Anda di halaman 1dari 9

OBESITAS

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan
dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah kondisi
kelebihan lemak, baik diseluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian tertentu. Obesitas
merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila berat badan laki-laki melebihi
15% dan pada wanita 20% dari berat badan ideal menurut umurnya.
Lebih ringkasnya, Obesitas adalah suatu penyakit kronis akibat dari timbunan
lemak tubuh yang berlebihan (eksesif).

B. Jenis-Jenis Obesitas
1. KEGEMUKAN MENURUT DISTRIBUSI LEMAK
Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh, kegemukan dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu tipe android dan gynecoid.

a) Tipe android
Tipe android ditandai dengan adanya timbunan lemak pada pinggang, perut, dan
bagian atas perut. Bentuk tubuh android biasanya pada wanita yang sudah mengalami
monopause. Dalam penelitian Vogue, seorang peneliti dari Prancis mengatakan bahwa
tipe Android ini potensial beresiko lebih tinggi menderita penyakit yang berhubungan
dengan metabolisme lemak dan glukosa seperti Diabetes Mellitus, Jantung Koroner,
Stroke, Hipertensi.
b) Tipe Gynecoid
Gynecoid ditandai dengan adaanya penumpukan lemak dibagian peurt seperti panggul,
pantat, dan paha. Pada tipe gynecoid lebih aman dibandingkan dengan tipe android,
sebab lebih kecil kemungkinan mengalami resiko terkena penyakit.
2. KEGEMUKAN MENURUT KONDISI SEL
Selain faktor distribusi lemak dalam tubuh, tipe kegemukan dapat dibedakan
berdasarkan kondisi sel pada setiap orang. Berdasarkan kondisi sel, kegemukan dapat
dibagi menjadi tiga tipe sebagai berikut.
a) Tipe hiperlastik
Jumlah sel lemak lebih banyak dibandingkan dengan kondisi normal. Akan tetapi,
ukuran sel lemak tersebut masih sesuai dengan ukuran sel yang normal. Biasanya
terjadi sejak masa anak-anak dan sulit untuk diturunkan ke berat badan normal. Bila
terjadi penurunan berat tubuh sifatnya hanya sementara dan kondisi tubuh akan mudah
kembali ke keadaan semula.
b) Tipe hipertropik
Jumlah sel yang normal, tetapi ukuran sel lebih besar dari ukuran normal.Biasanya
terjadi pada orang dewasa dan relatif lebih mudah menurunkan berat tubuh dibanding
tipe hiperlastik. Namun, kegemukan tipe ini mempunyai risiko lebih mudah terserang
penyakit gula dan tekanan darah tinggi.
c) Tipe hiperlastik-hipertropik
Jumlah maupun ukuran sel yang terdapat pada tubuh seseorang melebihi ukuran
normal. Proses kegemukan dimulai sejak masa anak-anak dan berlangsung terus
hingga dewasa. Mereka yang mengalami kegemukan tipe ini paling sukar menurunkan
berat tubuh. Dengan demikian, seseorang dengan tipe kegemukan seperti ini paling
mudah terserang berbagai penyakit degeneratif.
3. KEGEMUKAN MENURUT UMUR
Kondisi gemuk tidak memandang umur seseorang, mulai dari bayi hingga tua
dapat mengalami kegemukan. Berdasarkan hal tersebut, penggolongan kegemukan
dapat dilakukan berdasarkan umur seseorang.
a) Kegemukan saat bayi
Kegemukan pada masa bayi perlu dihindari. Hasil penelitian meenunjukkan bahwa dari
jumlah bayi yang menderita kegemukan pada usia enam bulan pertama ternyata lebih
sepertiga menjadi gemuk pada usia dewasa. Selain itu, dapat berakibat negatif dan
membawa berbagai kesulitan seperti tingginya risiko kejang.
b) Kegemukan saat anak-anak
Pola makan yang salah disertai aktivitas fisik yang rendah. Aktivitas fisik sangat
diperlukan dalam proses pembakaran kelebihan lemak dalam tubuh. Namun, dengan
adanya acara televisi yang memukau, kemudahan-kemudahan transportasi, dan
perkembangan teknologi membuat anak-anak tidak mau melakukan kegiatan yang
banyak mengeluarkan energi. Kelebihan lemak tersebut timbul antara usia dua tahun
sampai usia remaja (puberitas)
c) Kegemukan saat dewasa
Sering terjadi pada masa dewasa karena lemak tubuh mulai menumpuk. Umur 20 – 30
tahun merupakan umur saat seseorang mulai mantap dengan karirnya, ditandai dengan
tanggung jawab makin besar, ambisi tinggi, dan pekerjaan menumpuk. Pada kondisi
seperti itu, seseorang menjadi sering terlibat dalam pertemuan seperti makan siang,
makan malam bersama, pesta, dan rapat-rapat yang tidak luput dari soal makanan
lezat. Kesibukan-kesibukan tersebut menjadi penyebab kekurangan waktu untuk
olahraga. Oleh karena itu, bila kurang hati-hati dalam menjaga tubuh, perlahan-lahan
kegemukan mulai mengintai. Bila dibiarkan, pada umur 45-60 tahun sering menjadi
kritis akibat tubuh digerogoti penyakit seperti jantung koroner, diabetes, dan penyakit
lainnya, terutama pada orang-orang yang kegemukan.
4. KEGEMUKAN MENURUT TINGKATAN
Tingkat kegemukan yang diderita seseorang sangat bervariasi, tergantung
kelebihan berat dibanding berat normal. Berdasarkan hal tersebut pengelompokan
kondisi seseorang yang mengalami kegemukan adalah sebagai berikut.
a) Simple obesity
Kelebihan berat tubuh sebanyak 20% dari berat ideal dan tanpa disertai penyakit
diabetes melitus, hipertensi, dan hiperlipidemia.
b) Mild obesity
Kelebihan berat tubuh antara 20-30% dari berat ideal yang belum disertai penyakit
tertentu, tetapi sudah perlu diwaspadai.
c) Moderat obesity
Kelebihan berat tubuh antara 30-60% dihitung dari berat ideal. Pada tingkat ini
penderita termasuk berisiko tinggi untuk menderita penyakit yang berhubungan dengan
obesitas.
d) Morbid obesity
Kelebihan berat tubuh dari berat ideal lebih dari 60% dengan risiko sangat tinggi
terhadap penyakit pernapasan, gagal jantung, dan kematian mendadak.

C. Penyebab Obesitas
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih banyak dari yang
diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan
antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas
melibatkan beberapa faktor:
a) Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab
genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan
pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
b) Makanan melebihi kebutuhan tubuh. Makanan selain dibutuhkan untuk hidup, juga
dibutuhkan untuk menciptakan energi dan menggantikan sel-sel yang rusak. Tetapi
akan timbul persoalan bila makanan yang dikonsumsi melebihi kebutuhan, akibatnya
terjadi kelebihan kebutuhan, dan yang akan menimbulkan kelebihan energi yang akan
disimpan dalam tubuh sebagai lemak.
c) Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan
dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada
malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan
d) Faktor kesehatan. Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
1. Hipotiroidisme
2. Sindroma Cushing
3. Sindroma Prader-Willi
4. Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
e) Obat-obatan. Seseorang dalam keadaan sakit, maka bermacam-macam obat dapat
diberikan dengan maksud menyembuhkan. Beberapa obat yang dapat merangsang
pusat lapar sehingga pasien akan meningkatkan nafsu makannya. Penggunaan obat
akan menyebabkan peningkatan berat badan. Misalnya steroid dan beberapa anti-
depresi
f) Faktor metabolisme. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)
menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita
obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel
lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya
normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan
hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
g) Aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab
utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur.
Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang
cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang
seimbang, akan mengalami obesitas.
D. Gejala obesitas
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding
dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernapasan dan sesak
napas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan
pernapasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernapasan
untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering
merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri
punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan
pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang
menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan
dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan
mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan
akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
E. Komplikasi
Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema
kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan
seseorang. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun
seperti:
1. Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa)
2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
3. Stroke
4. Serangan jantung (infark miokardium)
5. Gagal jantung
6. Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar)
7. Batu kandung empedu dan batu kandung kemih
8. Gout dan artritis gout
9. Osteoartritis
10. Tidur apneu (kegagalan untuk bernapas secara normal ketika sedang tidur,
menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah)
11. Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi dan
ngantuk).
F. Diagnosa
a. Mengukur lemak tubuh
Tidak mudah untuk mengukur lemak tubuh seseorang. Cara-cara berikut
memerlukan peralatan khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih:
1) Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian
lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.
2) BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah
seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur
lemak tubuh.
3) DEXA (dual energy X-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. Sinar X
digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.
Dua cara berikut lebih sederhana dan tidak rumit:
1. Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka
(suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps).
2. Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), penderita berdiri diatas
skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh
lalu dianalisa.
Pemeriksaan tersebut bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika tidak dilakukan
oleh tenaga ahli.
b. Tabel berat badan-tinggi badan
Permasalahan yang timbul adalah bahwa kita tidak tahu mana tabel yang terbaik
yang harus digunakan. Banyak tabel yang bisa digunakan, dengan berbagai kisaran
berat badan yang berbeda. Beberapa tabel menyertakan ukuran kerangka, umur dan
jenis kelamin, tabel yang lainnya tidak.
Kekurangan dari tabel ini adalah tabel tidak membedakan antara kelebihan
lemak dan kelebihan otot. Dilihat dari tabel, seseorang yang sangat berotot bisa tampak
gemuk, padahal sesungguhnya tidak.
c. Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index, BMI)

BMI Klasifikasi

< 18.5 berat badan di bawah normal

18.5–24.9 Normal
25.0–29.9 normal tinggi

30.0–34.9 Obesitas tingkat 1

35.0–39.9 Obesitas tingkat 2

≥ 40.0 Obesitas tingkat 3

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan)


berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan "indeks", BMI sebenarnya
adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi
dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas
jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.
Rumus:
Satuan Metrik menurut sistem satuan internasional : BMI = kilogram /meter2
G. Pengobatan
Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen
yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting
dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus
dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan
yang sehat.
Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita
dan risiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan yang
berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka
BMI :
a. Resiko rendah : BMI < 27
b. Resiko menengah : BMI 27-30
c. Resiko tinggi : BMI 30-35
d. Resiko sangat tinggi : BMI 35-40
e. Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.
Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita
berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.
a) Penderita dengan risiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500
kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan olah raga
b) Penderita dengan risiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori (800-1200
kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah raga
c) Penderita dengan risiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat anti-
obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga.
Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsur-unsur
yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan :
1) Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan
(vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus rendah kalori.
2) Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan
secara perlahan dan stabil. Misalnya dalam sehari menyempatkan diri untuk
berolahraga selama 30 menit setiap paginya.
3) Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan
kesehatan secara menyeluruh.
4) Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah penurunan
berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari
pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan
makan dan aktivitas fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa
lalu menyokong terjadinya penambahan berat badan. Program ini harus
menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan
yang sehat dan rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat badan.
Obesitas merupakan suatu keadaan menahun (kronis). Obesitas seringkali
dianggap suatu keadaan sementara yang bisa diatasi selama beberapa bulan dengan
menjalani diet yang ketat. Pengendalian berat badan merupakan suatu usaha jangka
panjang. Agar aman dan efektif, setiap program penurunan berat badan harus dalam
pengawasan dokter.
H. Pencegahan
Untuk pencegahan obesitas ada tiga tahapan. Pertama, pencegahan primer,
bertujuan mencegah terjadinya obesitas. Kedua, pencegahan sekunder, bertujuan
menurunkan prevalensi obesitas. Ketiga, pencegahan tersier, bertujuan mengurangi
dampak obesitas.
Pencegahan primer dilakukan menggunakan dua strategi pendekatan, yaitu
pendekatan populasi untuk mempromosikan cara hidup sehat pada semua anak dan
remaja beserta orang tuanya, serta pendekatan pada kelompok yang berisiko tinggi
menjadi obesitas. Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan di pusat kesehatan masyarakat.
Pencegahan sekunder dan tersier lebih dikenal sebagai tata laksana obesitas serta
dampaknya. Prinsip dari tata laksana obesitas pada anak berbeda dengan dewasa karena harus
mempertimbangkan faktor tumbuh-kembang. Caranya dengan pengaturan diet, bukan
mengurangi jumlah asupan makanan tetapi dengan mengatur komposisi makanan menjadi menu
sehat. Antara lain peningkatan aktivitas fisik, misalnya dengan membatasi aktivitas pasif, seperti
menonton televisi atau bermain komputer dan play stations, mengubah pola hidup (modifikasi
perilaku) menjadi pola hidup sehat, baik dalam mengonsumsi makanan maupun dalam
beraktivitas.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Sandaja, dkk. 2009. “Kamus Gizi”. Jakarta : PT. Gramedia. Hal: 169
Vitahealth, Tim. 2004. “Diabetes”. Jakarta : PT. Gramedia. Hal: 69
Sediaoetama, Achmad Djaeni, Prof. Dr. 2008. “Ilmu Gizi Jilid 1”. Jakarta: Dian Rakyat.
Hal: 26.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. “Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni”. Jakarta: Rineka
Cipta. Hal: 226.
Internet
Anonim.2012. “Obesitas”. http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas. 26 Maret 2012.
Wahyuni, Endah. 2009. “Mengenal Tipe
Kegemukan”. http://ksupointer.com/2009/mengenal-tipe-kegemukan. 26 Maret 2012.
Anonim._____________.
“_________________________________________________”.
http//:www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/.../Chapter%20II.pdf. 26
Maret 2012.
Anonim._____________.
“_________________________________________________”.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-lindawidiy-5128-2-bab2.pdf. 26
Maret 2012.
Evanjh. 2011. “Mencegah Obesitas”. http://www.kesehatankita.info/?p=256. 26 Maret
2012.

Anda mungkin juga menyukai