PENDAHULUAN
1
3. Apa saja klasifikasi keracunan gas karbon monoksida (CO) ?
4. Bagaimana patofisiologi keracunan gas karbon monoksida (CO) ?
5. Bagaimana manifestasi klinis keracunan gas karbon monoksida (CO) ?
6. Bagaimana penatalaksanaan keracunan gas karbon monoksida (CO) ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi gas CO
2. Untuk mengetahui penyebab keracunan gas CO
3. Untuk mengetahui klasifikasi keracunan gas CO
4. Untuk mengetahui patofisiologi keracunan gas CO
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis keracunan gas CO
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan keracunan gas CO
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Gas karbon monoksida adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan
tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen
berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan
kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen.
Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari
senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon
monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses
pembakaran. Karbon monoksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api
berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat racun,
CO memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni
merupakan prekursor banyak senyawa karbon.
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau.
Karbon monoksida digunakan untuk mereduksi oskida untuk memperoleh
logam murni dan juga digunakan untuk membantu produksi metanol. Dalam
proses indstri , karbon monoksida digunakan dalam jumlah kecil
(BMZ,1995). Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran material yang
mengadung karbon seperti bensin, gas alam, batu bara , kayu. Karbon
monoksida merupakan produk yang tidak digunakan dalam proses
pembakaran oksigen dibawah jenuh yang melibatkan senyawa karbon.
Sehingga jumlah karbon monoksida yang dihasilkan terutama tergantung dari
perbandingan bahan bakar dan udara serta tingkat pencampuran. Karbon
monoksida dihasilkan terutama dari pembakaran minyak di bahan bakar
kendaraan bermotor ( BMZ,1995).
3
oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi
secara metabolis dengan darah (hemoglobin) (Fardani, E., 2014). Ikatan
karbon monoksida dengan darah (karboksihemoglobin) lebih stabil daripada
ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Keadaan ini menyebabkan
darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital
darah sebagai pengangkut oksigen terganggu (Fardani, E., 2014).
1. Self poisoning terjadi dimana pasien menggunakan obat dengan dosis yang
berlebihan
2. Attempted poisoning terjadi ketika pasien ingin bunuh diri
4
3. Acciedental poisoning terjadi keracunan murni akibat ketidak sengajaan
4. Homicidal poisoning terjadinya keracunan akibat tindakan kriminal atau
sengaja meracuni seseorang.
1. Keracunan Akut (keracunan jenis ini lebih mudah dipahami karena biasanya
terjadi secara mendadak setelah makan atau terkena sesuatu). Gas karbon
monoksida adalah gas beracun. Gejalanya dapat terjadi perlahan-lahan, dan
kerap terjadi secara mendadak cepat. Ini bergantung dari konsetrasi paparan
dan lama paparan. Indikasinya bibir dan kukukuku jari jemari akan berubah
menjadi agak merah. Ini suatu tanda adanya paparan yang melampaui batas
yang bisa diterima. Juga bisa terlihat seseorang yang terpapar mengalami
gejala sakit kepala, pernapasan jadi pendek dan dangkal, pusing, mendesah,
indiges, dan mual. Pada konsetrasi yang tinggi bisa saja terjadi pingsan atau
tidak sadarkan diri dan mungkin berakibat kematian. Gejalanya juga bisa
berupa penglihatan terganggu dan kehilangan ingatan.
2. Keracunan Kronis (keracunan jenis ini sulit dipahami, karenan gejala timbul
perlahan dan lama sesudah pajanan. Gejala akut setelah pemajanan berkali-
kali dalam dosis yang relatif kecil). Kajian klinis menunjukkan adanya
hubungan antara paparan gas karbon monoksida untuk pekerjaan tertentu
seperti petugas pemadam kebakaran, pekerja proyek/foundry dan kejadian
meingkatnya penyakit jantung. Gas karbon moniksida adalah gas toksin
reproduksi. Kajian klinis secara inhalasi terhadap tikus (hamil)
menunjukkan dampak negatif. Melibatkan konsentrasi sekitar 65 ppm/24
jam maka akan menunjukkan gejala atau efek negatif terhadap sistem
reproduksi.
1. Sistem pernapasan.
2. Sistem sirkulasi.
3. Sistem kardiovaskular.
4. Sistem saraf pusat .
5. Sistem reproduksi.
5
Menurut Jenis Bahan Kimia
1. Alkohol
2. Fenol
3. Logam Berat
4. Organofosfor.
6
lebih kuat 200 kali dibandingkan dengan ikatan antara oksigen dan
haemoglobin.
7
ini berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel darah merah mempunyai
ikatan yang lebih kuat terhadap karbon monoksida (CO) dari pada oksigen
(O2). Sehingga kalau terdapat CO dan O2, sel darah merah akan cenderung
berikatan dengan CO. Bila terhirup, karbon monoksida akan berikatan dengan
Haemoglobin (Hb) dalam darah membentuk Karboksihaemoglobin sehingga
oksigen tidak dapat terbawa. Ini disebabkan karbon monoksida dapat
mengikat 250 kali lebih cepat dari oksigen. Gas ini juga dapat mengganggu
aktifitas seluler lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi organ yang
menggunakan sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung. Efek paling
serius adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel ototjantung,
juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf.
8
oksigen pada tingkat seluler (seluler hypoxia). Sel darah tidak hanya
mengikat oksigen melainkan juga gas lain. Kemampuan atau daya ikat ini
berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel darah merah mempunyai ikatan
yang lebih kuat terhadap karbon monoksida (CO) dari pada oksigen (O2).
Sehingga kalau terdapat CO dan O2, sel darah merah akan cenderung
berikatan dengan CO. Bila terhirup, karbon monoksida akan berikatan dengan
Haemoglobin (Hb) dalam darah membentuk Karboksihaemoglobin sehingga
oksigen tidak dapat terbawa. Ini disebabkan karbon monoksida dapat
mengikat 250 kali lebih cepat dari oksigen. Gas ini juga dapat mengganggu
aktifitas seluler lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi organ yang
menggunakan sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung. Efek paling
serius adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel otot jantung,
juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf. Gejala-gejala klinis dari
saturasi darah oleh karbon monoksida Konsentrasi CO dalam darah Gejala-
gejala Kurang dari 20% Tidak ada gejala. 20% Nafas menjadi sesak. 30%
Sakit kepala, lesu, mual, nadi dan pernafasan sedikit meningkat. 30% – 40%
Sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya ingat, lemah, hilang daya
koordinasi gerakan. 40% - 50% Kebingungan makin meningkat, setengah
sadar. 60% - 70% Tidak sadar, kehilangan daya mengontrol faeces dan urin.
70% - 89% Koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian karena kegagalan
pernafasan.
9
gas karbon monoksida. Sumber gas karbon monoksida juga harus
dijauhkan dari pasien agar gas tidak terus menerus terhirup oleh pasien
yang dapat menyebabkan kadar HbCO dalam darah pasien terus
meningkat.
c. Pemeriksaan Laboratorium
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
11
Saran penulis untuk perawat dan mahasiswa keperawatan Indonesia adalah
harus mengerti betul apa yang dimaksud dengan gas karbon monoksida beserta
bahaya yang ditimbulkannya sehingga para perawat muda mampu untuk
mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh gas karbon monoksida, serta
diharapkan mahasiswa keperawatan mampu mengetahui bagaimana mekanisme
dari keracunan, gejala dan penanganannya, misalnya perawat harus mengerti
pertolongan pertama dalam penanganan keracunan dari gas karbon monoksida,
loggarkan pakaian korban agar bisa bernafas serta usahakan korban mendapatkan
oksigen yang cukup dan pastikan pasien tetap tenang, dan yang paling penting
adalah perawat mampu memberikan edukasi atau pendidikan kepada masyarakat
mengenai bahaya dan pencegahan dari karbon monoksida.
12
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, B.G. 2004. Farmakologi: Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba
Medika.
Olson, KR, 2004 Cargbon Monoxide, Poisoning & Drug Overdose, Fourth
edition, Mc. Graw Hill, Singapore.
13