1. LATAR BELAKANG:
Saat ini Indonesia termasuk negara berkembang yang sedang mengalami masa transisi atau
perubahan, yaitu dari negara agraris/pertanian menuju negara Industri. Ciriciri negara
agraris antara lain perekonomian masih didominasi sektor pertanian, peternakan, dan
perindustrian umumnya masih skala kecil dengan teknologi yang sederhana/tradisional.
Seiring dengan kemajuan jaman, peran sektor pertanian semakin berkurang, dan sebaliknya
semakin banyak bermunculan berbagai macam industri dengan teknologi dan mesin-mesin
modern/canggih.
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kota-kota besar, saat ini semakin banyak kita
jumpai perusahaan/industri yang menggunakan mesin dan peralatan modern, misalnya
bidang otomotif, permesinan, pengelasan dll, dimana untuk dapat mengoperasikannya
dituntut persyaratan tertentu sehingga pekerja dapat terhindar dari terjadinya kecelakaan
kerja.
Apabila sampai terjadi kecelakaan kerja, dapat berakibat fatal. Kecelakaan kerja dapat
menimbulkan kerugian, bukan hanya materi (mesin rusak, tabung meledak, gedung
terbakar, dll), tetapi juga non materi, misalnya cacat tubuh dan bahkan meninggal dunia.
Oleh karena itu, penting bagi para calon tenaga kerja maupun pekerja untuk menyadari arti
penting keselamatan dan kesehatan kerja, mengetahui sebab-sebab serta bagaimana
menghindari kecelakaan kerja.
1
8. Menggunakan peralatan yang kurang tepat
9. Kesalahan menggunakan alat pengaman diri
10. Tidak tepat melakukan pekerjaan
faktor pengetahuan,
fator keterampilan,
faktor sikap/kebiasaan.
Sedangkan faktor kondisi dapat diuraikan menjadi tiga faktor pula, yaitu:
2
kondisi manusia/pekerja,
kondisi mesin/alat
kondisi lingkungan.
3
1.3. FAKTOR PERBUATAN
1.3.1 Pengetahuan (Aspek Teori)
Perbuatan tidak selamat dapat diakibatkan oleh faktor pengetahuan. Misalnya pekerja
tidak tahu tentang fungsi suatu komponen mesin atau cara mengoperasikansuatu mesin,
tetapi dia nekat mengoperasikan mesin tersebut, maka dapat berakibatkecelakaan.
Dalam pekerjaan las asetilen misalnya, paling tidak pekerja harusmengetahui kode
warna tabung gas dan selang gas (biru/hitam untuk tabung oksigen, putih/merah untuk
asetilen) serta jenis ulir regulator (ulir kanan untuk tabung oksigen, ulir kiri untuk
tabung asetilen). Kalau tidak tahu, misalnya tertukar, maka dapat berakibat kecelakaan.
Untuk mengatasi pengetahuan yang kurang (aspek teori), caranya adalah dengan belajar.
Belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya belajar secara mandiri lewat
buku-buku, bertanya kepada yang ahli/lebih tahu, ikut pendidikan/pelatihan, dll.
1.3.3. Sikap/Kebiasaan
Seseorang yang sudah mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan apakah
menjamin terhindar dari kecelakaan kerja? Jawabnya adalah belum. Walaupun sudah
tahu secara teori maupun praktiknya, tetapi ceroboh, tidak disiplin, kurang hati-hati,
sembrono, dsb, dapat berakibat kecelakaan. Banyak contoh kasus kecelakaan terjadi
karena faktor kebiasaan pekerja yang buruk, baik yang disengaja atau tidak. Misalnya
pekerja menaruh puntung rokok di dekat bensin atau gas asetilen, dapat menyebabkan
4
kebakaran. Pengemudi motor/mobil sudah mahir, tetapi menerabas rambu-rambu lalu-
lintas juga dapat mengakibatkan kecelakaan.
Untuk mengubah sikap dan kebiasaan yang kurang baik ini, pekerja harus dilatih untuk
disiplin serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku. Untuk mengubah kebiasaan ini
memang tidak mudah, oleh karena itu sebelum terlanjur menjadi kebiasaan, kita harus
mengubah kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik ini, sedikit demi sedikit mulai dari
sekarang.
5
1.4.3. Kondisi Lingkungan
Faktor lain yang berperanan terjadinya kecelakaan kerja adalah lingkungan, baik
lingkungan fisik/alam maupun lingkungan sosial. Banyak contoh kasus kecelakaan yang
disebabkan oleh faktor ini, misalnya terjadinya kebakaran akibat musim kemarau/panas,
kecelakaan lalu lintas karena jalan yang buruk, dll.
Dari semua faktor-faktor yang dapat menyebakan kecelakaan kerja, 80% kecelakaan
disebabkan oleh faktor perbuatan manusia. Bahkan, baik langsung atau tidak
langsung, semua kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia.
Artinya, kita tidak dapat menyalahkan faktor alam misalnya, karena manusialah yang
dapat mengatur dan menciptakan kondisi sesuai yang diinginkannya. Dengan kata lain
akar permasalahan dari suatu kecelakaan adalah KEBIJAKAN MANAJEMEN
(Lihat Bagan).
6
1.6. UPAYA LAIN PENCEGAHAN KECELAKAAN
Sebab-sebab kecelakaan dan bagaimana solusinya sudah diuraikan di depan. Dalam
bagian ini akan ditambahkan upaya-upaya pencegahan kecelakaan dari sisi lain, serta
upaya mengurangi dampak akibat terjadinya kecelakaan. Upaya lain pencegahan
kecelakaan kerja dapat dilakukan antara melalui:
1. Penerapan peraturan-peraturan atau perundangan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja, antara lain:
a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
b. Kep. Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 13/Men/1984 Tentang Pola Kampanye
c. Nasional Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3).
2. Pemakaian alat pelindung, yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. Secara umum,
berbagai alat pelindung meliputi:
a. Alat pelindung kepala (berbagai macam topi, helm)
b. Alat pelindung muka dan mata (berbagai jenis kaca mata)
c. Alat pelindung telinga (berbagai macam tutup telinga)
d. Alat pelindung hidung (berbagai macam masker)
e. Alat pelindung kaki (berbagai macam sepatu)
f. Alat pelindung tangan (berbagai macam sarung tangan)
g. Alat pelindung badan (apron, wearpack, baju kerja)
3. Pengaturan ruangan, tata letak mesin dan alat, pengaturan suhu dan sirkulasi udara
(dengan AC, kipas angin, ventilasi yang baik), pengurangan kebisingan (dengan
peredam suara), penerangan yang baik, dll
4. Tersedianya tabung pemadam kebakaran, kotak PPPK, dll sarana pencegahan dan
pengobatan.
5. Pencegahan dan perlindungan terhadap bahaya zat-zat kimia beracun serta berbagai
macam penyakit akibat kerja.
7
1.6.1 ERGONOMI
o Yaitu ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan kemampuan esensial
manusia untuk memperoleh keluaran (output) yang optimum.
o Dengan kata lain, penerapan prinsip ergonomi merupakan penciptaan suatu kombinasi
yang paling serasi antara dua sub sistem, yaitu:
1. Tekno-struktural
2. Sosio-prosesual
o Jika proporsi atau kombinasi antara kedua faktor tsb tidak tepat, maka ada dua
kemungkinan:
Penjelasan: Semakin canggih atau rumit suatu teknologi maka dibutuhkan manusia/pekerja
yang semakin pandai dan terampil pula.
8
BAB II
9
10. terbakar karena reaksi kimia
11. lain-lain: runtuhnya bangunan, peledakan, petir, dll.
o Kita harus mengenal sumber2 bahaya dalam industri atau lingkungan kerja
sehingga kita dapat mendeteksi lebih dini kemungkinan2 kondisi tidak wajar
(berbahaya) yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
o Kondisi lingkungan yang tsb. antara lain:
1. suhu dan kelembaban udara
2. kebersihan udara
3. penerangan dan kuat cahaya
4. kekuatan bunyi
5. cara dan proses kerja
6. udara dan gas bertekanan
7. kondisi mesin, alat, bahan, dan perlengkapan kerja
8. Dll.
o Pengendalian kebisingan dan Getaran:
Kebisingan di atas batas normal (85 db) harus dihindari guna mencegah
gangguan syaraf, keletihan mental, dan untuk meningkatkan semangat kerja.
o Cara Pengendalian:
1. Bagian2 yang bergerak dari seluruh mesin/peralaan diberi minyak
pelumas/gemuk.
2. Cegah penggunaan mesin yang menimbulkan suara bising di atas normal
3. Pergunakan peredam getaran, misalnya tegel akustik, karet, dan peredam
lain untuk dinding, langit2, lantai.
4. Sumber getaran diisolasi, misalnya generator listrik diletakkan di dalam
tanah.
5. Gunakan alat pelindung telinga.
10
Suhu udara berpengaruh terhadap produktivitas dan kesehatan karyawan.
Pengendalian suhu: hindari suhu yang terlalu dingin (<50º F atau terlalu
panas > 80º F), pemakaian AC, kipas angin, exhaust fan.
Sarana: berpengaruh terhadap kenyamanan karyawan, kelancaran
produksi, dan akhirnya terhadap produktivitas. Perhatikan fasilitas: air
bersih, toilet/WC, kamar mandi, ruang ganti pakain, tempat ibadah, dll.
3. Karyawan:
a. kondisi mental dan fisik
b. kebiasaan kerja yang baik dan aman
c. pemakaian alat-alat pelindung diri
4. Cara kerja:
a. prosedur kerja yang aman
b. prosedur tetap untuk kegiatan yang berulang
c. kebiasaan kerja sesuai petunjuk/manual
11
2.3. PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
Kebakaran dapat terjadi karena 3 (tiga) unsur yang ada secara bersamaan,
yaitu:
1. Oksigen
2. Panas
3. Bahan yang dapat terbakar
Sumber2 bahaya kebakaran yang umum terjadi:
1. merokok
2. zat cair yang mudah terbakar
3. nyala api terbuka
4. sisem kelistrikan yang jelek
5. tata rumah tangga yang buruk
6. mesin2 yang tidak terawat
7. peralatan las.
8. Dll
Peristiwa2 yang dapat mengakibatkan kebakaran:
1. nyala api dan bahan2 pijar
2. penyinaran terus menerus
3. peledakan (uap, gas, zat cair)
4. percikan api
5. reaksi kimia
6. terbakar sendiri
7. peristiwa lain
12
5. pengendalian kerusakan dan tindakan pemadamannya
13
2.4.1. Jenis2 Kebakaran
Menurut Peraturan Menteri tenaga Kerja No. Per. 04/Men/1980, kebakaran
diklasifikasikan 4 kelas:
14
saluran air, hydrant pillar (di luar), hydrant box (di dalam), selang, pipa
kopel, dan pipa semprot (nozzle).
15
2.6. SISTEM PENCEGAHAN BAHAYA LEDAKAN:
Ledakan adalah kejadian yang menyangkut suatu bejana/tabung dan
tekanan udara atau gas. Misalnya jika tekanan udara/gas dalam tabung
melebihi daya tahan tabung tsb, maka pada titik kritisnya tabung akan
meledak. Akibat ledakan, dapat melukai dan membunuh manusia, serta
menghancurkan gedung beserta isinya.
16
BAB III
PENCEGAHAN KECELAKAAN
c. Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak sesuai dengan
keperluan perusahaan.
17
c. Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.
d. Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan.
e. Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.
18
4. Topi Pengaman, diproyeksikan untuk pekerja lapangan yang dimungkinkan dapat
celaka dibagian kepala
5. Pelindung Telinga, bag pekerja yang mempunyai nilai kebisingan diatas ambang
batas
6. Perlindungan Paru, dimungkinkan bagi yang bekerja dengan nilai pencemaran
udara yang tinggi
3.6. PENERANGAN
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam masalah penerangan untuk
keselamatan :
d. Intensitas cahaya
19
Ventilasi harus diletakan/diposisikan secara tepat sesuai dengan kebutuhan area
kerja.
20
BAB VI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
21
Eksistensi K3 sebenarnya muncul bersamaan dengan revolusi industri di Eropa,
terutama Inggris, Jerman dan Prancis serta revolusi industri di Amerika Serikat. Era ini
ditandai adanya pergeseran besar-besaran dalam penggunaan mesin-mesin produksi
menggantikan tenaga kerja manusia. Pekerja hanya berperan sebagai operator.
Penggunaan mesin-mesin menghasilkan barang-barang dalam jumlah berlipat ganda
dibandingkan dengan yang dikerjakan pekerja sebelumnya. Revolusi IndustriNamun,
dampak penggunaan mesin-mesin adalah pengangguran serta risiko kecelakaan dalam
lingkungan kerja. Ini dapat menyebabkan cacat fisik dan kematian bagi pekerja. Juga
dapat menimbulkan kerugian material yang besar bagi perusahaan. Revolusi industri
juga ditandai oleh semakin banyak ditemukan senyawa-senyawa kimia yang dapat
membahayakan keselamatan dan kesehatan fisik dan jiwa pekerja (occupational
accident) serta masyarakat dan lingkungan hidup.
22
Misalnya udara atau fluida yang digunakan pada saat bekerja. Kedua zat ini sangat
mudah bereaksi dengan tubuh dan menimbulkan kondisi tertentu. Beberapa zat
berbahaya tersebut antara lain :
• Gas asetilin pada pekerjaan las asetilin
• Percikan api pada pekerjaan las listrik
• Cairan asam sulfat (H2SO4) pada accu
• Butir halus cat pada pekerjaan pengecatan
• Ruangan dengan sirkulasi udara yang tidak lancar
4.4.Keselamatan kerja
Keselamatan kerja terkait dengan kondisi yang mengupayakan antisipasi segala hal
yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Pada sisi yang lainnya, keselamatan kerja
juga menuntut pelaksanaan pekerjaan sebaik-baiknya agar tidak terjadi kecelakaan.
Pada saat bekerja di pabrik, keselamatan kerja harus benar-benar diperhatikan sebab
banyak elemen kerja yang dapat mengancam keselamatan diri. Berbagai mesin atau
peralatan yang digunakan untuk bekerja selain memberikan keuntungan, ternyata juga
memberikan keburukan.
Beberapa kondisi mesin yang merupakan ancaman keselamatan kerja kita adalah:
Mesin yang berputar dalam kondisi terbuka
Sabuk mesin yang tidak tertutup
Mesin dengan sistem kontrol yang rusak
Mesin yang bekerja di atas kemampuannya
Mesin dengan kondisi kabel listrik terkelupas
23
keselamatan kerja sangatlah penting dalam industri, karena beberapa aspek berikut:
1. produktivitas
kecelakaan dalam industri akan menghambat produksi atau bahkan
menghentikannya. dengan demikian, akan terjadi loss of man-hour dan loss of
material.
2. investasi
kecelakaan dalam industri akan berakibat terhadap infrastruktur maupun mesin dan
peralatan yang ada di dalamnya. dengan demikian, akan terjadi loss of asset, di
mana aset yang semula diharapkan dapat membantu produksi hingga jangka waktu
lama akan berkurang atau habis.
3. imej perusahaan
kecelakaan dalam industri menimbulkan masalah kepercayaan terhadap lingkungan
serta proses industri yang dijalankan perusahaan. masalah ini berkaitan dengan
kepercayaan investor untuk tetap menanamkan modalnya, kepercayaan pelanggan
untuk tetap membeli, serta kepercayaan karyawan terhadap manajemen perusahaan.
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja bukanlah masalah kecil bagi pengusaha.
Kecelakaan kerja sangat merugikan baik pengusaha, tenaga kerja, pemerintah, dan
masyarakat.
Dengan terjadinya kecelakaan kerja , maka akan menimbulkan kerugian yang berupa
hilang atau berkurangnya kesempatan kerja, modal, dan lain sebagainya.
Pengusaha diwajibkan untuk mengatur dan memelihara tempat kerja yang menyangkut
ruangan , alat, perkakas dimana pekerja melakukan tugasnya, termasuk petunjuk-
petunjuk bagi pekerja agar pekerja terhindar dari kecelakaan kerja. Terhadap pengusaha
yang tidak mengindahkan hal ini, maka mereka wajin mengganti kerugian apabila
terjadi musibah terhadap pekerja.
Sedang disisi lain harus diadakan kesehatan kerja yaitu perlindungan terhadap tenaga
kerja dari eksploitasi tenaga kerja oleh pengusaha.
24
4.5. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sasaran utamanya adalah
meningkatkan kesejahteraan bangsa secara merata.
Tenaga kerja sebagai salah satu unsure pembangunan yang mempunyai kegiatan
produktif perlu mendapat perlindungan, pemeliharaan, dan pengembangan terhadap
kesejahteraannya
Perlindungan tersebut diberikan baik semasa pekerja ada dalam hubungan kerja maupun
setelah berakhirnya hubungan kerja.
25
HUKUM KETENAGA KERJAAN
BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003
26
4.8. PELATIHAN KERJA PASAL 18:
PASAL 52
1. Perjanjian kerja dibuat atas dasar :
a. kesepakatan kedua belah pihak;
b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dapat dibatalkan.
3. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal demi hukum.
27
PASAL 54
Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya memuat :
a. Nama, alamat perusahaan dan jenis usaha;
b. Nama, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja/buruh;
c. Jabatan atau jenis pekerjaan;
d. Tempat pekerjaan;
e. Besarnya upah dan cara pembayarannya;
f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan
g. Pekerja/buruh.
h. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
i. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan
j. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
Pasal 68
Pengusaha dilarang mempekerjakan anak.
Pasal 69
1. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak
yang berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun
untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan
kesehatan fisik, mental dan sosial.
2. Pengusaha yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan :
a. izin tertulis dari orang tua atau wali;
b. perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali;
c. waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam;
d. dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;
e. keselamatan dan kesehatan kerja;
f. adanya hubungan kerja yang jelas; dan
g. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
28
Pasal 76
1. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun
dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
2. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut
keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselaman kandungannya maupun
dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00
sampai dengan pukul 07.00 wajib :
a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja
4. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh
perempuan yang berangkat dan pulanag bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan
pukul 05.00
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Pasal 86
1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
4.10. keselamatan dan kesehatan kejra;
4.11. moral dan kesusilaan; dan
4.12. perlakkuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai
2. agama Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan
kerja
3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 87
1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
29
2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamaatan dan kesehatan
kerja sebagaimana dimaksaud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 137
Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja /serikat buruh
dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan.
Pasal 138
1. Pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh yang bermaksud mengajak
pekerja/buruh lain untuk mogok kerja pada saat mogok kerja berlangsung dilakukan
dengan tidak melanggar hukum.
2. Pekerja/buruh yang diajak mogok kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1),dapat memenuhi atau tidak memenuhi ajakan tersebut.
Pasal 146
1. Penutupan perusahaan (lock-out) merupakan hak dasar pengusaha untuk menolak
pekerja/buruh sebagaian atau seluruhnya untuk menjalankan pekerjaan sebagai
akibat gagalnya perundingan.
2. Pengusaha tidak dibenarkan melakukan penutupan perusahaan (lock-out) sebagai
tindakan balatan sehubungan adanya tuntutan normatif dari pekerja/buruh dan/atau
serikat pekerja/serikat buruh.
3. Tindakan penutupan perusahaan (lock-out) harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
30
BABV
PENUTUP
31
DAFTAR PUSTAKA
Soepomo, Iman, 1980, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja, Jambatan, Jakarta
Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia,
Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
32
Maimun, 2004,Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Cet, Pertama, PT.Pradnya
Paramita, Jakarta.Lalu Husni, 2003, Pengatar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Edisi
Rivisi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
33