MAKALAH
oleh
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …… 1
3.1 Kesimpulan……………………………………………………. 22
3.2 Saran………………………………………………………….... 22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dikemukakan. “Bagaimana indvidu tampil dan menimbulkan kesan bagi
individu lain” atau “ suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik
individu menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas sehingga
ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya” (Allport, 1951).
2
1.3 Tujuan Makalah
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja psikoterapi yang yang dilakukan untuk
gangguan jiwa.
3
1.4.2.4 Mengetahui antisocial
1.4.4 Mengetahui apa saja psikoterapi yang yang dilakukan untuk gangguan
jiwa.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.2 Proses Gangguan Kepribadian
1. Faktor Genetika
6
Elektrofisiologi
Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah
ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering
pada tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang
lambat.
4. Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan
dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi
pada stadium anal, yaitu anak yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal
dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.
2.2.1 Paranoid
Ciri-cirinya :
2.2.2 Schizoid
7
b. Emosi dingin, afek mendatar atau acuh / tak peduli (detachment).
c. Tidak atau kurang mampu mengekspresikan kehangatan.
d. Tidak peduli terhadap pujian atau kecaman.
e. Kurang tertarik untuk memperoleh pengalaman seksual dengan orang
lain.
f. Memilih aktifitas ang dilakukan sendiri.
g. Preokupasi (berulang-ulang memikirkan isi pikiran) denga fantasi dan
introspeksi yang berlebihan.
h. Tidak memiliki teman dekat atau akrab.
2.2.3 Schizotypal
8
c. Tidak bertanggungjawab
d. Impulsif
e. Tidak mampu mengubah diri baik karena pengalaman/ hukuman
f. Toleransi terhadap kesalahan rendah
g. Menyalahkan orang lain dengan alasan masuk akal
2.2.5 Borderline
2.2.7 Narsistik
9
h. Selalu menuntut perhatian dan perlakuan istimewa dari orang lain
2.2.8 Avoidant
10
h. Dipenuhi ketakutan bila harus mengurus diri sendiri
2.2.10 Obsessive- Compulsive
a. Bila dipaksa bekerja tanpa pengawasan akan cemas, marah, benci, dan
curiga terhadap atasannya.
b. Bila dilangkahi dalam promosi atau pujian, ia akan sangat iri hati, benci,
dan frustasi berat. Akan tetapi bila ia dipromosikan, ia akan bingung
untuk menyerahkan kemampuan pada orang lain yang dinilai
kemampuannya kurang.
c. Sering menangguhkan perkawinan karena harapan dan tuntunan sangat
tinggi terhadap calon suami / istri.
a. Didalam satu tubuh terdapat dua atau lebih identitas atau kesadaran
yang berbeda.
b. Dua atau lebih identitas atau kesadaran tersebut mengambil alih perilaku
orang tersebut secara berulang-ulang (switching).
c. Menderita amnesia dalam arti tidak mampu mengingat tentang hal-hal
yang penting atau yang sudah dilakukan.
d. Gejala-gejala yang terjadi bukan efek dari alcohol atau obat-obatan
lainnya melainkan karena efek psikologis
11
Penyebab terjadinya dissosiative identity disorder (DID) :
1. Faktor psikologis
2. Pembentukan kepribadian dari awal memang tidak baik
3. Faktor biologis
4. Faktor lingkungan
12
Proses switching kepribadian menyebabkan kemampuan dan
gambaran diri penderita berubah-ubah sesuai kemampuan yang dimiliki
oleh masing-masing kepribadian.
5. Depresi
Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus dihadapi
oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena
persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri
(Djamaludin, 2001). Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir
(cognitive), kemauan (volition),emosi (affective), tindakan (psychomotor)
(Yosep, 2007).
13
depresi, sudah memasuki level menengah atau parah. Sejumlah obat yang
mungkin dipakai adalah obat-obatan penstabil suasana hati dan obat
penghambat pelepasan serotonin (antidepresan).
Untuk terapi psikologis sendiri ada ragam jenisnya. Beberapa metode terapi
yang mungkin dipakai untuk menangani gangguan kepribadian adalah:
14
Psychoeducation. Terapi ini mengajarkan pasien, keluarga dan
lingkungan sekitarnaya tentang penyakit pasien, termasuk perawatan,
menguasai strategi dan kemampuan memecahkan masalah.
Tidak ada obat khusus yang disetujui oleh Badan Administrasi Makanan
dan Obat (FDA) untuk mengobati gangguan kepribadian. Namun, beberapa
jenis obat-obatan psikiatri dapat membantu dengan gejala gangguan
kepribadian yang beragam.
Obat Antidepressant.
Obat Anti-kecemasan
15
Obat Antipsikotik.
A. Paranoid
Psikoterapi
Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena
itu ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien dan
harus diingat bahwa kejujuran merupakan halyang sangat penting bagi
pasien.
Farmakoterapi
Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada
sebagian besar kasus obat anti anxietas sepertidiazepam dapat
digunakan.
16
B. Skizoid
Psikoterapi
Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan kepribadiaan
schizoid mungkin diam untuk jangka waktu yang lama, namun suatu
waktu, mereka akan ikut terlibat. Pasien harus dilindungi dari serangan
agresif anggota kelompok lain mengingat kecenderungan mereka akan
ketenangan. Dengan berjalaannya waktu, anggota kelompok menjadi
penting bagi pasien schizoid dan dapaat memberikan kontak sosial.
Farmakoterapi
Dengan antipsikotik dosis kecil, anti depresan dan psikostimulan dapat
digunakan dan efektif pada beberapa pasien.
C. Skizotipal
Psikoterapi
Pikiran yang aneh dan ganjil pada pasien gangguan kepribadian
skizotipal harus ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat
dalam pemujaan, praktek religius yang aneh. Ahli terapi tidak boleh
menertawakan aktivitas tersebut atau mengadili kepercayaan atau
aktivitas mereka.
Farmakoterapi
Medikasi antipsikotik mungkin berguna dalaam menghadapi gagasan
mengenai diri sendiri, wahaam dan gejala lain dari gangguan dan dapaat
digunakan bersama-sama psikoterapi. Penggunaan haloperidol
dilaporkan memberikan hasil positif pada.
17
D. Antisosial
Psikoterapi
Jika pasien merasa berada diantara teman-teman sebayanya, tidak
adanya motivasi mereka untuk berubah bisa menghilang, kemungkinan
karena hal itulah kelompok yang menolong diri sendiri akan lebih
berguna dibandingkan di penjara dalam menghilangkan gangguan.
Tetapi ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi
perilaku merusak pada pasien. Dan untuk mengatasi rasa takut pasien
terhadap keintiman, ahli terapi harus mengagalkan usaha pasien untuk
melarikan diri dari perjumpaan dengan orang lain.
Farmakoterapi
Farmakoterapi digunakan untuk menghadaapi gejala yang diperkirakan
akan timbul seperti kecemasan, penyerangan dan depresi.
E. Ambang/ Borderline
Psikoterapi
Pendekatan berorientasi realitas lebih efektif dibandingkan interpretasi
bawah sadar secaraa mendalam. Terapi perilaku digunakan pada pasiem
gangguan kepribadian ambang untuk mengendalikan impuls dan
ledakan kemarahan dan untuk menurunkan kepekaan terhadaap kritik
dan penolakan. Latihan keterampilan social, khususnya dengan video
tape, membantu pasien untuk melihat bagaimana tindakan mereka
mempengaruhi orang lain, hal ini untuk meningkatkan perilaku
interpersonal mereka.
Farmakoterapi
18
Antipsikotik dapat digunakan untuk mengendalikan kemarahan, permusuhan
dan episode psikotik yang singkat. Antidepresan memperbaiki mood yang
terdepresi yang sering ditemukan pada pasien.
F. Histrionik
Psikoterapi
Pasien dengan gaangguan kepribadian histrionic seringkali tidak
menyadari perasaan mereeka yang sesungguhnya. Psikoterapi
berorientasi psikoanaliasis, baik dalam kelompok atau individual.
Farmakoterapi
Farmakoterapi dapaat ditambahkan jikaa gejala adalah menjadi
sasarannya, seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan
somatic, obat anti anxietas untuk kecemasan dan antipsikotik untuk
derealisasi dan ilusi.
G. Narsistik
Psikoterapi
Mengobati gangguan kepribadiaan naarsistik sukaar karena pasien harus
meninggalkaan narsismenya jika ingin mendapatkan kemajuan.
Farmakoterapi
Lithium (eskalith) digunakaan pada pasien yang memiliki pergeseran
mood sebagai bagian dari gambaran klinis. Dan karena rentan terhadap
depresi, maka antidepresan juga dapat digunakan
19
H. Menghindar/ Avoid
Psikoterapi
Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia untuk melakukan
apa yang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan,
penolakan dan kegagalan. Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat
memberikan tugas untuk berlatih keterampilan sosial yang baru di luar
terapi, karena kegagalan dapat memperberat harga diri pasien yang telah
buruk. Tetapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek
kepekaan mereka terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan
orang lain. Melatih ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat
mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara
terbuka dan untuk meningkatkan harga diri mereka.
Farmakoterapi
Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta, seperti atenolol
(Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang
cenderung tinggi pada pasien dengan gangguan kepribadian
menghindar, khususnya jika mereka menghadapi situasi yang
menakutkan.
I. Dependen
Psikoterapi
Terapi yang digunakan yaitu melalui proses kognitif behavioral, dengan
menciptakan kemandirian pada pasien, melatih ketegasan dan
menumbuhkan rasa percaya diri.
Farmakoterapi
Benzodiazepine dan obat serotonergik dapat berguna.
20
J. Obsesif Kompulsif
Psikoterapi
Pasien gangguan kepribadian obsesif kompulsif seringkali tahu bahwa
mereka sakit dan mencari pengobatan ataas kemauaan sendiri. Asosiasi
bebas dan terapi yang tidak terlalu mengarahkan, sangat dihargai oleh
pasien gangguan ini.
Farmakoterapi
Clonazepam (klonopin) adalah suatu benzodiazepine dengan anti
konvulsan, pemakaian obat ini untuk menurunkan gejala pada pasien
dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif parah.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
http://e-journal.uajy.ac.id/5048/1/Jurnal%20Vinni.pdf
http://eprints.ums.ac.id/13331/2/BAB_I.pdf
http://library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/206301022/bab1.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-kharisatun-5764-2-
babii.pdf
23