Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan memiliki berbagai fasilitas
dalam rangka mendukung penyelenggaraan pembangunan maka pelayanan kesehatan
yang di lakukan di rumah sakit meliputi promosi kesehatan, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Salah satu pelayanan pengobatannya adalah tindakan operasi atau
pembedahan. Tindakan pembedahan dapat menimbulkan kecemasan karena merupakan
pengalaman baru bagi pasien, dampak psikologis yang dapat muncul adalah adanya
ketidaktahuan akan pengalaman pembedahan yang terekspresi dalam berbagai bentuk
seperti marah, menolak, atau apatis terhadap kegiatan keperawatan (Arif dan Kumala
Sari, 2009). Menurut Brunner dan Suddarth (2001), ansietas merupakan reaksi emosional
terhadap persepsi adanya bahaya, baik yang nyata maupun yang hanya dibayangkan.
Proses operasi atau pembedahan merupakan proses yang berkaitan dengan
pengobatan dan penatalaksanaan berbagai macam penyakit dengan cara pembedahan atau
operasi pada suatu bagian tubuh. Operasi (perioperatif) yang mencakup fase praoperatif,
intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif) pada umumnya merupakan suatu peristiwa
yang kompleks dan menegangkan yang dapat menimbulkan kecemasan bagi individu
yang bersangkutan (Brunner & Suddarth, 2002). Fase preoperative dalam pembedahan
merupakan fase awal dalam proses pembedahan. Fase awal ini dimulai ketika adanya
keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja
operasi. Pada fase ini dibutuhkan kesiapan fisiologis dan psikologis dari pasien yang
bersangkutan. Reaksi fisiologis berkaitan langsung dengan tindakan bedah itu sendiri,
sedangkan reaksi psikologis meskipun tidak berkaitan langsung dengan tindakan bedah
namun sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pembedahan karena dapat
memicu respon yang lebih besar.
Setiap tindakan pembedahan dapat menimbulkan kecemasan pada pasien.
Kecemasan pasien pre operasi disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah dari
faktor pengetahuan dan sikap perawat dalam mengaplikasikan pencegahan ansietas pada
pasien pre operasi di ruang bedah. Diperkirakan 90% pasien pre operasi berpotensi
mengalami kecemasan (Carpenito, 2001) . Demikian halnya dengan tindakan operasi
seksio sesaria juga berpotensi menimbulkan kecemasan. Disamping pasien memikirkan
kondisi dirinya sendiri, mereka akan memikirkan tentang kondisi bayinya, sehingga hal
ini dapat mempengaruhi kecemasan pada pasien pre operasi seksio sesaria. Angka
kejadian kecemasan seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun
2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari seluruh
persalinan.
Berdasarkan jurnal penelitian Alice A, Martin dan Paul G. Schauble yang
dilakukan di Negara bagian Indiana, pasien preoperasi 90 % berpotensi mengalami
ansietas. Carpenito (2007) menyatakan saat akan pembedahan klien menghadapi berbagai
stressor, klien biasanya menguhubungkan pembedahan dengan rasa nyeri, kemungkinan
cacat, menjadi bergantung pada orang lain dan mungkin kematian. Reaksi cemas ini akan
berlanjut bila klien tidak pernah atau kurang mendapat informasi yang berhubungan
dengan penyakit dan tindakan yang di lakukan terhadap dirinya. (Menscape, Journal of
Medicine, 2011)
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik meneliti Bagaimana Tingkat
Kecemasan Pasien Preoperasi Sectio Cesarea pada Wanita Primigravida di Ruang
Operasi Rumah Sakit H.L. Manambai AbdulKadir Sumbawa Besar.

B. MANFAAT
Mengetahui tingkat kecemasan pasien pre operasi Sectio Cesarea pada wanita
primigravida di Ruang Operasi Rumah Sakit H.L. Manambai AbdulKadir Sumbawa
Besar. Sehingga dapat dilakukan intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah
kecemasan pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai