Anda di halaman 1dari 9

Sofyan, dkk, Studi Operasi Ekonomis pada Generator Pembangkit Sistem Sulawesi Selatan

STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT


SISTEM SULAWESI SELATAN

Sofyan1, Nadjamuddin Harun2, Tola3


1
Mahasiswa Program Magister Teknik Elektro PPs Universitas Hasanuddin
2
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
3
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk :(1) mengetahui besarnya daya yang harus dibangkitkan oleh setiap
pusat pembangkit dalam menanggung beban maksimum dengan biaya operasi paling minimum, (2)
mengetahui total biaya operasi, dan (3) mengetahui besar rugi-rugi daya total sistem setelah penjadwalan
pembangkitan. Penelitian ini dilaksanakan di Unit pembagkitan I Tello, Area Penyaluran dan pengaturan
Beban (AP2B) sistem Sulsel PT PLN (Pesero) wilayah Sultanbatara. Metode yang digunakan adalah
analisis deskriptif dengan incremental production cost (IPC), yakni mengidentifikasi pusat-pusat
pembangkit yang beroperasi saat terjadinya beban puncak. Setelah itu melakukan pengambilan data
bulanan energi yang dibangkitkan dan lama operasi, kemudian melakukan analisis regresi kuadratik untuk
mendapatkan nilai konstanta a,b,c untuk membentuk fungsi objektif dari setiap pusat pembangkit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Daya yang harus dibangkitkan oleh setiap pusat pembangkit pada sistem
Sulsel dalam menanggung beban Maksimum dengan biaya operasi paling minimum adalah bus bakaru
126,00 MW, bus mamuju 4,00 MW, bus Makale 3,20 MW, bus Palopo 25,7 MW, bus sengkang 192,30
MW, bus suppa 62,5 MW, bus tello150 70,08 MW, bus Barangloe 20,00 MW, bus Tellolama 40,25 MW,
Bus Jeneponto 10,8 MW dan Bus Bulukumba 11,1 MW. Adapun total biaya operasi Pusat-pusat
pembangkit adalah 195.877.459,39 Rp/jam. Sedangkan Besar rugi-rugi daya total sistem setelah
penjadwalan pembangkitan adalah 27.7335 MW.

Kata kunci: Operasi ekonomis, Pembangkit

Pengoperasian beberapa unit pembangkit saat beban puncak yang terjadi pada tanggal
dalam suatu pusat pembangkit memerlukan 20 Mei 2010, yaitu PLTA Bakaru, PLTD Suppa,
manajemen yang baik. Khususnya dalam PLTGU Sengkang, PLTA Bili-bili, Pembagkit
pembebanan dan jumlah daya yang harus Tello, PLTD Palopo dan PLTD Makale, PLTD
disumbangkan oleh suatu unit pembangkit atau Arena, PLTD Matekko, dan PLTD Agrego.
suatu pusat pembangkit ke dalam sistem harus Prioritas pengoperasian unit-unit mesin
diatur dengan baik. Manajemen pengoperasian pembangkit pada sistem sulsel dalam
yang ekonomis dapat menghemat biaya produksi menanggung beban sistem adalah berdasarkan
daya terutama biaya bahan bakar. BPP [Biaya Pokok Produksi (Rp/kWh)] dari tiap
Dalam pengoperasian sistem untuk keadaan unit mesin pembangkit. Nilai BPP dari suatu pusat
beban bagaimanapun, sumbangan daya dari suatu pembangkit manyatakan biaya bahan bakar untuk
pusat pembangkit dan dari setiap unit pada pusat memproduksi satu kWh. Dengan demikian pusat
pembangkit tersebut harus ditentukan sedemikian pembangkit yang mempunyai BPP yang lebih
rupa sehingga biaya daya yang diserahkan rendah akan dioperasikan lebih dahulu sebelum
menjadi minimum (William D. Stevenson, Jr. pusat pembangkit yang mempunyai BPP lebih
1983). tinggi. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah
Menurut daftar inventarisasi mesin apakah biaya pemakaian bahan bakar ini dapat
pembangkit tenaga listrik yang beroperasi secara ditekan (sehingga lebih kecil) dengan mengganti
terus menerus selama 24 jam pada sistem metode penjadwalan operasi? Inilah yang menjadi
kelistrikan Sulawesi selatan terdapat sebelas pusat pokok permasalahan dalam penelitian ini, yakni
pemabangkit yang menyuplai daya ke sistem pada dengan menggunakan metode penjadwalan
MEDIA ELEKTRIK, Volume 5, Nomor 1, Juni 2010

operasi unit-unit pembangkit berdasarkan sehingga biaya pengoperasian tambahan dari


Incremental kedua unit sama (equal incremental cost).
Production Cost (IPC). Dengan jalan yang sama dapat diperluas untuk
pengoperasian unit pembagkit pada stasiun
yang mempunyai lebih dari dua unit
TINJAUAN PUSTAKA pembangkit. Jadi patokan untuk pembagian
beban yang ekonomis antara unit-unit di dalam
1. Optimasi Pembagkit Tenaga Listrik suatu stasiun adalah semua unit-unit
Operasi ekonomis adalah proses pembagian
pembangkit harus bekerja dengan biaya
atau penjatahan beban total kepada masing-
pengoperasian tambahan yang sama. Jika
masing unit pembangkit, seluruh unit pembangkit
keluaran stasiun akan dinaikkan, biaya
dikontrol terus-menerus dalam interval waktu
tambahan dengan masing-masing unit bekerja
tertentu sehingga dicapai pengoperasian yang
juga akan naik, tetapi harus sama untuk semua
optimal, dengan demikian pembangkitan tenaga
unit.
listrik dapat dilkukan dengan cara yang paling
ekonomis.
2. Teknik Distribusi Beban Berdasarkan
Konfigurasi pembebanan atau penjadwalan
Incremental Production Cost
pembangkit yang berbeda dapat memberikan
Incremental production cost atau biaya
biaya operasi pembangkit yang berbeda pula,
produksi tambahan suatu unit untuk setiap
tergantung dari karakteristik masing-masing unit
keluaran daya yang ditetapkan, adalah limit
pembangkit yang dioperasikan. Ada beberapa
perbandingan kenaikan biaya masukan produksi
metode dalam penjadwalan pembagkit dalam
dalam Rupiah per jam terhadap kenaikan keluaran
usaha menekan biaya operasi, yakni :
daya yang bersesuaian dalam megawatt pada saat
a. Berdasarkan Umur Pembangkit
kenaiakan keluaran daya mendekati nol (William
Pada metode ini, dengan asumsi bahwa unit- D. Stevenson Jr., 1983). Biaya produksi tambahan
unit pembangkit yang baru mempunyai
yang mendekati kebenaran dapat diperoleh
efisiensi yang lebih tinggi, maka unit-unit
dengan menentukan biaya produksi yang
pembangkit yang baru dibebani sesuai dengan
meningkat untuk suatu selang waktu tertentu di
rating kapasitasnya, dan unit-unit yang tua
mana keluaran daya yang ditingkatkan sedikit.
(efisiensi lebih rendah) memikul beban
Misalnya, biaya tambahan pendekatan pada setiap
sisanya.
keluaran daya tertentu adalah biaya tambahan
b. Berdasarkan Rating (daya Guna) Pembagkit
dalam Rupiah per jam untuk meningkatkan
Pembagian beban diantara unit-unit
keluaran dengan 1 MW.
pembangkit sebanding dengan rating
Pendistribusian beban berdasarkan biaya
kapasitasnya, yaitu dengan meningkatnya produksi tambahan antara setiap dua unit adalah
beban maka daya akan dicatu oleh unit yang
pertimbangan apakah menaikkan beban salah satu
paling berdaya guna hingga titik daya guna
unit pada saat beban unit lain diturunkan dengan
maksimum unit itu dicapai. Kemudian untuk
jumlah yang sama, akan mengakibatkan suatu
peningkatan beban selanjutnya, unit berikutnya
kenaikan atau penurunan biaya total. Biaya total
yang paling berdaya guna akan mulai
operasi meliputi biaya bahan bakar utamanya, gaji
beroperasi pada sistem, dan unit ketiga tidak
pegawai, biaya komponen-komponen pendukung,
dioperasikan sebelum titik daya guna
dan biaya pemeliharaan. Biaya-biaya tersebut
maksimum unit kedua telah tercapai.
diasumsikan menjadi bagian dari biaya produksi
c. Berdasarkan Kriteria Peningkatan Biaya
(Hadi Saadat, 1999)
Produksi yang sama ( Equal Incremental Cost)
Sebagai contoh bila suatu unit pembangkit
Pengurangan beban pada unit dengan biaya
termal keluaran dayanya adalah 300 MW, biaya
tambahan paling tinggi akan menghasilkan
tambahan yang ditentukan dari suatu jenis
suatu pengurangan biaya yang lebih besar
pendekatan adalah Rp125.000,- per megawatt
daripada peningkatan biaya untuk
jam-nya. Maksud dari nilai ini adalah untuk
menambahkan sejumlah beban yang sama
menaikkan daya unit pembangkit termal tersebut
pada unit dengan biaya tambahan yang lebih
sebesar 1 MW maka dibutuhkan biaya tambahan
rendah. Pemindahan beban dari satu unit ke per jam sebesar Rp125.000,-Jika hendak
unit yang lain dapat menghasilkan
menurunkan daya unit pembangkit termal tersebut
pengurangan biaya pengoperasian total
Sofyan, dkk, Studi Operasi Ekonomis pada Generator Pembangkit Sistem Sulawesi Selatan

sebesar 1 MW maka terjadi pengurangan biaya åC = n.a + b å P + c å P


i i i j i j
2

per jam sebesar Rp125.000,-.


Demikianlah dasar-dasar untuk memahami åP C = a åP +b åP + c åP
j i i j i j
2
i j
3

distrubusi beban antara unit-unit dalam suatu åP C = a åP + b åP + c åP


j
2
i i j
2
i
3
j i j
4

pusat pembangkit yang memperhitungkan biaya ..…(2)


produksi tambahan. Misalkan keluaran total suatu
pusat pembangkit dicatu oleh dua unit dan dimana j = 1, 2, 3,…n, dan n = banyaknya data
pembagian beban antara kedua unit adalah yang diambil. Dengan cara ini konstanta a i, bi, dan
sedemikian sehingga unit yang satu mempunyai ci, serta fungsi biaya kuadratis tiap unit
biaya produksi tambahan yang lebih tinggi dari pembangkit dapat diperoleh.
unit yang lain. Dan misalkan dilakukan
pemindahan sebagian beban dari unit yang b. Incremental Production Cost (IPC)
mempunyai biaya produksi yang lebih tinggi ke IPC adalah biaya tambahan yang
unit yang mempunyai biaya produksi yang lebih diperlukan untuk membangkitkan setiap 1 MW
rendah. Pengurangan beban pada unit yang setiap jam pada tiap bus pembagkit. Turunan
mempunyai biaya produksi tambahan lebih tinggi pertama dari persamaan (1) terhadap daya output,
akan menghasilkan suatu pengurangan biaya yang dC i
lebih besar dari pada peningkatan biaya untuk = 2ci Pi + bi …………………(3)
dPi
menambahkan sejumlah beban yang sama pada
unit dengan biaya tambahan yang lebih rendah. disebut Incremental Production Cost (IPC), yaitu
Pemindahan beban dari satu unit ke unit yang lain hubungan linear, yang menyatakan biaya
dapat diteruskan dengan suatu pengurangan dalam tambahan yang diperlukan (Rp/jam) untuk
biaya produksi total sehingga biaya-biaya manaikkan daya output pembangkit ke-i sebesar 1
produksi tambahan dari keuda unit itu adalah MW.
sama. Jika keluaran stasuin dinaikkan, biaya Prinsip distribusi beban yang ekonomis
tambahan dengan mana masing-masing unit antara unit-unit pembangkit termal di dalam suatu
bekerja juga akan naik tetapi harus tetap sama pusat pembangkit adalah bahwa semua unit itu
untuk semuanya (William D. Stevenson Jr.,1983). harus bekerja dengan IPC yang sama, dalam hal
ini adalah Incremental Fuel Cost (IFC) yang
3. Perhitungan Pembagian Beban sama. (Glover, 2007). Jika keluaran pusat
Berdasarkan Incremetal Production Cost. pembangkit akan dinaikkan, biaya tambahan
a. Biaya Bahan Bakar sebagai Fungsi Kuadrat (incremental production cost) dari masing-masing
dari Daya Aktif unit yang bekerja juga harus naik, tetapi harus
Dalam semua kasus praktis , biaya bahan tetap sama untuk semuanya.
bakar dari generator i dapat direpresentasikan
sebagai sebuah fungsi kuadrat dari daya aktif c. Fungsi Objektif untuk Penjadwalan
yang dibangkitkan. (Hadi Saadat). Pembangkitan
Tujuan pembentukan fungsi objektif adalah
C i = ai + bi Pi + ci Pi 2 .......................... (1)
untuk memperoleh biaya pembagkitan total yang
Dimana: diperlukan untuk mensuplai beban total yang
ci = biaya bahan bakar unit pembangkit ke-i harus ditanggung oleh sistem.
(Rp/jam) Masalah distribusi beban ekonomis yang
Pi = daya output unit pembangkit ke-i (MW) paling sederhana adalah ketika rugi-rugi saluran
ai, bi, dan ci, adalah konstanta dari fungsi kuadrat transmisi diabaikan. oleh sebab itu, model
masalah tidak memperhitungkan konfigurasi
Konstanta-konstanta ai, bi, dan ci dapat sistem dan impedansi jaringan. pada hakikatnya,
ditentukan berdasarkan data hasil percobaan atau model mengasumsikan bahwa sistem hanya terdiri
hasil penelitian, yaitu dengan mengambil dari satu bus dengan semua pembangkit dan
beberapa data Ci yang diperlukan untuk beban terhubung padanya sebagaimana
membangkitkan daya nyata sebesar Pi dari unit ditunjukkan secara sistematis dalam Gambar 2.9
pembangkit ke-i selama selang waktu tertentu, berikut :
dan ai, bi, dan ci dapat dihitung dari sistem
persamaan,
MEDIA ELEKTRIK, Volume 5, Nomor 1, Juni 2010

yang harus dibangkitkan oleh bus pembangkit


selain slack bus.
Persamaan pembatas yang harus dipenuhi
adalah:
n

å Pi = P
i =1
D …………………(6)

Gambar 1. Model Sistem yang Mengabaikan


Rugi-Rugi Saluran Transmisi dimana Pi adalah daya yang dibangkit dari unit
ke-i, PD adalah total permintaan, dan ng adalah
Sejak rugi-rugi transmisi diabaikan, total jumlah total unit-unit pembangkit yang
permintaan PD adalah penjumlahan dari semua terdistribusi.
pembangkit. Sebuah fungsi biaya Ci diasumsikan Selain itu ada pertidaksamaan pembatas yang juga
akan diketahui untuk tiap unit. Masalahnya adalah harus dipenuhi, yakni:
mencari pembangkitan daya nyata untuk tiap-tiap
Pi (min) £ Pi £ Pi (max) i = 1, 2, 3, .., n ……..
unit dengan demikian fungsi objektif (biaya total
produksi) sebagaimana yang didefinisikan oleh (7)
persamaan dimana Pi (min) dan Pi (maks) adalah kemampuan
n
C t = C1 + C 2 + .......... + C n = å C i daya minimum dan maksimum yang dapat
i =1 dibangkitkan oleh pembangkit ke-i.
n
= å ai + bi .Pi + ci .Pi
2

i =1
e. Persamaan koordinasi
…………………(4)
Berdasarkan persamaan (3) dapat
diperoleh:
yaitu jumlah biaya bahan bakar unit pembangkit
ke-1, pembangkit ke-2, sampai pembangkit ke-n dCi l - bi
= 2 ci .Pi + bi = l atau Pi =
harus minimum. Ct adalah biaya produksi total, Ci dPi 2 ci
adalah biaya produksi dari unit ke-i, Pi adalah
daya yang dibangkitkan dari unit ke-i. Agar biaya ……….(8)
bahan bakar minimum, maka harus dipenuhi: Persamaan di atas disebut dengan
dC1 dC dC ……………(5) persamaan koordinasi. Fungsinya adalah untuk
= l , 2 = l ,......, i = l menghitung daya yang dibangkitkan oleh setiap
dP1 dP2 dPi
pembangkit, sedangkan ‫( ג‬lambda) adalah
artinya semua unit harus bekerja pada biaya bahan Incremental production cost, sedangkan konstanta
bakar tambahan λ yang sama atau IPC yang sama a,b,c adalah konstanta-konstanta pada fungsi
dan minimum. objektif. Untuk mendapatkan nilai konstanta
tersebut diperoleh dengan cara menyelesaikan
d. Persamaan dan pertidaksamaan pembatas persamaan (2), dimana data yang digunakan dari
Pertidaksamaan pembatas adalah persamaan tersebut diperoleh dari data sekunder
pertidaksamaan yang menyatakan bahwa daya yang diperoleh dari PLN berupa data daya rata-
yang dibangkitkan oleh tiap bus pembangkit tidak rata yang dibangkitkan dan biaya pembangkitan
lebih kecil dari kemampuan minimum atau tidak rata-rata perjam yang diperlukan oleh setiap bus
lebih besar dari kemampuan maksimum pembangkit perbulan selama 4.5 tahun.
pembangkit.
Sedangkan persamaan pembatas adalah f. Perhitungan rugi – rugi daya total akibat
persamaan yang menyatakan bahwa jumlah daya rugi-rugi pada saluran transmisi
yang dibangkitkan oleh semua bus pembangkit Jika jarak saluran transmisi sangat pendek
sama dengan jumlah beban yang harus ditanggung dan kerapatan beban sangat tinggi, rugi – rugi
sistem. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi maka jaringan dapat diabaikan dan pembangkitan daya
slack bus akan menyuplai semua kekurangan dari yang optimal dicapai untuk seluruh unit
selisih daya antara jumlah daya beban total yang pembangkit dengan biaya produksi tambahan
harus ditanggung sistem dengan jumlah daya total yang sama. Akan tetapi pada sistem besar yang
saling terinterkoneksi, dimana daya
ditransmisikan pada jarak yang sangat jauh ke
Sofyan, dkk, Studi Operasi Ekonomis pada Generator Pembangkit Sistem Sulawesi Selatan

area dengan tingkat kepadatan beban yang rendah, pembangkit yang beroperasi saat terjadinya beban
rugi-rugi transmisi merupakan faktor utama yang puncak. Setelah itu melakukan pengambilan data
harus diperhitungkan dalam pembangkitan bulanan energi yang dibangkitkan dan lama
optimum. Satu persamaan umum untuk operasi, kemudian melakukan analisis regresi
memasukkan pengaruh rugi-rugi transmisi yang kuadratik untuk mendapatkan nilai konstanta a,b,c
menyatakan rugi-rugi transmisi total sebagai untuk membentuk fungsi objektif dari setiap pusat
fungsi kuadratis dari daya output generator, pembangkit. Selanjutnya dapat dilihat pada
dinyatakan oleh persamaan: gambar dibawah ini :
ng
b i + 2g i Pi + 2l å Bij Pij + Boi l = l …..…….(9)
j =1

atau : HASIL DAN PEMBAHASAN


ægi ö 1æ b ö
ng
……(10)
ç + Bii ÷ Pi + å Bij Pj = ç1 - B0i - i ÷ 1. Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatan
è l ø j =1 2 è l ø Sistem kelistrikan Sulawesi Selatan
j ¹i
dikelola oleh PT PLN (persero) wilayah Sulawesi
(Saadat,Hadi:2002)
selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat
Dengan menggunakan persamaan (1) di atas rugi-
(sultanbatara). Sistem kelistrikan ini menyediakan
rugi total jaringan dapat dihitung setelah optimasi
daya listrik untuk kebutuhan masyarakat yang
dilakukan.
berada di provinsi Sulawesi selatan, dan Sulawesi
Barat. Saat ini sistem sistem kelistrikan di
METODE PENELITIAN Sulawesi Selatan disuplai oleh empat pembangkit
utama, yaitu :
a. PLTA Bakaru yang terdiri atas dua generator
b. Pusat pembangkit tenaga listrik Tello di
Makassar terdiri dari :
- PLTD, yang terdiri dari enam generator
- PLTG, yang terdiri dari 5 generator
- PLTU, yang terdiri dari dua generator dan
dua transformator daya dua kumparan.
c. PLTGU Sengkang yang terdiri dari tiga
generator
d. PLTD Suppa yang terdiri dari enam generator.
Pusat-pusat pembangkit tersebut tersebar
dan terinterkoneksii melalui saluran transmisi dan
saluran distribusi seperti yang terlihat pada
gambar 13. Jumlah bus pada sistem kelistrikan
Sulsel saat ini telah mencapai 37 bus yang saling
terinterkoneksi secara loop (melingkar), dengan
total daya terpasang pada sistem sebesar 746,9
MW, sedangkan daya mampu sebesar 550 MW.

2. Harga bahan bakar minyak untuk industri


Harga bahan bakar merupakan salah satu
faktor yang angat berpengaruh dalam penetuan
harga energi listrik. Hal ini disebabkan karena
Gambar 2. Diagram alir metode IPC hamper 80 persen biaya produksi listrik berasal
dari harga bahan bakar. Teknik optimasi dengan
Penelitian ini dimulai dengan mengamati IPC juga tidak bisal terlepas dari faktor ini, karena
aliran daya tertinggi pada tahun 2010, kemudian penentuan biaya pembangkitan per jam dari setiap
mengidentifikasi pusat-pusat pembagkit mana saja bus pembangkit sangat terkait dengan konsumsi
yang beropersai dalam menyuplai beban yang bahan bakar pada pusat pembangkit tersebut dan
ada. Metode yang digunakan adalah analisis harga bahan bakar yang dipakai oleh pusat
deskriptif dengan incremental production cost pembangkit yang sedang dianalisis.
(IPC), yakni mengidentifikasi pusat-pusat
MEDIA ELEKTRIK, Volume 5, Nomor 1, Juni 2010

Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa


terdapat tiga bus utama yang menyuplai daya
Diagram Harga rata-rata pertahun bahan bakar
HSD dan MFO terbesar pada sistem saat terjadinya beban puncak
yaitu, bus Bakaru, bus Sengkang dan bus Tello
HSD MFO 150, sedangkan bus yang lain menanggung beban
8906.79 yang terdistribusi secara merata dalam menyuplai
6774.51 7215.99 daya ke sistem. Pada bus Bakaru sebagai slack
5674.98 5780.84 5488.75 6087.24
3772.29 3828.02 3828.02 bus, terlihat bahwa daya yang dibangkitkan
sebelum optimasi dilakukan sebesar 102,146
MW, sedangkan setelah optimasi dilakukan daya
yang dibangkitkan mengalami kenaikan menjadi
2006 2007 2008 2009 2010 126 MW. Hal ini disebabkan karena pada bus
tesebut memiliki biaya operasi yang murah karena
berbahan bakar air, sehingga kapasitas dayanya
Gambar 3. Harga bahan bakar minyak
dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan beban
untuk industri
sistem dan juga berperan untuk menyuplai bus-
Adapun harga bahan bakar minyak untuk
bus lain yang mengalami kekurangan daya.
industri yang digunakan dalam pengoperasian
pembangkit termal dari tahun 2006 hingga bulan
Daya yang dibangkitkan tiap bus pembagkit
Mei 2010 dapat dilihat pada gambar 3. sebelum dan sesudah optimasi
Untuk sistem kelistrikan Sulawesi Selatan,

192.30
192.30
umumnya pembangkit termal yang diopersaikan,
mengkonsumsi bahan bakar berupa minyak solar
Daya yang dibagkitkan [MW]

atau high speed diesel (HSD) dan sebagai kecil


126.00

menggunkan Marine fuel oil (MFO), sedangkan


102.15

92.18
jenis minyak diesel (MDF) tidak digunakan.

70.08
62.50
61.80
3. Tegangan bus dan rugi-rugi daya sistem

42.40
40.25
25.60
25.70

20.00
Tegangan bus beban tertinggi terjadi pada
18.90

15.70

12.40
10.80

11.10
4.00

3.20

bus 15 (pangkep 70) sebesar 1,033 p.u atau 72,31


1.50
1.00

kV, sedangkan tegangan terendah terjadi pada bus


18 yaitu bus bosowa sebesar 0.940 p.u atau 141
kV. Teganngan pada bus 18 ini turun lebih dari
5% atau toleransi penurunan tegangan yang
diizinkan oleh PLN, jadi perlu upaya PLN untuk
memperbaiki tegangan pada bus ini. Bus Pembagkit
Daya tertinggi yang mengalir disaluran
pada kondisi beban puncak tanggal 20 mei 2010
jam 19.00 wita dari saluran 11 ke 10 (bus Gambar 4. Daya output tiap bus setelah optimasi
sengkang ke bus soppeng) sebesar 176,5 MW,
sedangkan aliran daya terendah terdapat pada Lain halnya pada bus yang menggunakan
saluran 14 ke 21 (Bus Pangkep 150 ke Tello 150) bahan bakar minyak, dari hasil optimasi dapat
sebesar 2,454 MW. Dari hasil analisis aliran daya dilihat bahwa daya yang dibangkitkan setelah
di atas juga terlihat bahwa rugi-rugi total sistem optimasi sedikit lebih kecil dibadingkan dengan
adalah sebesar 27.7335 MW. daya sebelum dilakukannya proses optimasi. Hal
ini dilakukan karena pembangkit termal rata-rata
4. Hasil perhitungan optimasi memiliki biaya operasi yang lebih mahal
Berdasarkan hasil analisis aliran daya dapat dibandingkan dengan pembangkit hidro.
diketahui daya yang harus dibangkitkan oleh tiap-
tiap bus pembangkit dalam menanggung beban 4. Perhitungan biaya total bus pembagkit
sistem, dari hasil perhitungan yang dilakukan Untuk menghitung biaya total bus
diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada gambar pembangkit, maka terlebih dahulu harus
4. ditentukan fungsi objektif dari tiap-tiap bus
pembangkit. Adapun fungsi objektif dari setiap
bus pembangkit adalah sebagai berikut :
Sofyan, dkk, Studi Operasi Ekonomis pada Generator Pembangkit Sistem Sulawesi Selatan

a. Bus bakaru (1) :


C1 = 86,3909 + 2,2117P1 + 0,0741P12
b. Bus suppa (12) :
C12 = 4,9 x105 + 2,41x10 4 P12 + 164,3274P122
c. Bus Makale (8) :
C8 = 6,311x10 5 + 643591P8 + 2,5989 P82
d. Bus Palopo (9) :
C 9 = 1,784 x10 7 - 1, 272 x10 7 P9 + 2,426 x10 P92
e. Bus Sengkang (11) :
C11 = 2,7839 x10 6 + 2, 400 x10 4 P11 + 137.9539P112
f. Bus Mamuju (12) :
C12 = 4,9 x10 5 + 2,41x10 4 P11 + 164.3274P122
g. Bus Tello 150 (21):
C 21 = 4,36 x107 + 2,497 x105 P21 + 1,3089P212
Gambar 5. Perbandingan Biaya Tiap Bus
h. Bus Barang Loe (23): Antara Merit Order dengan Optimasi IPC
C 23 = 15,889 + 9,6397 P23 - 0,033 P232
i. Bus Tello Lama 150 (27):
C 27 = 1,641x10 7 - 8,0300 x10 5 P27 + 1,0787 P272 SIMPULAN
j. Bus Jeneponto (34):
C 34 = 5,6212x10 4 + 6,429 x105 P34 - 4,842x10 5 P342 Berdasarkan hasil perhitungan yang telah
k. Bus Bulukumba (35): dilkukan dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
C 35 = 4,9140 x10 5 + 7,2506 x10 5 P35 + 5,3654 x10 5 P352 1. Daya yang harus dibangkitkan oleh tiap-tiap
pusat pembangkit yang beroperasi di wilayah
Dengan menggunakan program MATLAB, SULSEL dalam menanggung beban
maka fungsi objektif dari tiap bus pembangkit Maksimum dengan biaya operasi paling
dapat dipakai untuk menghitung biaya total yang minimum adalah bus bakaru 126,00 MW, bus
dibutuhkan oleh bus pembangkit dalam mamuju 4,00 MW, bus Makale 3,20 MW, bus
membangkitkan daya optimal sistem. Dari hasil Palopo 25,7 MW, bus sengkang 192,30 MW,
perhitungan diperoleh biaya total pembangkitan bus suppa 62,5 MW, bus tello150 70,08 MW,
sebesar 195.877.459,39 Rp/jam. Dari angka bus Barangloe 20,00 MW, bus Tellolama
tersebut dapat diketahui bahwa harga energi listrik 40,25 MW, Bus Jeneponto 10,8 MW dan Bus
per kWH untuk sistem sulsel adalah 355.888478 Bulukumba 11,1 MW.
rupiah. 2. Total biaya operasi Pusat-pusat pembangkit
Perbandingan hasil perhitungan dengan yang dikeluarkan dalam menanggung beban
menggunakan metode merit order PLN dengan sistem adalah 195.877.459,39 Rp/jam
metode IPC dapat dilihat pada gambar 5. Dari 3. Besar rugi-rugi daya total sistem setelah
hasil perbandingan tersebut dapat dilihat bahwa penjadwalan pembagkitan adalah 27.7335
terdapat selisih biaya total pembangkitan sebesar MW.
31.984.000,61 Rp/jam jika metode IPC ini
diaplikasikan, sehingga biaya total pembangkitan
sistem dapat lebih dioptimalkan. DAFTAR PUSTAKA
Almanda, Deni. (1998). Strategi Operasi Sistem
Tenaga Listrik. www.elektroindonesia.com
Chapra, Steven C, Ph.D & Raymond P. Canale,
Ph.D.(1995). Metode Numerik. Jilid I.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
D Stevenson, William Jr.(1983). Analisis Sistem
Tenaga Listrik. Jakarta: Erlangga.
Gen, Mitsuo & Cheng, Runwei. (2000). Genetic
Algorithms And Engineering Optimization.
MEDIA ELEKTRIK, Volume 5, Nomor 1, Juni 2010

United State of Amerika: John Wiley &


Sons Inc.
Glover, J.D, dkk. (2007). Power System Analysis
and Design. Singapore: The McGraw-Hill
Book Co, Inc.
Imran, Al. (2008). Optimasi Penjadwalan
Pembangkitan di Antara Unit-Unit
Pembangkit Termal Berdasarkan
Incremental Cost yang Sama. Makassar:
Jurnal Media Elektrik.
Kusumadewi, Sri & Purnomo, Hari. (2005).
Penyelesaian Masalah Optimasi dengan
Teknik-Teknik Heuristik. Yogyakarta :
Graha ilmu
Marsudi, Djiteng (2006). Operasi Sistem Tenaga
Listrik. Jakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Robandi, Imam. (2006). Desain Sistem Tenaga
Modern.Yogyakarta : Andi Offset
Saadat, Hadi. (2002). Power System Analysis.
Singapore : The McGraw-Hill Book Co,
Inc.
Sudjana, Prof. Dr. M.A. (2002). Metoda
Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.
Wood, Allen J and Bruce F. Wollenberg. (1984).
Power Generation Operation and Control.
New York: Power Technologies, Inc and
Rensselaer Polytechnic Institute.
Walpole, Ronald E & Raymond H. Myers.(1995).
Ilmu Peluang dan Statistika Untuk Insinyur
dan Ilmuwan. Bandung: Penerbit ITB
Bandung.
Sofyan, dkk, Studi Operasi Ekonomis pada Generator Pembangkit Sistem Sulawesi Selatan

Anda mungkin juga menyukai