Triage diambil dari bahasa perancis “trier” artinya pengelompokan atau
memilih (Ignatavicius, 2006 dalam Krisanty, 2009). Florence Nightingale menggunakan konsep triage selama perang crime dengan cara memilah korban perang yang mungkin atau tidak mungkin bertahan hidup dan memerlukan perawatan lebih lanjut. Pada tahun 1960 triage mulai berkembang dan dilakukan di unit gawat darurat. Awalnya triage dilakukan oleh dokter atau tim yang terdiri dari dokter dan perawat, saat ini triage umumnya dilakukan oleh seorang perawat unit gawat darurat yang telah berpengalaman (Kartikawati, 2011). Unit Gawat Darurat (UGD) mempunyai tujuan agar tercapai pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien secara cepat dan tepat serta terpadu dalam penanganan tingkat kegawatdaruratan sehingga mampu mencegah resiko kecacatan dan kematian (to save life and limb) dengan respond time selama 5 menit dan waktu definitif < 2 jam (Basoeki et al., 2008). Kematian dan kesakitan pasien sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan, dimana salah satunya adalah dengan meningkatkan pelayanan kegawatdaruratan. UGD memiliki peran sebagai gerbang utama masuknya pasien kesuatu rumah sakit dimana pasien tersebut membutuhkan pelayanan rumah sakit secara intensif atau sering disebut juga sebagai penderita gawat darurat. Keadaan gawat darurat merupakan keadaan klinis dimana pasien membutuhkan tindakan medis segera guna menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih lanjut (UU RI nomor 44 tentang rumah sakit, 2009). Kegagalan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan umumnya disebabkan oleh kegagalan mengenal resiko, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai maupun pengetahuan dan keterampilan tenaga medis dalam mengenal keadaan resiko tinggi secara dini, masalah dalam pelayanan kegawatdaruratan, maupun kondisi ekonomi (Ritonga, 2007). Sikap dan keterampilan petugas kesehatan UGD sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan klinis agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pemilihan berdasarkan triage sehingga dalam penanganan pasien bisa lebih optimal dan terarah (Oman, 2008). Triage memiliki fungsi penting di UGD terutama apabila banyak pasien yang datang pada saat waktu yang bersamaan. Hal ini bertujuan untuk memastikan agar pasien ditangani berdasarkan urutan kegawatannya untuk keperluan intervensi. Triage juga diperlukan untuk penempatan pasien ke area penilaian dan penanganan yang tepat serta membantu untuk menggambarkan keragaman kasus di UGD (Gilboy, 2005). Triage pada dasarnya memiliki 4 kategori warna dan Patient Acuity Categoriy Scale (PACS) yaitu kategori merah atau P1 (gawat darurat) dengan respon time 0-5 menit, kategori kuning atau P2 (gawat tidak darurat/ darurat tidak gawat) dengan respon time 5-15 menit, kategori hijau atau P3 (tidak gawat dan tidak darurat) dengan respon time 30-45 menit, kategori hitam atau P0 (meninggal sebelum sampai di UGD/ DOA Dath Of Arrival) dengan respon time 30-60 menit (Depkes, 2004). Petugas triage harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan kondisi kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien sesuai dengan ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan tidak berdasarkan urutan kedatangan pasien. Pasien yang datang ke UGD diseleksi berdasarkan kondisi kegawatdaruratannya dengan menggunakan Australian Triage Scale (ATS) sebagai berikut : 1. ATS 1 adalah kondisi yang mengancam jiwa (atau resiko besar mengalami kemunduran) dan perlu intervensi yang cepat dan agresif. 2. ATS 2 adalah : Pasien dengan kondisi yang cukup serius atau mengalami kemerosotan secara cepat yang apabila tidak ditangani dalam 10 menit dapat mengancam jiwa atau mengakibatkan kegagalan organ. Pasien yang dengan pemberian obat yang dimana hasil ahkirnya sangat tergantung dari seberapa cepat obat itu diterima oleh pasien ( misalnya : trombolisis, antiracun) 3. ATS 3 adalah pasien yang datang dengan kondisi yang mungkin akan bekembang menjadi mengancam nyama atau menimbulkan kecacatan bila tidak ditangani dalam waktu 30 menit 4. ATS 4 adalah pasien dengan kondisi yang dapat mengalami kemerosotan atau akan menghasilkan outcome yang berbeda bila dalam 1 jam pasien belum ditangani. Gejala berkepanjangan. 5. ATS 5 adalah kondisi pasien yang sudah kronis dengangejala yang minor, dimana hasil ahkirnya tidak akan berbeda bila penanganan ditunda sampe 2 jam setelah kedatangan.
Adapun berikut ini adalah berbagai kondisi yang dapat dikategorikan
termasuk sebagai kasus emergency, antara lain : 1. ATS 1 : Henti Jantung Henti Napas Resiko sumbatan jalan napas Frekuensi pernapasan (RR) < 10x/menit Distress / Kesukaran pernapasan yang sangat berat (extreme) Tekanan darah < 80 (dewasa) atau syok pada anak/bayi Tidak respon atau hanya respon nyeri (GCS < 9) Kejang terus menerus atau berkepanjangan Overdosis IV dan tidak responsif atau hipoventilasi Gangguan perilaku berat dengan ancaman segera terhadap kekerasan yang berbahaya 2. ATS 2 : Resiko Jalan Napas – Stridor berat atau produksi air liur berlebih yang membahayakan Distress / kesukaran pernapasan berat Gangguan Sirkulasi : Kulit berkeringat atau berubah warna karena perfusi yang buruk Detak jantung < 50 atau > 150 (dewasa) Hipotensi dengan gangguan hemodinamik Kehilangan darah hebat Nyeri dada kardiak Nyeri sangat hebat – apapun penyebabnya Kadar Gula Darah < 2 mmol/l Mengantuk, penurunan respon (GCS < 13) Hemiparesis / disfasia akut Demam dengan tanda-tanda letargi (semua umur) Terkena zat asam atau basa pada mata – membutuhkan irigasi Multitrauma mayor (membutuhkan respon cepat dari tim terorganisasi) Trauma lokal berat – Fraktur mayor, amputasi Riwayat penyakit resiko tinggi Konsumsi obat penenang atau zat toksik lainnya secara signifikan Envenomation (tergigit hewan beracun) yang signifikan / berbahaya Nyeri hebat yang memberi kesan adanya Pre eklampsia, AAA (Abdominal Aortic Aneurysm) / Aneurisma Aorta Abdominalis, atau Kehamilan ektopik Perilaku / Psikiatrik: Kasar atau agresif Ancaman langsung terhadap diri sendiri atau orang lain Membutuhkan pengekangan Agitasi atau agresi berat 3. ATS 3 : Hipertensi berat Kehilangan cukup banyak darah – apapun penyebabnya Sesak napas sedang Saturasi O2 90 – 95 Kadar Gula Darah > 16 mmol/l Riwayat kejang (saat ini sadar) Semua demam pada pasien imunosupresi misalnya pasien onkologi, Rx steroid Muntah terus menerus Dehidrasi Cedera kepala dengan kehilangan kesadaran yang singkat – saat ini sadar Nyeri sedang sampai berat – apapun penyebabnya, yang membutuhkan analgesik Nyeri dada non-kardiak dengan tingkat keparahan sedang Nyeri perut tanpa ciri-ciri resiko tinggi – tingkat keparahan sedang atau pasien usia > 65 tahun Trauma ekstremitas sedang – deformitas, laserasi yang parah, Ekstremitas – Perubahan sensasi, tidak ada pulsasi Trauma – Riwayat penyakit resiko tinggi tanpa resiko tinggi lainnya Neonatus stabil Anak beresiko Perilaku / Psikiatrik: Sangat tertekan, resiko menyakiti diri sendiri Psikotik akut atau gangguan pikiran Krisis situasional, sengaja menyakiti diri sendiri Agitasi / menarik diri / berpotensi agresif 4. ATS 4 : Perdarahan ringan Aspirasi benda asing, tanpa distress pernapasan Cedera dada tanpa nyeri pada tulang iga atau distress pernapasan Kesulitan menelan, tanpa distress pernapasan Cedera kepala ringan, tidak kehilangan kesadaran Nyeri sedang, dengan beberapa faktor resiko Muntah atau diare tanpa dehidrasi Inflamasi atau benda asing pada mata – penglihatan normal Trauma ekstremitas minor – pergelangan kaki terkilir, kemungkinan patah tulang, laserasi tidak terkomplikasi yang membutuhkan investigasi atau intervensi – tanda vital normal, nyeri ringan / sedang Gips terlalu ketat, tanpa kerusakan neurovaskuler Sendi bengkak dan panas Nyeri perut tidak spesifik Perilaku / Psikiatrik : Masalah kesehatan mental semi-urgent Dalam observasi dan/atau tidak ada resiko langsung terhadap diri sendiri maupun orang lain 5. ATS 5 : Nyeri minimal tanpa ciri-ciri beresiko tinggi Riwayat penyakit resiko rendah dan saat ini asimtomatik Gejala minor dari penyakit stabil yang ada Gejala minor dari kondisi dengan resiko rendah Luka minor – lecet kecil, laserasi ringan (tidak membutuhkan jahitan) Dijadwalkan kontrol misalnya pada kontrol luka, perban kompleks Imunisasi Perilaku / Psikiatrik : Pasien yang dikenal dengan gejala kronis Krisis sosial, pasien baik secara klinis Untuk pasien anak-anak digunakan standard yang berbeda, karena kondisi pada anak jauh lebih berbahaya daripada dewasa
TRIASE ANAK < 6 BULAN
Resiko Tinggi Resiko Sedang Pemberian makanan < ½ normal 1/2 – 2/3 normal Arousal / Tingkat kewaspadaan (SSP) Sering mengantuk Penurunan aktivitas Konvulsi Tangisan lemah Kadang mengantuk Pernapasan Apnea atau Sianosis Sesak napas Sirkulasi Kulit pucat dan panas Kulit pucat Output cairan Muntah kehijauan < 4 x popok basah / hari >5 x muntah dalam 24 jam Kencing kurang dari biasanya Feses Tinja berdarah