Anda di halaman 1dari 10

BAB V

TUGAS KHUSUS

V.1 PELAKSANAAN DILAPANGAN DAN PERHITUNGAN

V.1.1 Pelaksanaan Dilapangan

Setelah pengecoran kolom selesai, maka dilanjutkan dengan pekerjaan balok dan
pelat lantai. Prosesnya adalah :

 Pekerjaan perancah
 Pekerjaan pengukuran dan bekisting
 Pekerjaan pembesian
 Leveling pengecoran pelat lantai
 Pekerjaan kontrol kualitas
 Pekerjaan pengecoran
 Pekerjaan curing

A. Pekerjaan Perancah
Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang digunakan
untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau
perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya. Biasanya
perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau tabung logam,
meskipun juga dapat menggunakan bahan - bahan lain.

Gambar V.1 Pekerjaan perancah/ scaffolding


Sumber : Data Pribadi

BAB IV | 81
B. Pekerjaan pengukuran dan bekisting
Pemasangan bekisting balok dan pelat lantai-3 didahului dengan
pengukuran posisi balok. Pengukuran dilakukan dengan cara memberi tanda
as bangunan pada kolom lantai bawah yang tadinya ada pada lantai bawah.
Pengukuran yang didasarkan pada tanda as bangunan dari kolom ini
ditujukan untuk mengantisipasi kesalahan pada posisi balok.

Berdasarkan pengukuran tersebut, maka bekisting balok dan pelat dapat


difabrikasi pada posisi yang benar diatas perancah yang telah disiapkan.
Pengaturan level balok dan pelat dapat dilakukan dengan mengatur
ketinggian perancah ( U-head scaffolding ).

Gambar V.2 Pekerjaan bekisting pelat lantai


Sumber : Data Pribadi

C. Pekerjaan Pembesian
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah bekisting siap,
besi tulangan yang telah terfabrikasi siap dipasang dan dirangkai di lokasi.
Pembesian balok dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan
pembesian pelat lantai. Panjang penjangkaran dipasang 30x diameter
tulangan utama, juga menggunakan kait. Selain itu perlu dipasang korset
sejumlah 4 buah dalam tiap meter persegi untuk penulangan pelat lantai.
Pekerjaan ini adalah untuk mengantisipasi terjadinya penurunan posisi
tulanganatas.

BAB IV | 82
Gambar V.3 Pekerjaan penulangan & pemasangan korset
` Sumber : Data Pribadi

D. Pengecoran Pelat Lantai


Agar pengecoran pelat lantai dan sloof mencapai level yang benar dan tidak
terjadi perbedaan tinggi finishing cor, maka perlu dibuat alat bantu leveling
pengecoran. Leveling pengecoran dibuat dari besi siku L 50.50.5 yang
ditumpukan pada beberapa titik besi beton. Besi beton ini ditancapkan pada
lantai kerja hingga posisi besi siku L 50.50.5 tidak lagi bergeser.
Penempatan besi siku L 50.50.5 diukur dengan waterpass dan diukur pada
level sesuaigambar desain. Penempatan siku L 50.50.5 ini dibuat
sedemikian hingga sulit untuk turun dan bergeser, tapi mudah untuk dicabut.

E. Pekerjaan Kontrol Kualitas

Sebelum dilakukan pengecoran secara serentak, perlu dilakukan control


kualitas yang terdiriatas dua tahap yaitu :
1. Sebelum pengecoran
Sebelum pengecoran dilakukan kontrol kualitas terhadap :
 Posisi dan penempatan bekisting
 Posisi dan penempatan pembesian
 Jarak antar tulangan
 Panjang penjangkaran
 Ketebalan beton decking
 Ukuran baja tulangan yang digunakan

BAB IV | 83
2. Pada saat pengecoran. Pada saat berlangsungnya pengecoran,
readymix truck yang datang diambil sampelnya. Sampel diambil
menurut ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi.Pekerjaan
control kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan konsultan
pengawas untuk selanjutnya dibuat berita acara pengesahan control
kualitas

Gambar V.4 Pengambilan sampel sebelum pengecoran


Sumber : Data Pribadi

F. Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran dilakukan dengan readymix truck yang dibantu dengan
penggunaan concrete pump mengingat lokasi pengecoran yang relatif jauh
dari akses transportasi truck. Dalam hal ini pengecoran dilakukan secara
sekaligus balok dan pelat seluruh lantai tiga. Untuk mempercepat proses
pengecoran dipakai concrete pump. Pengecoran dibantu dengan alat vibrator
untuk meratakan campuran beton.

Gambar V.5 Pekerjaan Pengecoran


Sumber : Data Pribadi

BAB IV | 84
G. Perhitungan dan Perencanaan Pelat Lantai

Perencanaan pelat lantai seluruhnya menggunakan beton bertulang dengan mutu


beton f’c = 30 Mpa dan baja untuk tulangan menggunakan mutu baja fy = 240 Mpa.
Asumsi perhtiungan pelat lantai dilakukan dengan menganggap bahawa setiap pelat
lantai dibatasi oleh balok, baik balok anak maupun balok induk. Modul plat lantai
yang direncanakan ada pada lantai 3. Tipe S1 dengan panjang ly= 3000 cm dan lx=
3000 cm ditunjukkan pada gambar V.1 dan gambar V.2 sebagai berikut.

Gambar V.6 denah struktur lantai 3


Sumber : Data Pribadi

Gambar V.7 Detail struktur lantai


Sumber : Data Pribadi

BAB IV | 85
Langkah- langkah perencanaan pelat lantai meliputi :
a. Menentukan syarat-syarat batas dan bentang pelat lantai
b. Menentukan tebal pelat lantai.
c. Menghitung beban yang bekerja pada pelat lantai yang meliputi beban mati
dan hidup.
d. Menentukan nilai momen yang paling berpengaruh
e. Menghitung keamanan plat lantai dalam memikul beban.

Pembebanan Pelat Lantai

Jenis beban yang bekerja pada lantai adalah beban mati dan hidup dengan
perhitungan sebagai berikut.
1. Beban Mati ( D )
Jenis beban yang bekerja pada pelat lantai 2-3 meliputi :
a. Beban plat lantai = 0,12 x 24 = 2,88 kN/m
b. Beban pasir setebal 1cm = 0,01 x 16 = 0,16 kN/m
c. Beban spesi setebal 3 cm = 0,03 x 22 = 0,66 kN/m
d. Beban keramik setebal 1cm = 0,01 x 22 = 0,22 kN/m
e. Beban plafon dan penggantung = 0,2 kN/m
f. Beban instalaso ME = 0,25 kN/m
Total beban mati pada plat lantai = 4,37 kN/m

2. Beban Hidup ( L ) = 2,5 kN/m


3. Beban Rencana ( Wu ) = 1,2 D + 1,6 L = 1,2 x 4,47 + 1,6 x 2,5
= 9,24 kN/m

Perencanaan penulangan pelat lantai dilakukan dengan mengambil lebar pelat lantai
(b) sebesar 1 satuan panjang ( b = 1 m / 1000 mm ). Cara perhitungan tulangan
pelat lantai adalah sebagai berikut.

1. Menentukan syarat syarat batas dan bentang perencanaan pelat lantai


Bentang terpanjang, ly = 3000 mm
Bentang pendek, lx = 3000 mm
Perbandingan sisi pelat lantai ;
𝑙𝑦 3000
ꞵ = 𝑙𝑥 = 3000 = 1 (jika ≤ 2.5 maka termasuk plat lantai 2 arah)

BAB IV | 86
2. Menentukan tebal pelat lantai
Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 Pasal 15.3.6, rasio kekakuan
lentur balok terhadap pelat lantai ditentukan langkah sebagai berikut :
a. Sisi balok induk B2
h = 800, b = 500, L = 3000, dan tebal pelat lantai h = 120 mm
1
𝐸𝑐𝑏 𝐼𝑏 3000 𝑥 √30 𝑥 𝑥 500 𝑥 8003
12
𝛼𝐵2 = = 1 = 49,38
𝐸𝑐𝑝 𝐼𝑝 3000 𝑥 √30 𝑥 𝑥 3000 𝑥 1203
12

b. Sisi balok induk B3


h = 600, b = 350, L = 3000, dan tebal pelat lantai h = 120 mm
1
𝐸𝑐𝑏 𝐼𝑏 3000 𝑥 √30 𝑥 𝑥 350 𝑥 6003
12
𝛼𝐵3 = = 1 = 14,58
𝐸𝑐𝑝 𝐼𝑝 3000 𝑥 √30 𝑥 𝑥 3000 𝑥 1203
12

c. Sisi balok induk B3


h = 600, b = 350, L = 3000, dan tebal pelat lantai h = 120 mm
1
𝐸𝑐𝑏 𝐼𝑏 3000 𝑥 √30 𝑥 𝑥 350 𝑥 6003
12
𝛼𝐵3 = = 1 = 14,58
𝐸𝑐𝑝 𝐼𝑝 3000 𝑥 √30 𝑥 𝑥 3000 𝑥 1203
12

d. Sisi balok induk B5


h = 350, b = 200, L = 3000, dan tebal pelat lantai h = 120 mm
1
𝐸𝑐𝑏 𝐼𝑏 3000 𝑥 √30 𝑥 𝑥 200 𝑥 3503
12
𝛼𝐵5 = = 1 = 1,65
𝐸𝑐𝑝 𝐼𝑝 3000 𝑥 √30 𝑥 𝑥 3000 𝑥 1203
12

e. Rasio kekuatan rata – rata


𝛼𝐵2 + 𝛼𝐵3 + 𝛼𝐵3 + 𝛼𝐵5
𝛼𝑚 =
4
49,38 𝑥 14,58 𝑥 14,58 𝑥 1,65
= = 20,05
4

3. Menentukan tebal selimut beton


Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 9.7.1(c) untuk :
a. D < 36 mm, ts = 20 mm
b. D > 36 mm, ts = 40 mm

Maka digunakan tebal selimut beton (ts) = 20 mm

BAB IV | 87
4. Menentukan Nilai Momen
A. Momen beban Mati / Dead load
 Mtx = 0.001 * 9,24 * 3² * 25 = 2,08 kNm
 Mly = Mty = 0.001 * 9,24 * 3² * 25 = 2,08 kNm

B. Momen beban hidup / Live load


 Mtx = 0.001 * 9,24 * 3² * 51 = 4,24 kNm
 Mly = Mty = 0.001 * 9,24 * 3² * 51 = 4,24 kNm

5. Menghitung tinggi efektif pelat lantai (dx)


Digunakan tulangan pokok d 10
Dx = h – ts – 0,5 x D
= 120 – 20 – 0,5 x 10 = 95 mm
6. Menentukan besarnya nilai ꞵ
f’c < 30 Mpa, ꞵ = 0,85
f’c > 30 Mpa, ꞵ = 0,85 – 0,008 ( f’c – 30 )
0,85 𝑥 ꞵ 𝑥 𝑓′𝑐 600 0,85 𝑥 0,85 𝑥 30 600
𝜌𝑏 = ( )= ( ) = 0,065
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 240 600+240

7. Menghitung besarnya rasio penulangan minimum dan maksimum


1,4 1,4
 𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0,00583
𝑓𝑦 𝑓𝑦

√𝑓′𝑐 √30
 𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0,0057
4 𝑥 𝑓𝑦 4 𝑥 240

 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 𝑥 𝜌𝑏 = 0,75 𝑥 0,065 = 0,049

8. Menghitung tulangan pokok daerah lapangan


Perhitungan tulangan pokok pada lapangan arah lx menggunakan tulangan
Ø10. Mlx = Mu = 2,08 kNm.
Faktor tahanan momen ;
𝑀𝑛 2,08
𝑀𝑛 = = = 2,64 kNm
Ø 0.8
𝑀𝑛 2640000
𝑀𝑛 = = 1000𝑋95² = 0,443
Ø

BAB IV | 88
𝑓𝑦 240
𝑀= = = 9,412
0,85 𝑥 𝑓′𝑐 0,85 𝑥 30

Rasio penulangan

1 2(𝑚)(𝑅𝑛)
𝜌= [1 − √ ]
𝑚 𝑓𝑦

1 2(9,412)(0,443)
𝜌= [1 − √ ] = 0,0018
9,412 𝑓𝑦

1
 𝑅𝑛𝑏 = 𝜌𝑏 𝑥 𝑓𝑦 (1 2 𝑥 𝜌𝑏 𝑥 𝑚)
1
= 0,065 x 240 (1 2 𝑥 0,065 𝑥 9,412)= 10,782

 𝑅𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 𝑥 𝑅𝑛𝑏 = 0,75 x 10,782 = 8,087

Karena 𝑅𝑛 < 𝑅𝑚𝑎𝑘𝑠 , maka digunakan tulangan tunggal.

Syarat raso penulangan adalah 𝜌𝑚𝑖𝑛 < 𝜌 < 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠

Karena 𝜌 < 𝜌𝑚𝑖𝑛 maka yang digunakan adalah 𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0057

Luas tulangan yang dibutuhkan

𝐴𝑠𝑡 = 𝜌𝑚𝑖𝑛 x b x 𝑑𝑥 = 553,85 mm²


𝐴𝑠𝑥𝑓𝑦 553,85
Tinggi balok regangan, a = (0,85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝑥𝑏 ) = (0,85 𝑥 30 𝑥 1000) = 5,21 mm

Momen nominal, Mn = As x fy x (d-a/2) x 10−6

= 553,85 x 240 x ( 95 – 5,21 / 2 ) x 10−6 = 12,28 kNm

Kontrol kekuatan ;

 𝜑 Mn > Mu
 0,8 𝑥 12,28 > 3,20
 9,82 > 3,20 – OK

Jarak antar tulangan adalah :


0,25 x π x ∅² x b 0,25 x π x 10² x 1000
 s= ( )=( ) = 141,80 ~ 140 mm
As 553,85

BAB IV | 89
syarat jarak antar tulangan adalah :

a) S = 125 mm < 2 x h = 2 x 120 = 240 mm


b) S = 125 mm < 250 mm

Maka digunakan tulangan tumpuan Ø10 – 140.

9. Perhitungan tulangan pembagi arah memanjang (𝑰𝒚 )


Diambil 20% dari luas tulangan pokok = 0,2 x 553,85 = 110,77 mm²
Digunakan tulangan Ø10
0,25 x π x ∅² x b 0,25 x π x 10² x 1000
 s= ( )=( ) = 225,69 ~ 250 mm
As 110,77

Maka digunakan tulangan pembagi Ø10 ~ 250.

Gambar detail penulangan pelat lantai ditunjukkan pada Gambar V.8 sebagai
berikut.
Ø10 - 140

Ø10 - 140

Ø10 - 250

Ø10 - 250

Ø10 - 250 Ø10 - 250

3000
Ø10 - 250 Ø10 - 250
Ø10 - 250

Ø10 - 140

Ø10 - 140

Ø10 - 250

3000

Gambar V.8 Denah penulangan lantai


Sumber : Data Pribadi

BAB IV | 90

Anda mungkin juga menyukai