Anda di halaman 1dari 26

GANGGUAN KEPRIBADIAN

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kepribadian


dalam Keperawatan

oleh

Desi Trisari NIM 152310101116

Qulud Arum Pratiwi NIM 152310101118

Ekfatil Mardiyah NIM 152310101120

Nury Palupi Dwi W NIM 152310101122

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2016
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji syukur kehadirat Allah


SWT, karena dengan bimbingan dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Psikologi Kepribadian dalam Keperawatan. Atas terselesaikan
makalah Psikologi Kepribadian dalam Keperawatan, kami berterima kasih
kepada Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J selaku dosen
penanggung jawab mata kuliah Psikologi Kepribadian dalam Keperawatan,
beserta teman-teman semua yang telah membantu dan mendukung atas
terselesaikannya makalah ini.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan


tentang Psikologi Kepribadian dalam Keperawatan, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah SWT, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan kepada pembaca. Kami menyadari bahwa apa yang kami
sajikan dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik menyangkut
isi ataupun tulisan. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya materi yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Terima kasih.

Jember, 12 Maret 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……… i

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …………ii

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …..… iii

BAB I. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …… 1

1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1


1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3 Tujuan Makalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.4 Manfaat Makalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………….. 5

2.1 Gangguan Kepribadian ………………………………………… 5

2.2 Proses Gangguan Kepribadian……………………………………6

2.3 Kepribadian Ganda…………………………………………… 11

2.4 Psikoterapi untuk Gangguan Jiwa…………………… ………. 13

BAB III PENUTUP………………………………………………………. 22

3.1 Kesimpulan……………………………………………………. 22

3.2 Saran………………………………………………………….... 22

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia seutuhnya adalah manusia yang memiliki jiwa yang sehat.


Dikatakan jiwa yang sehat apabila memilki kemampuan dalam menyesuaikan
dirinya, dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Namun, tidak
semua dapat mengatur dirinya sendiri dalam menjaga keseimbangan jiwa
sehingga tidak sedikit dari manusia yang melakuka perilaku menyimpang.
Adanya perilaku yang menyimpang dalam masyarakat merupakan suatu
ketidakmampuan individu dalam beadaptasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya, sehingga menimbulkan gangguan dalam berhubungan sosial.
Gangguan hubungan sosial dalam masyarakat seperti isolasi sosial, merupakan
suatu gangguan kepribadian atau pola tingkah lau maladaptif sehingga
mengganggu hubungan sosialnya dan merupakan gangguan mental psikiatri
atau gangguan jiwa.

Manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam


kehidupan harus membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan
interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat saling
merasakan kedekatan antara sementara identitas pribadi tetap dipertahankan.
Jika sebaliknya maka patut dicurigai adanya gangguan kepribadian dan
biasanya terjadi pada masa remaja dan dewasa. (Stuart and Sundeen, 2006 ).

Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut “personality”, yang berasal


dari bahasa latin’’persona”, yang berarti topeng. Kata persona lambat laun
berubah menjadi istilah yang mengacu pada gambaran sosial atau peran tertentu
pada diri individu. Dari istilah ini, sering kita jumpai ungkapan “Si Satrio yang
berarti berprikebadian pendekar putri”. Istilah kepribadian dalam pengertian
populer dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: ketrampilan atau kecakapan
sosial dan kesan yang paling menonjol yang dimiliki seseorang terhadap orang
lain. Kepribadian memiliki banyak arti karena perbedaan sudut pandang para
ahli yang didasarkan dari hasil penelitian , cara pengukuran, maupun teori yang

1
dikemukakan. “Bagaimana indvidu tampil dan menimbulkan kesan bagi
individu lain” atau “ suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik
individu menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas sehingga
ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya” (Allport, 1951).

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa


merupakan tantang yang unik karena masalah kesehatan jiwa, mungkin
tidak dapat dilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisik, yang
memperlihatkan gejala yang berbeda, dan muncul oleh berbagai penyebab.
Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi muncul
gejala yang berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak
dapat menceritakan hal yang berbeda sama halnya dengan masalah kejiwaan
yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu gangguan kepribadian atau
isolasi diri atau menarik diri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis membuat rumusan masalah


sebagai berikut.

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan gangguan kepribadian ?


1.2.2 Bagaimana proses gangguan kepribadian dapat terjadi ?
1.2.2.1 Apa yang dimaksud dengan paranoid ?
1.2.2.2 Apa yang dimaksud dengan schizoid ?
1.2.2.3 Apa yang dimaksud dengan schizotypal ?
1.2.2.4 Apa yang dimaksud dengan antisocial?
1.2.2.5 Apa yang dimaksud dengan borderline ?
1.2.2.6 Apa yang dimaksud dengan histrionik ?
1.2.2.7 Apa yang dimaksud dengan narsistik ?
1.2.2.8 Apa yang dimaksud dengan avoidant ?
1.2.2.9 Apa yang dimaksud dengan dependant ?
1.2.2.10 Apa yang dimaksud dengan obsessive- compulsive ?
1.2.3 Bagaimana pengertian serta proses kepribadian ganda ?
1.2.4 Apa saja psikoterapi yang yang dilakukan untuk gangguan jiwa

2
1.3 Tujuan Makalah

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian gangguan kepribadian.

1.3.2 Untuk mengetahui proses gangguan kepribadian.

1.3.2.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan paranoid.

1.3.2.2 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan schizoid.

1.3.2.3 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan schizotypal.

1.3.2.4 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan antisocial.

1.3.2.5 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan borderline.

1.3.2.6 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan histrionik.

1.3.2.7 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan narsistik.

1.3.2.8 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan avoidant.

1.3.2.9 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dependant.

1.3.2.10 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan obsessive-


compulsive.

1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana pengertian serta proses kepribadian ganda.

1.3.4 Untuk mengetahui apa saja psikoterapi yang yang dilakukan untuk
gangguan jiwa.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Mengetahui gangguan kepribadian

1.4.2 Mengetahui proses gangguan kepribadian

1.4.2.1 Mengetahui paranoid

1.4.2.2 Mengetahui schizoid

1.4.2.3 Mengetahui schizotypal

3
1.4.2.4 Mengetahui antisocial

1.4.2.5 Mengetahui borderline

1.4.2.6 Mengetahui histrionic

1.4.2.7 Mengetahui narsistik

1.4.2.8 Mengetahui avoidant

1.4.2.9 Mengetahui dependant

1.4.2.10 Mengetahui obsessive- compulsive.

1.4.3 Mengetahui proses kepribadian

1.4.4 Mengetahui apa saja psikoterapi yang yang dilakukan untuk gangguan
jiwa.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gangguan Kepribadian

Menurut Rusdi Maslim (1998) yang merujuk pada PPDGJ-III (Pedoman


Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid,
dissosial, emosional tak stabil tipe implusif dan ambang, histrionik,
anankastik, cemas ( menghindar), dependen, dan khas lainnya yang tidak
tergolongkan. Gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock adalah
suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan
pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan
maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau
penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.

Penderita jenis gangguan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Hubungan pribadinya dengan orang lain terganggu, dalam arti sikap


dan perilakunya cenderung merugikan orang lain.
2. Memandang bahwa kesulitannya disebabkan oleh nasib buruk atau
perbuatan jahat orang lain. Dengan kata lain, penderita gangguan ini
tidak pernah merasa bersalah.
3. Tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap orang lain: bersikap
manipulatif atau senang mengakali, mementingkan diri sendiri, tidak
punya rasa bersalah, dan tidak mengenal rasa sesal bila mencalakakan
orang lain.
4. Celakanya, orang ini tidak pernah dapat melepaskan diri dari pola
tingkah lakunya yang maladaptif itu.
5. Selalu menghindari tanggung jawab atas masalah-masalah yang mereka
timbulkan.

5
2.2 Proses Gangguan Kepribadian

Faktor Penyebab Munculnya Gangguan Kepribadian

1. Faktor Genetika

Satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000


pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka
kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi
dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang
penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu
luang, dan sikap social, kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah adalah
kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
2. Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak
mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa.
Contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin
mengalami kepribadian menghindar.
3. Faktor Biologis
 Hormon
Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunjukkan
peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.
 Neurotransmitter
Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik,
menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter
tersebut. Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat seretonergik tertentu
seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa
karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.

6
 Elektrofisiologi
Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah
ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering
pada tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang
lambat.
4. Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan
dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi
pada stadium anal, yaitu anak yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal
dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.
2.2.1 Paranoid

Bentuk gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang berlebihan atau


menonjol.

Ciri-cirinya :

a. Sensitif terhadap kegagalan dan penolakan.


b. Kencenderungan pendendam.
c. Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam terhadap sikap orang
lain yang netral atau bersahabat dengan sikap permusuhan atau
penghinaan.
d. Memiliki perasaan permusuhan dan ngotot terhadap hak pribadi.
e. Memiliki kecurigaan yang berulang dan tanpa sadar (justification)
tentang kesetian seksual dari pasangannya.
f. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan

2.2.2 Schizoid

Gangguan kepribadian dengan sifat pemalu, suka menyendiri, perasa,


pendiam, dan menghindari hubungan jangka panjang dengan orang lain. Ciri-
cirinya :

a. Tidak banyak aktifitas yang memberikan kesenangan.

7
b. Emosi dingin, afek mendatar atau acuh / tak peduli (detachment).
c. Tidak atau kurang mampu mengekspresikan kehangatan.
d. Tidak peduli terhadap pujian atau kecaman.
e. Kurang tertarik untuk memperoleh pengalaman seksual dengan orang
lain.
f. Memilih aktifitas ang dilakukan sendiri.
g. Preokupasi (berulang-ulang memikirkan isi pikiran) denga fantasi dan
introspeksi yang berlebihan.
h. Tidak memiliki teman dekat atau akrab.

2.2.3 Schizotypal

Orang dengan gangguan skizotipal ditandai dengan :


a. Ideas of Reference (keyakinan bahwa berbagai kejadian memiliki makna
yang khusus dan tidak biasa bagi orang yang bersangkutan)
b. Keyakinan yang aneh atau pemikiran magis
c. Persepsi yang tidak biasa
d. Dihantui oleh pikiran-pikiran autistik, yaitu pikiran-pikiran, dan takhayul-
takhayul
e. Pola bicara yang aneh
f. Kecurigaan yang ekstrem
g. Afek yang tidak sesuai
h. Perilaku atau penampilan yang aneh
i. Kurang memiliki teman akrab
j. Rasa tidak nyaman yang ekstrem
2.2.4 Antisocial

Gangguan kepribadian dengan sifat dan perlkunya berulang-ulang


membawa konflik dengan masyarkat karena dasarnya tidak tersosialisasi. Ciri-
cirinya :

a. Tidak loyal terhadap kelompok atau norma sosial


b. Egosentrik

8
c. Tidak bertanggungjawab
d. Impulsif
e. Tidak mampu mengubah diri baik karena pengalaman/ hukuman
f. Toleransi terhadap kesalahan rendah
g. Menyalahkan orang lain dengan alasan masuk akal

2.2.5 Borderline

Orang dengan gangguan kepribadian ambang (borderline) ditandai :


a. Berupaya keras untuk mencegah agar tidak diabaikan
b. Ketidakstabilan dan intensitas ekstrem dalam hubungan interpersonal
c. Rasa diri (sense of self) yang tidak stabil
d. Perilaku impulsive, termasuk sangat boros, perilaku seksual yang tidak
pantas
e. Perilaku bunuh diri dan mutilasi diri yang berulang
f. Kelabilaan emosional yang ekstrem
g. Perasaan kosong yang kronis
h. Sangat sulit mengendalikan kemarahan
2.2.6 Histrionik

Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri, yaitu : sombong, egosentrik,


emos tidak stabil, menarik perhatian dengan perilaku labil, lekas tersinggung,
dangkal, sering berdusta, dan psedologia fantastika (menceritakan sesuatu
secara luas dan rinci tanpa dasar fakta)

2.2.7 Narsistik

Orang dengan gangguan kepribadian narsistik ditandai :


a. Pandangan yang dibesar-besarkan mengenai pentingnya diri sendiri
b. Terfokus pada kebersihan, kecerdasan dan kecantikan diri
c. Kebutuhan ekstrem untuk dipuja
d. Perasaan kuat bahwa mereka berhak mendapatkan segala sesuatu
e. Kecenderungan memanfaatkan orang lain
f. Iri pada orang lain
g. Merasa dirinya penting dan haus akan perhatian dari orang lain

9
h. Selalu menuntut perhatian dan perlakuan istimewa dari orang lain
2.2.8 Avoidant

Orang dengan gangguan kepribadian menghindar ditandai :


a. Menghindari kontak interpersonal karena takut pada kritikan
b. Keengganan untuk menjalin hubungan dengan orang lain kecuali dirinya
pasti akan disukai
c. Membatasi diri dalam hubungan intim
d. Penuh kekhawatiran akan dikritik
e. Merasa tidak adekuat
f. Ketidakmampuan bergaul tersebut menjadi sumber kesusahan dan penyebab
harga dirinya yang rendah.
g. Keengganan ekstrem untuk mencoba hal-hal baru
2.2.9 Dependant

Orang dengan gangguan kepribadian dependedant ditandai :


a. Sulit mengambil keputusan tanpa saran dari orang lain
b. Membutuhkan orang lain untuk mengambil tujuan atas sebagian aspek
kehidupannya yang utama
c. Sulit tidak menyetujui orang lain karena takut kehilangan dukungan
mereka
d. Sulit melakukan segala sesuatu sendiri karena kurangnya percaya diri
e. Melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan sebagai suatu cara untuk
mendapatkan persetujuan dan dukungan orang lain.
f. Merasa tidak berdaya bila sendirian karena kurangnya rasa percaya pada
kemampuannya untuk menangani segala sesuatu tanpa intervensi dari
orang lain
g. Berupaya untuk sesegera mungkin menjalin hubungan baru bila
hubungan yang dimilikinya saat ini berakhir

10
h. Dipenuhi ketakutan bila harus mengurus diri sendiri
2.2.10 Obsessive- Compulsive

Gangguan kepribadian dengan ciri utama, yaitu : perfeksionisme


(menginginkan segala sesuatu terlalu baik) dan keteraturan, ketertiban,
kerapihan, kaku, malu, dan pengawasan diri yang tinggi. Menganut norma etik
dan normal yang tinggi serta patuh secara berlebihan. Ciri-ciri lain :

a. Bila dipaksa bekerja tanpa pengawasan akan cemas, marah, benci, dan
curiga terhadap atasannya.
b. Bila dilangkahi dalam promosi atau pujian, ia akan sangat iri hati, benci,
dan frustasi berat. Akan tetapi bila ia dipromosikan, ia akan bingung
untuk menyerahkan kemampuan pada orang lain yang dinilai
kemampuannya kurang.
c. Sering menangguhkan perkawinan karena harapan dan tuntunan sangat
tinggi terhadap calon suami / istri.

2.3 Kepribadian Ganda

Pengertian dissosiative identity disorder (DID) Dissosiative Identity


Disorder (DID) atau kepribadian ganda dapat didefinisikan sebagai kelainan
mental dimana seseorang yang mengidapnya akan menunjukkan adanya dua
atau lebih kepribadian (alter) yang masing-masing memiliki nama dan karakter
yang berbeda. Ciri-ciri dissosiative identity disorder (DID) Berikut adalah ciri-
ciri orang yang memiliki kepribadian ganda atau dissosiative identity disorder
(DID) yaitu :

a. Didalam satu tubuh terdapat dua atau lebih identitas atau kesadaran
yang berbeda.
b. Dua atau lebih identitas atau kesadaran tersebut mengambil alih perilaku
orang tersebut secara berulang-ulang (switching).
c. Menderita amnesia dalam arti tidak mampu mengingat tentang hal-hal
yang penting atau yang sudah dilakukan.
d. Gejala-gejala yang terjadi bukan efek dari alcohol atau obat-obatan
lainnya melainkan karena efek psikologis

11
Penyebab terjadinya dissosiative identity disorder (DID) :

1. Faktor psikologis
2. Pembentukan kepribadian dari awal memang tidak baik
3. Faktor biologis
4. Faktor lingkungan

Kepribadian ganda atau Multiple Personality Disorder adalah suatu kondisi


di mana kepribadian seseorang terpecah menjadi dua kepribadian atau
lebih. Dengan kata lain, kepribadian ganda merupakan keadaan disorientasi
berpikir tingkat akut yang menyebabkan penderita tidak sadar akan tindakan,
perasaan, ingatan, dan identitasnya. Kepribadian lain muncul karena adanya
ketidakpuasan, rasa takut, trauma masa kanak-kanak, perlindungan diri, dan
keinginan dari pribadi utama yang tidak dapat diwujudkan.Dalam
kesehariannya, dua pribadi yang muncul bisa saling mengenal dan bekerja
sama. Akan tetapi dalam kasus tertentu, dua pribadi tersebut tidak saling
mengenal dan sifatnya bertolak belakang dan penderita tidak menyadarinya.

Gejala Kepribadian Ganda :

1. Depersonalisasi dan derealisasi

Penderita mengalami halusinasi visual. Penderita merasa terpisah


dari dirinya serta mengganggap dirinya tidak nyata, di mana penderita
merasa mengamati dirinya sendiri, layanknya menonton sebuah film.

2. Amnesia, distorsi, dan penyimpangan waktu

Penderita menemukan dirinya berada di suatu tempat dan


kejadian tanpa sadar kapan dan bagaimana bisa sampai ke tempat
tersebut.

3. Halusinasi auditori dan keinginan untuk bunuh diri

Penderita mendengar suara-suara di luar dirinya. Dalam


beberapa kasus, muncul keinginan untuk bunuh diri.

4. Fluktuasi tingkat kemampuan dan gambaran diri

12
Proses switching kepribadian menyebabkan kemampuan dan
gambaran diri penderita berubah-ubah sesuai kemampuan yang dimiliki
oleh masing-masing kepribadian.

5. Depresi

Depresi muncul karena penderita menemukan dirinya dalam


suatu kondisi dan ia tidak dapat mengingat mengapa ia ada pada kondisi
itu.

2.4 Psikoterapi untuk Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus dihadapi
oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena
persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri
(Djamaludin, 2001). Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir
(cognitive), kemauan (volition),emosi (affective), tindakan (psychomotor)
(Yosep, 2007).

Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada


fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosial. Menurut Townsend (1996) mental illness adalah
respon maladaptif terhadap stressor dari lingkungan dalam/luar ditunjukkan
dengan pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma
lokal dan kultural dan mengganggu fungsi sosial, kerja, dan fisik individu.

Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III adalah


sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup
bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi
yang penting dari manusia (Maslim, 2002)

Cara utama dalam menangani gangguan kepribadian adalah melalui


terapi psikologis atau kejiwaan di bawah bimbingan psikiater dengan tujuan
meningkatkan kemampuan pasien dalam mengendalikan emosi serta pikirannya
secara lebih baik. Penggunaan obat hanya disarankan apabila gejala-gejala yang
terkait dengan gangguan kepribadian, seperti gejala psikotik, kecemasan, dan

13
depresi, sudah memasuki level menengah atau parah. Sejumlah obat yang
mungkin dipakai adalah obat-obatan penstabil suasana hati dan obat
penghambat pelepasan serotonin (antidepresan).

Untuk terapi psikologis sendiri ada ragam jenisnya. Beberapa metode terapi
yang mungkin dipakai untuk menangani gangguan kepribadian adalah:

 Terapi perilaku kognitif. Terapi ini bertujuan mengubah cara berpikir


dan bertindak pasien ke arah yang positif. Terapi ini didasarkan kepada
teori bahwa perilaku seseorang merupakan wujud dari cara berpikirnya.
Artinya, jika pikiran orang tersebut negatif, maka perilakunya akan
negatif, dan begitu pula sebaliknya.
 Terapi psikodinamik. Terapi ini bertujuan mengeksplorasi dan
membenahi segala bentuk penyimpangan pasien yang telah ada sejak
masa kanak-kanak. Kondisi semacam ini terbentuk akibat pengalaman-
pengalaman yang negatif.
 Terapi interpersonal. Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa
kesehatan mental seseorang sangat dipengaruhi oleh interaksi mereka
dengan orang lain. Artinya jika interaksi tersebut bermasalah, maka
gejala-gejala yang merupakan bagian dari gangguan kepribadian, seperti
rasa cemas, ragu, dan tidak percaya diri, bisa terbentuk. Karena itulah
tujuan utama terapi ini adalah membenahi segala macam masalah yang
terjadi di dalam interaksi sosial pasien.
 Terapi perilaku dialektis. Ini adalah jenis terapi perilaku kognitif yang
mengajarkan keterampilan perilaku untuk membantu penderita
mentolerir stres, mengatur emosi dan meningkatkan hubungan penderita
dengan orang lain.

14
 Psychoeducation. Terapi ini mengajarkan pasien, keluarga dan
lingkungan sekitarnaya tentang penyakit pasien, termasuk perawatan,
menguasai strategi dan kemampuan memecahkan masalah.

Psikoterapi dapat diberikan dalam sesi individu, terapi kelompok atau


dalam sesi yang mencakup keluarga atau bahkan teman. Jenis psikoterapi yang
tepat untuk pasien tergantung pada situasi individu pasien.

Tidak ada obat khusus yang disetujui oleh Badan Administrasi Makanan
dan Obat (FDA) untuk mengobati gangguan kepribadian. Namun, beberapa
jenis obat-obatan psikiatri dapat membantu dengan gejala gangguan
kepribadian yang beragam.

 Obat Antidepressant.

Antidepresan mungkin berguna jika pasien memiliki suasana


hati, amarah depresi, impulsif, mudah marah atau putus asa, yang
mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian.

 Obat untuk menstabilkan suasana hati.

Sebagaimana namanya, stabilisator suasana hati dapat membantu


bahkan keluar perubahan suasana hati atau mengurangi lekas marah,
impulsif dan agresi.

 Obat Anti-kecemasan

Ini dapat membantu jika pasien memiliki kecemasan, agitasi atau


insomnia. Namun dalam beberapa kasus, obat anti kecemasan dapat
meningkatkan perilaku impulsif.

15
 Obat Antipsikotik.

Juga disebut neuroleptik, ini mungkin dapat membantu jika


gejala termasuk kehilangan sentuhan dengan kenyataan (psikosis) atau
dalam beberapa kasus jika pasien memiliki kecemasan atau masalah
kemarahan.

Dalam beberapa kasus, gangguan kepribadian mungkin begitu parah


sehingga pasien memerlukan rawat inap kejiwaan. Rawat inap psikiatri
umumnya direkomendasikan hanya bila pasien tidak dapat merawat diri sendiri
dengan benar atau ketika pasien sedang dalam bahaya langsung merugikan diri
sendiri atau orang lain. Pilihan rawat inap psikiatri termasuk 24-jam perawatan
rawat inap, rawat inap sebagian atau hari, atau perawatan perumahan, yang
menawarkan tempat yang mendukung untuk hidup.

Treatment bagi Penderita Gangguan Kepribadian Menurut Deskripsi


Gangguannya

A. Paranoid

 Psikoterapi
Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena
itu ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien dan
harus diingat bahwa kejujuran merupakan halyang sangat penting bagi
pasien.
 Farmakoterapi
Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada
sebagian besar kasus obat anti anxietas sepertidiazepam dapat
digunakan.

16
B. Skizoid

 Psikoterapi
Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan kepribadiaan
schizoid mungkin diam untuk jangka waktu yang lama, namun suatu
waktu, mereka akan ikut terlibat. Pasien harus dilindungi dari serangan
agresif anggota kelompok lain mengingat kecenderungan mereka akan
ketenangan. Dengan berjalaannya waktu, anggota kelompok menjadi
penting bagi pasien schizoid dan dapaat memberikan kontak sosial.
 Farmakoterapi
Dengan antipsikotik dosis kecil, anti depresan dan psikostimulan dapat
digunakan dan efektif pada beberapa pasien.

C. Skizotipal

 Psikoterapi
Pikiran yang aneh dan ganjil pada pasien gangguan kepribadian
skizotipal harus ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat
dalam pemujaan, praktek religius yang aneh. Ahli terapi tidak boleh
menertawakan aktivitas tersebut atau mengadili kepercayaan atau
aktivitas mereka.
 Farmakoterapi
Medikasi antipsikotik mungkin berguna dalaam menghadapi gagasan
mengenai diri sendiri, wahaam dan gejala lain dari gangguan dan dapaat
digunakan bersama-sama psikoterapi. Penggunaan haloperidol
dilaporkan memberikan hasil positif pada.

17
D. Antisosial

 Psikoterapi
Jika pasien merasa berada diantara teman-teman sebayanya, tidak
adanya motivasi mereka untuk berubah bisa menghilang, kemungkinan
karena hal itulah kelompok yang menolong diri sendiri akan lebih
berguna dibandingkan di penjara dalam menghilangkan gangguan.
Tetapi ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi
perilaku merusak pada pasien. Dan untuk mengatasi rasa takut pasien
terhadap keintiman, ahli terapi harus mengagalkan usaha pasien untuk
melarikan diri dari perjumpaan dengan orang lain.
 Farmakoterapi
Farmakoterapi digunakan untuk menghadaapi gejala yang diperkirakan
akan timbul seperti kecemasan, penyerangan dan depresi.

E. Ambang/ Borderline

 Psikoterapi
Pendekatan berorientasi realitas lebih efektif dibandingkan interpretasi
bawah sadar secaraa mendalam. Terapi perilaku digunakan pada pasiem
gangguan kepribadian ambang untuk mengendalikan impuls dan
ledakan kemarahan dan untuk menurunkan kepekaan terhadaap kritik
dan penolakan. Latihan keterampilan social, khususnya dengan video
tape, membantu pasien untuk melihat bagaimana tindakan mereka
mempengaruhi orang lain, hal ini untuk meningkatkan perilaku
interpersonal mereka.
 Farmakoterapi

18
Antipsikotik dapat digunakan untuk mengendalikan kemarahan, permusuhan
dan episode psikotik yang singkat. Antidepresan memperbaiki mood yang
terdepresi yang sering ditemukan pada pasien.

F. Histrionik

 Psikoterapi
Pasien dengan gaangguan kepribadian histrionic seringkali tidak
menyadari perasaan mereeka yang sesungguhnya. Psikoterapi
berorientasi psikoanaliasis, baik dalam kelompok atau individual.
 Farmakoterapi
Farmakoterapi dapaat ditambahkan jikaa gejala adalah menjadi
sasarannya, seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan
somatic, obat anti anxietas untuk kecemasan dan antipsikotik untuk
derealisasi dan ilusi.

G. Narsistik

 Psikoterapi
Mengobati gangguan kepribadiaan naarsistik sukaar karena pasien harus
meninggalkaan narsismenya jika ingin mendapatkan kemajuan.
 Farmakoterapi
Lithium (eskalith) digunakaan pada pasien yang memiliki pergeseran
mood sebagai bagian dari gambaran klinis. Dan karena rentan terhadap
depresi, maka antidepresan juga dapat digunakan

19
H. Menghindar/ Avoid

 Psikoterapi
Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia untuk melakukan
apa yang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan,
penolakan dan kegagalan. Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat
memberikan tugas untuk berlatih keterampilan sosial yang baru di luar
terapi, karena kegagalan dapat memperberat harga diri pasien yang telah
buruk. Tetapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek
kepekaan mereka terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan
orang lain. Melatih ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat
mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara
terbuka dan untuk meningkatkan harga diri mereka.
 Farmakoterapi
Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta, seperti atenolol
(Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang
cenderung tinggi pada pasien dengan gangguan kepribadian
menghindar, khususnya jika mereka menghadapi situasi yang
menakutkan.

I. Dependen

 Psikoterapi
Terapi yang digunakan yaitu melalui proses kognitif behavioral, dengan
menciptakan kemandirian pada pasien, melatih ketegasan dan
menumbuhkan rasa percaya diri.
 Farmakoterapi
Benzodiazepine dan obat serotonergik dapat berguna.

20
J. Obsesif Kompulsif

 Psikoterapi
Pasien gangguan kepribadian obsesif kompulsif seringkali tahu bahwa
mereka sakit dan mencari pengobatan ataas kemauaan sendiri. Asosiasi
bebas dan terapi yang tidak terlalu mengarahkan, sangat dihargai oleh
pasien gangguan ini.
 Farmakoterapi
Clonazepam (klonopin) adalah suatu benzodiazepine dengan anti
konvulsan, pemakaian obat ini untuk menurunkan gejala pada pasien
dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif parah.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam


kehidupan harus membina hubungan interpersonal yang positif.
Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat
saling merasakan kedekatan antara sementara identitas pribadi tetap
dipertahankan. Jika sebaliknya maka patut dicurigai adanya gangguan
kepribadian dan biasanya terjadi pada masa remaja dan dewasa. (Stuart
and Sundeen, 2006 ).
 Menurut Rusdi Maslim (1998) yang merujuk pada PPDGJ-III (Pedoman
Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid,
dissosial, emosional tak stabil tipe implusif dan ambang, histrionik,
anankastik, cemas ( menghindar), dependen, dan khas lainnya yang tidak
tergolongkan.
 Faktor Penyebab Munculnya Gangguan Kepribadian
1. Faktor Genetika
2. Faktor Temperamental
3. Faktor Biologis
4. Faktor Psikoanalisis
 Gejala Kepribadian Ganda
1. Depersonalisasi dan derealisasi
2. Amnesia, distorsi, dan penyimpangan waktu
3. Halusinasi auditori dan keinginan untuk bunuh diri
4. Fluktuasi tingkat kemampuan dan gambaran diri
5. Depresi
 Psikioterapi gangguan jiwa dapat dilakukan dengan cara psikoterapi dan
farmakoterapi

3.2 Saran

Diperlukan pengetahuan yang banyak tentang gangguan kepribadian bagi


perawat sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
jenis-jenis gangguan kepribadian pasien

22
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Sunaryo, M. K. (2002). psikologi untuk keperawatan. (S. K. monica ester,


Ed.). jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.
http://psikologid.com/mengenal-kepribadian-ganda/

http://e-journal.uajy.ac.id/5048/1/Jurnal%20Vinni.pdf

http://eprints.ums.ac.id/13331/2/BAB_I.pdf

http://library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/206301022/bab1.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-kharisatun-5764-2-
babii.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai