Induktor Kapasitor
Induktor Kapasitor
A. TUJUAN PERCOBAAN
B. TEORI DASAR
1. FILTER INDUKTOR
2-1
Gambar 2.1 memperlihatkan macam-macam filter dc pada output suatu penyearah
yang berbeban resistif.
L + +
+ +
iO iO
iC
VL V0 R VL C V0 R
- - - -
(a) (b)
L +
+
IO
iC
VL C V0 R
- -
(c)
Gambar 2.1 Filter – filter dc pada output penyearah. (a) Tipe L. (b) Tipe C. (c) Tipe LC.
+ L +
Vs C V0 R
_ _
1
Induktor menyimpan energi dalam bentuk medan magnet yaitu LI2 ,
2
2-2
filter induktor. Jika bebannya adalah resistif (R), maka tinggal ditambahkan
induktor secara seri dengan beban tersebut untuk mendapatkan aksi filter – L.
Kekurangan dari filter – L adalah menyebabkan sudut fasa dari arus beban
terlambat dari tegangan beban. Akibatnya tegangan total (dalam beban ditambah
pada filter) akan mempunyai faktor ripel (RF) yang lebih besar. Namun, filter – L
akan memperhalus (membuat semakin mendekati kontinu) arus beban, jadi
memperbesar RF – nya, dengan demikian untuk beban resistif, maka RF tegangan
beban akan meningkat.
Untuk mengatasi kekurangan filter – L seperti yang disebutkan di atas,
maka penyearah satu – fasa setengah – gelombang perlulah dilengkapi terlebih
dahulu dengan dioda yang disebut dioda freewheeling. Pengaruh filter – L pada
penyearah satu – fasa gelombang – penuh berbeban resistif adalah membuat arus
maupun tegangan beban menjadi kontinu. Jadi dalam hal tersebut, dioda
freewheeling tidak diperlukan.Gambar 2.3 (a) memperlihatkan output rangakaian
penyearah satu – fasa setengah gelombang yang diperlengkapi dengan dioda
freewheeling dalam rangka memperoleh aksi filter – L yang semakin efektif.
Penggunaan dioda freewheeling pada penyearah satu – fasa telah dibahas khusus
dalam mata kuliah elektronika daya I, jadi dalam hal ini beberapa rumus tentang
RF akan mengacu pada pembahasan tersebut.
2-3
Filter
D L +
IDm I0
Vm sin ωt Dm V0 R
(a)
VO
Vm Tanpa Dm, L
iO
Im
t
0
2 3
VO
Vmax Dengan L
Tanpa Dm
iO
I max
t
0
2 2 2
Vmax
Dengan Dm, L
VO
iO
I max
Vmin
I min
t
0
2
(b)
Gambar 2.3 Penerapan filter – L pada penyearah satu – fasa setengah gelombang. (a)
Diagram rangkaian. (b) Bentuk – bentuk gelombang.
Arus – arus beban dalam keadaan tanpa filter – L untuk beban resistif telah
dinyatakan dalam persamaan (2-1) dan (2-2) yaitu :
𝟎,𝟑𝟏𝟖𝟑 𝐕𝐦
𝐈𝐝𝐜 = 𝐑
………...….…………………..…..…………………..(2-1)
2-4
𝐕𝐦
𝐈𝐫𝐦𝐬 = 𝟎, 𝟓 𝐑
……………………...……………....………………... (2-2)
dimana :
Vm = harga maksimum tegangan input penyearah
Faktor ripel (RF) arus beban secara teoritis dari persamaan (2-1) dan (2-2) di atas
adalah :
I 𝟐
𝐑𝐅 = √( Irms ) − 𝟏 = 𝟏, 𝟐𝟏𝟏 ……………...….……..….......…….….(2-3)
dc
dimana :
𝐕𝐦 = 𝐕𝐬 . √𝟐
𝛑
−
(𝟏+𝐞 𝐭𝐚𝐧 ∅ )𝐬𝐢𝐧𝟐 ∅.𝐭𝐚𝐧∅
𝐕𝐦 𝟏
𝐈𝐫𝐦𝐬 = √ + 𝛑 .................................................. (2-5)
𝐙 𝟒 −
𝟐𝛑(𝟏−𝐞 𝐭𝐚𝐧 ∅ )
dimana :
Dimana :
2πfL
∅ = tan-1( )
R
2-5
F = frekuensi gelombang
Karena bentuk gelombang tegangan beban dan arus beban adalah sama, maka
rumus pada persamaan (2-5) di atas berlaku pula untuk tegangan beban.
Persamaan (2-5) di atas adalah rumus eksak untuk menghitung RF dari
suatu penyearah satu – fasa setengah – gelombang berbeban resistif yang difilter
dengan induktor. Dalam prakteknya, jika Rfyang diinginkan telah ditentukan,
maka sudut ∅ dari persamaan (2-5) dapat dihitung dengan cara “trial and error”,
sehingga pada akhirnya kebutuhan induktansi (L) dapat dihitung.
Gambar 2.4 (a) dan (b) memperlihatkan penerapan filter – L pada
penyearah satu – fasa gelombang penuh. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa pengaruh filter – L pada penyearah satu – fasa gelombang
penuh berbeban resistif adalah membuat arus maupun tegangan beban menjadi
kontinu serta tidak dihasilkan tegangan total yang negatif. Jadi dalam hal ini,
kedua rangkaian tidak perlu lagi memakai dioda freewheeling.
D1
P L +
vs1 D1 io
D2
vo io L
CT _
R + Vs Vo R
vs2
D2
N D3 D4
(a) (b)
2-6
Tanpa L
VO
Vm
iO
Im
t
0
2 3
VO Dengan L
Vmax
V
Vmin1 iO
I max
I1
I min
t
0
2
Penambahan filter – L dalam hal ini serupa dengan pembahasan beban induktif
pada penyearah satu – fasa gelombang penuh. Arus – arus beban dalam keadaan
tanpa filter – L untuk beban resistif telah dinyatakan dalam persamaan (2-6) dan
(2-7) yaitu :
𝟎,𝟔𝟑𝟔𝟔𝐕𝐦
𝐈𝐝𝐜 = …………..…………………………………………... (2-9)
𝐑
Vm
𝐈𝐫𝐦𝐬 = 𝟎, 𝟕𝟎𝟕𝟏 ……..………….………………………………. (2-10)
R
dimana :
Vm = harga maksimum tegangan input penyearah
Faktor ripel (RF) arus beban secara teoritis dari persamaan di atas adalah :
I 𝟐
𝐑𝐅 = √( Irms ) − 𝟏 = 𝟎, 𝟒𝟖𝟑.......................................................... (2-11)
dc
2-7
Dalam keadaan mendapat filter – L, maka faktor ripel (RF) arus beban akan
menjadi :
𝛑
−
𝛑𝐬𝐢𝐧𝟑 ∅ 𝐜𝐨𝐬 ∅(𝟏+𝐞 𝐭𝐚𝐧 ∅ )
𝛑𝟐 𝐜𝐨𝐬 𝟐 ∅
𝐑𝐅 = √ + 𝛑 − 𝟏 ................................. (2-12)
𝟖 −
𝟐(𝟏−𝐞 𝐭𝐚𝐧 ∅ )
dimana :
𝐕𝐦 = 𝐕𝐬 . √𝟐
𝛑
−
𝟐(𝟏+𝐞 𝐭𝐚𝐧 ∅ )𝐬𝐢𝐧𝟐 ∅.𝐭𝐚𝐧∅
𝐕𝐦 𝟏
𝐈𝐫𝐦𝐬 = √ + 𝛑 .............................................. (2-14)
𝐙 𝟐 −
𝛑(𝟏−𝐞 𝐭𝐚𝐧 ∅ )
Dimana:
Z = √𝐑𝟐 + (𝟐𝛑𝐟𝐋)𝟐 ..................................................................... (2-15)
2πfL
∅ = tan-1 ...................................................................................... (2-16)
R
Karena bentuk gelombang tegangan beban dan arus beban adalah sama, maka
rumus pada persamaan (2-12) diatas berlaku pula untuk tegangan beban.
Persamaan (2-12) diatas adalah rumus eksak untuk menghitung RF dari
suatu penyearah satu-fasa setengah gelombang berbeban resistif yang difilter
dengan induktor. Perancangan kebutuhan filter-L berawal dari seberapa besar RF
yang diinginkan. Jika RF yang diinginkan ini telah ditentukan, maka sudut ∅ dari
persamaan (2-12) dapat dihitung dengan cara”trial and error”, sehingga pada
akhirnya kebutuhan induktansi (L) dapat dihitung. Sehingga didapatkan rumus
2-8
pendekatan untuk faktor rifel (RF) pada penyearah satu-fasa gelombang penuh
yang memakai filter-L adalah :
𝟐
RF =√𝟗+𝟑𝟔𝐭𝐚𝐧𝟐 ∅............................................................................ (2-17)
2. FILTER KAPASITOR
dan V adalah tegangan yang diterapkan pada kapasitor. Karena energi yang
tersimpan dalam medan listik tersebut berbanding lurus dengan kuadrat tegangan,
maka dapat dikatakan bahwa filter kapasitor cenderung mempertahankan
tegangan yang kontasn atau kontinu. Untuk maksud tersebut maka filter kapasitor
dipasang paralel dengan beban.
Gambar 2.6 adalah gambar rangkaian penyearah satu-fasa setengah
gelombang yang berbeban resistif mendapat filter C pada outputnya.
Gambar 2.6 Diagram rangakaian penerapan filter kapasitor pada output penyearah satu-fasa
setengah gelombang
2-9
Gambar 2.7 Bentuk-bentuk dan rangkaian pada gambar 2.6
Dapat dijelaskan dari gambar 2.6 bahwa ketika dioda konduksi, maka
kapasitor mengisi (termuati) sampai tegangannya mencapai harga maksimum
tegangan input, yaitu Vm. Ketika dioda mem-blok, maka kapasitor membuang
muatannya sehingga beban tetap mendapat suplai (dialiri arus).
Dimisalkan bahwa pemuatan kapasitor (charging) berlangsung dalam
𝜋
interval ò1<𝜔t < 2 , sementara pelepasan muatan kapasitor berlangsung dalam
𝜋
interval 2 <𝜔t <ò2. Dari gambar 2.7 terlihat bahwa:
Tegangan beban dalam keadaan tanpa filter C untuk beban resistif dinyatakan
dalam persamaan berikut:
Vdc = 0,3183 Vm .............................................................................. (2-19)
Dimana:
𝐼 2
𝑅𝐹 = √( 𝐼𝑟𝑚𝑠 ) − 1=1,211 ............................................................ (2-21)
𝑑𝑐
2-10
Dalam keadaan mendapat filter C, maka faktor ripel (RF) tegangan beban akan
menjadi:
1 1 𝑐𝑜𝑠2 𝛿1
𝜋[ 𝜋−𝛿1 + 𝑠𝑖𝑛2𝛿1 + ]
2 2 𝑡𝑎𝑛𝜃
RF = √ (1−𝑠𝑖𝑛𝛿1 ) 2 − 1 ................................................ (2-22)
[𝑐𝑜𝑠𝛿1 + ]
𝑡𝑎𝑛𝜃
Atau:
1 1 𝜋 𝑐𝑜𝑠2𝛿
𝜋[ 𝜋−𝛿1 + 𝑠𝑖𝑛2𝛿1 −(𝛿1 +3 ) (𝑠𝑖𝑛𝛿1 )]
2 2 2 𝐼𝑛 1
𝑅𝐹 = √ 𝜋 (1−𝑠𝑖𝑛𝛿1 ) 2
− 1 .................................. (2-23)
[𝑐𝑜𝑠𝛿1 −(𝛿1 +3 ) ]
2 𝐼𝑛 (𝑠𝑖𝑛𝛿1 )
Dimana:
1
Ø = tan-1 (2𝜋𝑓𝐶𝑅) ………………………………………………….. (2-24)
R = Resistansi beban
𝜋
ò1= - 2π ftch
2
2-11
Karena bentuk gelombang tegangan beban dan arus beban adalah sama,
maka rumus pada persamaan (2-22) dan (2-23) diatas berlaku pula untuk arus
beban.
Kombinasi dari persamaan (2-22), (2-23) dan (2-24) diatas merupakan
rumus akurat untuk menghitung RF dari suatu penyearah satu-fasa setengah
gelombang berbeban resistif yang difilter dengan kapasitor.
Dalam percobaan filter, jika FR yang diinginkan telah ditentukan, maka
dengan menggunakna cara “trial and error” terhadap persamaan (2-23), nilai ò1
dapat diketahui. Selanjutnya tan ø dalam persamaan (2-25) dapat dihitung,
sehingga pada akhirnya kebutuhan kapasitansi C menurut persamaan (2-26) dapat
dihitung.
Gambar 2.8 menunjukkan diagram rangkaian filter C yang dipasang pada
output dari rangakaian penyearah satu-fasa gelombang penuh yang berbeban
resistif.
Gambar 2.8 Diagram rangakaian penerapan filter kapasitor pada output penyearah
satu-fasagelombang penuh. (a) Rangkaian centre tap (b) Rangakaian jembatan
Gambar 2.9 Bentuk-bentuk gelombang dari rangkaian pada gambar 2.8 (a) Tanpa filter (b) Dengan filter C
2-12
Prinsip pemuatan dan pelepasan muatan dari kapasitor dalam gambar 2.8
adalah serupa dengan prinsip pemuatan dan pelepasan muatan dari kapasitor pada
gambar 2.6, yaitu ketika dioda konduksi maka filter kapasitor mengisi (termuati)
sampai tegangannya mencapai harga maksimum tegangan input yaitu Vm. Ketika
tegangan input turun dibawah Vm, maka kapasitor membuang muatannya
sehingga kerut (ripel) pada arus beban semakin berkurang.
Dimisalkan bahwa pemuatan kapasitor (charging) berlangsung dalam
𝜋
interval ò1<𝜔t < 2 , sementara pelepasan muatan kapasitor berlangsung dalam
𝜋
interval 2 <𝜔t <ò2, dimana dari gambar 4.4 terlihat bahwa:
Tegangan beban dalam keadaan tanpa filter C untuk beban resistif dinyatakan
dalam persamaan (2-19) dan (2-20) yaitu:
Vdc = 0,6366 Vm .............................................................................. (2-27)
Dimana:
Faktor ripel (RF) tegangan beban secara teoritis dari persamaan (2-19) dan
(2-20) diatas adalah:
𝐼 2
𝑅𝐹 = √( 𝐼𝑟𝑚𝑠 ) − 1=0,483 ............................................................ (2-29)
𝑑𝑐
Dalam keadaan mendapat filter C, maka faktor ripel (RF) tegangan beban akan
menjadi:
1 1 1 𝑐𝑜𝑠2𝛿1
𝜋[ 𝜋−𝛿1 + 𝑠𝑖𝑛.2𝛿1 + ]
2 2 2 𝑡𝑎𝑛𝜃
𝑅𝐹 = √ (1−𝑠𝑖𝑛𝛿1 ) 2
− 1 ............................................. (2-30)
[𝑐𝑜𝑠𝛿1 + ]
𝑡𝑎𝑛𝜃
Atau:
1 1 1 3𝜋 𝑐𝑜𝑠2𝛿
𝜋[ 𝜋−𝛿1 + 𝑠𝑖𝑛.2𝛿1 −(𝛿1 + ) (𝑠𝑖𝑛𝛿1 )]
2 2 2 2 𝐼𝑛 1
𝑅𝐹 = √ 3𝜋 (1−𝑠𝑖𝑛𝛿1 ) 2
− 1................................. (2-31)
[𝑐𝑜𝑠𝛿1 −(𝛿1 + ) (𝑠𝑖𝑛𝛿 ) ]
2 𝐼𝑛 1
2-13
Dimana
1
Ø= tan-1 (2𝜋𝑓𝐶𝑅) …………..……………………………………… (2-32)
R= Resistansi beban
𝜋
ò1= 2 - 2π ftch
2-14
Catatan:
Untuk memeriksa nilai ò1 dalam persamaan (2-22) dan (2-23) maupun (2-3) dan
𝜋
(2-31), maka harus diambil antara 0 dan 2 , dimana keempat persamaan tersebut
benar hanya jika nilai tan ø cukup kucul atau kontanta waktu (RC) cukup besar
terhadap T (periode gelombang tegangan input).
C. DIAGRAM RANGKAIAN
1. INDUKTOR
S2
D1
P S1 +
L
io
R
S3
Regulator vs
V1 Vo
AC 1 - fasa V2
D2
A1
_
N
(a)
L io
D1 D2
R
P S1
Regulator Vo
AC 1 - fasa
vs V1 V2
N A1
D3 D4
_
(b)
Gambar 2.10Diagram rangkaian percobaan filter pada penyearah satu – fasa tak terkendali.
(a) Setengah – gelombang. (b) Gelombang – penuh jembatan.
2-15
2. KAPASITOR
D
S1
L +
I0
S2
Regulator R
Vs
AC 1-fasa Vo
V1 C VV22
A
A1
-
N
(a)
D1 D2 I0
S1 R
L
S2
Regulator
Vs Vo
AC 1-fasa V
V2
V
V11 C
2
A1
D3 D4
(b)
Gambar2.11 Diagram rangkaian percobaa filter kapasitor pada penyearah satu-fasa tak terkendali. (a)
Setengah gelombang, (b) Gelombang penuh jembatan
1. INDUKTOR
a. Osiloskop
b. Regulator ac satu – fasa
c. Transformator centre – tap
2-16
d. Dioda
e. Amperemeter
f. Voltmeter
g. Tahanan geser
h. Beban induktor
i. Saklar
j. Kabel secukupnya
2. KAPASITOR
a. Osiloskop
b. Regulator ac satu-fasa
c. Transformator centre tap
d. Dioda
e. Amperemeter
f. Voltmeter
g. Tahanan geser
h. Kapasitor
i. Saklar
j. Kabel secukupnya
E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. INDUKTOR
a. Membuat rangkaian seperti pada Gambar 4.6 (a) dimana beban yang
digunakan adalah tahanan geser 15 Ω dan induktor 36 mH.
b. Dalam keadaan regulator ac satu – fasa minimum, saklar S2 tertutup dan S3
terbuka, masukkan saklar S1.
c. Menaikkan tegangan output regulator (Vs) hingga mencapai 40 V.
2-17
d. Mencatat harga rata – rata dari tegangan output dan arus beban.[Lihat
penunjukan V2 dan A1]. Memasukkan data ke dalam tabel yang telah
disediakan.
e. Mencatat harga efektif (rms) dari tegangan output dan arus beban. [Lihat
penunjukan V2 dan A1]. Memasukkan data ke dalam tabel yang telah
disediakan.
f. Membuka saklar S2 dan melakukan langkah kelima sampai ke enam di
atas.
g. Menutup saklar S3 dan melakukan langkah ke empat sampai ke enam di
atas.
h. Mengamati dan menggambarkan bentuk gelombang dari tegangan beban
dan arus beban.
i. Meminimumkan kembali tegangan output regulator dan buka saklar S1.
Percobaan selesai.
Penyearah Satu – Fasa Jembatan
a. Membuat rangkaian seperti pada Gambar 4.6 (b) dimana beban yang
digunakan adalah tahanan geser 15 Ω dan induktor 36 mH.
b. Dalam keadaan regulator ac satu – fasa minimum dan saklar S2 tertutup,
memasukkan saklar S1.
c. Menaikkan tegangan output regulator (Vs) hingga mencapai 25 V.
d. Mencatat harga rata – rata dari tegangan output dan arus beban.[Lihat
penunjukan V2 dan A1]. Memasukkan data ke dalam tabel yang telah
disediakan.
e. Mencatat harga efektif (rms) dari tegangan output dan arus beban. [Lihat
penunjukan V2 dan A1]. Memasukkan data ke dalam tabel yang telah
disediakan.
f. Membuka saklar S2 dan melakukan langkah ke empat sampai ke enam di
atas.
g. Mengamati dan menggambarkan bentuk gelombang dari tegangan beban
dan arus beban.
h. Membuka saklar S1. percobaan selesai.
2-18
2. KAPASITOR
2-19
dijaga dalam penggunaan probe agar terminal (+) tidak terhubung singkat
dengan terminal (-).
f. Mencatat harga efektif (rms) dari tegangan output dan arus beban. [terlihat
penunjukan V2 dan A1]. Selanjutnya masukkan data kedalam tabel.
g. Menutup saklar S2 dan langkah no. d sampai no. f diatas dilakukan
kembali.
h. Tegangan output regulator ac satu-fasa diminimumkan kembali dan
selanjutnya membuka saklar S1. Kemudian kedua terminal kapasitor
dihubungsingkatkan dan percobaan selesai.
F. HASIL PERCOBAAN
1. INDUKTOR
Data induktor N = 1000, L ≈ 𝟑𝟔𝒎𝑯, 𝑹 = 𝟗, 𝟓Ω, Imax = 1,5 A
2-20
Tabel 2.3 Hasil Percobaan Pada Penyearah Satu Fasa Jembatan.
2. KAPASITOR
2-21
3. GAMBAR BENTUK GELOMBANG
Gambar 2.12 Bentuk Gelombang 𝑣𝑜 dan 𝑖𝑜 pada percobaan filter induktor pada
penyearah satu fasa setengah gelombang tanpa filter dan tanpa
diode freewheeling (𝑉𝑠 = 40V , 100 V/div , 3 A/div , 5ms/div).
2-22
Gambar 2.13 Bentuk Gelombang 𝑣𝑜 dan 𝑖𝑜 pada percobaan filter induktor pada
penyearah satu fasa setengah gelombang dengan filter dan tanpa
diode freewheeling (𝑉𝑠 = 40V , 100 V/div , 3 A/div , 5ms/div).
Gambar 2.14 Bentuk Gelombang 𝑣𝑜 dan 𝑖𝑜 pada percobaan filter induktor pada
penyearah satu fasa setengah gelombang dengan filter dan dioda
freewheeling (𝑉𝑠 = 40V , 100 V/div , 3 A/div , 5ms/div) .
Gambar 2.15 Bentuk Gelombang 𝑣𝑜 dan 𝑖𝑜 pada percobaan filter induktor pada
penyearah satu jembatan tanpa filter (𝑉𝑠 =25V , 10 V/div , 3 A/div ,
5ms/div).
2-23
Gambar 2.16 Bentuk Gelombang 𝑣𝑜 dan 𝑖𝑜 pada percobaan filter induktor pada
penyearah satu fasa jembatan dengan filter (𝑉𝑠 = 25V , 10 V/div , 3
A/div , 5ms/div).
Gambar 2.17 Bentuk Gelombang 𝑣𝑜 dan 𝑖𝑜 pada percobaan filter kapasitor pada
penyearah satu fasa setengah gelombang tanpa filter dan tanpa
diode freewheeling (𝑉𝑠 = 40V , 100 V/div , 3 A/div , 5ms/div).
2-24
Gambar 2.18 Bentuk Gelombang 𝑣𝑜 dan 𝑖𝑜 pada percobaan filter kapasitor pada
penyearah satu fasa setengah gelombang dengan filter (𝑉𝑠 = 40V ,
100 V/div , 3 A/div , 5ms/div).
Gambar 2.19 Bentuk Gelombang 𝑣𝑜 dan 𝑖𝑜 pada percobaan filter kapasitor pada
penyearah satu jembatan tanpa filter (𝑉𝑠 =25V , 10 V/div , 3 A/div ,
5ms/div).
2-25
Gambar 2.20 Bentuk Gelombang 𝑣𝑜 dan 𝑖𝑜 pada percobaan filter kapasitor pada
penyearah satu fasa jembatan dengan filter (𝑉𝑠 = 25V , 10 V/div , 3
A/div , 5ms/div).
1. FILTER INDUKTOR
a. Menghitung Faktor Ripel (RF) pada penyearah satu-fasa setengah
gelombang.
1,76 28,5
𝑅𝐹 = √(1,12)2 − 1 𝑅𝐹 = √(18,4)2 − 1
𝑅𝐹 = 1,21 𝑅𝐹 = 1,18
2-26
2) Dengan filter; dengan dioda dan tanpa dioda freewheeling
a) Tanpa dioda freewheeling
Diketahui : Vdc = 11 V
Vrms = 16,81 V
Idc = 0,69 A
Irms = 1,06 A
Vs = 40 V
1,05 16,81 2
𝑅𝐹 = √(0,69)2 − 1 𝑅𝐹 = √( ) −1
11
𝑅𝐹 = 1,15 𝑅𝐹 = 1,16
1,03 16,47
𝑅𝐹 = √( 0,7 )2 − 1 𝑅𝐹 = √(11,09)2 − 1
𝑅𝐹 = 1,08 𝑅𝐹 = 1,1
2-27
b. Menghitung Faktor Ripel (RF) pada kondisi dengan filter dan dioda
freewheeling dengan menggunakan gambar bentuk gelombang dari
percobaan penyearah satu-fasa setengah gelombang.
Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
V m
Jadi :
2,1. 15
180 sin 1
40 2
146,1620023
Persamaan yang digunakan adalah :
𝒄𝒐𝒔𝝓.𝒆−𝜸⁄𝒕𝒂𝒏𝝓
𝑪𝒐𝒔(𝜸 − 𝝓) =
𝟏−𝒆−𝝅/𝒕𝒂𝒏∅
2-28
Akan ditentukan dengan cara “ trial and error” dan Untuk mendapatkan hasil
yang benar maka harus diterka antara > - 90° hingga ruas kiri sama dengan
ruas kanan dengan selisih ≤ 10-8.
Tabel 2.6 Menentukan pada penyearah satu fasa setengah gelombang dengan
cara “trial and error”
Ruas Kiri Ruas Kanan Mismatches
/ 180 tan
Iterasi
(°) cos e Ruas Kanan
ke- cos ( ) 1
1 e / tan Ruas Kiri
2-29
Tabel 2.6(Lanjutan)
15 66,23630155 0,174925106
4,85659 x 10-8
16 66,23630208
0,174925109 1,751295 x 10-8
Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
V m
I max . Rtot
180 sin 1
Vm
2-30
Jadi :
1 2,1. 15
180 sin
50
140,9498775
𝛾
−
𝒄𝒐𝒔𝝓.𝒆 tan ∅
𝑪𝒐𝒔(𝜸 − 𝝓) = 𝝅
−
𝟏−𝒆 𝒕𝒂𝒏∅
Akan ditentukan dengan cara “ trial and error” dan Untuk mendapatkan hasil
yang benar maka harus diterka antara > - 90° hingga ruas kiri sama dengan
ruas kanan dengan selisih ≤ 10-8.
Tabel 2.7 Menentukan pada penyearah satu fasa setengah gelombang dengan
cara “trial and error”
Ruas Kiri Ruas Kanan Mismatches
Iterasi / 180 tan
(°) cos e Ruas Kanan
ke- cos ( ) 1
1 e / tan Ruas Kiri
2-31
Tabel 2.7(Lanjutan)
6 58,88729649 0,13775478 2,437681704 x 10-4
RF 0,590568647
2-32
3) Diketahui data sebagai berikut :
Rtotal = 15 + 9,5
= 24,5 Ω
Vm = Vs√2
= 40√2
Io(max) = di lihat dari gambar 2.14
= 0,7 div . 3A/div
= 2,1 A
Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
Vm
Jadi :
2,1. 24,5
180 sin 1
40 2
114,5614348
Persamaan yang digunakan adalah :
𝒄𝒐𝒔𝝓.𝒆−𝜸⁄𝒕𝒂𝒏𝝓
𝑪𝒐𝒔(𝜸 − 𝝓) =
𝟏−𝒆−𝝅/𝒕𝒂𝒏∅
2-33
Akan ditentukan dengan cara “ trial and error” dan Untuk mendapatkan hasil
yang benar maka harus diterka antara > - 90° hingga ruas kiri sama dengan
ruas kanan dengan selisih ≤ 10-8.
Tabel 2.8 Menentukan pada penyearah satu fasa setengah gelombang dengan
cara “trial and error”
Ruas Kiri Ruas Kanan Mismatches
/ 180 tan
Iterasi
(°) cos e Ruas Kanan
ke- cos ( ) 1
1 e / tan Ruas Kiri
2-34
2 cos 2 sin 3 cos (1 e / tan )
RF 1
4 2 ( 1 e / tan )
RF 1,061831051
Jadi :
2,1. 24,5
180 sin 1
40 2
114,5614348
2-35
c. Faktor Ripel pada Penyearah Satu-Fasa Jembatan
1) Tanpa filter
Diketahui : Vdc = 21,36 V
Vrms = 24,11 V
Idc = 1,34 A
Irms = 1,5 A
Vs= 25 V
1,5 24,11
𝑅𝐹 = √(1,34)2 − 1 𝑅𝐹 = √(21,36)2 − 1
𝑅𝐹 = 0,5 𝑅𝐹 = 0,52
2) Dengan filter
Diketahui : Vdc = 13,08 V
Vrms = 14,83 V
Idc = 0,8 A
Irms = 0,9 A
Vs= 25 V
0,9 14,83
𝑅𝐹 = √(0,8)2 − 1 𝑅𝐹 = √(13,08)2 − 1
𝑅𝐹 = 0,52 𝑅𝐹 = 0,54
2-36
d. Faktor ripel (RF) dengan filter dan dioda freewheeling pada
penyearah satu-fasa gelombang penuh jembatan dengan
menggunakan gambar bentuk gelombang.
Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
V m
Jadi :
1,2 . 15
180 sin 1
25 2
149,3949764
Dari Gambar 2.16, akan diperoleh data sebagai berikut.
𝛾 − ∅ 1,2 𝑐𝑚
=
𝜋 2,2 𝑐𝑚
1,2 . 15 1,2
∅ = 180 − sin 1 − 2,2 ∙ 180°
25 2
2-37
∅ = 51,21315822°
Maka RF = 0,572550946
Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
V m
Jadi :
1,2 . 15
180 sin 1 34
148,0342812
Dari Gambar 2.16, akan diperoleh data sebagai berikut.
𝛾 − ∅ 1,2 𝑐𝑚
=
𝜋 2,2 𝑐𝑚
1,2 . 15 1,2
∅ = 180 − sin 1 − 2,2 ∙ 180°
25 2
2-38
∅ = 49,85246307°
Maka RF = 0,541804724
Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
Vm
Jadi :
1,2 . 24,5
180 sin 1
25 2
123,7409274
Dari Gambar 2.16, akan diperoleh data sebagai berikut.
𝛾 − ∅ 1,2 𝑐𝑚
=
𝜋 2,2 𝑐𝑚
1,2 . 15 1,2
∅ = 180 − sin 1 − 2,2 ∙ 180°
25 2
2-39
∅ = 25,55910921°
Maka RF = 0,345211509
Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
V m
Jadi :
1,2 . 24,5
180 sin 1 34
120,1508622
Dari Gambar 2.16, akan diperoleh data sebagai berikut.
𝛾 − ∅ 1,2 𝑐𝑚
=
𝜋 2,2 𝑐𝑚
1,2 . 15 1,2
∅ = 180 − sin 1 − 2,2 ∙ 180°
25 2
2-40
∅ = 21,969044°
Maka RF = 0,368698595
Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
Vm
Jadi :
1,2 . 15
180 sin 1
25 2
149,3949764
Persamaan yang digunakan adalah :
𝛾
−
2𝒄𝒐𝒔𝝓.𝒆 𝒕𝒂𝒏𝝓
𝑪𝒐𝒔(𝜸 − 𝝓) = 𝝅
−
𝟏−𝒆 𝒕𝒂𝒏∅
2-41
6) Diketahui data sebagai berikut :
Rtotal = 15 Ω
Vm = 3,4 div x 3 A/div (dibaca dari gambar 2.15)
= 34 V
Io(max) = di lihat dari gambar 2.14
= 0,4 div . 3A/div
= 1,2 A
Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
Vm
Jadi :
1,2 . 15
180 sin 1 34
148,0342812
𝛾
−
2𝒄𝒐𝒔𝝓.𝒆 𝒕𝒂𝒏𝝓
𝑪𝒐𝒔(𝜸 − 𝝓) = 𝝅
−
𝟏−𝒆 𝒕𝒂𝒏∅
2-42
7) Diketahui data sebagai berikut :
Rtotal = 15 + 9,5 = 24,5 Ω
Vm = Vs√2
= 25√2
Io(max) = di lihat dari gambar 2.14
= 0,4 div . 3A/div
= 1,2 A
Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
V m
Jadi :
1,2 . 24,5
180 sin 1
25 2
123,7409274
Persamaan yang digunakan adalah :
𝛾
−
2𝒄𝒐𝒔𝝓.𝒆 𝒕𝒂𝒏𝝓
𝑪𝒐𝒔(𝜸 − 𝝓) = 𝝅
−
𝟏−𝒆 𝒕𝒂𝒏∅
2-43
Akan ditentukan dengan cara “ trial and error” dan Untuk mendapatkan hasil
yang benar maka harus diterka antara > - 90° hingga ruas kiri sama dengan
ruas kanan dengan selisih ≤ 10-8.
Tabel 2.9 Menentukan pada penyearah satu fasa jembatan dengan cara “trial
and error”
Ruas Kiri Ruas Kanan Mismatches
/ 180 tan
Iterasi 2 cos e
(°) 1
Ruas Kanan
ke- cos ( ) 1 e / tan Ruas Kiri
2-44
Tabel 2.9 (Lanjutan)
15 41,41830777 0,133459499 1,013872211 x 10-3
2-45
Jadi adalah 41,39993232°
RF 0,234123736
Vm . sin
I max
Rtot
I max . Rtot
sin
Vm
I max . Rtot
sin 1 , atau
Vm
I max . Rtot
180 sin 1
V m
Jadi :
1,2 . 24,5
180 sin 1 34
120,1508622
2-46
Persamaan yang digunakan adalah :
𝛾
−
2𝒄𝒐𝒔𝝓.𝒆 𝒕𝒂𝒏𝝓
𝑪𝒐𝒔(𝜸 − 𝝓) = 𝝅
−
𝟏−𝒆 𝒕𝒂𝒏∅
Akan ditentukan dengan cara “ trial and error” dan Untuk mendapatkan hasil
yang benar maka harus diterka antara > - 90° hingga ruas kiri sama dengan
ruas kanan dengan selisih ≤ 10-8.
Tabel 2.10 Menentukan pada penyearah satu fasa jembatan dengan cara “trial
and error”
Ruas Kiri Ruas Kanan Mismatches
/ 180 tan
Iterasi 2 cos e
(°) cos ( ) 1
Ruas Kanan
ke- 1 e / tan Ruas Kiri
2-47
Tabel 2.10 (Lanjutan)
10 34,93601746 0,01240345
0,082384968
0,081440661
17 34,82258032 7,225681141 x 10-5
2-48
Tabel 2.10 (Lanjutan)
28 34,82193322 0,081435288 2,1182994 x 10-8
RF 0,277187948
𝛽
−
sin(∅-β) = sin∅.𝑒 𝑡𝑎𝑛∅
2-49
Untuk nilai L = 0,036 H
Rtot = 15 Ω
2𝜋𝑓𝐿
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
𝑅𝑡𝑜𝑡
100𝜋 ∙ 0,036
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
15
= 37,01564457°
β akan ditentukan dengan cara “trial and error” dan untuk mendapatkan
hasil yang benar maka β harus diterka antara β > 180 + hingga ruas kiti
sama dengan ruas kanan dengan selisih ≤ 10-9
𝜋𝑐𝑜𝑠 2 ∅
𝑹𝑭 = √ [𝜷 − 𝒔𝒊𝒏𝜷 𝐜𝐨𝐬 (𝜷 − 𝟐 ) − 𝒔𝒊𝒏𝜷𝒕𝒂𝒏 𝐬𝐢𝐧 (𝜷 − 𝟐 ) + 𝟒𝒔𝒊𝒏𝜷𝒔𝒊𝒏 𝐬𝐢𝐧 (𝜷 − )] − 𝟏
(1 − 𝑐𝑜𝑠𝛽)2
RF = 1,107454975
2-50
(b) Diketahui data sebagai berikut :
Untuk nilai nilai L = 0,036 H
Rtot = 15 + 9,5 = 24,5 Ω
2𝜋𝑓𝐿
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
𝑅𝑡𝑜𝑡
100𝜋 ∙ 0,036
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
24,5
= 24,77907581°
β akan ditentukan dengan cara “trial and error” dan untuk mendapatkan
hasil yang benar maka β harus diterka antara β > 180 + hingga ruas kiti
sama dengan ruas kanan dengan selisih ≤ 10-9
𝜋𝑐𝑜𝑠 2 ∅
𝑹𝑭 = √ [𝜷 − 𝒔𝒊𝒏𝜷 𝐜𝐨𝐬 (𝜷 − 𝟐 ) − 𝒔𝒊𝒏𝜷𝒕𝒂𝒏 𝐬𝐢𝐧 (𝜷 − 𝟐 ) + 𝟒𝒔𝒊𝒏𝜷𝒔𝒊𝒏 𝐬𝐢𝐧 (𝜷 − )] − 𝟏
(1 − 𝑐𝑜𝑠𝛽)2
RF = 1,153227164
2-51
(3) Kondisi dengan filter dengan dioda freewheeling.
(a) Diketahui data sebagai berikut :
Untuk nilai L = 0,036 H
Rtot = 15 Ω
2𝜋𝑓𝐿
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
𝑅𝑡𝑜𝑡
100𝜋 ∙ 0,036
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
15
= 37,01564457°
RF = 0,773823193
(b) Diketahui data sebagai berikut:
Untuk nilai nilai L = 0,036 H
Rtot = 15 + 9,5 = 24,5 Ω
2𝜋𝑓𝐿
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
𝑅𝑡𝑜𝑡
100𝜋 ∙ 0,036
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
24,5
= 24,77907581°
RF = 1,019497535
b) Penyearah satu-fasa jembatan
(1) Kondisi tanpa filter.
Untuk tegangan dan arus pada penyearah satu-fasa jembatan tanpa filter
dimana nilai RF-nya dapat dilihat pada teori dasar pada persamaan (2-11)
yaitu RF = 0,483.
2-52
(2) Kondisi dengan filter.
(a) Diketahui data sebagai berikut :
Untuk nilai L = 0,036 H
Rtot = 15 Ω
2𝜋𝑓𝐿
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
𝑅𝑡𝑜𝑡
100𝜋 ∙ 0,036
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
15
= 37,01564457°
RF = 0,472436862
(b) Diketahui data sebagai berikut :
Untuk nilai nilai L = 0,036 H
Rtot = 15 + 9,5 = 24,5 Ω
2𝜋𝑓𝐿
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
𝑅𝑡𝑜𝑡
100𝜋 ∙ 0,036
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
24,5
= 24,77907581°
RF = 0,479098839
2-53
2. FILTER KAPASITOR
a. Menghitung Faktor Ripel (RF) pada penyearah satu-fasa setengah-
gelombang.
1) Tanpa filter kapasitor
Diketahui :Vdc = 18,4 V
Vrms= 28,5 V
Idc = 1,12 A
Irms = 1,76 A
Vs =40 V
1,76 28,5
𝑅𝐹 = √(1,12)2 − 1 𝑅𝐹 = √(18,4)2 − 1
𝑅𝐹 = 1,21 𝑅𝐹 = 1.2
2,81 45,9
𝑅𝐹 = √(2,75)2 − 1 𝑅𝐹 = √(44,9)2 − 1
𝑅𝐹 = 0,21 𝑅𝐹 = 0,21
2-54
b. Menghitung Faktor Ripel (RF) pada kondisi dengan filter pada
penyearah satu-fasa setengah gelombangberdasarkan bentuk
gelombang.
Dari gambar 2.18 di ketahui data :
360° = 44 mm
90° = 11 mm
90° - 𝛿1 = 10 mm
𝑥
𝛿1 = (1 − ) ∙ 90°
11
10
= (1 − ) ∙ 90°
11
= 8,181818182°
Maka :
1 1 3𝜋 𝑐𝑜𝑠2 𝛿1
𝜋 [2 𝜋 − 𝛿1 + 2 𝑠𝑖𝑛2𝛿1 − (𝛿1 + ) ]
2 𝐼 𝑛 (𝑠𝑖𝑛𝛿1 )
𝑅𝐹 = √ −1
3𝜋 (1−𝑠𝑖𝑛𝛿1 ) 2
[𝑐𝑜𝑠𝛿1 − (𝛿1 + ) ]
2 𝐼𝑛 (𝑠𝑖𝑛𝛿1 )
𝑅𝐹 = 0,537634099
1,5 24,11
𝑅𝐹 = √(1,34)2 − 1 𝑅𝐹 = √(21,36)2 − 1
𝑅𝐹 = 0,5 𝑅𝐹 = 0,52
2-55
2) Dengan Filter
Diketahui : Vdc = 29,63 V
Vrms = 29,81 V
Idc = 1,85 A
Irms= 1,86 A
Vs= 25 V
1,86 29,81
𝑅𝐹 = √(1,85)2 − 1 𝑅𝐹 = √(29,63)2 − 1
𝑅𝐹 = 0,1 𝑅𝐹 = 0,11
𝑅𝐹 = 0,255783955
2-56
e. Perbandingan antara hasil perhitungan menurut teori dengan hasil
perhitungan menurut praktek.
1) Nilai-nilai teoritis.
a) Penyearah satu-fasa setegah-gelombang.
(1) Kondisi tanpa filter.
Untuk tegangan dan arus pada penyearah satu-fasa setengah-
gelombang tanpa dioda freewheeling maupun filter dapat dilihat nilai
RF-nya pada teori dasar pada persamaan (2-3) yaitu RF=1,211.
(2) Kondisi dengan filter.
Diketahui data sebagai berikut :
𝛿1 akan ditentukan dengan cara “trial and error”
3𝜋
sin 𝛿1 = 𝑒 −(𝛿1 + 2 )𝑡𝑎𝑛∅ ( 𝛿1 dalam radial)
𝜋𝛿1 3𝜋
sin 𝛿1 = 𝑒 −( 180 + 2 )𝑡𝑎𝑛∅ (𝛿1 dalam derajat °)
Untuk nilai f = 50 Hz
R = 15 Ω
C = 1000 𝜇𝐹
1
tan ∅ =
2𝜋𝑓𝐶𝑅
1
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
2𝜋 ∙ 50 ∙ 1000 ∙ 10−6 ∙ 15
= 11,98081357°
𝛿1 akan ditentukan dengan cara “trial and error” dan untuk mendapatkan
hasil yang benar maka 𝛿1 harus diterka antara 𝛿1 > 180 + 𝛿1 hingga ruas kiti
sama dengan ruas kanan dengan selisih ≤ 10-8
2-57
Tabel 2.13 Menentukan 𝛿1 pada penyearah satu-fasa setengah gelombang
dengan cara “trial and error”.
1 1 3𝜋 𝑐𝑜𝑠2 𝛿1
𝜋 [2 𝜋 − 𝛿1 + 2 𝑠𝑖𝑛. 2𝛿1 − (𝛿1 + ) ]
2 𝐼 𝑛 (𝑠𝑖𝑛𝛿1 )
𝑅𝐹 = √ −1
3𝜋 (1−𝑠𝑖𝑛𝛿1 ) 2
[𝑐𝑜𝑠𝛿1 − (𝛿1 + ) ]
2 𝐼𝑛 (𝑠𝑖𝑛𝛿1 )
RF = 0,311421802
2-58
(2) Kondisi dengan filter.
Diketahui data sebagai berikut :
𝜋𝛿1 𝜋
sin 𝛿1 = 𝑒 −( 180 + 2 )𝑡𝑎𝑛∅
Untuk nilai f = 50 Hz
R = 15 Ω
C = 1000 𝜇𝐹
1
tan ∅ =
2𝜋𝑓𝐶𝑅
1
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1
2𝜋 ∙ 50 ∙ 1000 ∙ 10−6 ∙ 15
= 11,98081357°
𝛿1 akan ditentukan dengan cara “trial and error” dan untuk mendapatkan
hasil yang benar maka 𝛿1 harus diterka antara 𝛿1 > 180 + 𝛿1 hingga ruas kiti
sama dengan ruas kanan dengan selisih ≤ 10-8
2-59
Tabel 2.14 (Lanjutan)
8 38,42448379 0,621483301 1,10707687 x 10-6
RF = 0,141364843
2-60
3. TABEL PERBANDINGAN HASIL PERCOBAAN DAN HASIL PERHITUNGAN MENURUT TEORI
1. INDUKTOR
Tabel 2.15 Perbandingan hasil percobaan dan hasil perhitungan menurut teori pada penyearah satu-fasa secara analog.
Praktek
Penyearah RF teoritis Arus Tegangan Bentuk gelombang
RF Error (%) RF Error (%) RF Error (%)
Setengah Gelombang
Tanpa filter dan
40 V 1,211 1,21 0,08 1,18 2,56 ___ ___
Dioda Freewheeling
Dengan filter tanpa 1,107454975 3,841693429 4,74466476
40 V 1,15 1,16 ___ ___
Dioda Freewheeling 1,153227164 0,279837667 0,587294178
0,459041678 40,67873874
0,773823193 39,56676535 4,215133508
Dengan filter dan 0,59056847 23,68173049
40 V 1,08 1,1
Dioda Freewheeling 1,061831051 4,152390226
1,019497535 5,934537645 7,896288342
Gelombang Penuh
Tanpa filter 25 V 0,483 0,5 3,52 0,52 7,7
0,572550946 21,1909965
0,4724368662 10,0676169 14,30098678
0,541804724 14,68299
Dengan filter 25 V 0,52 0,54
0,345211509 27,94565885
0,234123736 51,13247645
0,479098839 8,537102925 12,71160688
0,368698595 23,04331214
0,277187948 42,14389021
2-55
2. KAPASITOR
Tabel 2.16 Perbandingan hasil percobaan dan hasil perhitungan menurut teori pada penyearah satu-fasa secara analog.
Praktek
Penyearah RF teoritis Arus Tegangan Bentuk gelombang
RF Error (%) RF Error (%) RF Error (%)
Setengah Gelombang
Tanpa filter 40 V 1,211 1,21 0,08 1,2 0,91 ___ ___
Gelombang Penuh
Tanpa filter 25 V 0,483 0,5 3,52 0,52 7,66
2-56