Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minat belajar merupakan bentuk ketertarikan , keinginan siswa untuk

melakukan hal, tugas, latihan, yang berkaitan dengan pembelajaran. Dengan

meningkatnya minat siswa dalam belajar maka secara signifikan prestasi hasil

belajarpun secara otomatis akan baik. Dengan demikian peranan minat menjadi

sangat penting/dominan berkaitan dengan upaya peningkatan hasil belajar siswa.

Kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran sering dijumpai hal-hal yang

tidak mendukung dalam rangka pencapaian hasil belajar seperti minat atau

keinginan siswa dalam belajar yang relatif masih rendah, beberapa kompetensi

dasar sebagai tujuan pembelajaran yang belum mampu tercapai sesuai dengan

standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diharapkan dan sebagainya,

sehingga perlu dilakukan upaya atau langkah konkret untuk meningkatkan minat

atau motivasi belajar pada siswa. Minat belajar merupakan bentuk ketertarikan ,

keinginan siswa untuk melakukan hal , tugas , latihan , yang berkaitan dengan

pembelajaran. Dengan meningkatnya minat siswa dalam belajar maka secara

signifikan prestasi hasil belajarpun secara otomatis akan baik. Dengan demikian

peranan minat menjadi sangat penting / dominan berkaitan dengan upaya

peningkatan hasil belajar siswa.

1
Permasalahan yang sama juga terjadi pada siswa kelas IX SMP Negeri 1

Batukliang Kabupaten Lombok Tengah, khususnya kelas IX 3 (dibandingkan

Enam kelas pararel lainnya). Setidaknya hal ini tampak dari hasil tes materi

Listrik dinamispada mata pelajaran IPA Fisika pada semester Ganjil tahun 2014 -

2015 (ada 2 kali tes tertulis ). Dari data yang ada diperoleh kesimpulan bahwa

pada tes tertulis pertama hingga kedua, hanya ada 20% hingga 40% dari 40 siswa

yang mendapat nilai 70 ke atas (batas ketuntasan), sedangkan sebagian besar

siswa mendapat nilai di bawah 70, bahkan ada yang mendapat nilai 40.

Rendahnya kemampuan para siswa menjadi petunjuk adanya kelemahan

sekaligus kesulitan belajar, yang dalam hal ini berarti ada kelemahan dan

kesulitan belajar memahami materi Besaran dan Satuan. Mengenai masalah ini,

guru IPA Terpadu kelas IX mengidentifikasi penyebab siswa kelas IX 3

‘gagal’ dalam belajar IPA Fisika berkaitan dengan kesulitan mengenali pikiran

utama atau ide pokok dalam materi Listrik dinamisselain rendahnya minat dan

motivasi mereka dalam belajar IPA Fisika. Dari wawancara dengan siswa

diperoleh informasi mengenai penyebab siswa sulit memahami isi dari materi

Besaran dan Satuan,

Selama ini pembelajaran IPA Fisika dilakukan dengan prosedur sebagai

berikut: (1) memberi sebuah materi Listrik dinamisyang diambil guru dari

berbagai sumber, bukan dari buku pelajaran atau LKS (lembar kerja siswa)

dengan alasan materi Listrik dinamisyang ada pada buku sudah diisi soal-

soalnya oleh siswa di rumah, (2) meminta siswa membaca materi tersebut dalam

2
waktu yang ditentukan guru, misalnya 15 menit, (3) meminta siswa mencari kata-

kata yang dirasa sulit untuk dibahas bersama, (4) menugasi beberapa siswa untuk

menyampaikan isi Materi Besaran dan Satuan, (5) menugasi siswa mengerjakan

soal (pilihan ganda atau isian singkat) yang telah disiapkan guru pada buku tugas

dengan waktu yang telah ditentukan, (7) mengumpulkan buku tugas, (8)

membahas jawaban soal-soal tersebut, serta (9) menilai hasil tes tertulis.

Prosedur tersebut menunjukkan bahwa siswa tidak diberi kesempatan untuk

melakukan aktivitas Memahami materi melalui tahap Peta Konsep lebih dahulu

guna membangun skemanya tentang isi Materi .

Langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan atau menumbuhkan

minat dan hasil belajar siswa salah satunya adalah dengan menggunakan konsep /

model pembelajaran Peta Konsep atau mind map (pemetaan pikiran).

Penggunaan model pembelajaran Peta Konsep atau mind map ini diduga dapat

meningkatkan minat belajar siswa karena pembelajaran dengan konsep ini lebih

didasarkan pada kemudahan untuk menggali informasi yang akan menarik minat

siswa terutama dalam hal penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis,

terperinci, dan lebih konkret dengan berbagai variasi gambar / tulisan yang

menarik perhatian siswa yang belajar.

Menurut Tony Buzon (2007) mind map (pemetaan pikiran) adalah cara

mudah menggali imformasi dalam dan luar otak, cara baru untuk belajar dan

berlatih yang cepat dan ampuh , cara membuat catatan yang tidak membosankan

dan cara terbaik untuk membuat ide-ide baru dalam merencanakan proyek.

3
Merefleksi fenomena di atas, peneliti menetapkan untuk mengadakan

mind map / Peta Konsep pada kegiatan pemamahaman materi Listrik

dinamisdalam bentuk penelitian tindakan kelas. Adapun alasan pemilihan

strategi tersebut sebagai berikut ini. Pertama, adanya mind map / Peta Konsep

dapat membantu siswa dalam mengatur fokus perhatiannya sehingga

menghindarkannya dari pemberian fokus berlebihan pada materi yang kurang

penting, atau sebaliknya kurang memberikan perhatian pada materi yang penting.

Kedua, adanya mind map / Peta Konsep memungkinkan siswa dapat melakukan

kegiatan memahami materi Listrik dinamis dengan tujuan yang jelas, yakni

menemukan informasi untuk menjawab materi Besaran dan Satuan. Ketiga,

dengan dilatihnya siswa melakukan mind map / Peta Konsep sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai, berarti pembelajaran tidak hanya difokuskan pada hasil,

tapi juga pada proses panguasaan keterampilan mind map / Peta Konsep.

Langkah yang dapat ditempuh untuk dapat meningkatkan atau

menumbuhkan minat dan hasil belajar siswa salah satunya adalah dengan

menggunakan konsep/model pembelajaran mind map (pemetaan pikiran).

Penggunaan model pembelajaran mind map ini diduga dapat meningkatkan minat

dan hasil belajar siswa karena pembelajaran dengan konsep ini lebih didasarkan

pada kemudahan untuk menggali informasi yang akan menarik minat siswa

terutama dalam hal penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis, terperinci,

dan lebih konkret dengan berbagai variasi gambar/tulisan yang menarik perhatian

siswa yang belajar.

4
Konsep pembelajaran mind map / peta konsep ini merupakan solusi

alternatif terbaik dan sangat tepat jika diterapkan dalam proses pembelajaran

karena memberikan berbagai kemudahan dalam belajar, seperti pemahaman

konsep, menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih menarik karena konsep

pengemasan yang lebih sederhana .

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, dirumuskan permasalahan-

permasalahan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah dengan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta

konsep dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA

Terpadu ( Fisika ) , terutama siswa kelas IX SMP Negeri 1 Batukliang tahun

pelajaran 2014-2015.

2. Apakah dengan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta

konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA

Terpadu ( Fisika ) , terutama siswa kelas IX SMP Negeri 1 Batukliang tahun

pelajaran 2014-2015

Pembelajaran mind map / Peta Konsep materi Listrik dinamis IPA

Terpadu di SMP merupakan bagian dari kegiatan belajar pada mata pelajaran

IPA Terpadu yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan keterampilan siswa

dalam menyerap informasi yang terdapat dalam materi diatas , sehingga tesnya

difokuskan pada kemampuan memahami isi materi. Penggunaan model

pembelajaran Peta Konsep atau mind map ini lebih didasarkan pada kemudahan

5
untuk menggali informasi yang akan menarik minat siswa terutama dalam hal

penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis, terperinci, dan lebih konkret

dengan berbagai variasi gambar / tulisan yang menarik perhatian siswa yang

belajar. Kemampuan memahami materi adalah kemampuan menangkap makna,

baik yang tersurat mapun tersirat, dalam materi Listrik dinamispada Mata

Pelajaran IPA Terpadu yang diukur dengan tes pilihan ganda maupun uraian

tentang isi materi Listrik dinamis.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan dengan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan

masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui dan mendiskripsikan apakah dengan konsep pembelajaran mind

map (pemetaan pikiran) / peta konsep dapat meningkatkan minat belajar

siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu ( Fisika ) , terutama siswa kelas IX

SMP Negeri 1 Batukliang tahun pelajaran 2014-2015

2. Mengetahui dan mendiskripsikan apakah dengan konsep pembelajaran mind

map (pemetaan pikiran) / peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu ( Fisika ) , terutama siswa kelas IX

SMP Negeri 1 Batukliang tahun pelajaran 2014-2015

Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian dirumuskan indikator-

indikator sebagai berikut:

6
Aspek Pencapaian Cara mengukur

siklus terakhir

Keaktifan siswa Diamati saat pembelajaran

dalam Pembelajaran 75% dan dihitung dari jumlah

mind map / Peta siswa yang menampakan

Konsep materi Listrik keaktifan dalam kegiatan

dinamis IPA Terpadu Pembelajaran mind map /

( Fisika ) Peta Konsep materi Listrik

dinamis IPA Terpadu (

Fisika )

Motivasi siswa Diamati saat pembelajaran

dalam Pembelajaran 75% dan dihitung dari jumlah

mind map / Peta siswa yang menampakkan

Konsep materi Listrik kesungguh-annya dalam

dinamis IPA Terpadu membaca materi yang

( Fisika ) dibagikan guru, menjawab

pertanyaan, juga dalam

mengerjakan tes tertulis.

Kemampuan siswa 75% Diamati saat pembelajaran

dalam melakukan dan dihitung dari jumlah

7
aktivitas siswa yang melakukan

Pembelajaran mind aktivitas Pembelajaran

map / Peta Konsep mind map / Peta Konsep

materi Listrik materi Listrik dinamis IPA

dinamis IPA Terpadu Terpadu ( Fisika )

( Fisika ) secara benar

Kemampuan siswa 75% Diukur dari hasil ulangan /

dalam memahami isi tes dan dihitung dari

materi jumlah siswa yang dapat

menjawab dengan benar

minimal 70% soal pada

tes

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian khususnya untuk perbaikan kualitas pendidikan

dan / atau pembelajaran diuraikan secara jelas. Yang perlu dikemukakan adalah

manfaatnya bagi siswa, guru, serta komponen pendidikan terkait di sekolah

sehingga Penelitian ini berguna :

Secara teoretis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

referensi/acuan tentang peranan konsep pembelajaran mind map / peta konsep

pada proses belajar mengajar kaitannya dengan upaya meningkatkan minat

8
belajar siswa disekolah pada mata pelajaran IPA Terpadu ( Fisika ), terutama

pada siswa kelas IX SMP SMPN 1 Batukliang tahun pelajaran 2014-2015.

1. Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan /

pertimbangan bagi guru atau tenaga pengajar agar menggunakan konsep

pembelajaran mind map / peta konsep ini dalam mengajar, karena memiliki

kelebihan dalam hal pemahaman konsep.

2. Secara aplikatif penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi

sekolah untuk menyiapkan media atau bahan pemebelajaran khususnya

mengenai konsep pembelajaran mind map / peta konsep .

3. Bagi para pemerhati pendidikan khususnya dalam upaya meningkatkan

kualitas pendidikan, penelitian ini berfungsi sebagai bahan masukan untuk

menyempurnakan bahan ajar atau dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk

melakukan penelitian lanjutan mengenai konsep pembelajaran mind map /

peta konsep ini.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Pengertian Mind Map / Peta Konsep

Sebagaimana diungkapkan DePorter, dkk. (2000) bahwa metode mencatat

yang baik harus membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan

pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan

wawasan baru. Peta konsep (Concept Maps) memungkinkan terjadinya semua

itu. Peta konsep dikembangkan Tony Buzan pada tahun 1970-an merupakan

teknik memetakan konsep atau teknik mencatat informasi yang disesuaikan

dengan cara otak memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak

kiri secara sinergis (bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih

banyak dan lebih mudah diingat (DePorter, dkk. 2000 dan DePorter dan

Hernacki, 2002). Svantesson (2004) mengatakan teknik ini dapat digunakan

untuk membuat ringkasan buku dan ringkasan kuliah ketika membutuhkan

struktur.

Peta konsep berbentuk suatu gambar keseluruhan dari suatu topik. Gagasan

utama diletakkan di tengah-tengah halaman dan sering dilengkapi dengan

lingkaran, persegi, atau bentuk lain.Dari gagasan utama, ditambahkan cabang-

cabang untuk setiap point atau gagasan utama. Jumlahnya bervariasi tergantung

dari jumlah gagasan atau segmen. Tiap-tiap cabang dikembangkan untuk detail

dengan menuliskan kata kunci atau frase dan dapat pula berupa

10
singkatan.Sedangkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi dapat ditambahkan

untuk menambatkan ingatan yang lebih baik. Ditambahkan pula bahwa peta

konsep terbaik adalah peta konsep yang warna-warni dan menggunakan banyak

gambar dan simbol; biasanya tampak seperti karya seni (DePorter, dkk. 2000,

DePorter dan Hernacki, 2002, Svantersson, 2004).

Pengertian Peta Konsep Menurut Hudojo, et al (2002) peta konsep adalah

saling keterkaitan antara konsep dan prinsip yang direpresentasikan bagai

jaringan konsep yang perlu dikonstruk dan jaringan konsep hasil konstruksi

inilah yang disebut peta konsep. Sedangkan menurut Suparno (dalam Basuki,

2000, h.9) peta konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan

suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan. Peta

konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan

juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-

konsep tersebut dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip diferensial progresif

dan prinsip penyesuaian integratif. Dahar (1989) mengemukakan ciri-ciri peta

konsep sebagai berikut :

a. Penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep

konsep dan proposisi-proposisi dalam suatu topik pada bidang studi.

b. Peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan konsep-

konsep dari suatu topik pada bidang studi.

c. Bila dua konsep atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep lainnya,

maka terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu. Martin (dalam

11
Basuki, 2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan petunjuk

bagi guru, untuk menunjukkan hubungan antara ide-ide yang penting

dengan rencana pembelajaran. Sedangkan menurut Arends (dalam Basuki,

2000) menuliskan bahwa penyajian peta konsep merupakan suatu cara yang

baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru.

Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu

materi dengan lebih lama lagi.

Menurut Tony Buzon (2007) mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep

adalah cara mudah menggali imformasi dalam dan luar otak, cara baru untuk

belajar dan berlatih yang cepat dan ampuh, cara membuat catatan yang tidak

membosankan dan cara terbaik untuk membuat ide-ide baru dalam merencanakan

proyek.

Pemetaan pikiran peta konsep adalah suatu metode untuk membuat catatan

untuk berpikir. Peta pikiran / peta konsep juga digunakan untuk memecahkan

masalah untuk mengingat (menghafal) dan melakukan sesuatu pada saat kita

sedang berpikir atau sewaktu pikiran memasuki otak kita (Isworo, Yatno: 2008)

Sebuah pemetaan pikiran / peta konsep dapat dibuat dengan kata-kata,

warna-warni, garis dan gambar yang menarik. Adapun langkah-langkah

pembuatan mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep adalah sebagai berikut;

a. 1. Menuliskan masalah yang akan dipecahkan dalam bentuk lingkaran

atau pohon, dibagian tengah kertas.

12
b. Memuat cabang-cabang atau bagian kegiatan yang harus dilakukan untuk

memecahkan masalah tersebut.

c. Memuat ranting –ranting yang mempengaruhi atau berhubungan dengan

cabang-cabang tersebut

Mind map / peta konsep dalam proses pembelajaran dapat digunakan sebagai :

a. Topik atau cabang masalah yang dapat dibentuk dengan gambar dan warna

yang menarik, demikian pula dengan subtopik/rantingnya.

b. Dalam mind map / peta konsep banyak terdapat gambar karena nilai sebuah

gambar adalah lebih dari seribu kata-kata.

c. Hasil mind map / peta konsep dapat ditempelkan di dinding, buku, yang

dapat dilihat secara teratur atau berkala

d. Gambar adalah produk sisi otak kanan yang kreatif, rincian detailnya dibuat

oleh otak kiri yang logis analitis. Efektifitas mengingat gambar adalah 80%

(Sandy MC Gregor, 2005)

Pengembangan pola pikir seseorang dapat dilakukan mulai dari

menentukan tujuan pengembangan diri secara jelas mengenali potensi pola pikir

dirinya. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal , secara terus menerus

berani mencoba belajar dari pengalaman hingga melaksanakan evaluasi dan

perbaikan secara terus-menerus.

Mind map / peta konsep berfungsi sebagai alat bantu untuk memudahkan

otak bekerja. Manfaat lain yang dapat diberikan anatara lain :

a. Mempercepat pembelajaran

13
b. Melihat koneksi antar topik yang berbeda

c. Membantu brainstrorming

d. Memudahkan ide mengalir

e. melihat gambaran besar

f. Memudahkan mengingat

g. menyederhanakan struktur

2.2 Pengertian Minat Belajar

Minat adalah sebuah keinginan mendasar seseorang secara tulus dalam

berbuat, bertindak,menentukan atau melakukan pilihan sesuai dengan kriteria-

kriteria yang dimiliki oleh seseorang. Minat juga merupakan suatu

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, juga merupakan suatu gairah

atau keinginan (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 1989).

Jadi minat adalah suatu keinginan yang tulus dalam diri seseorang baik

secara sadar maupun tidak untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang

memberikan nilai kebaikan atau kesenangan kepada dirinya

Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap

dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam bidang itu. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki

seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.

14
Minat adalah sebuah pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang

terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan

lingkungan (Sujanto, Agus : 1981).

Motivasi adalah dorongan secara sugestif pada seseorang untuk melakukan

sesuatu oleh karena adanya stimulus/rangsangan akibat tindakan atau perlakuan

seseorang baik secara positif maupun negatif. Motivasi juga merupakan suatu

dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar/tidak sadar untuk

melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Segala usaha yang dapat

menyebabkan seseorang / kelompok orang tertentu tergerak melakuakan sesuatu

karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan

dengan perbuatannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 1989).

Pengaruh dalam belajar minat belajar merupakan daya yang ada atau

timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan

atau perbuatan seseorang yang berusaha memperoleh kepandaian /ilmu dengan

berlatih untuk mengubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 1989 )

Dalam proses pembelajaran, guru menyampaikan materi atau bahan ajar

yang harus dipahami / dikuasai siswa, sehingga dalam hal ini siswa harus secara

sadar masuk dalam lingkungan proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu jika

dalam diri siswa tidak tumbuh minat untuk melakukan kegiatan pembelajaran,

maka target pencapaian hasil belajar akan sulit dilakukan siswa.

15
Konsep pembelajaran mind map adalah konsep pembelajaran dengan

menggunakan pemetaan berpikir dengan menguraikan tema-tema ke dalam sub-

sub tema hingga kepada penjabaran yang lebih terperinci atau menjabarkan suatu

konsep yang detail/ rumit menjadi suatu konsep yang mudah dan sederhana.

Konsep pembelajaran yang mengemas materi/bahan ajar menjadi simpel

atau sederhana adalah langkah efektif untuk memberikan pemahaman kepada

siswa agar mendapatkan hasil yang optimal. Dengan demikian konsep

pembelajaran mind map adalah model/konsep pembelajaran yang paling ideal

untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa.

2.3 Hipotesis Tindakan

Penerapan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep

diduga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA

Terpadu ( Fisika ), terutama pada siswa kelas 7F SMP Negeri 1 Batukliang tahun

pelajaran 2014-2015

16
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

3.1.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMP Negeri 1 Batukliang

tahun pelajaran 2014-2015.

3.1.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX 3 SMP Negeri 1

Batukliang tahun pelajaran 2014-2015, yang berjumlah 40 siswa sebagai

respondennya.

3.2 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini antara lain :

3.2.1 Random Sampling

Random sampling adalah teknik penentuan subjek penelitian yang dilakukan

secara acak.

3.2.2 Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian yang digunanakan adalah tes/evaluasi. Instrumen ini

bertujuan untuk pengambilan data penelitian sebagai alat ukur untuk

mengetahui kemampuan yang telah dicapai siswa dalam belajar. Instrumen

penilaian ini berbentuk soal pilihan ganda yang berjumlah 20 item soal yang

berkaitan dengan materi Besaran dan satuan.

17
3.3 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan dengan memasukan data hasil jawaban

responden atas pertanyaan/soal yang telah diberikan dengan menggunakan rumus

sederhana yaitu deskriptif persentase, yaitu :

Deskriptif Persentase = Hasil yang dicapai X 100%


Skor maksimal

Sehingga dapat diperoleh gambaran hasil pencapaian belajar antara siklus I yang

menggunakan konsep pembelajaran klasik dengan siklus II yang menggunakan

konsep pembelajaran mind map, dengan menggunakan jenis penilaian kuantitatif

(angka) dengan rentang nilai 0- 100. Pencapaian nilai menggambarkan kemampuan

sebagai gambaran kemampuan belajar yang dimiliki siswa sebagai subjek yang

belajar.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Upaya meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 1

Batukliang tahun pelajaran 2014 - 2015.

2. Penggunaan konsep mind map (pemetaan pikiran) dalam pembelajaran.

3.5 Penerapan Konsep Pembelajaran Mind Map

Konsep pembelajaran mind map menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Guru menuliskan masalah yang akan dipecahkan dalam bentuk lingkaran

atau pohon, dibagian tengah kertas atau papan white board

18
2. Guru membuat cabang-cabang atau kegiatan yang harus dilakukan untuk

memecahkan masalah tersebut.

3. Guru membuat ranting – ranting yang mempengaruhi atau berhubungan

dengan cabang-cabang tersebut.

4. Guru menugaskan kelompok kelas yang sudah terbentuk dengan membuat

sebuah konsep mind map untuk menguraikan sebuah masalah.

5. Guru menetapkan waktu pembuatan peta konsep kepada masing-masing

keolmpok.

6. Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk

menyampaikan hasil pemetaan konsep.

7. Guru melakukan monitoring terhadap terhadap masing-masing kelompok

untuk mengevaluasi hasil kinerja kelompok dengan menggunakan pemetaan

konsep.

8. Guru membuat simpulan atas hubungan-hubungan hasil kinerja setiap

kelompok dengan menggunakan konsep mind map tersebut.

9. Guru memberikan pujian/aplaus/reward kepada kelompok terbaik dalam

pembuatan peta konsep maupun dalam penyajian peta konsep.

19
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Awal Responden

Keadaan subjek penelitian sebelum diadakan teratmen / perlakuan adalah

sebagai berikut :

a. Siswa mengalami kesulitan belajar, terutama dalam memahami konsep

pembelajaran. Hal ini terbukti dengan kemampuan menjawab pertanyaan guru

pada saat pelajaran yang relatif masih rendah.

b. Kemampuan memahami kompetensi dasar yang belum maksimal. Hal ini

menunjukkan bahwa kondisi pengajaran yang dilakukan guru kurang diminati

anak yang imbasnya pada hasil belajar yang tidak optimal. Kurangnya cara

penyapaian pengajaran yang lebih variatif dan lebih kepada pemakaian

metode klasik sehingga siswa tidak tergerak untuk meningkatkan minatnya

dalam pembelajaran.

c. Tugas-tugas yang diselesaikan siswa belum dapat menjangkau esensi tugas

yang sebenarnya. Hal ini menunjukkan tingkat pemahaman siswa yang relatif

masih rendah karena baik kondisi minat siswa maupun konsep pembelajaran

yang dilakukan guru belum sesuai dengan istuasi dan kondisi siswa yang

sebenarnya.

20
d. Hasil pemerolehan tes belajar siswa yang relatif masih rendah. Hal ini

dibuktikan dengan hasil pencapaian nilai hasil belajar yang belum sesuai

dengan standar ketuntasan minimal yang diharapkan yaitu 70.

e. Adanya minat atau motivasi belajar yang relatif masih rendah pada siswa. Hal

ini didasarkan atas semua data atau temuan di lapangan melalui pengamatan

baik secara langsung maupun tidak langsung tentang aktivitas atau kegiatan

siswa yang cenderung tidak sesuai atau mendukung dengan kegiatan belajar,

padahal tanpa minat, maka akan sullit bagi siswa untuk dapat memahami atau

menguasai materi pembelajaran yang disampaikan guru.

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IX SMP Negeri 1 Batukliang tahun

pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 40. hasil penelitian tindakan kelas

yang dilakukan dalam siklus ini adalah sebagai berikut:

4.2.1 Siklus I

Siklus pertama terdiri dari empat tahap sebagai berikut :

a. Perencanaan

Dalam tahap ini yang dilakukan antara lain

1) Menyusun perangkat pembelajaran antara lain RPP dan sistem

penilaian.

2) Menyusun lembar observasi untuk penilaian aktivitas siswa.

3) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis soal uji kompetensi siswa

mengenai materi besaran dan satuan.

21
4.2.1.1 Pelaksanaan tindakan

Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map untuk

mengajarkan materi Listrik dinamis, pada siswa kelas IX 3 SMP Negeri 1

Batukliang tahun pelajaran 2014 - 2015. Langkah-langkah dalam siklus I

ini antara lain sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan media pemebelajaran yang berupa bagan, skema

pohon faktor, pada sebuah kertas media, untuk menyampaikan materi

pelajaran mengenai Besaran dan Satuan.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai materi Besaran

dan Satuan.

c. Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map, dengan prosedur

sebagai berikut :

1) Menulis masalah (topik) pembahasan yakni tentang Listrik

dinamis, pada bagian tengah kertas dalam bentuk lingkaran atau

pohon.

2) Membuat cabang-cabang masalah (topik) tentang Listrik

dinamissecara lebih terperinci.

3) Membuat ranting-ranting yang berhubungan dengan cabang atau

berkaitan dengan topik yang sedang dibahas yakni Listrik dinamis.

d. Guru selanjutnya memberikan latihan terhadap setiap kelompok yang

sudah terbentuk dengan konsep pemetaan pikiran untuk menguraikan

22
masalah yang berkaitan dengan topik masalah yang sedang dibahas

yakni tentang Besaran dan Satuan, dengan memberikan batasan waktu

mengerjakan yakni 20 menit. Di akhir pembahasan guru

menyimpulkan materi pembahasan melalui konsep mind map tersebut.

e. Guru mengadakan tes/evaluasi untuk mengetahui kemampuan hasil

belajar siswa

f. Guru melakukan refleksi terhadap efektifitas penerapan konsep

pembelajaran mind map ini.

Selanjutnya hasil tes diolah untuk mendapatkan nilai kuantitatif

(bentuk angka). Hasil tes yang telah diperoleh kemudian dibandingkan

hasilnya dengan pencapaian sebelumnya. Hasil penerapan konsep

pembelajaran mind map (pemetaan pikiran ) adalah sebagai berikut :

Pada awal dimulai pembelajaran dapat dilihat

a. Siswa kurang bersemangat bekerja secara kelompok dalam

pembalajaran.

b. Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model

pembelajaran dengan metode Peta Konsep.

c. Siswa malas menjawab pertanyaan dan saling menunggu teman atau

kelompok lainnya.

d. Aktivitas interaksi dalam kelompok, menyamakan persepsi, saling

menanyakan dalam kelompok masing kurang

23
e. Kurang disiplin dan percaya diri dalam menjawab soal masih

merupakan butir yang lemah.

f. Waktu tidak cukup karena peneliti harus menjelaskan terlebih dahulu

model pembelajaran dengan metode Peta Konsep kepada siswa tentang

aturan-aturan yang ada dalam Peta Konsep.

Untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada siklus I diatas

dilakukan upaya sebagai berikut:

1) Memotivasi siswa dengan menunjukkan alat-alat peraga yang akan

digunakan dalam Metode Peta Konsep berkaitan dengan materi yang akan

dipelajari.

2) Peneliti perlu mengelola waktu dengan baik.

3) Memberikan peringatan kepada anggota kelompok untuk lebih disiplin dan

percaya diri sehingga mengetahui dan memahami pertanyaan agar dapat

menjawab dengan tepat.

4) Perlu bimbingan yang intensif melatihkan pentingnya berfikir bersama

dalam kelompoknya, dan memperhatikan materi yang ingin disampaikan.

5) Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan setelah dilakukan tindakan-

tindakan terjadi perubahan suasana kelas, antara lain:

a. Siswa mulai terbiasa dengan kondisi pembelajaran menggunakan model

pembelajaran dengan metode Peta Konsep dan mulai memahami langkah-

langkahnya.

b. Siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran..

24
c. Siswa sudah bisa melakukan kegiatan sesuai petunjuk guru, dengan cepat

melaksanakan pembentukan kelompok dan bersemangat bekerja dalan

kelompoknya.

d. Siswa mendengarkan soal yang dibacakan dengan penuh perhatian,

menganalisia setiap pertanyaan dan sangat antusias untuk menjawab

pertanyaan.

e. Suasana pembelajaran semakin menyenangkan saat masing-masing

kelompok berebut untuk menjawab pertanyaan dan mengemukakan

alasan-alasan dari jawaban dengan antusias mencari tahu jawaban yang

benar melalui peragaan.

4.2.1.2 Pengamatan

Dalam penelitian tindakan kelas siklus pertama dilakukan observasi

tentang aktifitas siswa dan penilaian hasil belajar siswa dalam

pembelajaran menggunakan dengan metode Peta Konsep. Dalam observasi

yang dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa yang menjadi aspek

penilaiannya meliputi aspek berkelompok, mengerjakan tugas-tugas,

berfikir bersama, dan menjawab pertanyaan. Sedangkan penilaian hasil

belajar siswa melalui tes tertulis berupa soal-soal uji kompetensi berkaitan

dengan materi yang dipelajari, yaitu besaran dan satuan.

Hasil observasi siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat

pada tabel berikut:

25
Table 1 Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP

Negeri 1 Batukliang siklus I

KETERANGAN SIKLUS I

Prosentase rata-rata aktivitas siswa 72.79

Prosentase rata-rata hasil belajar siswa 68.64

4.2.1.3 Refleksi

Keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus I adalah sebagai

berikut:

a. Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model

pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Hal ini disebabkan karena model

pembelajaran tersebut masih baru bagi siswa.

b. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan prosentase rata-rata aktifitas

siswa mencapai 72,79%. Hasil ini telah memenuhi indikator keberhasilan

yang telah ditetapkan sebesar 70 % dan untuk analisis deskriptif aktifitas

seluruh siswa masuk dalam kriteria baik. Untuk hasil belajar siswa diperoleh

dari nilai uji kompetensi yang telah dianalisis dengan hasil nilai rata-rata

seluruh siswa mencapai 68,64%, dan ketuntasan klasikal mencapai 79,17 %

26
dimana dari 40 siswa kelas IX-3 sebanyak 32 siswa dinyatakan tuntas dan

hanya 8 siswa yang tidak tuntas. Prosentase rata-rata tersebut hampir

memenuhi kriteria tuntas yang ditetapkan sebesar 80 %.

c. Siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran Peta Konsep di kelas,

bersemangat bekerja dalam kelompoknya, dan dengan antusias mencari tahu

jawaban pertanyaan yang benar melalui peragaan.

d. Waktu pembelajaran masih tidak cukup karena peneliti harus menjelaskan

terlebih dahulu kepada siswa tentang aturan-aturan yang ada dalam Peta

Konsep.

b. Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang

telah dicapai pada siklus I, maka dibuat perencanaan untuk pelaksanaan

siklus II agar dapat dicapai hasil yang lebih baik. Langkah-langkah yang

ditempuh antara lain:

1) Memberikan motivasi kepada para siswa agar lebih aktif dan percaya diri

dalam pembelajaran.

2) Memberi penghargaan pada kelompok dan siswa yang berhasil menjawab

soal yang diberikan dengan tepat.

3) Terus memberikan bimbingan intensif pada siswa untuk melatihkan

pentingnya berfikir bersama dalam kelompoknya, dan memperhatikan

materi yang ingin disampaikan.

4) Menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa dan memberikan

tugas begi siswa yang belum tuntas.

27
5) Menyusun kembali perangkat pembelajaran dengan metode Peta Konsep

yang mudah dipahami dan mengatur pengelolaan waktu dengan baik.

6) Menyusun angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan

metode Peta Konsep , untuk mengetahui respon siswa.

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model

pembelajaran dengan metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing siswa

setelah kegiatan pembelajaran dengan metode Peta Konsep siklus I dilaksanakan.

Angket berisi 10 item pernyataan yang berisi respon siswa terhadap model

pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Item-item pernyataan pada angket

adalah sebagai berikut:

1. Pelajaran Fisika jadi tidak membosankan dan menjenuhkan.

2. Saya jadi semangat ketika belajar dengan menggunakan model pembelajaran

dengan metode Peta Konsep

3. Suasana kelas menjadi lebih tenang dan lebih kondusif / mendukung proses

pembelajaran.

4. Mempermudah saya memahaman materi pelajaran dan saya merasa lebih

baik dalam menguasai IPA Fisika.

5. Menumbuhkan kretivitas dan daya pikir pada diri siswa.

6. Saya menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapat atau jawaban

7. Saya senang mengerjakan tugas-tugas dari guru.

8. Siswa aktif dalam kelompok dan saling bekerja sama dalam menjawab kuis

28
9. Saya menjadi senang mengerjakan soal-soal IPA Fisika.

10. Dengan metode ini nilai IPA Fisika saya menjadi meningkat.

Selanjutnya untuk lebih jelas dan mudah dalam mengetahui respon siswa

pada setiap kategori respon siswa yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju

(TS), dan sangat tidak setuju (STS) dianalisis secara deskriptif dalam bentuk

persentase untuk tiap kategori. Hasil prosentase respon siswa dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel . Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model


pembelajaran dengan metode Peta Konsep

Kategori Nomor Item Angket Prsentase


Jml
Respon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 skor (%)
Siswa
Sangat

Setuju 24 23 24 25 23 23 24 25 25 23 240 59.85

(SS)

Setuju
14 16 14 14 14 14 15 14 14 15 144 35.91
(S)

Tidak

Setuju 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 14 3.49

(TS)

Sangat
0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3 0.75
Tidak

29
Setuju

(STS)

Jumlah
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 400 100

Jika disajikan dalam bentuk grafik prosentase tiap kategori angket

tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep .

4.2.2 Siklus II

Mengacu pada refleksi pada siklus I dengan keberhasilan dan juga kegagalan

yang terjadi seperti yang telah disebutkan sebelumnya diantaranya adalah:

a. Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model

pembelajaran dengan metode Peta Konsep.

b. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan prosentase rata-rata aktivitas

siswa telah memenuhi memenuhi indikator keberhasilan yang telah

ditetapkan sebesar 70 % dan masuk dalan kriteria baik. Untuk evaluasi

hasil belajar dari nilai uji kompetensi diperoleh hasil nilai rata-rata

mencapai 68,64%, dengan ketuntasan klasikal mencapai 79,17 % dimana

dari 48 siswa kelas IX-3 sebanyak 40 siswa dinyatakan tuntas dan hanya 10

siswa yang tidak tuntas Prosentase rata-rata tersebut hampir memenuhi

kriteria tuntas yang ditetapkan sebesar 80 %.

c. Siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran Peta Konsep di kelas

dan lebih bersemangat bekerja dalam kelompoknya.

30
d. Waktu pembelajaran masih tidak cukup dimana bagian penutup belum

terlaksana dengan baik.

Maka untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan

yang sudah dicapai pada siklus I, dibuat perencanaan kembali untuk siklus II

berdasarkan refleksi tersebut. Sama seperti pada siklus I, siklus II ini juga

terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi.

4.2.2.1 Perencanaan

Perencanaan pada siklus II dilakukan berdasarkan perencanaan

kembali yang disusun pada akhir siklus I, yaitu:

a. Memberikan motivasi kepada para siswa agar lebih aktif dan percaya diri

dalam pembelajaran.

b. Memberi penghargaan pada kelompok dan siswa yang berhasil menjawab

soal pertanyaan yang diberikan dengan tepat.

c. Terus memberikan bimbingan intensif pada siswa.

d. Menyusun kembali perangkat pembelajaran dengan metode Peta Konsep

yang mudah dipahami dan mengatur pengelolaan waktu dengan baik.

e. Menyusun angket tanggapan siswa terhadap tanggapan siswa terhadap

model pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Angket disebar setelah

pembelajaran siklus II selesai.

4.2.2.2 Pelaksanaan

31
Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map untuk mengajarkan

materi Satuan baku dan tidak baku , pada siswa kelas IX 3 SMP Negeri 1

Batukliang tahun pelajaran 2014 - 2015. Langkah-langkah dalam siklus II (

tindakan utama) ini antara lain sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan media pemebelajaran yang berupa slide power point ,

skema Peta Konsep dengan media powerpoint yang disajikan di depan kelas

, untuk menyampaikan materi pelajaran mengenai Satuan baku dan tidak

baku .

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai materi Satuan baku dan

tidak baku .

c. Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map, dengan prosedur sebagai

berikut :

1) Menulis masalah (topik) pembahasan yakni tentang Satuan baku dan

tidak baku , pada slide powerpoint yang disediakan guru di depan kelas.

2) Siswa bersama – sama diajak mengisi cabang-cabang masalah (topik)

tentang Satuan baku dan tidak baku ke dalam slide powerpoint yang telah

disediakan secara lebih terperinci.

3) Siswa bersama dengan guru membuat ranting-ranting yang berhubungan

dengan cabang atau berkaitan dengan topik yang sedang dibahas yakni

Satuan baku dan tidak baku.

32
d. Guru selanjutnya memberikan latihan terhadap setiap kelompok yang sudah

terbentuk dengan konsep pemetaan pikiran untuk menguraikan masalah

yang berkaitan dengan topik masalah yang sedang dibahas yakni tentang

Satuan baku dan tidak baku , dengan memberikan batasan waktu

mengerjakan yakni 20 menit. Di akhir pembahasan guru menyimpulkan

materi pembahasan melalui konsep mind map tersebut.

e. Guru mengadakan tes/evaluasi untuk mengetahui kemampuan hasil belajar

siswa

f. Guru melakukan refleksi terhadap efektifitas penerapan konsep

pembelajaran mind map ini.

Selanjutnya hasil tes diolah untuk mendapatkan nilai kuantitatif

(bentuk angka). Hasil tes yang telah diperoleh kemudian dibandingkan

hasilnya dengan pencapaian sebelaumnya. Hasil penerapan konsep

pembelajaran mind map (pemetaan pikiran ) adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan pembelajaran semakin mengarah pada pembelajaran dengan

metode Peta Konsep.

b. Siswa sudah terbiasa dengan kelompoknya dan bekerja sama dengan

kelompok dalam memecahkan soal-soal dari guru.

c. Siswa lebih berani dan percaya diri mengemukakan pendapatnya dalam

menyampaikan alasan-alasan dari jawaban yang diberikan mengenai

peragaan yang disajikan.

33
d. Siswa menjadi lebih antusias mencari tahu kebenaran jawaban dengan

peragaan langsung dan meyimak alasan yang tepat dari Guru yang menjadi

kunci jawabannya.

e. Suasana pembelajaran lebih menyenangkan lagi saat masing-masing

kelompok berebut untuk menjawab pertanyaan dan mengemukakan alasan-

alasan dari jawaban dengan antusias.

f. Pengelolaan waktu sudah lebih baik dari siklus I, dapat menyelesaikan

pembelajaran hingga penilaian sampai pada penyebaran angket dengan tepat

waktu.

g. Pada akhir pembelajaran siklus II angket disebarkan untuk mengetahui

respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode Peta Konsep.

4.2.2.3 Pengamatan

a. Hasil observasi aktifitas siswa dan evaluasi hasil belajar siswa pada siklus II

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP
Negeri 1 Batukliang siklus II

KETERANGAN SIKLUS II

Prosentase rata-rata aktivitas siswa 83.13


Prosentase rata-rata hasil belajar siswa 79.33

34
b. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model

pembelajaran dengan metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing

siswa setelah kegiatan pembelajaran Peta Konsep siklus II dilaksanakan. Angket

berisi 10 item pernyataan yang berisi respon siswa terhadap model

pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Item-item pernyataan pada

angket adalah sebagai berikut:

1) Pelajaran Fisika jadi tidak membosankan dan menjenuhkan.

2) Saya jadi semangat ketika belajar dengan menggunakan model

pembelajaran dengan metode Peta Konsep.

3) Suasana kelas menjadi lebih tenang dan lebih kondusif / mendukung

proses pembelajaran.

4) Mempermudah saya memahaman materi pelajaran dan saya merasa lebih

baik dalam menguasai IPA Fisika.

5) Menumbuhkan kretivitas dan daya pikir pada diri siswa.

6) Saya menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapat atau jawaban

7) Saya senang mengerjakan tugas-tugas dari guru.

8) Siswa aktif dalam kelompok dan saling bekerja sama dalam menjawab

kuis

9) Saya menjadi senang mengerjakan soal-soal IPA Fisika.

10) Dengan metode ini nilai IPA Fisika saya menjadi meningkat.

Selanjutnya untuk lebih jelas dan mudah dalam mengetahui respon

siswa pada setiap kategori respon siswa yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),

35
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dianalisis secara deskriptif

dalam bentuk persentase untuk tiap kategori. Hasil prosentase respon siswa

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model


pembelajaran dengan metode Peta Konsep

Kategori Nomor Item Angket Prosentase


Jml
Respon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 skor (%)
Siswa
Sangat
Setuju 26 24 24 24 28 26 26 28 26 27 259 64.75
(SS)

Setuju
11 13 13 14 10 12 12 11 13 11 120 30.00
(S)

Tidak
Setuju 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 18 4.5
(TS)
Sangat
Tidak
0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3 0.75
Setuju
(STS)

Jumlah 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 400 100

4.2.2.4 Refleksi

Keberhasilan yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II adalah sebagai

berikut:

a. Meningkatnya aktivitas siswa yang meliputi aspek berkelompok,

mengerjakan tugas-tugas, berpikir bersama, dan menjawab pertanyaan yang

36
telah menunjukkan peningkatan prosentase keaktifan siswa secara

keseluruhan lebih dari 10%, yaitu pada siklus I sebesar 72,79 % menjadi

83,11 % pada siklus II dan masuk kriteria baik pada siklus I menjadi sangat

baik pada siklus II.

b. Peningkatan hasil belajar siswa dari hasil analisis nilai uji kompetensi siswa

yang menunjukkan prosentase nilai rata-rata 68,64 % pada siklus I dan 79,27

% pada siklus II dengan tingkat prosentase ketuntasan kelas siklus I sebesar

79,17 % dan siklus II sebesar 97,8 %. Prosentase nilai rata-rata dan

prosentasi ketuntasan kelas mengalami peningkatan lebih dari 10 %. Jumlah

siswa yang tuntas, dari siklus I meningkat pada siklus II dimana pada siklus

II hanya satu siswa saja yang dinyatakan tidak tuntas. Ketuntasan klasikal

yang dicapai telah memenuhi indikator yang telah ditetapkan sebesar 80 %.

c. Respon siswa terhadap pembelajaran paling banyak adalah setuju (S) dengan

prosentase sebesar 61,3 % kemudian sangat setuju (SS) 28,7 %, tidak setuju

(TS) 8,9 %, dan sangat tidak setuju (STS) 1,1 %. Jumlah prosentase sangat

setuju dan setuju mencapai 90 % lebih besar dari pada kategori tidak setuju

dan sangat tidak setuju sekali.

Peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas IXI-A SMP

Negeri 1 Batukliang, jika dibuat dalam bentuk tabel dan grafik maka dapat

dilihat sebagai berikut:

37
Tabel 4 Peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas IXI-A SMP

Negeri 1 Batukliang

SIKLUS
KETERANGAN SIKLUS I
II

Prosentase rata-rata aktivitas


72.79 83.13
siswa

Prosentase rata-rata hasil belajar


68.64 79.33
siswa

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Model pembelajaran dengan metode Peta Konsep ini menempatkan siswa

untuk lebih banyak mengembangkan keaktifan siswa dalam memecahkan

masalah, ketepatan berfikir ilmiah, berinteraksi dalam kelompok, dan

pemahaman materi melalui peragaan langsung.

Berdasarkan analisis data hasil observasi siklus I, tidak terlaksananya

bagian penutup disebabkan masih belum terampil dalam pembelajaran Peta

Konsep akibatnya waktu tidak cukup. Untuk itu dilakukan perengelolaan waktu

dengan baik pada siklus II.

Masih kurangnya aktivitas berfikir bersama pada siklus I, kemungkinan

disebabkan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menekankan

pentingnya saling berinteraksi, meyakinkan yang lain, dan menyamakan persepsi.

Penyebab lainnya adalah kurangnya bimbingan guru dalam mengajarkan

38
pentingnya bekerja sama (keterampilan sosial) dalam kelompok. Guru hanya

membimbing melakukan peragaan dan menjawab kuis.

Hasil observasi pembelajaran siklus II berjalan jauh lebih baik dari siklus

I. Bimbingan intensif baik dari segi menganalisis dan menjawab setiap

pertanyaan dalam Peta Konsep secara berkelompok maupun mengajarkan

keterampilan sosial (dengan cara mengingatkan untuk berfikir bersama),

menyebabkan aktivitas melakukan peragaan, berfikir bersama (berinteraksi,

meyakinkan tiap anggota, menyamakan persepsi), dan menjawab pertanyaan

cukup menonjol. Kegiatan-kegiatan ini merupakan butir-butir yang kuat pada

aktivitas siswa. Sehingga kriteria aktivitas siswa meningkat dari kriteria baik

pada siklus I menjadi sangat baik pada siklus II. Ini berarti sudah di atas indikator

kinerja yang ditetapkan yaitu baik dan dampak positifnya adalah meningkatnya

aktifitas siswa dan hasil belajar siswa.

Ketidaktuntasan hasil belajar siswa pada siklus I ada hubungannya dengan

masih ada siswa yang bekerja sendiri dalam pembelajaran Peta Konsep atau

menjawab pertanyaan pertanyaan dan pengelompokan yang kurang heterogen.

Sehingga ada kelompok lebih banyak siswa yang lemah dari pada siswa yang

pintar.

Bentuk pertanyaan yang dirancang peneliti berdasarkan peragaan yang

berkaitan dengan deskripsi suatu konsep, memotivasi siswa harus berkonsentrasi

melihat peragaan dan mendengarkan pertanyaan yang dibacakan agar tidak salah

dalam menjawab dan memacu siswa untuk berfikir ilmiah terhadap peragaan-

39
peragaan yang disajikan agar siswa dapat menjawab soal kuis secara kelompok

kemudian mencari tahu jawabannya melalui pembuktian dari peragaan yang

ditampilkan sehingga pemahaman siswa pada materi yang diajarkan menjadi

lebih meningkat.

Pemahaman siswa yang meningkat berpengaruh langsung pada

kemampuan siswa mengerjakan soal-soal uji kompetensi yang diberikan

sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Ketidaktuntasan siswa pada

siklus I disebabkan siswa masih kurang mengerti dan belum terbiasa

menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep sehingga kurang

menguasai juga materi yang diajarkan. Pada siklus II siswa menjadi lebih

antusias terhadap pembelajaran sehingga terjadi peningkatan aktifitas siswa dan

meningkatkan pula hasil belajar siswa sehingga ketuntasan belajar meningkat.

Peningkatan terjadi pada aktifitas siswa dan hasil belajar siswa dari siklus I ke

siklus II.

Angket yang digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model

pembelajaran dengan metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing siswa

setelah kegiatan pembelajaran Peta Konsep siklus II dilaksanakan.

Dari respon yang diberikan siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

yang dilaksanakan merupakan hal baru, siswa merasa senang mengikuti

pelajaran, kuis lebih mudah dipahami, memotivasi mengerjakan tugas, merasa

siap untuk menjawab pertanyaan, memusatkan perhatian dan berfikir kritis, serta

lebih bergairah. Ini menunjukan bahwa pembelajaran fisika yang menggunakan

40
model pembelajaran dengan metode Peta Konsep mendapat respon positif dari

siswa.

41
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan

metode Peta Konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA Fisika pada materi

Listrik dinamispada siswa kelas IX 3 SMP Negeri 1 Batukliang Kabupaten

Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015. Rerata ulangan harian sebelum

tindakan 55,71 naik menjadi 68,64 pada siklus I dan 79,33 pada siklus II.

Prosentase rata rata aktivitas siswa sebelum PTK 60,43 menjadi 72,79 pada

siklus I dan 83,13 pada siklus II.

4.2 Rekomendasi

Berdasarkan simpulan tersebut di atas, disarankan kepada rekan guru yang

mempunyai permasalahan dengan karakteristik kelas dan penyebab masalah yang

(relatif) sama direkomendasikan untuk :

a. Mengaplikasikan teknik pembelajaran ini sebagai salah satu alternatif

pemecahan masalah terhadap rendahnya motivasi, keterlibatan berproses dan

prestasi belajar siswa sekaligus sebagai upaya inovatif dalam kegiatan

pembelajaran.

b. Menjadikan laporan hasil penelitian tindakan kelas ini sebagai wacana dan

bahan diskusi untuk meningkatkan pemahaman kita tentang pentingnya guru

42
dalam menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa

melalui penggunaan strategi yang tepat dan menarik.

c. Memberikan masukan dan koreksi demi kesempurnaan dan meningkatnya

wawasan penulis dalam karya-karya penelitian selanjutnya

4.3 Saran-saran

a. Mengingat pelaksanaan siklus pada penelitian ini baru berjalan dua kali, siklus

penelitian diharapkan tetap dilanjutkan untuk mendapat temuan yang lebih

signifikan.

b. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen

yang tingkat validitasnya belum memuaskan, siklus berikutnya dapat mencoba

dengan intrumen yang lebih standar.

c. Pada akhir siklus kedua, tingkat pencapaian ketiga indikator kinerja yang

ditentukan belum maksimal. Siklus berikutnya diharapkan dapat lebih

meningkatkan keterlibatan berproses siswa, prestasi hasil belajar dan respon

positif siswa.

43
DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi. 2005 Readon, Mark., dan Nourie, Sarah Singer. Quantum
Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung:
Kaifa
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hatimah Ilhat, dkk. 2007. Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Nasution. 2000. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Poerwadarminta. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Syamsul Mappa, Anisah Basleman. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta :
Proyek pembinaan dan Peningkatan mutu tenaga kependidikan dirjen dikti
depdikbud.
Tim, Abdi Guru. 2006. IPA Terpadu Untuk SMP Kelas IXI. Jakarta: Erlangga
Widodo, Slamet. 2008. Bimbingan Pemantapan IPA –FISIKA. Bandung: Yrama
Widya

44

Anda mungkin juga menyukai