Kanker paru (karsinoma bronkogenik) merupakan tumor ganas paru primer dari saluran
nafas. (Alsagaff, 1995)
Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan
merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa
pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa
yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia.
Karsinoma bronkogenik atau yang biasa disebut kanker paru adalah tumor maligna yang
timbul dari bronkus, tumor seperti ini adalah epidermoid, biasanya terletak dalam bronki yang
besar atau mungkin adenokarsinoma yang timbul jauh diluar paru. (Rahayu, 2012)
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(Underwood, Patologi (2000) dikutip dari blog Purwono Ndjawa, 2010).
Kanker paru-paru secara luas diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu small cell lung cancer
(SCLC) dan non-small cell lung cancer (NSCLC). Klasifikasi ini didasarkan pada gambaran sel-
sel tumor di bawah mikroskop. 2 jenis kanker paru-paru ini berkembang, menyebar, dan
ditangani dengan cara yang berbeda (Anonim, 2013). Oleh karena itu penting untuk
membedakan kedua jenis ini.
Merupakan jenis NSCLC yang paling umum terjadi, sekitar 30–40 % dari seluruh kasus
NSCLC. Jenis ini terutama terjadi pada wanita dan mereka yang tidak merokok. Sebagian besar
kasus adenocarcinomas tumbuh di daerah tepi atau bagian luar paru-paru. Jenis ini memiliki
kecenderungan untuk menyebar ke limfe (kelenjar getah bening) dan daerah yang jauh dari paru-
paru. Bronchioloalveolar carcinoma merupakan sub jenis dari adenocarcinoma yang sering
terjadi pada beberapa tempat dalam paru-paru dan menyebar ke dinding alveolus (gelembung
tipis yang merupakan bagian akhir dari saluran pernfasan dan merupakan tempat terjadinya
pertukaran udara). Pada thorax X-ray (foto roentgen dada) gambarannya terlihat seperti
pneumonia (peradangan pada paru-paru, dimana alveolus yang berfungsi menyerap oksigen terisi
dengan cairan).
Jenis ini awalnya lebih umum terjadi dibandingkan dengan adenocarcinomas, saat ini
terhitung sekitar 30% dari seluruh kasus NSCLC. Squamous cell carcinomas dikenal juga
dengan nama epidermoid carcinomas. Squamous cell carcinomas paling sering tumbuh di daerah
pusat paru-paru, yaitu bronkus (percabangan terbesar dari trakea (batang tenggorok) yang
menuju ke paru-paru), paling sering menyebar ke seluruh bagian paru-paru, berkembang cukup
besar dan membentuk lubang.
Terkadang disebut juga undifferentiated carcinomas, merupakan jenis NSCLC yang paling
jarang terjadi, terhitung 10%-15% dari seluruh kasus kanker paru-paru. Jenis ini memiliki
kecenderungan yang tinggi untuk menyebar ke limfe (kelenjar getah bening) dan daerah yang
jauh dari paru-paru.
Pada jenis ini tampak campuran dari beberapa jenis NSCLC yang berbeda.
Beberapa jenis kanker lainnya dapat tumbuh dalam paru-paru. Jenis ini lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan SCLC dan NSCLC, dengan total keseluruhan hanya 5 – 10 % dari seluruh
kasus kanker paru-paru.
a. Bronchial carcinoids
Tumor ini umumnya berukuran kecil (3 – 4 cm) ketika didiagnosis dan paling sering terjadi
di bawah usia 40 tahun, dan tidak berhubungan dengan kebiasaan merokok. Carcinoid dapat
bermetastasis dan sebagian kecil dari tumor ini mengeluarkan substansi yang menyerupai
hormon. Carcinoid umumnya berkembang dan menyebar lebih lambat dibandingkan dengan
bronchogenic cancers (SCLC dan NSCLC). Sebagian diantaranya dideteksi dini sehingga cukup
memungkinkan untuk dibuang dengan cara operasi.
b. Kanker pada jaringan ikat paru-paru, seperti otot polos atau pembuluh darah, serta sel-sel yang
terlibat dalam respon imun tubuh.
Seperti yang pernah didiskusikan dalam topik-topik sebelumnya, penyebaran kanker yang
berasal dari bagian tubuh lainnya sering ditemukan pada paru-paru. Tumor ini dapat menyebar ke
paru-paru melalui aliran darah, kelenjar limfe, atau secara langsung dari organ terdekat. Tumor
ini biasanya multipel, tersebar di seluruh bagian paru-paru, dan lebih terkonsentrasi di bagian
luar daripada di pusat paru-paru.
Stadium kanker paru-paru mengacu pada tingkatan seberapa jauh tumor menyebar dalam
tubuh. Penentuan stadiumkanker paru-paru melibatkan evaluasi ukuran tumor serta ada tidaknya
metastasis pada limfe (kelenjar getah bening) atau organ lain. Penentuan stadium sangat penting
untuk menentukan bagaimana tumor tertentu harus ditangani. Penentuan stadium juga sangat
penting untuk memperkirakan prognosis, dimana stadium yang lebih tinggi memiliki prognosis
yang lebih buruk dibandingkan dengan stadium yang lebih rendah. (Anonim, 2013)
2. Stadium II dan III, kanker mungkin telah menyebar ke limfe (kelenjar getah bening)
3. Stadium IV, kanker telah menyebar keluar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya.
1 Limited Stage (LS), kanker terbatas pada daerah asalnya dalam paru-paru dan menyebar ke
limfe (kelenjar getah bening)
2. Extensive Stage (ES), kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang jauh dari paru-paru
D. Tanda Gejala
1. Gejala awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2. Gejala umum.
Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk
kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang
kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
Kanker bisa menyebabkan bunyi mengi karena terjadi penyempitan saluran udara di dalam
atau di sekitar tempat tumbuhnya kanker. Obstruksi bronkus bisa menyebabkan kolaps pada
bagian paru-paru yang merupakan percabangan dari bronkus tersebut, keadaan ini disebut
ateleksis. Akibat lainnya adalah pnemonia dengan gejala berupa batuk, demam, nyeri dada dan
sesak nafas.
Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika kanker berkembang
untuk menutup saluran udara yang utama.
Atelaksis
Pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus
maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang dangkal.
2. Invasi lokal :
Nyeri dada
Jika dinding tumbuh ke dalam dinding dada, dapat menyebabkan nyeri dada yang menetap.
Obstruksi dan aliran yang lambat menyebabkan tekanan vena meningkat dan inilah yang
menyebabkan timbulnya edema interstisial dan alirandarah kolateral membalik (retrograde
collateral flow).Obstruksidapat disebabkan oleh proses dari luar yang menyebabkan
terjadinyapenekanan (kompresi) terhadap vena tetapi dapat juga terjadi karena proses didalam
vena, misalnya munculnya trombosis.
Suara serak
Peningkatan penekanan pada saluran udara di dalam atau disekitar tempat timbulnya
kanker. Kanker bisa tumbuh di puncak paru-paru sehingga kerusakan juga bisa terjadi pada saraf
termasuk saraf pita suara sehingga suara penderita menjadi serak.
Kanker bisa tumbuh secara langsung ke dalam kerongkongan, atau tumbuh didekat
kerongkongan, sehingga terjadi gangguan menelan.
Benjolan di pangkal leher
Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang
hebat.
3. Gejela Penyakit Matestatis
Melebarnya kanker paru kebagian otak, tulang, hati dan adrenal menyebabkan gangguan
pada daerah tersebut seperti
Hipertrofi osteoartropati
Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
Neuromiopati
Sering terdapat pada perokok dengan COPD yang terdeteksi secara radiologis.
E. Etiologi
1. Merokok
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah
ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma
bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada
perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun.
Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan
pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Perokok Pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap
asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya
kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak
merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali.
Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi pada
perokok pasif.
3. Polusi Udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil
bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali
lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga
menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat
sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.
Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang
lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara
polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren.
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik
hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru.
Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih
besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun
uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
5. Diet
6. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada
protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-
gen K-ras dan myc)dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan
CDKN2) (Wilson, 2005).Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker
paru, yakni :
1. Proton onkogen.
7. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi
risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan.
8.Iridasi
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan
dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi
operatif.
F. Patofasiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hiperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
G. Komplikasi
Paru- paru komplikasi kanker adalah kondisi gejala sekunder atau gangguan lain yang
disebabkan oleh penyakit. Dalam banyak kasus perbedaan antara gejala dan komplikasi dari
penyakit ini tidak jelas. Komlikasi mungkin karena penyakit itu sendiri atau efek samping dari
salah satu perawatan. Menurut Novit Widya Rahayu (2012) kanker paru-paaru dapat
menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya:
1. Sesak napas
Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika kanker berkembang
untuk menutup saluran udara yang utama.
2. Batuk darah
Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang dapat membuat Anda
batuk darah (hemoptisis).
3. Nyeri
Kanker paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian lain dari tubuh dapat
menyebabkan rasa sakit.
1. Radiologi
1.Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian
hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2. Bronkhografi
2. Laboratorium.
1. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
1. Bronkoskopi
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,
sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3. Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
4. Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
5.Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non
invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan
1.CT-Scanning
2. MRI
I. Penatalaksanaan Medis
Menururt Fandik Prasetiyawan (2011) penatalaksaaan medis untuk klien kanker paru adalah
sebagai berikut:
1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru
yang tidak terkena kanker.
2. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau
terapi radiasi.
3 Radioterapi radikal
Radioterapi radikal digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa
dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya menyembuhklan
sedikit.
4. Radioterapi paliatif,
Radioterapi paliatif untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri local.
5.Terapi endobronkia
Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat
memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang signifikan
6. Perawatan faliatif
Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid
membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan.