain :

Tabel II.1 Pajak Daerah

Daerah Tk.I/Propinsi Daerah Tk.II/Kota/Kabupaten


1. Pajak kendaraan bermotor. 1. Pajak hotel.
2. Bea Balik Nama (BBN) kendaraan 2. Pajak reklame.
bermotor. 3. Pajak restoran.
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan 4. Pajak hiburan.
Bermotor dan Kendaraan Air. 5. Pajak penerangan jalan.
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan 6. Pajak pengambilan bahan galian
Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. golongan C.

j. Tarif Pajak

Salah satu unsur yang menentukan rasa keadilan dalam pemungutan

pajak bagi Wajib Pajak adalah tarif pajak yang besarnya harus dicantumkan

dalam undang-undang pajak. Besarnya tarif dalam undang-undang pajak

tidak selalu ditentukan secara nilai persentase tapi bisa dengan nilai

nominal, seperti diuraikan di bawah ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

1) Tarif Progresif (Meningkat)

Tarif progresif adalah tarif pemungutan pajak yang

persentasenya semakin besar bila jumlah yang dijadikan dasar

pengenaan pajak juga semakin besar. Contoh tarif Pajak Penghasilan

Tahun Pajak 2006 yang berlaku di Indonesia, yaitu sebagai berikut :

Tabel II.2 Tarif Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun Pajak 2000

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


Sampai dengan Rp 25.000.000 5%
Di atas Rp 25.000.000 sampai dengan Rp 50.000.000 10%
Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 15%
Di atas Rp 100.000.000 sampai dengan Rp 200.000.000 25%
Di atas Rp 200.000.000 35%
Sumber : Wirawan B. Ilyas, Hukum Pajak Edisi Ketiga, 2007

Tabel II.3 Tarif Untuk Wajib Pajak Badan dan Bentuk Usaha Tetap Tahun
Pajak 2000

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


Sampai dengan Rp 50.000.000 10%
Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 15%
Di atas Rp 100.000.000 30%
Sumber : Wirawan B. Ilyas, Hukum Pajak Edisi Ketiga, 2007

Dengan tarif progresif maka jumlah pajak yang terutang mejadi

semakin besar sesuai dengan kenaikan tarif dan besarnya jumlah yang

dijadikan dasar pengenaan pajak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

2) Tarif Degresif (Menurun)

Tarif degresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasinya

semakin kecil bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak

semakin besar. Sekalipun persentasinya kecil, tidak berarti jumlah

pajak yang terutang menjadi kecil, tetapi bisa menjadi besar. Tarif ini

tidak pernah digunakan dalam praktik perundang-undangan.

3) Tarif Proporsional

Tarif proporsional adalah tarif pemungutan pajak yang

menggunakan persentase tetap tanpa memperhatikan jumlah yang

dijadikan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian semakin besar

jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak, akan semakin besar pula

jumlah pajak terutang (yang harus dibayar). Tarif ini diterapkan dalam

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 (Undang-Undang PPN) yang

menggunakan tarif proporsional sebesar 10%.

4) Tarif Tetap

Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya

tetap tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan

pajak. Tarif ini diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun

1985 tentang Bea Materai. Dalam Undang-Undang Bea Materai, tarif

yang digunakan adalah Bea Materai dengan nilai nominal sebesar Rp

500 dan Rp 1.000. Nilai nominal dalam perkembangannya selalu


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

berubah-ubah. Berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1995 tarif Bea Materai

di atas dinaikkan menjadi Rp 1.000 dan Rp 2.000 yang selanjutnya

dengan PP Nomor 24 Tahun 2000 tarifnya dinaikkan lagi menjadi Rp

3.000 dan Rp 6.000.

k. Kedudukan Hukum Pajak dalam Tata Hukum Nasional

Sistematika dasar yang selalu dipergunakan dalam mempelajari ilmu

hukum tidak terlepas dari bagaimana tata hukum yang ada di dalam ilmu

hukum itu sendiri. Sistematika umum yang digunakan adalah sebagai

berikut :

HK. ADM TANTRA/ HUKUM PAJAK


HK. ADM NEGARA
HUKUM TANTRA/
HUKUM NEGARA HK. TATA TANTRA/
HK. TATA NEGARA
HUKUM
PERDATA
HUKUM PERDATA
MATERIAL
HUKUM HUKUM
PERDATA HUKUM PERDATA HUKUM
FORMAL PIDANA

HUKUM PIDANA
MATERIAL
HUKUM PIDANA
HUKUM PIDANA
FORMAL

Gambar 2.1 Sistematika Dasar Tata Hukum

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

Melihat sistematika dasar tata hukum di atas, maka letak Hukum

Pajak berada dalam tata hukum nasional kita. Dalam literature ternyata

Hukum Pajak merupakan bagian dari Hukum Administrasi Negara, yang

merupakan segenap peraturan hukum yang mengatur segala cara kerja dan

pelaksanaan serta wewenang dari lembaga-lembaga negara serta

aparaturnya dalam melaksanakan tugas administrasi.

Sekalipun kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum

administrasi negara, dalam pengaturan materinya banyak memiliki

kesamaan dengan hukum perdata dan hukum pidana, istilah-istilah yang

digunakan, penafsiran yang digunakan, dan sanksi-sanksi yang digunakan

banyak mengambil dari hukum perdata dan hukum pidana.

l. Perkembangan Penerimaan Pajak Dalam Negeri

Penerimaan pajak dalam negeri menjadi sumber utama apabila

kemandirian pembiayaan negara yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia

benar-benar ingin direalisasikan. Untuk itu penerimaan pajak yang

merupakan salah satu komponen penerimaan dalam negeri harus

ditingkatkan peranannya karena pajak merupakan sumber penerimaan

utama yang merefleksikan praktek demokrasi yang paling mendasar yaitu

peran serta rakyat dalam ikut membiayai negara dalam pemerintahannya.

Dalam rangka ini, Direktorat Jenderal Pajak telah berupaya untuk terus

meningkatkan peranan pajak yang menjadi tanggung jawabnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

2. Pajak Penghasilan (PPh)

a. Definisi Penghasilan

Definisi penghasilan menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2000 adalah: Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah

kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk

apapun.

b. Definisi Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan Undang-Undang Nomor 10

tahun 1994 yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 17

tahun 2000 dijelaskan bahwa Pajak Penghasilan (PPh) adalah suatu

pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan

atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak

untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan

bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.

c. Dasar Hukum Pajak Penghasilan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan yang disahkan pada tanggal 31 Desember 1983 sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1991 tanggal 30

Desember 1991 sebagai perubahan pertama, Undang-Undang No.10 Tahun


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

1994 tanggal 9 November 1994 sebagai perubahan kedua, Undang-Undang

No.17 Tahun 2000 tanggal 2 Agustus 2000 sebagai perubahan ketiga dan

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tanggal 23 September 2008 sebagai

perubahan keempat.

d. Subjek Pajak Penghasilan

Subjek Pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh undang-

undang untuk dikenakan pajak. Pajak Penghasilan dikenakan terhadap

Subjek Pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau

diperbolehnya dalam Tahun Pajak.

Yang menjadi subjek pajak adalah sebagai berikut:

1) Orang pribadi;

2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak;

3) Badan; dan

4) Bentuk usaha tetap.

Warisan yang belum terbagi satu kesatuan merupakan subjek pajak

pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.

Penunjukkan ini dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang

berawal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

Bentuk usaha tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan

oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak

Penghasilan, Subjek Pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Subjek Pajak Dalam Negeri

Subjek pajak dalam negeri adalah : (i) Orang pribadi yang

bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi di Indonesia lebih

dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang

dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niatan

untuk bertempat tinggal di Indonesia; (ii) Badan yang didirikan atau

bertempat kedudukan di Indonesia; dan (iii) Warisan yang belum

terbagi sebagai suatu kesatuan, menggantikan yang berhak.

2) Subjek Pajak Luar Negeri

Subjek pajak luar negeri adalah: (i) Orang pribadi yang tidak

bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari

183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan

dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia atau melakukan kegiatan

melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia; (ii) Orang pribadi yang

tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak

lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan; dan (iii) Badan yang

tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha

Tetap.

e. Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari

Indonesia maupun luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi dan

menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan

dalam bentuk apapun.

Dilihat dari mengalirnya tambahan kemempuan ekonomis kepada

Wajib Pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu :

1) Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas

seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris,

aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya;

2) Penghasilan dari usaha dan kegiatan;

3) Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak

gerak, seperti bunga deviden, royalty, sewa, dan keuntungan penjualan

harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha; dan

4) Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.

Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untuk

konsumsi dan dapat pula ditabung untuk menambah kekayaan Wajib Pajak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

Karena Undang-Undang ini menganut pengertian penghasilan yang luas,

maka semua jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu

tahun pajak digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak.

Namun, tidak semua penghasilan merupakan objek pajak.

Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak, yaitu:

1) Bantuan atau sumbangan bersifat wajib diterima oleh badan

keagamaan yang pendiriannya dibentuk atau disahkan oleh pemerintah

dan diterima oleh yang berhak;

2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan dan badan sosial

lainnya, sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan

atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

3) Warisan;

4) Harta termasuk setoran tunai sebagai pengganti saham atau penyertaan

modal;

5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa,

yang diterima dalam bentuk natura atau kenikmatan dari Wajib Pajak

atau Pemerintah;

6) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi;

7) Deviden atau bagian laba yang diterima PT sebagai WP dalam negeri,

koperasi, BUMN/D, dari penyertaan modal pada badan usaha yang

didirikan di Indonesia dengan syarat tertentu;

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

8) Iuran yang diterima oleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan Menteri Keuangan;

9) Penghasilan yang diterima oleh dana pensiun dalam bidang tertentu

yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

10) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham, persekutuan,

perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegsng unit penyertaan

kontrak investasi kolektif;

11) Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura berupa bagian

laba dari badan usaha yang didirikan dan menjalankan usah di

Indonesia dengan syarat tertentu;

12) Beasiswa yang memenuhi syarat tertentu yang diatur dengan Peraturan

Menteri Keuangan;

13) Sisa lebih yang diterima badan atau lembaga nirlama pendidikan dan

litbang yang telah terdaftar, yang ditanamakan kembali dalam bentuk

sarana prasarana pendidikan dan litbang dalam jangka waktu paling

lama 4 tahun yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan; dan

14) Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu yang diatur dengan

Peraturan Menteri Keuangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

f. Wajib Pajak Penghasilan

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi

kewajiban pajak subjektif dan objektif. Subjek pajak dalam negeri menjadi

wajib pajak apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan yang

besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Sedangkan

subjek pajak luar negeri sekaligus menjadi wajib pajak, sehubungan dengan

penghasilan yang diterima dari sumber penghasilan yang berasal dari

Indonesia atau diperoleh melaluibentuk usaha tetap di Indonesia.

Wajib Pajak penghasilan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Wajib

Pajak Orang Pribadi/Perorangan dan Wajib Badan. Keterangan tentang

Wajib Pajak Penghasilan dapat dilihat pada Tabel II.4.

Tabel II.4 Wajib Pajak Penghasilan

Wajib Pajak Orang Pribadi Wajib Pajak Badan


 Orang yang berada di Indonesia lebih  Perseroan Terbatas (PT),
dari 183 hari dalam jangka 12 bulan  Perseroan Komanditer (CV),
atau Orang yang dalam satu tahun  Persekutuan,
pajak berada di Indonesia serta berniat  Firma (Fa),
untuk tinggal di Indonesia.  Kongsi,
 Karyawan/karyawati yang memperoleh  Koperasi,
penghasilan di luar penghasilan  Yayasan atau Lembaga,
sehubungan dengan penghasilan dan  Perseroan atau Perkumpulan lainnya,
pekerjaannya.
 Badan Usaha Milik Negara dan
 Orang-orang yang wajib Daerah, serta
menyampaikan laporan pajak pribadi
 Bentuk Usaha Tetap di Indonesia
(LP2P) serta kuasa (trustee) atas
oleh Badan atau Perusahaan yang
warisan yang terbagi.
tidak didirikan atau berkedudukan di
Indonesia (Weston and Copeland,
1995).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

g. Tarif Pajak Penghasilan


Tarif PPh dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak yang mana wajib

pajak orang pribadi dan badan diterapkan tarif berbeda. Penghasilan Kena

Pajak adalah dasar penghitungan untuk menentukan besarnya PPh yang

terutang. Penghasilan Kena Pajak diperoleh dari pengurangan antara

penghasilan bruto dengan pengurang penghasilan bruto yang

diperkenankan oleh Undang-Undang Perpajakan. Adapun tarif PPh adalah

sebagai berikut :

1) Wajib Pajak Orang Pribadi

Tabel II.5 Tarif Wajib Pajak Orang Pribadi

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif


Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%
Di atas Rp 50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000,- 10%
Di atas Rp 250.000.000,- s.d. Rp 500.000.000,- 25%
Di atas Rp 500.000.000,- 30%
Sumber : Bidang P2 Humas Kanwil DJP Jatim II, Mengenal Pajak Lebih Dekat,
2010

2) Wajib Pajak Badan

Tarif tunggal sebesar 28% berlaku untuk tahun 2009, sedangkan

mulai tahun pajak 2010 tarifnya sebesar 25%.

Ketentuan khusus/fasilitas bagi Wajib Pajak Badan, yaitu :

a) WP Badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka

yang paling sedikit 40% dari seluruh saham disetor

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi

persyaratan tertentu, memperoleh tarif 5% lebih rendah dari

tariff yang berlaku, yang selanjutnya diatur dengan Peraturan

Pemerintah;

b) WP Badan dalam negeri dengan omset sampai dengan Rp 50

Milyar, mendapat fasilitas pengurangan tarif sebesar 50%

dari tarif yan berlaku yang dikenakan atas Penghasilan Kena

Pajak dari bagian omset sampai dengan Rp 4,8 Milyar.

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kegiatan ekonomi secara garis besarnya dapat dikelompokkan ke

dalam kegiatan memproduksi dan kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa.

Unit-unit produksi memproduksi barang dan jasa, dan dari kegiatan

memproduksi ini timbul pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi

yang telah dimiliki oleh berbagai golongan dalam masyarakat, sehingga dari

pendapatan ini masyarakat dapat membeli barang dan jasa untuk keperluan

konsumsi maupun investasi.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai

jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu

wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang

dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun yang berarti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

termasuk kenaikan harga-harga ikut dihitung, sedangkan PDRB atas dasar

harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, dimana penghitungan

ini menggunakan tahun 2000.

PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran

dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Angka-angka PDRB dapat

dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu :

a. Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa

akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu

region/wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-

unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi 9 kelompok lapangan usaha,

yaitu :

1) Pertanian;

2) Pertambangan dan penggalian;

3) Industri olahan;

4) Listrik, gas dan air bersih;

5) Konstruksi;

6) Perdagangan, hotel, dan restoran;

7) Pengangkutan dan komunikasi;

8) Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan

9) Jasa-jasa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

b. Menurut pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang

diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi

dalam suatu region/wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor

produksi yang dimaksud adalah upah/gaji, sewa tanah, bunga modal dan

keuntungan, sebelum dipotong Pajak Penghasilan dan pajak langsung

lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak

tak langsung netto. Jumlah semua komponen perdapatan ini per sektor

disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu, PDRB

merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha).

c. Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah semua komponen

pengeluaran akhir seperti pengeluaran konsumsi rumah tangga dan

lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, perubahan stok dan ekspor

netto di suatu daerah atau wilayah dalam jangka waktu tertentu. Ekspor

yang dimaksud adalah jumlah nilai ekspor dikurangi jumlah nilai impor.

Semakin besar PDRB berarti pertumbuhan ekonomi suatu daerah

semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan proses

peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

Jadi dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses di mana

terjadi kenaikan PDRB. Semakin tinggi nilai PDRB suatu daerah, semakin

besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut (Thamrin, 2001). Bila

pertumbuhan ekonomi meningkat, maka pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat akan meningkat pula. Dengan naiknya pendapatan masyarakat,

maka tingkat konsumsi masyarakat akan meningkat pula, dan pada akhirnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

dapat meningkatkan penerimaan pajak. Di samping itu, semakin tinggi

pendapatan seseorang, maka akan semakin tinggi pula kemampuan seseorang

untuk membayar pajak (ability to pay).

PDRB dapat diturunkan ukuran-ukuran penting lainnya yaitu Income

Perkapita. Income Perkapita adalah ukuran-ukuran indikator ekonomi PDRB

dibagi dengan jumlah penduduk. Bila pendapatan perkapita meningkat maka

konsekuensinya adalah :

1) Semakin banyak penduduk yang terkena pajak karena memiliki pendapatan

di atas batas minimum bebas pajak.

2) Semakin tinggi tarif yang dikenakan terhadap pendapatan perkapita akan

mengakibatkan semakin tinggi penerimaan Pajak Penghasilan Orang

Pribadi yang diterima.

B. Penelitian Terdahulu

Nasution (2003), penelitian ini merupakan penelitian ex post facto yang

merupakan penelitian dari peristiwa yang sudah terjadi dan kemudian dirunut

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhinya dari berbagai sumber. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa potensi dan pertumbuhan penerimaan Pajak

Penghasilan (PPh) selama dasawarsa 1990-2000 diantaranya dipengaruhi baik

secara langsung maupun tidak langsung oleh faktor-faktor Produk Domestik

Bruto, jumlah Wajib Pajak, dan jumlah Kantor Pelayanan Pajak yang tersebar di

seluruh Indonesia. Pajak Penghasilan (PPh) berkembang secara signifikan sejalan

dengan pertumbuhan PDB dalam periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2000.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

Demikian pula jumlah Wajib Pajak yang terus meningkat dari jumlah 1.157.699

pada tahun 1990 menjadi 1.918.648 Wajib Pajak pada tahun 2000. Sejalan

dengan perkembangan tersebut factor penunjang keberhasilan penerima pajak

yaitu kantor KPP juga terus meningkat dari 122 KPP pada tahun 1990 menjadi

144 KPP pada tahun 2000.

Salip dan Wato (2006), penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak yang dilakukan di KPP

Jakarta Kebon Jeruk. Hasil pemeriksaan pajak secara nominal telah

meningkatkan penerimaan pajak, namun peningkatan penerimaan secara nominal

tersebut tidak diikuti oleh peningkatan yang signifikan pada rata-rata rasio Laba

Sebelum Pajak terhadap Penjualan (EBT) dan rata-rata penerimaan pajak

berdasarkan rasio Pajak Penghasilan terhadap Penjualan. Hal ini berarti bahwa

penerimaan Pajak Penghasilan Badan secara nominal diperoleh dari peningkatan

tambahan atas penjualan yang diikuti oleh pelaporan penjualan yang meningkat

pada tahun-tahun berikutnya.

Alena (2011), penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap tingkat penerimaan pajak di

Indonesia periode 2007 sampai dengan 2009. Hasil dari penelitian ini adalah

tingkat pertumbuhan Wajib Pajak Orang Pribadi mampu memberikan

peningkatan terhadap rasio kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dari tahun

sebelumnya. Pertumbuhan rasio kepatuhan yang tertinggi berada pada tahun

2008 sebesar 54,15% yang dari tahun sebelumnya hanya sebesar 33,08%, serta

mengalami pertumbuhan kembali di tahun 2009 menjadi 58,16%. Adanya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

hubungan positif antara kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap tingkat

penerimaan Pajak Penghasilan. Hasil analisis uji koefisien menunjukkan bahwa

rasio kepatuhan Wajib Pajaka Orang Pribadi memiliki hubungan positif searah

yaitu 63% dan memiliki pengaruh sebesar 40%.

Zakiah dan Hantoro (2008), penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

kondisi penagihan pajak, surat paksa pajak dan penerimaan Pajak Penghasilan

Badan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat, dan pengaruh

penagihan pajak dan surat paksa baik secara simultan maupun secara parsial

terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Badan pada KPP Pratama di lingkungan

Kanwil DJP Jakarta Pusat periode 2003 sampai dengan 2008. Hasil penelitian ini

yaitu bahwa penagihan pajak (variabel X1) dan surat paksa pajak (variabel X2)

berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Badan di

KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat yaitu penagihan pajak sebesar 15,10%

dan surat paksa pajak sebesar 8,78%. Adapun variabel yang paling besar

memberikan kontribusi pengaruh terhadap penerimaan PPh Badan adalah

penagihan pajak.

Herman (2007), tujuan riset ini adalah untuk mengetahui dampak

pertumbuhan ekonomi terhadap pungutan pajak terutama Pajak Penghasilan dan

Pajak Pertambahan Nilai periode tahun 1985 sampai dengan tahun 2005.

Berdasarkan hasil regresi, peningkatan PDB telah meningkatkan penerimaan PPh

dan PPN dengan hasil yang lebih besar. Berdasarkan pengujian data dari tahun

1983 sampai dengan 2005, ternyata menunjukkan korelasi yang sangat signifikan

dan elastisitas lebih besar dari satu. Akibatnya pengaruh kenaikan PDB akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

selalu diiringi oleh kenaikan penerimaan pajak, khususnya PPh dan PPN dengan

prosentase yang lebih tinggi.

Sari (2009), penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah self assesment

berpengaruh signifikan positif terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di KPP

Pratama Medan Barat periode 2005 samapai dengan 2008. Secara parsial diambil

kesimpulan bahwa Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai variabel

independen (X1) tidak berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Penghasilan.

Sedangkan Surat Setoran Pajak (SSP) sebagai variabel independen (X 2) PPh

Pasal 25 memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan.

Secara simultan dapat diambil kesimpulan bahwa NPWP dan SSP PPh Pasal 25

mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap penerimaan Pajak Penghasilan.

Munari (2005), tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

factor tax payer atau Wajib Pajak (kesadaran pajak, pendapat WP mengenai

beban tarif pajak, tax avoidance) dan pelaksanaan sanksi denda PPh Wajib Pajak

(secara parsial maupun simultan) terhadap Pajak Penghasilan di Kelurahan Sisir,

Kecamatan Batu, Malang. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa baik

secara parsial maupun simultan diduga kesadaran perpajakan Wajib Pajak,

pendapat Wajib Pajak tentang berat tidaknya beban PPh, persepsi Wajib Pajak

tentang pelaksanaan sanksi denda PPh dan Tax avoidance yang melekat pada WP

Orang Pribadi berpengaruh terhadap penerimaan PPh Kelurahan Sisir,

Kecamatan Batu, Malang.

Anonim (2010), penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui apakah

variable-variabel yang dianalisis yaitu inflasi dan pendapatan perkapita


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di wilayah

Propinsi Banten dengan periode waktu Januari 2005 sampai dengan Desember

2009. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka

dapat diambil kesimpulan, yaitu bahwa pengaruh variabel inflasi dan pendapatan

perkapita terhadap variabel penerimaan Pajak Penghasilan sebesar 94,2%,

sedangkan sisanya 5,8% (100%-94,2%) dipengaruhi oleh factor-faktor lain yang

tidak termasuk dalam penelitian. Secara parsial tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara inflasi dengan penerimaan PPh, sedangkan antara pendapatan

perkapita dengan penerimaan PPh terdapat pengaruh yang signifikan. Sedangkan

secara simultan, terdapat pengaruh yang signifikan antara dua variabel tersebut

terhadap penerimaan PPh.

Nasution (2008), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi, inflasi dan pendapatan perkapita terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Propinsi Sumatera Utara. Jenis

data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series tahun 2000-2007.

Hasil penelitian menunjukkan secata bersama-sama bahwa variabel independen

(jumlah Wajib Pajak, inflasi periode sebelumnya, dan pendapatan perkapita)

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (penerimaan Pajak

Penghasilan). Secara parsial, variabel pendapatan perkapita mempunyai pengaruh

positif, signifikan dan terbesar terhadap penerimaan Pajak Penghasilan. Variasi

variabel-vriabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 85,2%.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah penerimaan PPh di

Kota/Kabupaten Madiun dipengaruhi oleh jumlah WP OP yang terdaftar dan

PDRB di Kota/Kabupaten Madiun.

Jumlah Wajib Pajak


Orang Pribadi
Pajak Penghasilan
(PPh)

Produk Domestik
Regional Bruto

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian

D. Hipotesis

Diduga secara bersama-sama antara jumlah Wajb Pajak Orang Pribadi

(WP OP) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh). Masing-masing

variabel tersebut sebagai berikut.

1. Jumlah WP OP diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penerimaan Pajak Penghasilan pada Wajib Pajak Orang Pribadi di

Kota/Kabupaten Madiun.

2. PDRB diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan Pajak

Penghasilan pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota/Kabupaten Madiun.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk analisis kuantitatif

untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang dianalisis yaitu jumlah Wajib

Pajak Orang Pribadi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh

terhadap penerimaan Pajak Penghasilan pada Wajib Pajak Orang Pribadi tahun

2003 − 2010. Sedangkan penelitian ini dilakukan di Kota/Kabupaten Madiun

Propinsi Jawa Timur.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

berupa data tahunan yang mencakup tentang jumlah WP OP dan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Data sekunder adalah data yang diperoleh

dari hasil pengamatan dan pencatatan pada departemen atau instansi terkait,

jurnal, dan data penelitian lainnya. Analisis data dibuat secara time series dengan

rentang tahun 2003 – 2010.

Data tersebut diperoleh dari dokumen-dokumen yang berisi data statistik

yang diterbitkan oleh instansi terkait, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kota dan

Kabupaten Madiun, dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Madiun.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik

kepustakaan, di mana data yang digunakan adalah data sekunder. Pencarian data

terutama pada berbagai sumber atau instansi yang terkait pada penelitian ini.

D. Definisi Operasional Variabel

Beberapa variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini berfungsi

sebagai variabel dependen maupun variabel independen.

1. Variabel Terikat atau Dependen

Variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah Pajak

Penghasilan (PPh). Dalam hal ini yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan

(PPh) adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah

kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk

apapun.

2. Variabel Bebas atau Independen

Variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah :

1) Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi

Wajib Pajak Orang Pribadi adalah orang pribadi yang telah memenuhi

kewajiban pajak subjektif dan objektif.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

2) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai

jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu

wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

E. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan regresi linear berganda, karena penelitian ini dirancang untuk

meneliti pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Metode yang

digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS).

Analisis linier berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Adapun model regresi diformulasikan

sebagai berikut

Y = α + β1X1 + β2X2 + ei ................................................................(3.1)

Dimana : Y = Penerimaan Pajak Penghasilan (dalam juta rupiah)

α = Konstanta

β = Koefisien regresi

X1 = Jumlah wajib pajak orang pribadi (dalam jiwa)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

X2 = Produk Domestik Regional Bruto (dalam juta rupiah)

ei = Error

Selanjutnya untuk menganalisis model tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut :

1. Uji Statistik

a. Uji Signifikansi Parsial (uji t)

Uji parsial (uji t) merupakan uji secara individual dari semua

koefisien regresi untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikansi

variabel bebas terhadap variabel terikat.

Langkah pengujian :

1) Menentukan hipotesis

Ø H0 : β1, β2 = 0, berarti variabel independen secara individu (X) tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

Ø Hi : β1, β2 ≠ 0, berarti variabel independen secara individu (X)

berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

2) Menentukan nilai α

3) Melakukan perhitungan nilai t

Ø Nilai t tabel = tα/2 ; N – K ..............................................................(3.2)

Di mana : α = derajat signifikansi

N = jumlah sampel (banyaknya observasi)

K = banyaknya parameter

βi
Ø Nilai t hitung = ..................................................................(3.3)
Se (βi)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

Di mana :  i = koefisien regresi

S e  i  = standart error koefisien regresi

4) Kriteria pengujian

H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak

− tα/2 ; N – K tα/2 ; N – K

Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

5) Kesimpulan

Ø Apabila nilai − t tabel < t hit < t tabel, maka H0 diterima. Artinya

variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

secara signifikan.

Ø Apabila nilai t hit > t tabel atau t hit < − t tabel, maka H0 ditolak.

Artinya variabel independen mampu mempengaruhi variabel

dependen secara signifikan.

b. Uji Signifikansi Simultan (uji F)

Uji simultan (uji F) digunakan untuk melihat secara bersama-sama

apakah ada pengaruh signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.

Langkah pengujian :

1) Menentukan hipotesis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

Ø H0 = β1 = β2 = 0, berarti variabel independen secara bersama-sama

(X) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

Ø Hi ≠ β1 ≠ β2 ≠ 0, berarti variabel independen secara bersama-sama

(X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

2) Menentukan nilai α

3) Melakukan perhitungan nilai F

Ø Nilai F tabel = F (α; K−1; N−K) ...................................................(3.4)

Di mana : N = jumlah sampel atau jumlah data

K = banyaknya paramater

Ø Nilai F hitung = ..............................................(3.5)

Di mana : R2 = Koefisien determinasi

N = jumlah observasi/sampel

K = banyaknya variabel

4) Kriteria pengujian

H0 diterima H0 ditolak

F (α; K−1; N−K)

Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

5) Kesimpulan

Ø Apabila nilai F hit < F tabel, maka H0 diterima dan Hi ditolak.

Artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen secara signifikan.

Ø Apabila nilai F hit > F tabel, maka H0 ditolak dan Hi diterima.

Artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel dependen secara signifikan.

c. Uji Determinasi ( R2 )

Untuk mengukur kebaikan dari model regresi maka diperlukan

perhitungan determinasi, yaitu angka untuk persentase total variabel

dependen yang tidak dapat dijelaskan variabel independen dalam model.

Nilai koefisiean determinasi adalah antara nol dan satu (0 < R2 < 1). Jika

nilai koefisien determinasi 0, artinya variabel independen tidak

mempengaruhi variabel dependen, atau dengan kata lain model tersebut

tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel tidak bebas.

Sedangkan nilai koefisien determinasi mendekati 1, artinya variabel

independen semakin mempengaruhi variabel dependen, atau dengan kata

lain variabel independen memberikan hampir memberikan semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (cross section)

relait rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing

pengamatan, sedangkan data untuk runtut waktu (time series) biasanya

mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi. (Ghozali, 2009:15).

Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

(1  (1  R 2 ))
AjustedR 2
 N k
N k 1
.....................................................(3.6)

Di mana : R2 = koefisien determinasi

N = jumlah observasi

k = variabel bebas

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti antara variabel bebas yang satu dengan yang

lain dalam model regresi saling berkorelasi linear (Hasan, 2001:292).

Biasanya korelasinya mendekati sempurna atau sempurna (koefisien

korelasinya tinggi atau bahkan satu). Uji ini bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi tinggi atau

sempurna antar variabel independen.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

Multikolinearitas timbul karena satu atau lebih variabel independen

berkorelasi secara linear dengan variabel independen lainnya. Salah satu

cara menentukan variabel X mana yang berhubungan dengan variabel Xi

terhadap variabel sisanya dan menghitung nilai R2. Cara ini disebut

auxilary regression. Hubungan antara F dan R2 dapat dituliskan dalam

rumus :

, , ,…, /
�ƅ , , ,…, /
........................................(3.7)

Di mana : n = ukuran sampel

k = jumlah variabel independen dalam intersep

R2x1,x2,x3,...,xk = koefisien determinasi

Jika nilai F hitung > nilai F tabel, maka Xi berkorelasi tinggi dengan

variabel X’s lainnya. Tanpa menguji semua nilai R2 auxalary, kita dapat

menggunakan kriteria dasar Klien’s rule of thumb atau disebut juga dengan

metode Koutsoyiannis, yang menyatakan bahwa multikolinearitas menjadi

bermasalah jika R2 yang diperoleh dari auxalary regression lebih tinggi

daripada R2 keseluruhan yang diperoleh dari meregres semua variabel X’s

terhadap Y (Ghozali, 2009:27).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

b. Uji Heterokedastisitas

Heterokedostisitas berarti variasi (varians) variabel tidak sama untuk

semua pengamatan. Heteroskedastis merupakan keadaan di mana variasi

dari kesalahan pengganggu tidak sama untuk semua nilai variabel bebas.

Terdapat beberapa metode yang dipergunakan untuk mendeteksi

heteroskedastisitas dalam model empiris, yaitu Uji Park, Uji Glejser, Uji

White, Uji Breusch Pagan – Godfrey, dan Uji LM ARCH.

Dalam penelitian ini untuk mendeteksi heteroskedastisitas dengan

menggunakan Uji White (White Test). Pedoman dari penggunaan model

White adalah menolak hipotesis yang mengatakan bahwa terdapat masalah

heteroskedastisitas dalam model empiris yang sedang diestimasi. Pengujian

heteroskedastisitas dilakukan dengan membandingkan nilai Obs*R-squared

Uji White dengan nilai χ2 tabel. Nilai Obs*R-squared yang lebih kecil

dibandingkan nilai χ2 tabel, menunjukkan bahwa model estimasi regresi

terbebas dari heteroskedastisitas.

c. Uji Auterokolerasi

Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan pengganggu

pada periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu periode

lain. Asumsi ini untuk menegaskan bahwa nilai variabel dependen hanya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

diterangkan (secara sistematis) oleh variabel independen dan bukan oleh

variabel pengganggu (Gujarati, 1995:401).

Cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi yaitu dengan

menggunakan uji Durbin Watson. Uji Durbin Watson hanya digunakan

untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept

(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada model lag di antara variabel

bebas (Ghozali, 2009:79). Langkah-langkah pengujiannya antara lain

sebagai berikut :

a. Menggunakan angka Durbin Watson yang didapat dari rumus sebagai

berikut :

∑ aia
2 ∑ a
......................................................................(3.8)

b. Membandingkan angka dengan Durbin Watson dalam tabel

menunjukkan nilai disturbansi antara bawah (dl) dengan batas atas (du).

c. Menentukan hipotesis

Ø H0 = tidak ada autokorelasi negatif/positif

Ø Hi = ada autokorelasi negatif/positif

d. Kriteria pengujian :

Ø 0 < d < dl = menunjukkan autokorelasi positif atau menolak H0

Ø dl < d < du = tidak dapat disimpulkan

Ø du < d < 4-du = tidak terdapat autokorelasi atau menerima H0

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

Ø 4-du < d < 4-dl = tidak dapat disimpulkan

Ø 4-dl < d-4 = menunjukkan autokorelasi negatif atau menolak Hi

I II III IV V

0 dl du 2 4-du 4-dl 4

Gambar 3.3 Daerah Kritis Uji Durbin Watson

Keterangan :

I = autokorelasi positif atau menolak H0

II = daerah keragu-raguan

III = tidak menolak H0 atau Hi

IV = daerah keragu-raguan

V = autokorelasi negatif atau menolak Hi

Selain menggunakan Durbin Watson, untuk mendeteksi autokorelasi

yaitu dengan menggunakan Uji Breusch-Godfrey (BG Test). Dari hasil uji

autokorelasi, diketahui bahwa nilai probabilitas lebih besar dari

probabilitas 5%, maka hipotesis yang menyatakan pada model tidak

terdapat autokorelasi tidak ditolak. Berarti model empiric lolos dari

masalah autokorelasi (Aisyah, 2007:103).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Madiun

1. Gambaran Umum Kabupaten Madiun

Secara geografis Kabupaten Madiun terletak di sekitar 70 12’ – 70 48’

30” Lintang Selatan dan 1110 25’ 45” – 1110 51’ Bujur Timur. Keseluruhan

luas wilayah Kabupaten Madiun adalah 1.010,86 Km 2 yang terdiri dari 15

wilayah kecamatan, 198 desa dan 8 kelurahan dengan batas wilayah sebagai

berikut :

Utara : Kabupaten Bojonegoro

Timur : Kabupaten Nganjuk

Selatan : Kabupaten Ponorogo

Barat : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi

Kabupataen Madiun merupakan salah satu kabupaten dari 39

kabupaten/kota di Jawa Timur yang terletak di ujung barat Jawa Timur. Jarak

antara Kabupaten Madiun dengan Ibukota Propinsi Jawa Timur kurang lebih

175 Km ke arah timur, sedangkan jarak dengan Ibukota Negara kurang lebih

775 Km dengan arah sebaliknya.

Kabupaten Madiun terdiri dari 15 kecamatan. Sebanyak 13 dari 15

kecamatan di Kabupaten Madiun, dialiri oleh sungai. Topografi wilayah

Kabupaten Madiun sebagian besar adalah dataran rendah dengan curah hujan

1.803,75 mm3 per tahun dengan hari hujan 93 hari per tahun.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kare, sebagian besar

wilayahnya terdiri atas hutan dan perbukitan. Sebaliknya yang paling kecil

adalah Kecamatan Sawahan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel IV.1.

Tabel IV.1 Luas Wilayah Kabupaten Madiun Menurut Kecamatan

Nama Kecamatan Luas Daerah (Km2)


1. Kebonsari 47,45
2. Geger 36,61
3. Dolopo 48,85
4. Dagangan 72,36
5. Wungu 45,54
6. Kare 190,85
7. Gemarang 101,97
8. Saradan 152,92
9. Pilangkenceng 81,34
10. Mejayan 55,22
11. Wonoasri 33,93
12. Balerejo 51,98
13. Madiun 35,93
14. Sawahan 22,15
15. Jiwan 33,37
JUMLAH 1.010,86
Sumber : BPS Kabupaten Madiun, Kabupaten Madiun Dalam Angka

Penduduk Kabupaten Madiun sebagian besar tinggal di daerah

pedesaan sehingga sesuai potensi daerah yang agraris di mana 31,58%

merupakan lahan sawah potensial penghasil padi maka mata pencaharian

penduduk Kabupaten Madiun sebagian besar adalah bekerja dibidang

pertanian, baik petani pemilik lahan atau petani penggarap alias buruh tani.

Berikut adalah data jumlah penduduk Kabupaten Madiun.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Madiun Tahun 2000-2010

Jumlah Penduduk Pertumbuhan


Tahun
(Orang) (%)
2000 661.162 0,00
2001 663.361 0,33
2002 666.498 0,47
2003 677.578 1,66
2004 678.097 0,08
2005 681.664 0,53
2006 686.675 0,74
2007 689.534 0,42
2008 769.613 11,61
2009 770.440 0,11
2010 771.204 0,10
JUMLAH 7.715.826 16,04
Sumber : BPS Kabupaten Madiun, Kabupaten Madiun Dalam Angka

Perekonomian suatu wilayah berkembang sesuai dengan nilai historis,

geografis dan kultur masyarakatnya. Dalam perkembangannya, lambat laun

akan memberikan corak warna bagi struktur ekonomi suatu wilayah.

Kabupaten Madiun sejak dulu sektor pertaniannya berkembang cukup baik.

Dari tahun ke tahun penyumbang nilai PDRB terbesar di Kabupaten Madiun

adalah sektor pertanian. Kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan

restoran di urutan kedua, sedangkan yang paling sedikit adalah sumbangan

dari sektor pertambangan dan penggalian.

commit to user
59

Tabel IV.3 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Madiun
Tahun 2001−2009 (juta rupiah)

No. Sektor/Sub Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1. Pertanian 196.046,97 199.522,64 204.207,58 740.832,88 759.586,42 973.747,05 1.007.185,04 1.004.314,24 1.085.373,78
2. Pertambangan dan 4.012,77 4.139,13 4.339,59 52.644,15 54.563,21 14.867,13 15.026,10 15.465,51 15.629,81
Penggalian
3. Industri Pengolahan 37.805,05 40.307,53 43.345,59 74.844,92 84.749,72 78.992,63 84.669,81 90.780,96 95.269,87
4. Listrik,Gas dan Air 5.415,59 5.610,05 5.769,36 16.575,07 17.140,59 21.367,81 23.200,37 25.243,42 27.415,84
Bersih
5. Bangunan 68.129,01 70.136,50 72.860,84 163.067,74 170.039,07 85.259,64 89.082,33 92.610,62 95.638,99
6. Perdagangan,Hotel 115.367,00 120.968,42 126.887,80 490.033,52 524.325,23 752.239,51 805.440,54 858.851,65 916.909,51
dan Restoran
7. Pengangkutan dan 24.991,20 26.671,81 27.398,11 54.618,30 57.615,70 70.647,60 76.830,85 84.378,37 92.503,53
Komunukasi
8. Keuangan,Persewaan 27.189,32 28.348,13 29.609,86 89.682,43 96.311,81 80.230,01 84.541,93 87.935,31 91.400,08
dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa 113.636,80 116.373,28 118.904,10 339.787,08 351.271,81 412.586,51 435.638,10 460.089,36 479.744,55
JUMLAH 592.593,71 612.077,49 633.322,83 2.022.086 2.115.604 2.489.937,89 2.621.615,07 2.719.669,44 2.899.885,96
Sumber : BPS Kabupaten Madiun, Kabupaten Madiun Dalam Angka
60

Tabel IV.4 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Madiun
Tahun 2001−2009 (juta rupiah)

No. Sektor/Sub Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1. Pertanian 690.848,41 783.373,79 865.398,63 1.050.094 1.176.647 1.687.431,50 1.884.797,95 2.113.542,97 2.289.541,1
2. Pertambangan dan 15.418,44 17.867,06 20.715,74 76.948 92.692 27.084,15 28.325,43 30.605,11 32.369,0
Penggalian
3. Industri Pengolahan 73.405,32 86.448,52 99.692,32 103.191 130.649 147.817,12 168.414,94 196.610,66 220.894,3
4. Listrik,Gas dan Air 14.801,19 18.946,08 25.213,55 24.776 29.446 38.683,00 43.321,45 49.171,55 5.415,4
Bersih
5. Bangunan 163.809,19 191.325,28 218.560,79 251.717 305.874 176.459,91 199.807,93 228.925,90 249.352,8
6. Perdagangan,Hotel 372.122,39 433.015,27 491.586,11 702.020,02 861.389,89 1.302.390,29 1.474.075,01 1.771.287,89 1.987.782,7
dan Restoran
7. Pengangkutan dan 53.177,21 65.440,40 74.115,84 84.605,59 102.293,87 137.035,15 153.580,01 182.839,61 207.217,3
Komunukasi
8. Keuangan,Persewaan 84.294,71 96.677,40 106.931,71 125.869,58 148.543,43 129.173,15 144.405,85 156.499,32 168.237,9
dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa 268.354,07 297.663,53 321.556,63 472.193,11 528.717,80 667.650,25 747.045,28 829.233,63 905.393,1
JUMLAH 1.736.230,93 1.990.757,33 2.223.771,32 2.891.414 3.376.253 4.313.724,52 4.843.773,85 5.558.716,64 6.066.203,9
Sumber : BPS Kabupaten Madiun, Kabupaten Madiun Dalam Angka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

2. Gamabaran Umum Kota Madiun


Kota Madiun adalah Daerah Tingkat II di Propinsi Jawa Timur yang

terletak pada 1110 – 1120 Bujur Timur dan 70 – 80 Lintang Selatan. Wilayah

Kota Madiun berada di tengah atau di kelilingi wilayah kabupaten dengan

batas wilayah sebagai berikut :

Utara : Kecamatan Madiun

Selatan : Kecamatan Geger

Timur : Kecamatan Wungu

Barat : Kecamatan Jiwan

Luas wilayah Kota Madiun adalah 33,23 Km2 yang terbagi menjadi 3

kecamatan, 27 kelurahan, 267 RW dan 1.004 RT. Menurut klasifikasi, dari 27

kelurahan terdapat 4 kelurahan swadaya, 9 kelurahan swakarsa dan 14

kelurahan swasembada. Tinggi daratan Kota Madiun adalah 65 m di atas

permukaan laut.

Tabel IV.5 Luas Wilayah Kota Madiun Menurut Kecamatan

Nama Kecamatan Luas Daerah (Km2)


1. Mangunharjo 10,04
2. Taman 12,46
3. Kartoharjo 10,73
JUMLAH 33,23
Sumber : BPS Kota Madiun, Kota Madiun Dalam Angka

Kota Madiun merupakan daerah urban sehingga dominasi penggunaan

tanahnya adalah untuk kawasan terbangun yang terdiri dari perumahan,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

fasilitas umum dan lainnya. Luas kawasan terbangun pada tahun 2000

mencapai 55% dari luas keseluruhan atau sekitar 1.860,323 ha.

Tingkat pertumbuhan penduduk Kota Madiun rata-rata per tahun

sekitar 0,49% , tingkat kepadatan penduduk sekitar 12,06% dengan jumlah

kepala keluarga (KK) sebanyak 50.168 KK. Mata pencaharian penduduk Kota

Madiun adalah pegawai negeri/TNI sebanyak 13.168 jiwa, pegawai

perusahaan swasta sebanyak 20.586 jiwa, pedagang/pengusaha sebanyak

5.723 jiwa, petani/peternak sebanyak 1.921 jiwa, dan lainnya (penggalian,

listrik, konstruksi, angkutan, pensiunan) sebanyak 1.030 jiwa. Berikut adalah

data jumlah penduduk Kota Madiun tahun 2000-2010.

Tabel IV.6 Jumlah Penduduk Kota Madiun Tahun 2000-2010

Jumlah Penduduk Pertumbuhan


Tahun
(Orang) (%)
2000 188.344 0,00
2001 189.571 0,65
2002 190.823 0,66
2003 192.807 1,04
2004 195.058 1,17
2005 196.691 0,84
2006 198.475 0,91
2007 200.188 0,86
2008 201.619 0,71
2009 203.112 0,74
2010 170.964 -15,83
JUMLAH 2.127.652 -8,25
Sumber : BPS Kota Madiun, Kota Madiun Dalam Angka

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

Di Kota Madiun terdapat satu perusahaan yang menjadi urat nadi

industry Kota Madiun sekaligus penggerak utama roda ekonomi wilayah ini.

Perusahaan tersebut adalah PT Industri Kereta Api (PT INKA) yang bergerak

di bidang pembuatan alat transportasi kereta api dan kelengkapannya. PT

INKA adalah produsen kereta api satu-satunya di Indonesia yang berstatus

BUMN yang terbesar baik dari segi investasi maupun jumlah tenaga kerja

diantara 6 industri besar di kota ini.

Tahun 2001 industri barang dari logam menyumbang 60,3% dari total

nilai industri sebesar Rp 219,1 milyar, atau 17% dari total kegiatan ekonomi

yang besarnya Rp 788,4 milyar. Sumbangan ini didominasi oleh PT INKA

sebagai satu-satunya perusahaan besar yang bergerak di bidang pengolahan

logam barang.

Selain industri, kontributor lain yang tak kalah penting dalam

menggerakkan ekonomi Kota Madiun adalah subsektor perdagangan.

Maraknya perdagangan ditandai dengan meningkatnya jumlah Tanda Daftar

Perusahaan (TDP) maupun SIUP, khususnya perusahaan kecil yang

dikeluarkan oleh Disperindag Kota Madiun.

Nilai PDRB didapatkan dari 9 sektor perekonoman utama yang ada

pada Kota Madiun. Penyumbang PDRB terbesar adalah sektor industri

pengolahan, kemudian disusul sektor perdagangan dan jasa seperti yang sudah

dijelaskan di atas.

commit to user
64

Tabel IV.7 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Kota Madiun Tahun
2002−2010 (juta rupiah)

No. Sektor/Sub Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. Pertanian 9.739,36 20.229,00 20.976,61 21.177,05 37.711,37 37.797,55 38.475,80 40.606,72 42.418,39
2. Pertambangan dan 91,28 284,54 283,76 283,37 276,55 283,20 303,12 321,61 338,77
Penggalian
3. Industri Pengolahan 94.015,32 202.771,28 209.544,36 217.936,81 281.371,11 295.741,72 333.958,61 355.056,75 366.881,80
4. Listrik,Gas dan Air 6.164,01 15.009,19 15.966,19 17.105,45 16.915,63 18.131,43 21.065,14 21.578,40 22.863,38
Bersih
5. Bangunan 31.175,47 105.876,36 111.347,95 117.074,12 82.229,75 88.974,05 79.668,31 82.570,47 86.795,25
6. Perdagangan,Hotel 53.423,26 159.106,32 169.264,30 180.455,70 747.736,47 787.452,38 812.602,49 854.383,14 915.000,32
dan Restoran
7. Pengangkutan dan 50.616,47 93.936,87 101.436,68 109.731,78 120.107,03 133.097,11 150.050,97 165.239,30 186.119,94
Komunukasi
8. Keuangan,Persewaan 28.006,30 83.572,27 87.011,67 91.117,76 124.784,33 129.997,29 145.761,08 154.106,17 168.103,19
dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa 42.297,61 126.538,11 126.538,11 130.440,49 242.543,10 263.884,89 282.929,56 303.828,07 326.322,96
JUMLAH 315.529,08 807.323,94 842.369,63 885.322,53 1.653.675,34 1.755.359,62 1.864.815,08 1.977.690,63 2.114.844,00
Sumber : BPS Kota Madiun, Kota Madiun Dalam Angka
65

Tabel IV.8 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kota Madiun Tahun
2002-2010 (juta rupiah)

No. Sektor/Sub Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. Pertanian 22.353,75 26.651,74 28.508,12 33.013,18 66.065,84 70.434,09 78.249,84 87.731,52 97.873,8
2. Pertambangan dan 382,36 429,91 480,46 541,81 589,77 655,22 734,09 804,80 876,2
Penggalian
3. Industri Pengolahan 252.163,65 273.464,11 309.017,06 360.287,54 511.585,22 572.463,97 730.381,54 785.613,66 886.484,4
4. Listrik,Gas dan Air 15.946,71 22.181,04 26.225,90 31.174,01 33.699,31 48.848,06 53.260,25 60.267,8
Bersih 38.857,26
5. Bangunan 126.547,36 147.587,81 172.976,29 204.180,11 160.423,47 184.253,05 197.307,24 208.065,65 259.725,0
Perdagangan,Hotel
6. 175.308,41 207.357,81 239.131,36 281.016,51 1.354.646,98 1.687.809,45 1.919.099,34 2.162.034,8
dan Restoran 1.517.253,10
Pengangkutan dan
7. 120.324,50 127.425,41 148.503,78 184.583,50 219.101,80 294.341,19 333.629,62 389.366,7
Komunukasi 253.596,52
8. Keuangan,Persewaan 94.897,35 110.174,04 125.241,77 150.177,78 223.487,75 312.734,06 351.653,27 411.546,1
dan Jasa Perusahaan 250.982,42
9. Jasa-jasa 106.894,21 165.401,22 183.317,81 210.372,26 406.703,69 477.599,79 573.688,69 640.691,99 728.163,2
JUMLAH 914.818,30 1.080.673,09 1.233.402,55 1.455.346,70 2.976.303,83 3.366.095,42 3.924.094,16 4.380.550,10 4.996.338,3
Sumber : BPS Kota Madiun, Kota Madiun Dalam Angka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

B. Pembahasan Variabel-variabel Penelitian

1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah pajak yang dikenakan

terhadap subjek pajak orang pribadi atas penghasilan yang diterima atau

diperoleh dalam tahun pajak. Objek pajak PPh OPDN adalah penghasilan di

mana setiap penambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh

wajib pajak berasal dari dalam negeri maupun luar Indonesia dan dapat

digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak.

Penerimaan pajak pusat di Kota/Kabupaten Madiun diawasi dan

dikelola oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Madiun. Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Madiun adalah unsur pelaksana Direktorat Jenderal

Pajak dibidang pelayanan perpajakan di bawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur II.

Tugas pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama sendiri adalah menghimpun

penerimaan negara dari sektor pajak yang kemudian hasil dari penerimaan

pajak tersebut digunakan untuk pembiayaan negara.

commit to user
67

Tabel IV.9 Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Kota/Kabupaten Madiun Tahun Pajak 2003-2010

Penerimaan PPh Kota Madiun (Rp) Penerimaan PPh Kab. Madiun (Rp) Grand
Pertumbuhan
Tahun Jumlah Jumlah Jumlah
Pasal 21 (a) Pasal 25/29 (b) Pasal 21 (d) Pasal 25/29 (e) (%)
(c = a + b) (f = d + e) (g = c + f)

2003 110.666.912 197.149.771 307.816.683 7.763.068 12.336.563 20.099.631 327.916.314 0,00

2004 281.861.468 1.346.737.696 1.628.599.164 25.265.122 195.520.615 220.785.737 1.849.384.901 463,98

2005 169.507.311 1.311.340.434 1.480.847.745 10.496.398 178.338.777 188.835.175 1.669.682.920 -9,72

2006 59.276.934 1.469.716.640 1.528.993.574 7.381.992 211.250.907 218.632.899 1.747.626.473 4,67

2007 84.651.104 1.707.807.933 1.792.459.037 10.723.201 211.324.294 222.047.495 2.014.506.532 15,27

2008 173.389.432 2.536.774.199 2.710.163.631 4.457.420 289.004.057 293.461.477 3.003.625.108 49,10

2009 105.679.619 3.191.430.296 3.297.109.915 82.595.960 396.475.858 479.071.818 3.776.181.733 25,72

2010 71.989.065 3.060.718.983 3.132.708.048 36.971.405 420.462.892 457.434.297 3.590.142.345 -4,93


JUMLAH 1.057.021.845 14.821.675.952 15.878.697.797 185.654.566 1.914.713.963 2.100.368.529 17.979.066.326 544
Sumber : KPP Pratama Madiun, data diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

2. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi

Wajib Pajak Orang Pribadi adalah Orang Pribadi yang memiliki

penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak yang telah terdaftar di

Kantor Pelayanan Pajak yang terdapat di Kota/Kabupaten Madiun. Setiap

orang baru akan memiliki kewajiban perpajakan apabila telah terdaftar

sebagai Wajib Pajak dengan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Perkembangan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota/Kabupaten

Madiun dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini.

Tabel IV.10 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Kota/Kabupaten Madiun


Tahun 2003 – 2010 (Jumlah Terdaftar)

Jumlah WP OP (orang)
Pertumbuhan
Tahun Kota Madiun Kab. Madiun Jumlah (a + b) (%)
(a) (b)
2003 4.395 2.071 6.466 0,00
2004 4.708 2.308 7.016 8,51
2005 5.236 2.703 7.939 13,16
2006 5.947 3.197 9.144 15,18
2007 9.410 6.066 15.476 69,25
2008 14.212 13.473 27.685 78,89
2009 23.499 27.295 50.794 83,47
2010 28.064 36.183 64.247 26,49
JUMLAH 95.471 93.296 188.767 294,93
Sumber : KPP Pratama Madiun, data diolah

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai

jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang

dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun yang berarti

termasuk kenaikan harga-harga ikut dihitung, sedangkan PDRB atas dasar

harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, dimana penghitungan

ini menggunakan tahun 2000.

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Konstan Kota/Kabupaten Madiun dapat dilihat pada tabel berikut di bawah

ini.

Tabel IV.11 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Kota/Kabupaten Madiun Tahun 2003-2010

PDRB (juta rupiah)


Pertumbuhan
Tahun Kota Madiun Kab. Madiun Jumlah (a + b) (%)
(a) (b)
2003 807.323,94 633.322,83 1.440.646,77 0,00
2004 842.369,63 2.022.086,00 2.864.455,63 98,83
2005 885.322,53 2.115.604,00 3.000.926,53 4,76
2006 1.653.675,34 2.489.937,89 4.143.613,23 38,08
2007 1.755.359,62 2.621.615,07 4.376.974,69 5,63
2008 1.864.815,08 2.719.669,44 4.584.484,52 4,74
2009 1.977.690,63 2.899.885,96 4.877.576,59 6,39
2010 2.114.844,00 - 2.114.844,00 -56,64
JUMLAH 11.901.400,77 15.502.121,19 27.403.521,96 101,80
Sumber : BPS Kota dan Kabupaten Madiun, Kota dan Kabupaten Madiun Dalam
Angka, data diolah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

C. Analisis Data dan Pembahasan

1. Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series yang

berupa data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota dan

Kabupaten Madiun, dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Madiun.

2. Hasil Estimasi

Hasil estimasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada

atau tidaknya pengaruh variabel jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan

Produk Domestik Regional Bruto terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di

Kota/Kabupaten Madiun. Hasil dari regresi linear berganda yang diolah

dengan menggunakan Eviews 3.1 adalah sebagai berikut :

PPh = -17866504,65 + 42458,16009(OP) + 368,8321112(PDRB)


Prob (0,9672) (0,0011) (0,0212)
t-Stat (-0,043202) (6,791173) (3,312416)

R-squared 0,926651 F-statistic 31,58374


2
R Adjusted 0,897312 Prob F-statistik 0,001457
Durbin-Watson stat 2,234870

Interpretasi dari persamaan di atas adalah sebagai berikut :

a. Konstanta sebesar -17866504,65 menyatakan bahwa jika variabel

independen yaitu jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Produk

Domestik Regional Bruto dianggap konstan, maka penerimaan Pajak

Penghasilan sebesar 17866504,65 juta rupiah.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

b. Koefisien regresi variabel jumlah WP OP bertanda positif sebesar

42458,16009 yang berarti jika jumlah OP naik 1% maka penerimaan

Pajak Penghasilan akan mengalami peningkatan sebesar 42458,16009 juta

rupiah dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.

c. Koefisien regresi variabel PDRB bertanda positif sebesar 368,8321112

yang berarti jika jumlah penduduk naik 1%, maka penerimaan Pajak

Penghasilan akan mengalami kenaikan sebesar 368,8321112 juta rupiah

dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.

3. Uji Statistik

a. Uji Signifikansi Parsial (uji t)

Uji parsial (uji t) adalah uji secara individual dari semua koefisien

regresi untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Adapun hasil dari uji t adalah

sebagai berikut :

a. Variabel jumlah WP OP mempunyai nilai probabilitas 0,0011 yang

berarti nilai ini lebih kecil dari 0,05 (α = 5%), sedangkan nilai t hitung

6,791173 > t tabel 2,447. Berdasarkan kedua nilai tersebut dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak (Hi diterima) atau dijelaskan bahwa

variabel jumlah wajib pajak orang pribadi secara parsial berpengaruh

secara signifikan terhadap penerimaan PPh.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak

- 2,447 2,447
Gambar 4.1 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

b. Variabel PDRB mempunyai nilai probabilitas 0,0212 yang berarti nilai

ini lebih kecil dari 0,05 (α = 5%), sedangkan nilai t hitung 3,312416 >

t tabel 2,447. Berdasarkan kedua nilai tersebut dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak (Hi diterima) atau dijelaskan bahwa variabel PDRB

secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PPh.

b. Uji Signifikansi Simultan (uji F)

Uji simultan F adalah uji secara bersama-sama dari semua koefisien

regresi untuk mengetahui signifikan atau tidaknya variabel independen

terhadap variabel dependen.

Berdasarkan olah data, diperoleh nilai F hitung sebesar 31,58374

dengan tingkat probabilitas 0,001457 lebih kecil dari 0,05 (α = 5%). Oleh

karena itu, variabel jumlah WP OP dan PDRB secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan Pajak

Penghasilan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

H0 diterima H0 ditolak

5,79

Gambar 4.2 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

c. Koefisien Determinasi (R2)

Uji determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh perubahan variabel-variabel independen dapat dijelaskan oleh

variasi variabel dependen. Berdasarkan hasil olah data, menunjukkan

bahwa nilai R2 sebesar 0,926651. Berarti 92,6651% variabel penerimaan

Pajak Penghasilan dapat dijelaskan oleh variabel jumlah WP OP dan

PDRB. Sedangkan sisanya sebesar 7,3349% dijelaskan oleh sebab-sebab

lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

4. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Hasil

dari uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel IV.12 Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Nilai r2 Nilai R2 Keterangan


Jumlah WP OP 0,765693 0,926651 Bebas Multikolinearitas
PDRB 0,250082 0,926651 Bebas Multikolinearitas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

Berdasarkan hasil olah data di atas, dalam persamaan regresi

tersebut tidak terjadi masalah multikolinearitas. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai R2 lebih besar dari nilai r2.

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan keadaan di mana variasi dari

kesalahan pengganggu tidak sama untuk semua nilai variabel bebas.

Metode yang digunakan untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas

yaitu menggunakan uji White.

Dari hasil uji heteroskedastisitas dengan uji White, menunjukkan

bahwa nilai Obs*R2 sebesar 4,558762, sedangkan χ2 tabel dengan df = 2

(jumlah regresor) dan α = 5%, menunjukkan nilai sebesar 5,991. Karena

nilai χ2 tabel > Obs*R2, yaitu 5,991 > 4,558762, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model.

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi suatu keadaan di mana kesalahan variabel

pengganggu pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan

pengganggu periode lain. Mendeteksi ada atau tidaknya masalah

autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin−Watson, yaitu dengan

membandingkan angka statistik dengan Durbin−Watson dalam tabel yang

menunjukkan nilai disturbansi antara bawah (dl) dengan batas atas (du).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

I II III IV V

0 dl du 2 4-du 4-dl 4
0,559 1,777 2,223 3,441

Gambar 4.1 Hasil Uji Autokorelasi Metode Durbin Watson

Berdasarkan hasil olah data, menunjukkan nilai Durbin Watson

(d) sebesar 2,234870, nilai dl sebesar 0,559 dan nilai du 1,777. Dari hasil

tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai d terletak antara du dan dl yang

berarti berada di daerah 4 yaitu daerah keragu-raguan.

Untuk memastikan ada atau tidaknya masalah autokorelasi, maka

dilakukan pengunjian dengan menggunakan B-G test. Metode ini

mendeteksi masalah autokorelasi dengan cara melihat nilai probabilitas

Obs*R-squared. Jika nilainya di atas 5% atau 0,05 maka di dalam model

tidak terdapat autokorelasi pada model regresi.

Melalui Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test dari

Program Eviews 3.1 terlihat nilai Obs*R-squared mempunyai probabilitas

0,341840 dan ini lebih besar dari α penelitian 0,05 sehingga dapat

disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada model regresi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

5. Interpretasi Ekonomi

Berdasarkan hasil regresi linear berganda, dapat dijelaskan interpretasi

ekonominya antara hubungan variabel dependen dan independen antara lain

sebagai berikut :

a. Pengaruh jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) terhadap

penerimaan Pajak Penghasilan

Variabel WP OP berpengaruh positif dengan nilai koefisien

regresi 42458,16 dan signifikan pada tingkat signifikansi 5% dengan nilai

probabilitas sebesar 0,0011 berdasarkan hasil regresi linear berganda. Hal

ini sesuai dengan hipotesis bahwa jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan Pajak

Penghasilan (PPh). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nasution (2009) yang menyatakan bahwa variabel jumlah Wajib Pajak

Orang Pribadi yang terdaftar, berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel penerimaan Pajak Penghasilan dengan nilai t-hitung 2,421 lebih

besar dari t.-tabel pada α = 0,05 yaitu 1,701.

Hal ini bisa dipengaruhi oleh banyaknya masyarakat

Kota/Kabupaten Madiun yang sebagian besar sudah mendaftar sebagai

Wajib Pajak dalam bentuk NPWP. Selain itu, banyaknya orang-orang

yang telah mendaftar sebagai Wajib Pajak juga melaporkan kewajiban

perpajakannya yang diwujudkan dalam SPT (Surat Pemberitahuan). Hal

ini menunjukkan bahwa penambahan NPWP yang mendaftar tiap

bulannya akan meningkatkan jumlah penerimaan pajaknya.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

Berdasarkan Tabel IV.13, dapat dilihat bahwa jumlah Wajib

Pajak yang melapor SPT memang tidak sama dengan banyaknya Wajib

Pajak yang mendaftar dalam bentuk NPWP. Namun dari jumlah Wajib

Pajak yang terdaftar, kira-kira sekitar 59% masyarakat Kota/Kabupaten

Madiun yang terdaftar juga melaporkan SPT. Hal tersebut tidak terlalu

signifikan dalam mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan namun

penerimaan Pajak Penghasilan di Kota/Kabupaten Madiun justru terus

meningkat tiap bulannya.

Tabel IV.13 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Kota/Kabupaten


Madiun Tahun 2003-2010
(Jumlah Terdaftar dan Jumlah Lapor)

Tahun WP OP Jumlah Terdaftar WP OP Jumlah Lapor


2003 6.466 3.453
2004 7.016 3.786
2005 7.939 4.424
2006 9.144 5.163
2007 15.476 8.891
2008 27.685 19.641
2009 50.794 34.509
2010 64.247 37.532
Sumber : KPP Pratama Madiun, data diolah

b. Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap penerimaan Pajak

Penghasilan

Dari hasil regresi berganda, menunjukkan bahwa variabel PDRB

bernilai positif dengan nilai koefisien regresi 368,8321 dan berpengaruh

secara signifikan pada tingkat signifikansi 5% denagn nilai probabilitas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78

variabel tersebut adalah 0,0212. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa

jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh).

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Herman

(2007) yang menyatakan bahwa berdasarkan hasil regresi peningkatan

PDB telah meningkatkan penerimaan PPh maupun PPN dengan hasil

yang lebih besar. Seperti menurut beberapa teori, pemungutan pajak harus

berdasarkan pada potensi, rencana dan relaisasi. Potensi digali dengan

cara meningkatkan PDB disegala bidang usaha, sedangkan rencana

disusun berdasarkan potensi PDB yang akan dicapai dari pertumbuhan

dan akhirnya realisasi akan terbebtuk dengan menerapkan peraturan

secara tegas terhadap subjek dan objek pajak.

Berdasarkan pendekatan elastisitas, jumlah laju pertumbuhan

PDB telah meningkatkan laju pertumbuhan penerimaan PPh juga.

Pendekatan ini merupakan pendekatan penerimaan yang membandingkan

tingkat kenaikannya saja, tetapi tidak membandingkan jumlah pajak yang

seharusnya diterima dengan tarif pajak yang telah diberlakukan. Uji data

telah menunjukkan korelasi antara laju pertumbuhan PDB dengan laju

penerimaan PPh, baik dalam nominal maupun riil sangat erat dengan

tingkat korelasi mendekati 100%. Tingkat elastisitas yang ditemukan

adalah lebih dari satu, artinya terjadi setiap kenaikan PDB sebesar 1%

akan mengakibatkan kenaikan penerimaan PPh lebih besar dari 1%.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79

Hal ini mungkin dipengaruhi karena jumlah PDRB nilainya di

atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sehingga memungkinkan

kemampuan penduduk Kota/Kabupaten Madiun untuk membayar

kewajibannya. Karena ada kewajiban untuk membayar pajak, maka

terdapat peningkatan penerimaan untuk Pajak Penghasilan. Berikut Tabel

IV.14 tentang rangkuman Penghasilan Tidak Kena Pajak.

commit to user
80

Tabel IV.14 Rangkuman Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) per Tahun

UU No.8 Tahun UU No.36 Tahun


928/KMK.04/1993 361/KMK.04/1998 564/KMK.03/2004 137/PMK.05/2005
1983 2008
Berlaku sejak 1 Berlaku sejak 1 Berlaku sejak 1 Berlaku sejak 1 Berlaku sejak 1 Berlaku sejak 1
Januari 1984 Januari 1994 Januari 1999 Januari 2005 Januari 2006 Januari 2009

Untuk diri Wajib Pajak Rp 960.000 Rp 1.728.000 Rp 2.880.000 Rp 12.000.000 Rp 13.200.000 Rp 15.840.000

Tanbahan untuk WP
Rp 480.000 Rp 864.000 Rp 1.440.000 Rp 1.200.000 Rp 1.200.000 Rp 1.320.000
kawin

Tambahan untuk
seorang istri yang
penghasilannya Rp 960.000 Rp 1.728.000 Rp 2.880.000 Rp 12.000.000 Rp 13.200.000 Rp 15.840.000
digabung dengan
penghasilan suami

Tambahan untuk
keluarga sedarah dan
semenda dalam garis Rp 480.000 Rp 864.000 Rp 1.440.000 Rp 1.200.000 Rp 1.200.000 Rp 1.320.000
keturunan lurus paling
banyak 3 orang
Sumber : KPP Pratama Madiun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a8c1.id

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan tentang analisis

penerimaan Pajak Penghasilan Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di

Kota/Kabupaten Madiun dengan menggunakan metode regresi linear

berganda, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hipotesis pertama terbukti yaitu menyatakan bahwa variabel jumlah

Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) secara parsial berpengaruh positif

signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota/Kabupaten

Madiun.

2. Hipotesis kedua terbukti yaitu menyatakan bahwa variabel Produk

Domestik Rrgional Bruto (PDRB) secara parsial berpengaruh positif

signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota/Kabupaten

Madiun.

3. Variabel-variabel independen (jumlah WP OP dan PDRB) secara

simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen (penerimaan Pajak Penghasilan).

4. Variasi atau perubahan dalam penerimaan Pajak Penghasilan sebesar

92,6651% dapat dijelaskan oleh variabel jumlah WP OP dan PDRB.

Sedangkan sisanya sebesar 7,3349% dijelaskan oleh sebab-sebab lain

yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a8c2.id

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis memberikan

beberapa saran, yaitu sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah khususnya aparat yang berwenang diharapkan lebih

proaktif dalam melakukan pengawasan terhadap para Wajib Pajak,

meningkatkan kualitas pelayanan serta melakukan penyuluhan kepada

masyarakat akan pentingnya pajak bagi negara agar penerimaan pajak

negara dapat meningkat.

2. Dalam menata dan meningkatkan panerimaan Pajak Penghasilan Orang

Pribadi (PPh OP) di Kota/Kabupaten Madiun untuk masa yang akan

datang, hendaknya memperhatikan faktor ekonomi yaitu Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Perlu adanya peningkatan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) sehingga dapat meningkatkan

penerimaan pajak khususnya Pajak Penghasilan yang kaitannya dengan

kemampuan masyarakat untuk membayar pajak.

3. Peneliti selanjutnya disarankan agar dapat meneliti faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi variabel-variabel independen yang penulis gunakan

atau apakah ada faktor lain di luar variabel independen yang sudah

diteliti penulis yang bisa meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan.

4. Penggunaan data yang lebih lengkap dan rentang periode waktu

penelitian yang lebih panjang agar lebih mampu untuk dapat dilakukan

generalisasi atas hasil penelitian tersebut.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai