Anda di halaman 1dari 33

BAB I

1. LATAR BELAKANG:
Saat ini Indonesia termasuk negara berkembang yang sedang mengalami masa transisi atau
perubahan, yaitu dari negara agraris/pertanian menuju negara Industri. Ciriciri negara
agraris antara lain perekonomian masih didominasi sektor pertanian, peternakan, dan
perindustrian umumnya masih skala kecil dengan teknologi yang sederhana/tradisional.
Seiring dengan kemajuan jaman, peran sektor pertanian semakin berkurang, dan sebaliknya
semakin banyak bermunculan berbagai macam industri dengan teknologi dan mesin-mesin
modern/canggih.
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kota-kota besar, saat ini semakin banyak kita
jumpai perusahaan/industri yang menggunakan mesin dan peralatan modern, misalnya
bidang otomotif, permesinan, pengelasan dll, dimana untuk dapat mengoperasikannya
dituntut persyaratan tertentu sehingga pekerja dapat terhindar dari terjadinya kecelakaan
kerja.
Apabila sampai terjadi kecelakaan kerja, dapat berakibat fatal. Kecelakaan kerja dapat
menimbulkan kerugian, bukan hanya materi (mesin rusak, tabung meledak, gedung
terbakar, dll), tetapi juga non materi, misalnya cacat tubuh dan bahkan meninggal dunia.
Oleh karena itu, penting bagi para calon tenaga kerja maupun pekerja untuk menyadari arti
penting keselamatan dan kesehatan kerja, mengetahui sebab-sebab serta bagaimana
menghindari kecelakaan kerja.

1.2. SEBAB-SEBAB TERJADINYA KECELAKAAN KERJA


 PENYEBAB DASAR KECELAKAAN
1. Pengoperasian yang bukan wewenangnya.
2. Kesalahan pengoperasian
3. Kesalahan pengamanan
4. Pengoperasian kecepatan tinggi
5. Alat pengaman yang tidak beroperasi
6. Peralatan pengaman yang
7. Menggunakan peralatan yang tidak tepat

1
8. Menggunakan peralatan yang kurang tepat
9. Kesalahan menggunakan alat pengaman diri
10. Tidak tepat melakukan pekerjaan

1.2.1 KLASIFIKASI MENURUT JENIS KECELAKAAN


2. Terjatuh
3. Tertimpa benda jatuh
4. Terkena benda-benda
5. Terjepit oleh benda
6. Gerakan melebihi kemampuan
7. Pengaruh suhu tinggi
8. Terkena arus listrik
9. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi

1.2.2 KLASIFIKASI MENURUT PENYEBAB


 Mesin
 Alat angkut dan alat angkat
 Peralatan lain
Sebelum membicarakan tentang sebab-sebab terjadinya kecelakaan kerja, perlu disepakati
dulu tentang pengertian kecelakaan kerja. Yang dimaksud kecelakaan kerja adalah setiap
perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan (Silalahi,
1995:22). Dengan demikian, secara garis besar, kecelakaan dapat disebabkan oleh dua
faktor, yaitu: 1) Perbuatan manusia yang tidak membawa keselamatan, dan 2) Kondisi atau
keadaan yang tidak aman atau tidak selamat.
Perbuatan manusia/pekerja yang tidak selamat dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu:

 faktor pengetahuan,
 fator keterampilan,
 faktor sikap/kebiasaan.

Sedangkan faktor kondisi dapat diuraikan menjadi tiga faktor pula, yaitu:

2
 kondisi manusia/pekerja,
 kondisi mesin/alat
 kondisi lingkungan.

Uraian di atas dapat dibuat bagan seperti di bawah ini:

BAGAN: SEBAB-SEBAB DAN AKIBAT KECELAKAAN KERJA

3
1.3. FAKTOR PERBUATAN
1.3.1 Pengetahuan (Aspek Teori)
Perbuatan tidak selamat dapat diakibatkan oleh faktor pengetahuan. Misalnya pekerja
tidak tahu tentang fungsi suatu komponen mesin atau cara mengoperasikansuatu mesin,
tetapi dia nekat mengoperasikan mesin tersebut, maka dapat berakibatkecelakaan.
Dalam pekerjaan las asetilen misalnya, paling tidak pekerja harusmengetahui kode
warna tabung gas dan selang gas (biru/hitam untuk tabung oksigen, putih/merah untuk
asetilen) serta jenis ulir regulator (ulir kanan untuk tabung oksigen, ulir kiri untuk
tabung asetilen). Kalau tidak tahu, misalnya tertukar, maka dapat berakibat kecelakaan.
Untuk mengatasi pengetahuan yang kurang (aspek teori), caranya adalah dengan belajar.
Belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya belajar secara mandiri lewat
buku-buku, bertanya kepada yang ahli/lebih tahu, ikut pendidikan/pelatihan, dll.

1.3.2. Keterampilan (Aspek Praktik)


Walaupun seseorang sudah tahu dan paham tentang fungsi dan cara kerja suatu mesin,
belum menjamin terhindar dari kecelakaan kerja. Misalnya seseorang sudah tahu betul
bagaimana cara mengendarai motor atau mobil, tetapi kurang terampil dalam
mengendarai, maka dapat mengakibatkan kecelakaan. Seseorang sudah tahu bagaimana
cara mengelas, tetapi kurang terampil dalam mengelas, dapat mengakibatkan
kecelakaan.
Cara yang baik untuk meningkatkan keterampilan (aspek praktik) adalah dengan banyak
berlatih. Semakin banyak berlatih atau semakin lama bekerja, maka keterampilannya
semakin terasah dan semakin mahir dan berpengalaman.

1.3.3. Sikap/Kebiasaan
Seseorang yang sudah mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan apakah
menjamin terhindar dari kecelakaan kerja? Jawabnya adalah belum. Walaupun sudah
tahu secara teori maupun praktiknya, tetapi ceroboh, tidak disiplin, kurang hati-hati,
sembrono, dsb, dapat berakibat kecelakaan. Banyak contoh kasus kecelakaan terjadi
karena faktor kebiasaan pekerja yang buruk, baik yang disengaja atau tidak. Misalnya
pekerja menaruh puntung rokok di dekat bensin atau gas asetilen, dapat menyebabkan

4
kebakaran. Pengemudi motor/mobil sudah mahir, tetapi menerabas rambu-rambu lalu-
lintas juga dapat mengakibatkan kecelakaan.
Untuk mengubah sikap dan kebiasaan yang kurang baik ini, pekerja harus dilatih untuk
disiplin serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku. Untuk mengubah kebiasaan ini
memang tidak mudah, oleh karena itu sebelum terlanjur menjadi kebiasaan, kita harus
mengubah kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik ini, sedikit demi sedikit mulai dari
sekarang.

1.4 FAKTOR KONDISI


1.4. 1. Kondisi Manusia/Pekerja
Walaupun seseorang sudah berpengetahuan, terampil, dan disiplin, juga belum
menjamin terhindar dari kecelakaan. Hal ini dapat terjadi karenaa faktor kondisi
pekerja, baik kondisi fisik maupun mental/psikisnya.. Misalnya saat bekerja kondisi
badan sedang sakit, ngantuk, stres, dsb., semua ini dapat berpengaruh pada pekerjaan.
Oleh karena itu pekerja harus menyadari akan hal ini, dengan cara menjaga stamina
badan serta menghindari problem-problem psikis dahulu sebelum bekerja, terutama
pada pekerjaan-pekerjaan yang menuntut konsentrasi tinggi.

1.4.2. Kondisi Mesin/Alat


Empat faktor yang disebutkan sebelumnya sudah dimiliki pekerja (pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan kondisi pekerja), namun belum menjamin terhindar dari
kecelakaan kerja. Hal ini dapat terjadi apabila kondisi mesin atau alat yang tidak layak
kerja atau tidak memenuhi syarat. Misalnya usia mesin atau alat yang sudah terlalu tua,
sehingga banyak komponen yang tidak berfungsi dengan baik atau tidak presisi lagi,
maka hal ini juga harus disadari sebagai salah satu faktor penyebab kecelakaan kerja.
Untuk mengatasi hal ini, maka sebelum bekerja harus diperiksa betul kondisi mesin,
apakah masih layak untuk dapat dioperasikan atau memerlukan perbaikan dahulu,
penggantian suku cadang, atau bahkan perlu menggantinya dengan mesin/alat baru.

5
1.4.3. Kondisi Lingkungan
Faktor lain yang berperanan terjadinya kecelakaan kerja adalah lingkungan, baik
lingkungan fisik/alam maupun lingkungan sosial. Banyak contoh kasus kecelakaan yang
disebabkan oleh faktor ini, misalnya terjadinya kebakaran akibat musim kemarau/panas,
kecelakaan lalu lintas karena jalan yang buruk, dll.
Dari semua faktor-faktor yang dapat menyebakan kecelakaan kerja, 80% kecelakaan
disebabkan oleh faktor perbuatan manusia. Bahkan, baik langsung atau tidak
langsung, semua kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia.
Artinya, kita tidak dapat menyalahkan faktor alam misalnya, karena manusialah yang
dapat mengatur dan menciptakan kondisi sesuai yang diinginkannya. Dengan kata lain
akar permasalahan dari suatu kecelakaan adalah KEBIJAKAN MANAJEMEN
(Lihat Bagan).

1.5. AKIBAT KECELAKAAN KERJA


Dengan menyadari kerugian-kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja,
diharapkan pekerja dapat lebih berhati-hati dalam bekerja. Kecelakaan kerja dapat
mengakibatkan dua kerugin, yaitu kerugian materi dan kerugian non materi atau
tenaga kerja.
Kerugian materi dapat dihitung dengan uang, misalnya mesin rusak/terbakar, tabung
meledak, gedung terbakar, dll. Dengan adanya mesin yang rusak, maka proses
pekerjaan terganggu atau bahkan berhenti, produksi tidak dapat mencapai target,
keuntungan menurun, bahkan perusahaan mengalami kerugian hingga ratusan juta
rupiah.
Kerugian yang bersifat non materi lebih berat lagi, dan ini tidak dapat dinilai dengan
uang. Apabila sampai menimbulkan kecelakaan yang meninpa pekerja, pekerja dapat
mengalami luka, sakit, cacat, dan bahkan meninggal dunia.
Apabila sakit, membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit, Apabila sampai
pekerja cacat, maka pekerja dapat kehilangan pekerjaan dan sumber nafkah bagi
keluarganya, serta keluarga ikut direpotkan olehnya. Selain itu, dia harus menanggung
beban mental/psikologis akibat cacat yang disandangnya.

6
1.6. UPAYA LAIN PENCEGAHAN KECELAKAAN
Sebab-sebab kecelakaan dan bagaimana solusinya sudah diuraikan di depan. Dalam
bagian ini akan ditambahkan upaya-upaya pencegahan kecelakaan dari sisi lain, serta
upaya mengurangi dampak akibat terjadinya kecelakaan. Upaya lain pencegahan
kecelakaan kerja dapat dilakukan antara melalui:
1. Penerapan peraturan-peraturan atau perundangan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja, antara lain:
a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
b. Kep. Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 13/Men/1984 Tentang Pola Kampanye
c. Nasional Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3).

2. Pemakaian alat pelindung, yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. Secara umum,
berbagai alat pelindung meliputi:
a. Alat pelindung kepala (berbagai macam topi, helm)
b. Alat pelindung muka dan mata (berbagai jenis kaca mata)
c. Alat pelindung telinga (berbagai macam tutup telinga)
d. Alat pelindung hidung (berbagai macam masker)
e. Alat pelindung kaki (berbagai macam sepatu)
f. Alat pelindung tangan (berbagai macam sarung tangan)
g. Alat pelindung badan (apron, wearpack, baju kerja)
3. Pengaturan ruangan, tata letak mesin dan alat, pengaturan suhu dan sirkulasi udara
(dengan AC, kipas angin, ventilasi yang baik), pengurangan kebisingan (dengan
peredam suara), penerangan yang baik, dll
4. Tersedianya tabung pemadam kebakaran, kotak PPPK, dll sarana pencegahan dan
pengobatan.
5. Pencegahan dan perlindungan terhadap bahaya zat-zat kimia beracun serta berbagai
macam penyakit akibat kerja.

7
1.6.1 ERGONOMI

o Yaitu ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan kemampuan esensial
manusia untuk memperoleh keluaran (output) yang optimum.
o Dengan kata lain, penerapan prinsip ergonomi merupakan penciptaan suatu kombinasi
yang paling serasi antara dua sub sistem, yaitu:

1. Tekno-struktural
2. Sosio-prosesual

o Jika proporsi atau kombinasi antara kedua faktor tsb tidak tepat, maka ada dua
kemungkinan:

1. Hasil yang direncanakan tidak tercapai (produktivitas di bawah target)


2. Ekses/dampak negatif (kecelakaan atau penyakit akibat kerja)

Grafik Hubungan Teknostruktural dan Sosioprosesual

Penjelasan: Semakin canggih atau rumit suatu teknologi maka dibutuhkan manusia/pekerja
yang semakin pandai dan terampil pula.

8
BAB II

2.1. MESIN DAN PERALATAN


o Langkah penting dalam perencanaan adalah memilih mesin dan peralatan kerja
yang efektif (tepat guna).
o Pemilihan mesin/peralatan dengan memperhatikan pertimbangan:
1. Mesin/alat harus mudah dipasang, dirawat, dan diperbaiki
2. Mesin/alat dilengkapi dengan sarana keselamatan kerja

o Contoh sarana keselamaan kerja pada mesin:


1. Alat pemutus arus listrik jika mesin tsb. Panas
2. Katup otomatis yang menghentikan arus bahan baker
3. Alat penutup bagian2 yang menonjol, bergerak, dan berputar
4. Pengendali/ tombol start-stop shg memungkinkan berhenti cepat
5. Desain mesin harus nyaman bagi operator

o Kecelakaan dalam industri dapat dikelompokkan dan dicatat menurut macamnya


guna mempermudah mempelajari dan mencegah terulangnya kecelakaan.

o Kecelakaan di industri dapat dikelompokkan sbb:


1. jatuh dari ketinggian
2. kejatuhan benda
3. terantuk/tersandung, tergelincir
4. terjepit di antara dua benda
5. tertumbuk/tertabrak, tergilas benda
6. terpotong
7. terkilir
8. terbakar karena suhu panas
9. terbakar karena arus listrik

9
10. terbakar karena reaksi kimia
11. lain-lain: runtuhnya bangunan, peledakan, petir, dll.
o Kita harus mengenal sumber2 bahaya dalam industri atau lingkungan kerja
sehingga kita dapat mendeteksi lebih dini kemungkinan2 kondisi tidak wajar
(berbahaya) yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
o Kondisi lingkungan yang tsb. antara lain:
1. suhu dan kelembaban udara
2. kebersihan udara
3. penerangan dan kuat cahaya
4. kekuatan bunyi
5. cara dan proses kerja
6. udara dan gas bertekanan
7. kondisi mesin, alat, bahan, dan perlengkapan kerja
8. Dll.
o Pengendalian kebisingan dan Getaran:
Kebisingan di atas batas normal (85 db) harus dihindari guna mencegah
gangguan syaraf, keletihan mental, dan untuk meningkatkan semangat kerja.
o Cara Pengendalian:
1. Bagian2 yang bergerak dari seluruh mesin/peralaan diberi minyak
pelumas/gemuk.
2. Cegah penggunaan mesin yang menimbulkan suara bising di atas normal
3. Pergunakan peredam getaran, misalnya tegel akustik, karet, dan peredam
lain untuk dinding, langit2, lantai.
4. Sumber getaran diisolasi, misalnya generator listrik diletakkan di dalam
tanah.
5. Gunakan alat pelindung telinga.

10
 Suhu udara berpengaruh terhadap produktivitas dan kesehatan karyawan.
 Pengendalian suhu: hindari suhu yang terlalu dingin (<50º F atau terlalu
panas > 80º F), pemakaian AC, kipas angin, exhaust fan.
 Sarana: berpengaruh terhadap kenyamanan karyawan, kelancaran
produksi, dan akhirnya terhadap produktivitas. Perhatikan fasilitas: air
bersih, toilet/WC, kamar mandi, ruang ganti pakain, tempat ibadah, dll.

2.2. EMPAT ASPEK PEMELIHARAAN YANG PERLU


DIPERHATIKAN:
1. Lingkungan kerja:
a. kebersihan, ketertiban, keteraturan
b. tata ruang
c. sirkulasi udara
d. penerangan

2. Mesin dan peralatan:


a. pelindung/pengaman
b. kondisi mesin/alat
c. kondisi bahan yang dipakai

3. Karyawan:
a. kondisi mental dan fisik
b. kebiasaan kerja yang baik dan aman
c. pemakaian alat-alat pelindung diri
4. Cara kerja:
a. prosedur kerja yang aman
b. prosedur tetap untuk kegiatan yang berulang
c. kebiasaan kerja sesuai petunjuk/manual

11
2.3. PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
 Kebakaran dapat terjadi karena 3 (tiga) unsur yang ada secara bersamaan,
yaitu:
1. Oksigen
2. Panas
3. Bahan yang dapat terbakar
 Sumber2 bahaya kebakaran yang umum terjadi:
1. merokok
2. zat cair yang mudah terbakar
3. nyala api terbuka
4. sisem kelistrikan yang jelek
5. tata rumah tangga yang buruk
6. mesin2 yang tidak terawat
7. peralatan las.
8. Dll
 Peristiwa2 yang dapat mengakibatkan kebakaran:
1. nyala api dan bahan2 pijar
2. penyinaran terus menerus
3. peledakan (uap, gas, zat cair)
4. percikan api
5. reaksi kimia
6. terbakar sendiri
7. peristiwa lain

 Lima prinsip pencegahan kebakaran:


1. pencegahan kecelakaan
2. pembuatan bangunan yang tahan api
3. pengawasan yang teratur dan berkala
4. penemuan kebakaran pada tingkat awal dan pemadamannya

12
5. pengendalian kerusakan dan tindakan pemadamannya

 Hal2 yang perlu diperhatikan dalam pencegahan kebakaran:


1. pengaturan dan perencanaan perusahaan
2. konstruksi bangunan dan pemilihan material
3. pengawasan thd. Kemungkinan kebakaran
4. sistem tanda kebakaran dalam perusahaan
5. pintu darurat
6. perlengkapan pemadam kebakaran
7. peraturan perundangan dalam pencegahan
8. Dinas Pemadam Kebakaran

 Sistem Isyarat Bahaya Kebakaran yaitu sistem yang mampu


menggantikan tenaga manusia untuk mengawasi bahaya kebakaran di suatu
tempat (gedung, kantor, pabrik, gudang, dsb) terutama pada waktu di luar
jam kerja.
 Komponen Isyarat Bahaya Kebakaran terdiri dari:
1. panel pengawas dengan pembagian daerah yang diawasi
2. detektor: detektor panas (thermal detector), detektor kepul asap (smoke detector),
dan manual break glass call points
3. Isyarat: bel alarm, horn
4. instalasi pengendali untuk menghubungi berbagai komponen
yang menjadi satu sistem.

2.4. Alat Pemadam Kebakaran,


yaitu alat pencegah/pemadam apabila terjadi kebakaran. Faktor2 yang
berpengaruh: waktu/kecepatan pemadaman, kualitas dan kapasitas alat
pemadam.

13
2.4.1. Jenis2 Kebakaran
Menurut Peraturan Menteri tenaga Kerja No. Per. 04/Men/1980, kebakaran
diklasifikasikan 4 kelas:

Jenis jenis Alat Pemadam Kebakaran

2.5. Sistem pemadaman terdiri dari:


2.5.1. Sistem hydrant (kran)
Menggunakan air sebagai alat pemadam api. Digunakan pada tempat yang
tersedia air banyak dan mudah didapat/murah. Kompenen peralatan: pompa,

14
saluran air, hydrant pillar (di luar), hydrant box (di dalam), selang, pipa
kopel, dan pipa semprot (nozzle).

2.5.2. Sistem penyembur api (Sprinkler System)


Merupakan kombinasi anatara sistem isyarat dan pemadam. Cocok untuk
pabrik, gudang, kantor, hotel, super market, dll., dimana tidak selamanya
mendapatkan pengawasan pekerja. Komponen terdiri dari sprinkler heads,
sprinkler control valve, fire pumppset, dan saluran. Alat bekerja secara
otomatis, yaitu apabila gelembung kaca pada sprinkler heads yang berisi
cairan alkohol yang dirancang pada panas tertentu (57, 68, 93 C) pecah, air
akan menyemprot secara otomatis.

2.5.3. Sistem pemadam dengan gas


Sistem ini digunakan pada tempat2 dimana jika digunakan penyemprot air
justru akan merusak peralatan, misalnya pada sistem kontrol/kendali, ruang
komputer, dll. Gas yang digunakan dapat berupa BCF atau CO2.

2.5.4. Sistem pemadam khusus


Sistem ini digunakan untuk tempat2 khusus, seperti pabrik kimia,
pengolahan minyak/gas, tangki gas, di kapal, bandara, dll dimana terdapat
peralatan, petugas, dan prosedur khusus yang dirancang guna menanggulangi
kebakaran.

15
2.6. SISTEM PENCEGAHAN BAHAYA LEDAKAN:
 Ledakan adalah kejadian yang menyangkut suatu bejana/tabung dan
tekanan udara atau gas. Misalnya jika tekanan udara/gas dalam tabung
melebihi daya tahan tabung tsb, maka pada titik kritisnya tabung akan
meledak. Akibat ledakan, dapat melukai dan membunuh manusia, serta
menghancurkan gedung beserta isinya.

 Untuk menghindari ledakan tabung, perhatikan hal2 sbb:


1. Baca buku petunjuk/manual dalam pengoperasian/perawatan
3. alat/tabung gas.
2. Tabung (baja) tempat gas apa pun harus kuat thd tekanan2.
3. Tabung bahan bakar atau udara bertekanan harus dilengkapi safety
4. valve (katup pengaman)
4. Tabung gas harus terhindar dari suhu tinggi atau sinar matahari
5. langsung
5. Hindari penggunaan tabung bekas yang tidak sesuai dengan
6. penggunaan bahan aslinya.
6. Setiap tabung berisi harus dilengkapi alat sehingga tabung tidak
7. jatuh/berguling.
7. Pemindahan tabung dengan cara/alat khusus.
8. Beri tanda pada tabung shg mudah dilihat/dibaca oleh banyak
8. orang.

16
BAB III
PENCEGAHAN KECELAKAAN

3.1. Pencegahan Kecelakaan


Berdasarkan uraian diatas, maka kecelakaan terjadi karena adanya ketimpangan dalam
unsur 5M, yang dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yang saling terkait, yaitu :
Manusia, Perangkat keras dan Perangkat lunak. Oleh karena itu dalam melaksanakan
pencegahan dan pengendalian kecelakaan adalah dengan pendekatan kepada ketiga
unsur kelompok tersebut, yaitu :
 Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain :

a. Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian antara


bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.

b. Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan


dengan pekerjaannya.

c. Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak sesuai dengan
keperluan perusahaan.

d. Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas.

e. Pengawasan dan disiplin yang wajar.

 Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain :

a. Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang,


mesin-mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.
b. Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan,
penyusunan, penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat
sesuai dengan standar keselamatan kerja yang berlaku.

17
c. Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.
d. Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan.
e. Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.

 Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan seluruh


level manajemen, antara lain :
a. Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy.
b. Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian tanggung jawab.
c. Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi
sistem/prosedur kerja yang benar.
d. Pembuatan sistem pengendalian bahaya.
e. Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan pekerja yang
terpadu.
f. Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.
g. Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan yang ada.

3.2. PAKAIAN KERJA

1. Pemilihan pakaian harus diperhitungkan kerja kemungkinan bahaya yang akan


dialami pekerja.
2. Pakaian harus sesuai dengan ukuran dan tidak menghalangi kerja
3. Pakaian yang longgar/dasi jangan diakai saat mendekati mesin yang berjalan
4. Bagi pekerja ditempat yang bisa meledak hindari pakaian yang mudah terbakar
5. Gunakan baju lengan pendek
6. Benda tajam,runcing dan bahan mudah terbakar jangan dimasukan dalam kantong
pakaian
7. Tenaga kerja yang menghadapi debu yang dapat terbakar jangan menggunakan
kantung.

3.3. PERALATAN PERLINDUNGAN DIRI

1. Kaca Mata digunakan bagi pekerja yang dapat mebahayakan mata


2. Sepatu Pengaman, sepatu yang bisa berfungsi melindungi kaki dari bahaya.
3. Sarung Tangan, bagi orang yang kontak dengan jat berbahaya, atau dengan
bagian-bagian kasar

18
4. Topi Pengaman, diproyeksikan untuk pekerja lapangan yang dimungkinkan dapat
celaka dibagian kepala
5. Pelindung Telinga, bag pekerja yang mempunyai nilai kebisingan diatas ambang
batas
6. Perlindungan Paru, dimungkinkan bagi yang bekerja dengan nilai pencemaran
udara yang tinggi

3.4. LABEL PERINGATAN DAN TANDA


 Peringatan dan tanda –tanda harus dipasang label seperti “Dilarang merokok”,
“Awas tekanan tinggi”
 Peringatan dan tanda-tanda tidak boleh dipasang terlalu banyak yang akan
menimbulkan orang tidak memperhatikan

3.5. LABEL IDENTITAS


 Label identitas digunakan sebagai identitas bagi peralatan atau tempat
sehingga akan mengurangi kesalahan dalam menggunakan. Terutama
diperlukan bagai tempat/wadah berbahaya dan zat kimia

3.6. PENERANGAN
 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam masalah penerangan untuk
keselamatan :

a. Penerangan langsung/tidak silau

b. Silau tidak langsung

c. Perubahan Pencahayaan seperti dari gelap ke terang

d. Intensitas cahaya

3.7. VENTILASI DAN PENGATURAN SUHU


 Sistem ventilasi udara memegang peranan penting dalam kenyaman bekerja
sehingga akan mempengaruhi keselamatan kerja pekerja yang ada didalamnya.

19
Ventilasi harus diletakan/diposisikan secara tepat sesuai dengan kebutuhan area
kerja.

20
BAB VI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

4.1. keselamatan dan kesehatan kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan
kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak
biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka
panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.
Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma
keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan
sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang
disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif. Konsep ini
diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat
atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat dan
peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan
masyarakat sekitar tempat kerja.Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen
yang mampu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.
K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja, misalnya
kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara, dan lain-lain yang dapat
menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan pernapasan, kerusakan paru-
paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar ultraviolet, kanker kulit,
kemandulan, dan lain-lain. Norma kerja berkaitan dengan manajemen perusahaan. K3
dalam konteks ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja, shift, kerja wanita,
tenaga kerja kaum muda, pengaturan jam lembur, analisis dan pengelolaan lingkungan
hidup, dan lain-lain. Hal-hal tersebut mempunyai korelasi yang erat terhadap peristiwa
kecelakaan kerja.

21
Eksistensi K3 sebenarnya muncul bersamaan dengan revolusi industri di Eropa,
terutama Inggris, Jerman dan Prancis serta revolusi industri di Amerika Serikat. Era ini
ditandai adanya pergeseran besar-besaran dalam penggunaan mesin-mesin produksi
menggantikan tenaga kerja manusia. Pekerja hanya berperan sebagai operator.
Penggunaan mesin-mesin menghasilkan barang-barang dalam jumlah berlipat ganda
dibandingkan dengan yang dikerjakan pekerja sebelumnya. Revolusi IndustriNamun,
dampak penggunaan mesin-mesin adalah pengangguran serta risiko kecelakaan dalam
lingkungan kerja. Ini dapat menyebabkan cacat fisik dan kematian bagi pekerja. Juga
dapat menimbulkan kerugian material yang besar bagi perusahaan. Revolusi industri
juga ditandai oleh semakin banyak ditemukan senyawa-senyawa kimia yang dapat
membahayakan keselamatan dan kesehatan fisik dan jiwa pekerja (occupational
accident) serta masyarakat dan lingkungan hidup.

4.2. Pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Hal paling pokok yang sangat diharapkan dalam kehidupan adalah kesehatan dan
keselamatan. Kesehatan berarti terkait erat dengan kondisi sehat tubuh, sementara
keselamatan terkait dengan kondisi diri yang terhindar dari kecelakaan.
Beberapa hal terkait kedua aspek tersebut dapat kita sampaikan secara terinci sebagai
berikut:

4.3. Kesehatan kerja


Bekerja di pabrik menuntut orang untuk secara intens berhubungan dengan mesin dan
segala peralatan kerja lainnya yang menyimpan bahaya atau ancaman dibalik fungsi dan
manfaat teknisnya.
Ancaman yang mungkin terjadi pada kesehatan saat melakukan pekerjaan adalah
terutama sebagai efek samping dari pekerjaan tersebut. Kesehatan dapat mengalami
gangguan jika ada bagian-bagian proses atau hasil proses kerja menyatu dengan
jaringan tubuh, baik melalui kulit, pernafasan ataupun cara yang lainnya. Hal ini tentu
saja sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh bila elemen tersebut bereaksi dengan tubuh.

22
Misalnya udara atau fluida yang digunakan pada saat bekerja. Kedua zat ini sangat
mudah bereaksi dengan tubuh dan menimbulkan kondisi tertentu. Beberapa zat
berbahaya tersebut antara lain :
• Gas asetilin pada pekerjaan las asetilin
• Percikan api pada pekerjaan las listrik
• Cairan asam sulfat (H2SO4) pada accu
• Butir halus cat pada pekerjaan pengecatan
• Ruangan dengan sirkulasi udara yang tidak lancar

4.4.Keselamatan kerja
Keselamatan kerja terkait dengan kondisi yang mengupayakan antisipasi segala hal
yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Pada sisi yang lainnya, keselamatan kerja
juga menuntut pelaksanaan pekerjaan sebaik-baiknya agar tidak terjadi kecelakaan.
Pada saat bekerja di pabrik, keselamatan kerja harus benar-benar diperhatikan sebab
banyak elemen kerja yang dapat mengancam keselamatan diri. Berbagai mesin atau
peralatan yang digunakan untuk bekerja selain memberikan keuntungan, ternyata juga
memberikan keburukan.
Beberapa kondisi mesin yang merupakan ancaman keselamatan kerja kita adalah:
 Mesin yang berputar dalam kondisi terbuka
 Sabuk mesin yang tidak tertutup
 Mesin dengan sistem kontrol yang rusak
 Mesin yang bekerja di atas kemampuannya
 Mesin dengan kondisi kabel listrik terkelupas

Dengan memperhatikan uraian diatas, maka setidaknya diperoleh gambaran mengenai


kesehatan dan keselamatan kerja di pabrik.
Jika para pekerja memahami konsep pengertian dan penerapan keselamatan kerja, maka
dapat diketahui kondisi aman untuk kesehatan dan keselamatan diri. Selanjutnya
antisipasi terhadap kondisi tersebut dapat dioptimalkan.

23
keselamatan kerja sangatlah penting dalam industri, karena beberapa aspek berikut:
1. produktivitas
kecelakaan dalam industri akan menghambat produksi atau bahkan
menghentikannya. dengan demikian, akan terjadi loss of man-hour dan loss of
material.

2. investasi
kecelakaan dalam industri akan berakibat terhadap infrastruktur maupun mesin dan
peralatan yang ada di dalamnya. dengan demikian, akan terjadi loss of asset, di
mana aset yang semula diharapkan dapat membantu produksi hingga jangka waktu
lama akan berkurang atau habis.

3. imej perusahaan
kecelakaan dalam industri menimbulkan masalah kepercayaan terhadap lingkungan
serta proses industri yang dijalankan perusahaan. masalah ini berkaitan dengan
kepercayaan investor untuk tetap menanamkan modalnya, kepercayaan pelanggan
untuk tetap membeli, serta kepercayaan karyawan terhadap manajemen perusahaan.

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja bukanlah masalah kecil bagi pengusaha.
Kecelakaan kerja sangat merugikan baik pengusaha, tenaga kerja, pemerintah, dan
masyarakat.
Dengan terjadinya kecelakaan kerja , maka akan menimbulkan kerugian yang berupa
hilang atau berkurangnya kesempatan kerja, modal, dan lain sebagainya.
Pengusaha diwajibkan untuk mengatur dan memelihara tempat kerja yang menyangkut
ruangan , alat, perkakas dimana pekerja melakukan tugasnya, termasuk petunjuk-
petunjuk bagi pekerja agar pekerja terhindar dari kecelakaan kerja. Terhadap pengusaha
yang tidak mengindahkan hal ini, maka mereka wajin mengganti kerugian apabila
terjadi musibah terhadap pekerja.
Sedang disisi lain harus diadakan kesehatan kerja yaitu perlindungan terhadap tenaga
kerja dari eksploitasi tenaga kerja oleh pengusaha.

24
4.5. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sasaran utamanya adalah
meningkatkan kesejahteraan bangsa secara merata.
Tenaga kerja sebagai salah satu unsure pembangunan yang mempunyai kegiatan
produktif perlu mendapat perlindungan, pemeliharaan, dan pengembangan terhadap
kesejahteraannya
Perlindungan tersebut diberikan baik semasa pekerja ada dalam hubungan kerja maupun
setelah berakhirnya hubungan kerja.

4.6. Perlindungan Upah


Kebijakan ketenagakerjaan di bidang perlindungan tenaga kerja ditujukan kepada
perbaikan upah, syarat-syarat kerja, kondisi kerja , dan hubungan kerja.
Sistem pengupahan ditujukan kepada system pembayaran upah secara keseluruhan
tidak termasuk uang lembur.
Sistem ini didasarkan atas prestasi kerja dan tidak dipengaruhi oleh tunjangan-
tunjangan yang tidak ada hubungannya dengan prestasi kerja. Pembayaran upah
diberikan dalam bentuk uang, namun tidak mengurangi kemungkinan pembayaran dapat
berupa barang yang jumlahnya dibatasi.
Upah pada dasarnya merupakan imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk sesuatu
pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan.
Kualitas tingkat upah dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti, kondisi perusahaan,
keterampilan, standard hidup, dan jenis pekerjaan.

25
HUKUM KETENAGA KERJAAN
BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003

4.7. TUJUAN PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN PASAL 4:


a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi
b. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah
c. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan; dan
d. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

26
4.8. PELATIHAN KERJA PASAL 18:

1. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti


pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah,
lembaga pelatihan kerja swasta atau pelatihan ditempat kerja.
2. Pengakuan kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
melalui sertifikasi kompetensi kerja.
3. Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat pula
diikuti oleh tenaga kerja yang telah berpengalaman
4. Untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja dibentuk badan nasional
sertifikasi yang independen
5. pembentukan badan nasional sertifikasi

4.9. PERJANJIAN KERJA PASAL 51:


1. Perjanjian kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan
2. pekerja/buruh.
3. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 PASAL 52
1. Perjanjian kerja dibuat atas dasar :
a. kesepakatan kedua belah pihak;
b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan
 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dapat dibatalkan.
3. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan
 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal demi hukum.

27
 PASAL 54
 Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya memuat :
a. Nama, alamat perusahaan dan jenis usaha;
b. Nama, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja/buruh;
c. Jabatan atau jenis pekerjaan;
d. Tempat pekerjaan;
e. Besarnya upah dan cara pembayarannya;
f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan
g. Pekerja/buruh.
h. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
i. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan
j. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

 Pasal 68
Pengusaha dilarang mempekerjakan anak.
 Pasal 69
1. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak
yang berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun
untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan
kesehatan fisik, mental dan sosial.
2. Pengusaha yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan :
a. izin tertulis dari orang tua atau wali;
b. perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali;
c. waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam;
d. dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;
e. keselamatan dan kesehatan kerja;
f. adanya hubungan kerja yang jelas; dan
g. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

28
 Pasal 76
1. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun
dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
2. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut
keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselaman kandungannya maupun
dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00
sampai dengan pukul 07.00 wajib :
a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja
4. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh
perempuan yang berangkat dan pulanag bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan
pukul 05.00
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan
Keputusan Menteri.

 Pasal 86
1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
4.10. keselamatan dan kesehatan kejra;
4.11. moral dan kesusilaan; dan
4.12. perlakkuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai
2. agama Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan
kerja
3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Pasal 87
1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

29
2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamaatan dan kesehatan
kerja sebagaimana dimaksaud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

 Pasal 137
Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja /serikat buruh
dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan.
 Pasal 138
1. Pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh yang bermaksud mengajak
pekerja/buruh lain untuk mogok kerja pada saat mogok kerja berlangsung dilakukan
dengan tidak melanggar hukum.
2. Pekerja/buruh yang diajak mogok kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1),dapat memenuhi atau tidak memenuhi ajakan tersebut.

 Pasal 146
1. Penutupan perusahaan (lock-out) merupakan hak dasar pengusaha untuk menolak
pekerja/buruh sebagaian atau seluruhnya untuk menjalankan pekerjaan sebagai
akibat gagalnya perundingan.
2. Pengusaha tidak dibenarkan melakukan penutupan perusahaan (lock-out) sebagai
tindakan balatan sehubungan adanya tuntutan normatif dari pekerja/buruh dan/atau
serikat pekerja/serikat buruh.
3. Tindakan penutupan perusahaan (lock-out) harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.

30
BABV

PENUTUP

Akhirnya dapat disimpulkan, melakukan pencegahan kecelakaan kerja perlu


diperhatikan unsur-unsur yang terlibat dalam pekerjaan tersebut, baik manusia,
perangkat keras maupun perangkat lunak merupakan suatu kesatuan yang saling terkait
dalam pencegahan kecelakaan kerja, dengan kata lain “ PENCEGAHAN
KECELAKAAN KERJA MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB KITA BERSAMA “

31
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1948 jo. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1951


tentang Pengawasan Perburuhan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Anonim, 1978, Simposium Hukum Perburuhan, Cet.I, Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Kehakiman, Penerbit Bina Cipta, Jakarta.
Khakim, Abdul, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 (edisi Revisi), PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung
Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia,
Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Husni, Lalu, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Edisi Revisi), PT.aja
Grafindo Persada, Jakarta
Asikin, Zainal (ed.), 1993, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT. Raja grafindo Persada,
Jakarta.
Djumadi, 1995, Kedudukan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) dalam Hubungan
Industrial Pancasila (HIP), Cet.I , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Berita LNG BADAK- edisi 21 September 2006 ke 8/XXVII

Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Rajaguguk, H.P., 2002, Peranserta Pekerja dalam Pengelolaan Perusahaan, (Co-


determination), Edisi.I, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Soepomo, Iman, 1980, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet.XVI, Penerbit Djambatan,


Jakarta

Soepomo, Iman, 1980, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja, Jambatan, Jakarta
Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia,
Cet.II, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

32
Maimun, 2004,Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Cet, Pertama, PT.Pradnya
Paramita, Jakarta.Lalu Husni, 2003, Pengatar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Edisi
Rivisi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai