Perpndahan Kalor (Ciu)
Perpndahan Kalor (Ciu)
MAKALAH
Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perpindahan Kalor
Pada Semester Ganjil (V)
DISUSUN OLEH :
Nama : WahyuTriawan
NIM : 7001150059
PRODI MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2016/2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri
proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran
kalor, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu
proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan
untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada
suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai dengan jalan pemasukan atau pengeluaran
kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk
operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan endoterm. Disamping
perubahan secara kimia, keadaan ini dapat juga merupakan pengerjaan secara
alami. Dengan demikian, Pada pengembunan dan penghabluran (kristalisasi) kalor
harus dikeluarkan. Pada penguapan dan pada umumnya juga pada pelarutan, kalor
harus dimasukkan. Hukum alam menyatakan bahwa kalor adalah suatu bentuk
energi.
2. TUJUAN
3. MANFAAT
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KALOR
Apa itu kalor? Untuk apa kita mempelajari kalor? Apakegunaan kalor dalam
kehidupan sehari-hari? Seberapapenting bahasan kalor bagi kehidupan
manusia?Misteri dan pertanyaan tentang kalor tidak kali ini sajaterjadi, tapi jauh
pada abad 18 hingga 19 masih merupakan suatu pertanyaan yang perlu mendapat
penjelasan yanglogis dan rasional, guna menyingkap tabir pemahamantentang
kalor.
Dari awal abad 18 hingga 19 Masehi, kalor masih diyakini oleh sebagian
orangsebagai suatu fluida yang disebut kalorik. Fluida ini dapat berpindah dari
suatu zat ke zatyang lainnya. Arah perpindahan itu adalah dari zat yang bersuhu
tinggi ke zat yang bersuhurendah. Kalor adalah suatu bentuk energi. Istilah kalor
berasal dari Caloric, pertama kalidiperkenalkan oleh A.L. Lavoiser seorang ahli
kimia dari Perancis. Oleh para ahli kimia dan fisika kalor dianggap sejenis zat alir
yang tidak terlihat oleh manusia, berdasarkanitulah satuan kalor ditetapkan
dengan nama kalori disingkat kal. Kalori didefinisikan :Satu kalori (kal) adalah
banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gr air sehingga suhunya
naik 1ºC. Sedang pengertian suhu adalah ukuran derajat Kalor dinginnya suatu
benda. Suhuumumnya diukur dengan alat ukur suhu berupa termometer. Adapun
syarat terjadinya perpindahan kalorik ini adalah adanya sentuhan kedua benda
yang berbeda suhu. Fluida kalorik ini akan berpindah dari zat yang bersuhu tinggi
kezat yang bersuhu rendah, hingga tercapai suatu kesamaan suhu antara kedua
benda yang disebut dengan kesetimbangan termal.
Pemikiran bahwa kalor bukanlah suatu fluida, namun dihasilkan dari suatu
usahayang berarti berhubungan dengan energi, maka Prescot Joule melakukan
percobaan untuk menghitung besar energi mekanik yang ekuivalen dengan kalor
sebanyak 1 kalori.Percobaan joule adalah dengan menggantung beban pada suatu
kontrol yangdihubungkan dengan kincir yang dapat bergerak manakala beban
bergerak. Kincir tersebutdimasukkan kedalam air. Akibat gerakan kincir tersebut,
maka suhu air akan berubah naik Penurunan ketinggian beban dapat menunjukkan
adannya perubahan energi potensial gravitasi pada beban. Jika beban turun dengan
kecepatan tetap, maka dapat dikatakan tidak terdapat perubahan energi kinetic
pada beban, sehingga seluruh perubahanenergi potensial dari beban akan berubah
menjadi energi kalor pada air.Berdasarkan teori bahwa terjadi perubahan energi
potensial gravitasi menjadi energikalor, maka diperoleh suatu nilai tara mekanik
kalor, yaitu ekuivalensi energi mekanik menjadi energi kalor.1 joule = 0,24
kalori1 kalori = 4, 18 joule.
Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang diperlukan suatu zat untuk
menaikkansuhu zat sebesar 1°C. jika sejumlah kalor Q menghasilkan perubahan
suhu sebesar ∆t, makakapasitas kalor dapat dirumuskan: C=Q/Δt
Dengan keterangan:
Kalor jenis merupakan karakteristik termal suatu benda, karena tergantung dari
jenis benda yang diKalorkan atau didinginkan,serta dapat dinyatakan dalam
persamaan :c=C/m atau c= Q/m∆t
Dengan keterangan:
C =kapasitas kalor (Joule/K atau kal/K)Q: kalor pada perubahan suhu tersebut (J
atau kal)
1. terjadi pemuaian
2. terjadi perubahan wujud
3. terjadi kenaikan suhu
Adanya pengaruh kalor terhadap perubahan wujud atau suhu,diteliti lebih lanjut
oleh Joseph Black.Beberapa hal yang dikemukakan oleh Joseph Black berkaitan
dengan perubahansuhu benda, ternyata dapat digunakan untuk menentukan besar
kalor yang diserap oleh suatu zat.
1. Pemuaian
Pemberian kalor pada sustu zat selain dapat menaikkan ataumenurunkan suhu zat,
dapat juga merubah wujud suatu zat, atau menyebabkan benda mengalami
pemuaian.Umumnya semua zat akan memuai jika ia mengalami kenaikan suhu,
kecuali beberapa zat yang mengalami penyusutan saat terjadi kenaikan suhu,
padasuatu interval suhu tertentu. Kejadian penyusutan wujud zat saat benda
mengalamikenaikan suhu disebut anomali,seperti terjadi pada air. Air saat
diKalorkan darisuhu 0°C menjadi 4°C justru volumenya mengecil, dan baru
setelah suhunyalebih besar dari 4°C volumenya membesar.
Pemuaian Panjang (Linier)
Δl = αlo.Δt
Sehingga panjang batang suatu logam yang suhunya dinaikkan sebesar Δtakan
menjadi
lt= lo+ Δl
lt= lo( l + α . Δt )
Suatu bidang luasnya mula-mula Ao, terjadi kenaikkan suhu sebesar Δt sehingga
bidang bertambah luas sebesar ΔA, maka dapat dituliskan :β = 1/Ao. ΔA / Δt
ΔA = Aoβ Δt
Sehingga luas bidang yang suhunya dinaikkan sebesar t akan menjadi At= Ao+
ΔA
At= Ao( 1 + β Δt )
ΔV = γ . Vo. Δt
Ketika sejumlah kalor diterima atau dilepas oleh suatu zat, maka ada dua
kemungkinan yang terjadi pada suatu benda, yaitu benda akan mengalami
perubahan suhu, atau mengalami perubahan wujud. Kenaikan suhu suatu benda
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan yangmengkaitkan dengan kalor
jenis atau kapasitas kalor. Sedangkan pada saat benda mengalami perubahan
wujud, maka tidak terjadi perubahan suhu, namun semua kalor saat itu digunakan
untuk merubah wujud zat,yangdapat ditentukan dengan persamaan yang
mengandung unsur kalor laten.
Besar kalor laten yang digunakan untuk mengubah wujud suatu zat dirumuskan :
Q = m.L
Dengan keterangan:
Adanya kalor laten berupa kalor lebur dan kalor didih sangat sering dijumpai
dalamkehidupan, seperti meleburnya es cream pada suhu normal, atau
mendidihnya air sebelumdikonsumsi untuk kehidupan sehari-hari.Perubahan
wujud ini dapat dijelaskan dengan teori kinetik, yang menyatakan bahwasaat
mencapai titik lebur atau titik didih, kecepatan getar zat akan bernilai
maksimum,sehingga kalor yang diterima tidak digunakan untuk menambah
kecepatan, namundigunakan untuk melawan gaya ikat antar molekul zat. Sehingga
saat molekul-molekul itudapat melepaskan ikatannya, maka zat akan berubah
wujud melebur atau mendidih.
1. Perubahan Suhu
Air raksa dapat cepat mengambil Kalor benda yang diukur sehingga
suhunya sama dengan suhu benda yang diukur tersebut.
Dapat dipakai untuk mengukur suhu benda dari yang rendah sampai yang
tinggi,karena air raksa punya titik beku –39°C dan titik didih 357°C.
Tidak dapat membasahi dinding tabung, sehingga pengukurannya dapat
lebih teliti.d.Pemuaian dari air raksa adalah teratur.e.Mudah dilihat, karena
air raksa mengkilat.Selain air raksa dapat juga digunakan alkohol untuk
mengisi tabung termometer.Alkohol mempunyai titik rendah / beku –
114°C dengan titik didih 78°C.
Yang dimaksud dengan konduksi ialah pengangkutan kalor melalui satu jenis zat.
Sehingga perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses
pendalaman karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan.
Arah aliran energi kalor, adalah dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah.
Perpindahan Kalor konduksi dan difusi energi akibat aktivitas molekul Sudah
diketahui bahwa tidak semua bahan dapat menghantar kalor sama sempurnanya.
Dengan demikian, umpamanya seorang tukang hembus kaca dapat memegang
suatu barang kaca, yang beberapa cm lebih jauh dari tempat pegangan itu adalah
demikian Kalornya, sehingga bentuknya dapat berubah. Akan tetapi seorang
pandai tempa harus memegang benda yang akan ditempa dengan sebuah tang.
Bahan yang dapat menghantar kalor dengan baik dinamakan konduktor.
Penghantar yang buruk disebut isolator. Sifat bahan yang digunakan untuk
menyatakan bahwa bahan tersebut merupakan suatu isolator atau konduktor ialah
koefisien konduksi terma. Apabila nilai koefisien ini tinggi, maka bahan
mempunyai kemampuan mengalirkan kalor dengan cepat. Untuk bahan isolator,
koefisien ini bernilai kecil.
NILAI KONDUKTIVITAS TERMAL (k) BERBAGAI BAHAN PADA SUHU
0° C
Pada umumnya, bahan yang dapat menghantar arus listrik dengan sempurna
(logam) merupakan penghantar yang baik juga untuk kalor dan sebaliknya.
Selanjutnya bila diandaikan sebatang besi atau sembarang jenis logam dan salah
satu ujungnya diulurkan ke dalam nyala api. Dapat diperhatikan bagaimana kalor
dipindahkan dari ujung yang Kalor ke ujung yang dingin. Apabila ujung batang
logam tadi menerima energi kalor dari api, energi ini akan memindahkan
sebahagian energi kepada molekul dan elektron yang membangun bahan tersebut.
Moleku1 dan elektron merupakan alat pengangkut kalor di dalam bahan menurut
proses perpindahan kalor konduksi. Dengan demikian dalam proses pengangkutan
kalor di dalam bahan, aliran elektron akan memainkan peranan penting .
Persoalan yang patut diajukan pada pengamatan ini ialah mengapa kadar alir
energi kalor adalah berbeda. Hal ini disebabkan karena susunan molekul dan juga
atom di dalam setiap bahan adalah berbeda.
Untuk satu bahan berfasa padat molekulnya tersusun rapat, berbeda dengan satu
bahan berfasa gas seperti udara. Molekul udara adalalah renggang seka1i. Tetapi
dibandingkan dengan bahan padat seperti kayu, dan besi , maka molekul besi
adalah lebih rapat susunannya daripada molekul kayu. Bahan kayu terdiri dari
gabungan bahan kimia seperti karbon, uap air, dan udara yang terperangkat. Besi
adalah besi. Kalaupun ada bahan asing, bahan kimia unsur besi adalah lebih
banyak.
Yang dimaksud dengan konveksi ialah pengangkutan ka1or oleh gerak dari zat
yang diKalorkan. Proses perpindahan ka1or secara aliran/konveksi merupakan
satu fenomena permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan.
Jadi dalam proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan
permukaan dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah yang
utama. Lazimnya, keadaan keseirnbangan termodinamik di dalam bahan akibat
proses konduksi, suhu permukaan bahan akan berbeda dari suhu sekelilingnya.
Dalam hal ini dikatakan suhu permukaan adalah T1 dan suhu udara sekeliling
adalah T2 dengan Tl>T2. Kini terdapat keadaan suhu tidak seimbang diantara
bahan dengan sekelilingnya.
Perpindahan kalor dengan jalan aliran dalam industri kimia merupakan cara
pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai. Oleh karena konveksi hanya
dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk pengangkutan ka1or ini
hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada pemanasan zat ini terjadi aliran, karena
masa yang akan diKalorkan tidak sekaligus di bawa kesuhu yang sama tinggi.
Oleh karena itu bagian yang paling banyak atau yang pertama diKalorkan
memperoleh masa jenis yang lebih kecil daripada bagian masa yang lebih dingin.
Sebagai akibatnya terjad sirkulasi, sehingga kalor akhimya tersebar pada seluruh
zat.
Pada perpindahan kalor secara konveksi, energi kalor ini akan dipindahkan ke
sekelilingnya dengan perantaraan aliran fluida. Oleh karena pengaliran fluida
melibatkan pengangkutan masa, maka selama pengaliran fluida bersentuhan
dengan permukaan bahan yang Kalor, suhu fluida akan naik. Gerakan fluida
melibatkan kecepatan yang seterusnya akan menghasilkan aliran momentum. Jadi
masa fluida yang mempunyai energi terma yang lebih tinggi akan mempunyai
momentum yang juga tinggi. Peningkatan momentum ini bukan disebabkan
masanya akan bertambah. Malahan masa fluida menjadi berkurang karena kini
fluida menerima energi kalor. Fluida yang Kalor karena menerima kalor dari
permukaan bahan akan naik ke atas. Kekosongan tempat masa bendalir yang telah
naik itu diisi pula oleh masa fluida yang bersuhu rendah. Setelah masa ini juga
menerima energi kalor dari permukan bahan yang kalor dasi, masa ini juga akan
naik ke atas permukaan meninggalkan tempat asalnya. Kekosongan ini diisi pula
oleh masa fluida bersuhu renah yang lain.
(c) pendidihan
(d) kondensasi
Proses ini akan berlangsung berulang-ulang. Dalam kedua proses konduksi dan
konveksi, faktor yang paling penting yang menjadi penyebab dan pendorong
proses tersebut adalah perbedaan suhu. Apabila perbedaan suhu .terjadi maka
keadaan tidak stabil terma akan terjadi. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan
melalui proses perpindahan kalor. Dalam pengamatan proses perpindahan kalor
konveksi, masalah yang utama terletak pada cara mencari metode penentuan nilai
h dengan tepat. Nilai koefisien ini tergantung kepada banyak faktor. Jumlah kalor
yang dipindahkan, bergantung pada nilai h.
Jika cepatan medan tetap, artinya tidak ada pengaruh luar yang mendoromg fluida
bergerak, maka proses perpindahan ka1or berlaku.
Sedangkan bila kecepatan medan dipengaruhi oleh unsur luar seperti kipas atau
peniup, maka proses konveksi yang akan terjadi merupakan proses perpindahan
kalor konveksi paksa. Yang membedakan kedua proses ini adalah dari nilai
koefisien h-nya.
sejumlah energi kalor tertentu. Semakin tinggi suhu bahan tadi maka semakin
tinggi pula energi kalor yang disinarkan. Proses radiasi adalah fenomena
permukaan. Proses radiasi tidak terjadi pada bagian dalam suatu bahan. Tetapi
suatu bahan apabila menerima sinar, maka banyak hal yang boleh terjadi. Apabila
sejumlah energi kalor menimpa suatu permukaan, sebagian akan dipantulkan,
sebagian akan diserap ke dalam bahan, dan sebagian akan menembusi bahan dan
terus ke luar. Jadi dalam mempelajari perpindahan kalor radiasi akan dilibatkan
suatu fisik permukaan.
Bahan yang dianggap mempunyai ciri yang sempurna adalah jasad hitam.
Disamping itu, sama seperti cahaya lampu, adakalanya tidak semua sinar
mengenai permukaan yang dituju. Jadi dalam masalah ini kita mengenal satu
faktor pandangan yang lazimnya dinamakan faktor bentuk. Maka jumlah kalor
yang diterima dari satu sumber akan berbanding langsung sebahagiannya terhadap
faktor bentuk ini. Dalam pada itu, sifat terma permukaan bahan juga penting.
Berbeda dengan proses konveksi, medan aliran fluida disekeliling permukaan
tidak penting, yang penting ialah sifat terma saja. Dengan demikian, untuk
memahami proses radiasi dari satu permukaan kita perlu memahami juga keadaan
fisik permukaan bahan yang terlibat dengan proses radiasi yang berlaku.
Proses perpindahan kalor sering terjadi secara serentak. Misalnya sekeping plat
yang dicat hitam. Lalu dikenakan dengan sinar matahari. Plat akan menyerap
sebahagian energi matahari. Suhu plat akan naik ke satu tahap tertentu. Oleh
karena suhu permukaan atas naik maka kalor akan berkonduksi dari permukaan
atas ke permukaan bawah. Dalam pada itu, permukaan bagian atas kini
mempunyai suhu yang lebih tinggi dari suhu udara sekeliling, maka jumlah kalor
akan disebarkan secara konveksi. Tetapi energi kalor juga disebarkan secara
radiasi. Dalam hal ini dua
hal terjadi, ada kalor yang dipantulkan dan ada kalor yang dipindahkan ke
sekeliling.
Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P., Fundamental of Heat and Mass Transfer, John
Wiley & Sons, 2002.
Kern, D.Q., Process Heat Transfer, Mc Graw Hill, New York, 1950.