PENDAHULUAN
meningkatnya minat siswa dalam belajar maka secara signifikan prestasi hasil
belajarpun secara otomatis akan baik. Dengan demikian peranan minat menjadi
tidak mendukung dalam rangka pencapaian hasil belajar seperti minat atau
keinginan siswa dalam belajar yang relatif masih rendah, beberapa kompetensi
dasar sebagai tujuan pembelajaran yang belum mampu tercapai sesuai dengan
sehingga perlu dilakukan upaya atau langkah konkret untuk meningkatkan minat
atau motivasi belajar pada siswa. Minat belajar merupakan bentuk ketertarikan ,
keinginan siswa untuk melakukan hal , tugas , latihan , yang berkaitan dengan
signifikan prestasi hasil belajarpun secara otomatis akan baik. Dengan demikian
1
Permasalahan yang sama juga terjadi pada siswa kelas IX SMP Negeri 1
Enam kelas pararel lainnya). Setidaknya hal ini tampak dari hasil tes materi
Listrik dinamispada mata pelajaran IPA Fisika pada semester Ganjil tahun 2014 -
2015 (ada 2 kali tes tertulis ). Dari data yang ada diperoleh kesimpulan bahwa
pada tes tertulis pertama hingga kedua, hanya ada 20% hingga 40% dari 40 siswa
siswa mendapat nilai di bawah 70, bahkan ada yang mendapat nilai 40.
sekaligus kesulitan belajar, yang dalam hal ini berarti ada kelemahan dan
kesulitan belajar memahami materi Besaran dan Satuan. Mengenai masalah ini,
‘gagal’ dalam belajar IPA Fisika berkaitan dengan kesulitan mengenali pikiran
utama atau ide pokok dalam materi Listrik dinamisselain rendahnya minat dan
motivasi mereka dalam belajar IPA Fisika. Dari wawancara dengan siswa
diperoleh informasi mengenai penyebab siswa sulit memahami isi dari materi
berikut: (1) memberi sebuah materi Listrik dinamisyang diambil guru dari
berbagai sumber, bukan dari buku pelajaran atau LKS (lembar kerja siswa)
dengan alasan materi Listrik dinamisyang ada pada buku sudah diisi soal-
soalnya oleh siswa di rumah, (2) meminta siswa membaca materi tersebut dalam
2
waktu yang ditentukan guru, misalnya 15 menit, (3) meminta siswa mencari kata-
kata yang dirasa sulit untuk dibahas bersama, (4) menugasi beberapa siswa untuk
menyampaikan isi Materi Besaran dan Satuan, (5) menugasi siswa mengerjakan
soal (pilihan ganda atau isian singkat) yang telah disiapkan guru pada buku tugas
dengan waktu yang telah ditentukan, (7) mengumpulkan buku tugas, (8)
membahas jawaban soal-soal tersebut, serta (9) menilai hasil tes tertulis.
melakukan aktivitas Memahami materi melalui tahap Peta Konsep lebih dahulu
minat dan hasil belajar siswa salah satunya adalah dengan menggunakan konsep /
Penggunaan model pembelajaran Peta Konsep atau mind map ini diduga dapat
meningkatkan minat belajar siswa karena pembelajaran dengan konsep ini lebih
didasarkan pada kemudahan untuk menggali informasi yang akan menarik minat
siswa terutama dalam hal penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis,
terperinci, dan lebih konkret dengan berbagai variasi gambar / tulisan yang
Menurut Tony Buzon (2007) mind map (pemetaan pikiran) adalah cara
mudah menggali imformasi dalam dan luar otak, cara baru untuk belajar dan
berlatih yang cepat dan ampuh , cara membuat catatan yang tidak membosankan
dan cara terbaik untuk membuat ide-ide baru dalam merencanakan proyek.
3
Merefleksi fenomena di atas, peneliti menetapkan untuk mengadakan
strategi tersebut sebagai berikut ini. Pertama, adanya mind map / Peta Konsep
penting, atau sebaliknya kurang memberikan perhatian pada materi yang penting.
Kedua, adanya mind map / Peta Konsep memungkinkan siswa dapat melakukan
kegiatan memahami materi Listrik dinamis dengan tujuan yang jelas, yakni
dengan dilatihnya siswa melakukan mind map / Peta Konsep sebelum kegiatan
tapi juga pada proses panguasaan keterampilan mind map / Peta Konsep.
menumbuhkan minat dan hasil belajar siswa salah satunya adalah dengan
Penggunaan model pembelajaran mind map ini diduga dapat meningkatkan minat
dan hasil belajar siswa karena pembelajaran dengan konsep ini lebih didasarkan
pada kemudahan untuk menggali informasi yang akan menarik minat siswa
terutama dalam hal penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis, terperinci,
dan lebih konkret dengan berbagai variasi gambar/tulisan yang menarik perhatian
4
Konsep pembelajaran mind map / peta konsep ini merupakan solusi
alternatif terbaik dan sangat tepat jika diterapkan dalam proses pembelajaran
konsep dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA
pelajaran 2014-2015.
konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
pelajaran 2014-2015
Terpadu di SMP merupakan bagian dari kegiatan belajar pada mata pelajaran
dalam menyerap informasi yang terdapat dalam materi diatas , sehingga tesnya
pembelajaran Peta Konsep atau mind map ini lebih didasarkan pada kemudahan
5
untuk menggali informasi yang akan menarik minat siswa terutama dalam hal
penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis, terperinci, dan lebih konkret
dengan berbagai variasi gambar / tulisan yang menarik perhatian siswa yang
baik yang tersurat mapun tersirat, dalam materi Listrik dinamispada Mata
Pelajaran IPA Terpadu yang diukur dengan tes pilihan ganda maupun uraian
siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu ( Fisika ) , terutama siswa kelas IX
siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu ( Fisika ) , terutama siswa kelas IX
6
Aspek Pencapaian Cara mengukur
siklus terakhir
Fisika )
7
aktivitas siswa yang melakukan
tes
dan / atau pembelajaran diuraikan secara jelas. Yang perlu dikemukakan adalah
8
belajar siswa disekolah pada mata pelajaran IPA Terpadu ( Fisika ), terutama
pembelajaran mind map / peta konsep ini dalam mengajar, karena memiliki
2. Secara aplikatif penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi
menyempurnakan bahan ajar atau dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk
9
BAB II
yang baik harus membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan
itu. Peta konsep dikembangkan Tony Buzan pada tahun 1970-an merupakan
dengan cara otak memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak
kiri secara sinergis (bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih
banyak dan lebih mudah diingat (DePorter, dkk. 2000 dan DePorter dan
struktur.
Peta konsep berbentuk suatu gambar keseluruhan dari suatu topik. Gagasan
cabang untuk setiap point atau gagasan utama. Jumlahnya bervariasi tergantung
dari jumlah gagasan atau segmen. Tiap-tiap cabang dikembangkan untuk detail
dengan menuliskan kata kunci atau frase dan dapat pula berupa
10
singkatan.Sedangkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi dapat ditambahkan
untuk menambatkan ingatan yang lebih baik. Ditambahkan pula bahwa peta
konsep terbaik adalah peta konsep yang warna-warni dan menggunakan banyak
gambar dan simbol; biasanya tampak seperti karya seni (DePorter, dkk. 2000,
jaringan konsep yang perlu dikonstruk dan jaringan konsep hasil konstruksi
inilah yang disebut peta konsep. Sedangkan menurut Suparno (dalam Basuki,
2000, h.9) peta konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan
konsep tersebut dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip diferensial progresif
c. Bila dua konsep atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep lainnya,
maka terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu. Martin (dalam
11
Basuki, 2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan petunjuk
2000) menuliskan bahwa penyajian peta konsep merupakan suatu cara yang
baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru.
Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu
Menurut Tony Buzon (2007) mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep
adalah cara mudah menggali imformasi dalam dan luar otak, cara baru untuk
belajar dan berlatih yang cepat dan ampuh, cara membuat catatan yang tidak
membosankan dan cara terbaik untuk membuat ide-ide baru dalam merencanakan
proyek.
Pemetaan pikiran peta konsep adalah suatu metode untuk membuat catatan
untuk berpikir. Peta pikiran / peta konsep juga digunakan untuk memecahkan
masalah untuk mengingat (menghafal) dan melakukan sesuatu pada saat kita
sedang berpikir atau sewaktu pikiran memasuki otak kita (Isworo, Yatno: 2008)
pembuatan mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep adalah sebagai berikut;
12
b. Memuat cabang-cabang atau bagian kegiatan yang harus dilakukan untuk
cabang-cabang tersebut
Mind map / peta konsep dalam proses pembelajaran dapat digunakan sebagai :
a. Topik atau cabang masalah yang dapat dibentuk dengan gambar dan warna
b. Dalam mind map / peta konsep banyak terdapat gambar karena nilai sebuah
c. Hasil mind map / peta konsep dapat ditempelkan di dinding, buku, yang
d. Gambar adalah produk sisi otak kanan yang kreatif, rincian detailnya dibuat
oleh otak kiri yang logis analitis. Efektifitas mengingat gambar adalah 80%
menentukan tujuan pengembangan diri secara jelas mengenali potensi pola pikir
Mind map / peta konsep berfungsi sebagai alat bantu untuk memudahkan
a. Mempercepat pembelajaran
13
b. Melihat koneksi antar topik yang berbeda
c. Membantu brainstrorming
f. Memudahkan mengingat
g. menyederhanakan struktur
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, juga merupakan suatu gairah
Jadi minat adalah suatu keinginan yang tulus dalam diri seseorang baik
secara sadar maupun tidak untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang
dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
14
Minat adalah sebuah pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang
terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan
seseorang baik secara positif maupun negatif. Motivasi juga merupakan suatu
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar/tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Segala usaha yang dapat
Pengaruh dalam belajar minat belajar merupakan daya yang ada atau
timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan
berlatih untuk mengubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
yang harus dipahami / dikuasai siswa, sehingga dalam hal ini siswa harus secara
sadar masuk dalam lingkungan proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu jika
dalam diri siswa tidak tumbuh minat untuk melakukan kegiatan pembelajaran,
15
Konsep pembelajaran mind map adalah konsep pembelajaran dengan
sub tema hingga kepada penjabaran yang lebih terperinci atau menjabarkan suatu
konsep yang detail/ rumit menjadi suatu konsep yang mudah dan sederhana.
diduga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
Terpadu ( Fisika ), terutama pada siswa kelas 7F SMP Negeri 1 Batukliang tahun
pelajaran 2014-2015
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMP Negeri 1 Batukliang
3.1.2 Sampel
respondennya.
secara acak.
penilaian ini berbentuk soal pilihan ganda yang berjumlah 20 item soal yang
17
3.3 Teknik Pengolahan Data
Sehingga dapat diperoleh gambaran hasil pencapaian belajar antara siklus I yang
sebagai gambaran kemampuan belajar yang dimiliki siswa sebagai subjek yang
belajar.
1. Upaya meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 1
berikut :
18
2. Guru membuat cabang-cabang atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
keolmpok.
konsep.
19
BAB IV
sebagai berikut :
anak yang imbasnya pada hasil belajar yang tidak optimal. Kurangnya cara
dalam pembelajaran.
yang sebenarnya. Hal ini menunjukkan tingkat pemahaman siswa yang relatif
masih rendah karena baik kondisi minat siswa maupun konsep pembelajaran
yang dilakukan guru belum sesuai dengan istuasi dan kondisi siswa yang
sebenarnya.
20
d. Hasil pemerolehan tes belajar siswa yang relatif masih rendah. Hal ini
dibuktikan dengan hasil pencapaian nilai hasil belajar yang belum sesuai
e. Adanya minat atau motivasi belajar yang relatif masih rendah pada siswa. Hal
ini didasarkan atas semua data atau temuan di lapangan melalui pengamatan
baik secara langsung maupun tidak langsung tentang aktivitas atau kegiatan
siswa yang cenderung tidak sesuai atau mendukung dengan kegiatan belajar,
padahal tanpa minat, maka akan sullit bagi siswa untuk dapat memahami atau
pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 40. hasil penelitian tindakan kelas
4.2.1 Siklus I
a. Perencanaan
penilaian.
3) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis soal uji kompetensi siswa
21
4.2.1.1 Pelaksanaan tindakan
dan Satuan.
sebagai berikut :
pohon.
22
masalah yang berkaitan dengan topik masalah yang sedang dibahas
belajar siswa
pembalajaran.
kelompok lainnya.
23
e. Kurang disiplin dan percaya diri dalam menjawab soal masih
digunakan dalam Metode Peta Konsep berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari.
5) Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan setelah dilakukan tindakan-
langkahnya.
24
c. Siswa sudah bisa melakukan kegiatan sesuai petunjuk guru, dengan cepat
kelompoknya.
pertanyaan.
4.2.1.2 Pengamatan
belajar siswa melalui tes tertulis berupa soal-soal uji kompetensi berkaitan
Hasil observasi siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat
25
Table 1 Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP
KETERANGAN SIKLUS I
4.2.1.3 Refleksi
berikut:
pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Hal ini disebabkan karena model
seluruh siswa masuk dalam kriteria baik. Untuk hasil belajar siswa diperoleh
dari nilai uji kompetensi yang telah dianalisis dengan hasil nilai rata-rata
26
dimana dari 40 siswa kelas IX-3 sebanyak 32 siswa dinyatakan tuntas dan
terlebih dahulu kepada siswa tentang aturan-aturan yang ada dalam Peta
Konsep.
siklus II agar dapat dicapai hasil yang lebih baik. Langkah-langkah yang
1) Memberikan motivasi kepada para siswa agar lebih aktif dan percaya diri
dalam pembelajaran.
27
5) Menyusun kembali perangkat pembelajaran dengan metode Peta Konsep
Angket berisi 10 item pernyataan yang berisi respon siswa terhadap model
3. Suasana kelas menjadi lebih tenang dan lebih kondusif / mendukung proses
pembelajaran.
8. Siswa aktif dalam kelompok dan saling bekerja sama dalam menjawab kuis
28
9. Saya menjadi senang mengerjakan soal-soal IPA Fisika.
10. Dengan metode ini nilai IPA Fisika saya menjadi meningkat.
Selanjutnya untuk lebih jelas dan mudah dalam mengetahui respon siswa
pada setiap kategori respon siswa yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju
(TS), dan sangat tidak setuju (STS) dianalisis secara deskriptif dalam bentuk
persentase untuk tiap kategori. Hasil prosentase respon siswa dapat dilihat pada tabel
berikut:
(SS)
Setuju
14 16 14 14 14 14 15 14 14 15 144 35.91
(S)
Tidak
Setuju 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 14 3.49
(TS)
Sangat
0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3 0.75
Tidak
29
Setuju
(STS)
Jumlah
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 400 100
4.2.2 Siklus II
Mengacu pada refleksi pada siklus I dengan keberhasilan dan juga kegagalan
hasil belajar dari nilai uji kompetensi diperoleh hasil nilai rata-rata
dari 48 siswa kelas IX-3 sebanyak 40 siswa dinyatakan tuntas dan hanya 10
30
d. Waktu pembelajaran masih tidak cukup dimana bagian penutup belum
yang sudah dicapai pada siklus I, dibuat perencanaan kembali untuk siklus II
berdasarkan refleksi tersebut. Sama seperti pada siklus I, siklus II ini juga
refleksi.
4.2.2.1 Perencanaan
a. Memberikan motivasi kepada para siswa agar lebih aktif dan percaya diri
dalam pembelajaran.
4.2.2.2 Pelaksanaan
31
Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map untuk mengajarkan
materi Satuan baku dan tidak baku , pada siswa kelas IX 3 SMP Negeri 1
skema Peta Konsep dengan media powerpoint yang disajikan di depan kelas
baku .
tidak baku .
berikut :
tidak baku , pada slide powerpoint yang disediakan guru di depan kelas.
tentang Satuan baku dan tidak baku ke dalam slide powerpoint yang telah
dengan cabang atau berkaitan dengan topik yang sedang dibahas yakni
32
d. Guru selanjutnya memberikan latihan terhadap setiap kelompok yang sudah
yang berkaitan dengan topik masalah yang sedang dibahas yakni tentang
siswa
33
d. Siswa menjadi lebih antusias mencari tahu kebenaran jawaban dengan
peragaan langsung dan meyimak alasan yang tepat dari Guru yang menjadi
kunci jawabannya.
waktu.
4.2.2.3 Pengamatan
a. Hasil observasi aktifitas siswa dan evaluasi hasil belajar siswa pada siklus II
Tabel 2 Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP
Negeri 1 Batukliang siklus II
KETERANGAN SIKLUS II
34
b. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model
proses pembelajaran.
8) Siswa aktif dalam kelompok dan saling bekerja sama dalam menjawab
kuis
10) Dengan metode ini nilai IPA Fisika saya menjadi meningkat.
siswa pada setiap kategori respon siswa yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
35
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dianalisis secara deskriptif
dalam bentuk persentase untuk tiap kategori. Hasil prosentase respon siswa
Setuju
11 13 13 14 10 12 12 11 13 11 120 30.00
(S)
Tidak
Setuju 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 18 4.5
(TS)
Sangat
Tidak
0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3 0.75
Setuju
(STS)
4.2.2.4 Refleksi
berikut:
36
telah menunjukkan peningkatan prosentase keaktifan siswa secara
keseluruhan lebih dari 10%, yaitu pada siklus I sebesar 72,79 % menjadi
83,11 % pada siklus II dan masuk kriteria baik pada siklus I menjadi sangat
b. Peningkatan hasil belajar siswa dari hasil analisis nilai uji kompetensi siswa
yang menunjukkan prosentase nilai rata-rata 68,64 % pada siklus I dan 79,27
siswa yang tuntas, dari siklus I meningkat pada siklus II dimana pada siklus
II hanya satu siswa saja yang dinyatakan tidak tuntas. Ketuntasan klasikal
c. Respon siswa terhadap pembelajaran paling banyak adalah setuju (S) dengan
prosentase sebesar 61,3 % kemudian sangat setuju (SS) 28,7 %, tidak setuju
(TS) 8,9 %, dan sangat tidak setuju (STS) 1,1 %. Jumlah prosentase sangat
setuju dan setuju mencapai 90 % lebih besar dari pada kategori tidak setuju
Peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas IXI-A SMP
Negeri 1 Batukliang, jika dibuat dalam bentuk tabel dan grafik maka dapat
37
Tabel 4 Peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas IXI-A SMP
Negeri 1 Batukliang
SIKLUS
KETERANGAN SIKLUS I
II
Konsep akibatnya waktu tidak cukup. Untuk itu dilakukan perengelolaan waktu
38
pentingnya bekerja sama (keterampilan sosial) dalam kelompok. Guru hanya
Hasil observasi pembelajaran siklus II berjalan jauh lebih baik dari siklus
aktivitas siswa. Sehingga kriteria aktivitas siswa meningkat dari kriteria baik
pada siklus I menjadi sangat baik pada siklus II. Ini berarti sudah di atas indikator
kinerja yang ditetapkan yaitu baik dan dampak positifnya adalah meningkatnya
masih ada siswa yang bekerja sendiri dalam pembelajaran Peta Konsep atau
Sehingga ada kelompok lebih banyak siswa yang lemah dari pada siswa yang
pintar.
melihat peragaan dan mendengarkan pertanyaan yang dibacakan agar tidak salah
dalam menjawab dan memacu siswa untuk berfikir ilmiah terhadap peragaan-
39
peragaan yang disajikan agar siswa dapat menjawab soal kuis secara kelompok
lebih meningkat.
menguasai juga materi yang diajarkan. Pada siklus II siswa menjadi lebih
Peningkatan terjadi pada aktifitas siswa dan hasil belajar siswa dari siklus I ke
siklus II.
siap untuk menjawab pertanyaan, memusatkan perhatian dan berfikir kritis, serta
40
model pembelajaran dengan metode Peta Konsep mendapat respon positif dari
siswa.
41
BAB V
4.1 Kesimpulan
metode Peta Konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA Fisika pada materi
tindakan 55,71 naik menjadi 68,64 pada siklus I dan 79,33 pada siklus II.
Prosentase rata rata aktivitas siswa sebelum PTK 60,43 menjadi 72,79 pada
4.2 Rekomendasi
pembelajaran.
b. Menjadikan laporan hasil penelitian tindakan kelas ini sebagai wacana dan
42
dalam menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa
4.3 Saran-saran
a. Mengingat pelaksanaan siklus pada penelitian ini baru berjalan dua kali, siklus
signifikan.
c. Pada akhir siklus kedua, tingkat pencapaian ketiga indikator kinerja yang
positif siswa.
43
DAFTAR PUSTAKA
DePorter, Bobbi. 2005 Readon, Mark., dan Nourie, Sarah Singer. Quantum
Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung:
Kaifa
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hatimah Ilhat, dkk. 2007. Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Nasution. 2000. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Poerwadarminta. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Syamsul Mappa, Anisah Basleman. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta :
Proyek pembinaan dan Peningkatan mutu tenaga kependidikan dirjen dikti
depdikbud.
Tim, Abdi Guru. 2006. IPA Terpadu Untuk SMP Kelas IXI. Jakarta: Erlangga
Widodo, Slamet. 2008. Bimbingan Pemantapan IPA –FISIKA. Bandung: Yrama
Widya
44