Sudut Pandang Etika — Moral Filsafat
Ornasisme (Filsafat Proses)
Supriyono Parwosaputro
Abstrak: Etika-moral mengajarkan pada manusia untuk bisa
membedakan mana perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk,
ajaran moral akan menjadi pedoman dalam Kehidupan manusis.Bagi
Whitehead dalam pandanganny mengerai etika-moraltas berumpu
pada arti pentingnya “process” dan “importance”. Moralitas menjadi
kontrol bagi pengalaman proses hidup, memposisikan moralites dalam
inamike kehidupan bukan pada sruran-aturan (buku) yang mandeg
dan kaku, maupun dalam nilai-nilai absolut yang lepas dari dinamika
perubehan jaman seria Kenyataan pengalaman hidyp manusia,
Whitehead merumuskan dua prinsip dasar moral, yaitu keteraturan
(erder) dan kasih (love), Prinsip “order” untuk menjamin k
umum/bersama, sedaagkan prinsip “love” melindungi kepentingan
individu anggota masyarakat,
Key words : process / organtsm, importance, order, pure empirism /
mores relativism
Perilaku manusia tiap kali direfleksikan dalam nilai-nilai ets, hal demikian
lebih dikarenakan adanya asumsi dasar manusia bahwa hanya perilaku yang
sesuai dengan nilsi-nilai etis (moral) yang dapat diterima oleh sesamanya,
Etika dalam Konteks yang demikian dapat dipandang sebagai sarana
oricatasi bagi usaha manusia untuk memberi jawab, bagaimana saya harus
hhidup dan bertindak, (Kees Berten, 1999; ix), Dengan pemnyataan Kees
Beriens yang demikian, tentunya capat dikatakan pula bahwa permasalahan
seputar etika maupun moral akan senantiasa menjadi permasalahan yang
aktual dalam hidup dan perbuatan manusia. Perilaku manusia yang
dimaksudkan di sini, tentunya bukan hanya meayangkut tindakan fisik
motorik saja, melainkan juga menyangkut aktivitas berpikir dan bersikap.
‘Siwrivene Purwosapuiro adalah dosen progdi Pendidikan Pancasila dan Kewarganetaraan
PIPS IKIP PGRI Semarare
109L10 MAJALAH ILMIAH LONTAR, AGUSTUS 2008, VOLUME 23, NOMOR3
Dalam perkembangan peradaban umat manusia selalu ada usahs-uscha untuk
mencari orientasi nilai-nilai etis (moral) yang dipakai sebagai landasan bagi
kehidupan individu maupun kehidupan bersama. Frans Magnis Suseno,
menegasken bakwa salah setu disiplin pokck filsafat adalah etika sebagai
refleksi bagaimana manusia harus hidup agar ia berhasil sebagai manusia,
arena itu hampir semua filsuf besar juga menulis bidang etike. (rang
Magnis Suseno, 1997: 5).
Dalam diskursus filsafat, bahasan etika lebih banyak meaggambarkan
bahwa kehidupan manusia teleh masuk ke dalam tahapan krisis multi
dimensional (termasuk krisis moral) sebagai akibat tidek tercapainya atau
tidak dirasakannya lagi orientasi Kehidupan manusia yang disebut etika,
‘Menurut Frans Magnis Suseno orientasi yang paling mendasar untuk
menentukan sikap perilaku dan perbuatan manusia itu adalah etika yang
harus dibedakan deogan ajaran moral. (Frans Magnis Susezo, 1987:14).
Manusia dipicu untuk selalu bersikap kritis terhadap ajaren-ajaran moral
yang menjadi pedoman hidupnya, agar dapat dikemukakan ajaran-ajaran
moral yang aktual sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman. Berbagat
upaya penelitian yang menyangkut berbagai segi bidang etike, nampaknya
menjadi relevan dan penting untuk dilakukan secara kontinyu dan serius
demi masa depan kehidupan umat manusia yang lebih berkeadaban.
Pemikiran mengenai etika senantizsa mengacu pada upaya membangun
paradigma etika yang berkesinambungan dalam proses dialog's intelektual.
Dalam hubungan it Alfred North Whitehead melihat bahwa filsafat
memiliki potensi untuk mencepai pencerahaa baru, dalam rangka
menyelamatkan umat manusia dari sekedar kesenangan-kesenangan
hewaniah, dan menyadarkan manusia akan nilai-nilai yang lebih dari sekedar
kesenangan-kesenangan hewani :
“Philosophy should now perform its final service. It Should seek the
insight, dim thought it be, to escape the widw wreckage of a race of
being sensitive to values beyond those of more animal enjoyment”.
(Whitehead, 1959: 1963).
Dalam tulisan ini akan dicoba untuk mencari konstruksi pemikiran
etika-moral dari Alfred North Whitehead yang dikenal sebagai tokoh penting
dari filsafat organisme atau filsafat proses. Whitehead dapat dikatakan
sebagai salah seorang filsuf besar abad XX, gagasamnya telah melahirkan
“aliran pemikican”Swprivene Purwosapuira, Sudut Pandang Erika Moral Flsafat Ormasiome un
yang berpengaruh (khususnya di Amerika Serikat dan sebagiaa Eropa) dalam
dunia filsafat dan tcologi. (J. Sudarminta, 1998:13). Whitehead dikenal
sebagai tokoh utama dalam aliran filsafat ‘proses” atau “organisme? yang
alar pikirannya dikenal cukup rumit untuk dipahami,
PERIHAL ETIKA
Menurut Kees Bertens, etika merupakan ilmu yang membahas tentang
‘moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Atau
dengan keta lain ctika merupaken ilmu yang menyelidiki tingkah laku
‘moral. Persoalan tentang moral telah menjadi satu persoalan pokok dalam
kchidupan manusia, karena persoalan moral mengandung sjaran mengenai
hubungan antar manusia yang mengajarkan tentang apa yang baik dan harus
dilaukan oleh manusia, dan mengajarkan pula apa yang buruk dan harus
ditinggalkan olen manusia dalam hubungan tersebut. Dengan mempelajari
moral itu_manusia bisa membedakan mana perbuatan yang beik dan
Perbuatan yang buruk. Dalam kaitan itu maka dalam hubungaa antar
manusia perlu adanya Keidah-kaidah ataypun ajaran-ajaran moral yang
menjadi pedoman dalam kehidupan manusia. Dengan demikian menjadi
manusia bermoral atau manusia susila itu berarti menjadi manusia yang
selalu beruscha untuk mentaati ataupun patuh pada kaidch-kaidah moral.
Etika secara teoritis bisa kita pilah menjadi dua bagian, yaitu “ctika
dasar” atau “etika umum” yang memust teori-teori dasar tentang nilai-nilai
etis atau sisi etika yang berbicara mengenai persoalan-persoalan pokok dari
filsafat moral yang memberi dasar untuk pembicaraan-pembicaraan lebih
lanjut menyangkut teori-teori etika manpun kasus-kasus yang dibahas oleh
ctika terapan. Persoalan-persoalan pokck terscbut antara jain mengcaai hati
nurani atau kesadaran moral, kebebasan dan sekaligus tanggung jawab, nilai
dan norma, hak dan kewajiban. Sisi lain dari etika adalah “etika terapan”
yang merupskan sisi etika yang membahas persoalan-persoalan_praktis
dalam kehidupan manusia, seperti misalnya etika profesi, etika politik, etka
bisnis, persoalan euthanasia, persoalan aborsi, porsoalan keadilan, persoalan
tata krama atau sopan santun, dan sebagainya.
‘Menurut Frans Magnis Suseno sekurang-kurangnya ada empat alasan
‘mengapa pada zaman kita ctika semakin perlu. Pertama, kita hidup dalam112 MAALAHILMAAH LONTAR, AGUSTUS 2069, VOLUME 23, NOMOR 3
masyarakat yang semakin pluralistik Guga dalam bidang moralitas), kita
sering berbadapan dengan sekian banyak ‘pandangan moral yang seringkali
saling bertentangan dan semuanya mengajukan Klsim pada kita, Untuk
teneapai suai pendirian dalam pergolakan pandangarrpatdangan moral
fersebut, maka refleksi krtis etika menjadi sangst diperlukan. Kedua, kita
hidup dalam masa transformasi masyarakat yang tanpa tanding. Perubahan
itu tonjedi di bawah hantaman keluatan yang mengenai semua segi
kehidupan kita, yaitu gelombang modernisasi. Gelombang modernisasi itu
telah mongubsb cara berpikir kita secara amat radikal. Rasionalisme,
ndividualisme, nasionalisme, sekularisme, materialisme, kepercayaan akan
emajuan, Konsumerisme, pluralisme religius, serta sistem pendidikan
mnodem secara hakiki telah mengubah lingkungan alamiah, lingkungan
budaya, dan rohani di Indonesia. Dalam transformasi ekonomis, sosial
intelektual, dan budaya itulah nilai-nilai budaye tradisional ditantang
semuanya berhadapan dengan modemisasi. Dalam situasi yang demikian
ftika mau membantu kita agar kita jangan sampai kehilangan orientasi
hhidup, dapat membedalan mana yang hakiki dan mana yang boleh berubal,
dengan demikian kita tetap memiliki kesanggupan untuk mengambil sikap-
sikap yang dapat kita pertanggungjawabkan. Keriga, tidak mengherankan
pahwa dalam proses perubahan sosial budaya dan moraltas yang sedang kita
‘lami ini dipergunakan oleh pelbagai piak untuk memancing dalam air
keruh. Mereka menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai obat/terapi
penyelamat. Dengan etika membuat kita Iebih sanggup untuk menghadapi
Pieologi-ideologi itu dengan kritis dan objektif, dan untuk mombentule
perilaian sendiri, agar Kita tidak terlaln mudah terpancing. tka juga
Frembantu kita agar tidak bersikap naif atau ckstrim, Kita jangan cepat-cepat
‘nemeluk pandangan yang baru, tetapi juga jangan begity saja menolak nilai-
rilai hanya Karena nilai itu baru dan belum terbiasa. Keempat, etika juga
‘Giperlulan oleh kaum agama yang di satu pihak menemukan dasar
Kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, di lain fibak sekaligus
sau berpartisipasi tanpa ragu-ragu dan dengan tidak menutup diri dalam
Tomua dimens! kehidupan masyarakat yang sedang berubah ini. (Disarikan
dari Frans Magnis Suseno, 1987: 15-16). Mengingat pentingnya etika
tersebut, maka diresa perlu untuk menyclenggarekan pengajaran cetike
kepada gonerasi muda, meskipan pengajaran etika itu mempunyai Kesulitan,
sebagaimana yang diungkapkan olch seorang filsuf besar bernamaSupriyono Purwosaputro, Sudut Pandang Etika-Moral Filsafat Ornasisme 3
Aristoteles telah menegaskan bahwa ctika scbaiknya tidak dipelajari oleh
orang muda, antara lain Karena mereka itu belum memiliki cukup
pengalaman hidap untuk menangkap dan menilai dengan semestinya
Jangkauan seria bobotnya masalah-masalah etis. Moskipun demikian
fgenerasi muda tetap merasa perlu diberikannya pengajaran etika, hal ini
dikarenakan dengan studi ctika diharapkan dapat membantu mereka agar
mereka dapat meningkatkan kesadaran moralnya dan menjedi lebih siep
untuk mengambil keputusan-keputusan etis yang tepat dan berbobot dalam
Kehidupannya.
Delam sejarah perkembangan filsafet terdapat banyak sistem etika
stau pandangan-pandangan tentang filsafat moral yang secara sistematis
memberikan uraian yang berbeda-beda tentang hakikat moralitas dan
perannye dalam kehidupan manusia. Sistem etika yang berbeda-beda itu
telah melahiskan pula pelbagai aliran dalam filsafat moral (ctika), beberapa
aliran tersebut secara singkat akan dijelaskan pada bagian berikut ini.
1, Hedonisme, menurut sistem etika ini ukuran baik dan buruk perbustan
manusia adalah tercapaiaya atau terpenuhinya Kebshagiaan dan
Kenikmatan yang merupakan tujuan hidup manusia itu sendiri.
Kebahagiaan dan Kenikmatan di sini lebih diartikan scbagei suatu
Keadaan hidup manusia yang tanpa menderita yang itu dapat dicapai
dengan kemampuan akal manusia. Hedonisme ini ada yang bercorak
hedonisme egoistik yang mengajarkan manusia untuk mencari dan
mengejar kebahagiaan/kenikmaten sebesar-besarnya untuk diri sendiri.
Disemping itu juga ada hedonisme yang bercorak universalistik yang
menggjarkan manusia dalam hidupnya untuk mencari dan berupaya
‘menciptakan kebahagisan/kenikmatan bagi segenap manusia atau bagi
sebanyak-banyaknya orang.
2. Budemonisme, yaitu suatu sistem etika yang mengajarkan bahwa makna
hidup manusia adalah kebahagiaan (cudaimonia), oleh karena itu
‘menurut sistem / aliran etika ini manusia yang susila adalah manusia
yang dalam hidupnya selalu bervseha menggapai kebahagiaan hidup
‘dengan menjalankan secara paling baik Kepiatan-kegialan yang
dilandasi rasionalnya dan keutamaan sikap. Bagi Aristoteles keutamaan
jtu ada dua macam, yeitu keutamaan intelektual yang menyempumskan
kerja rasio manusié, den keutamaan moral yang membimbing rasio
‘menjalanken pilthan-piliban yang perlu diadakan dalam hidup sehari-ns
MAJALAH ILMIAH LONTAR, AGUSTUS 2009, YOLUME 23, NOMOR3
hari, Jadi ukuran baik dan buruk perbuatan manusia menurut aliran etika
ini adalah usaha manusia mencapai kebahagiaan hidup dengan
menggunskan keutamaaa rasio yang dibimbing oleh keutamaan moral
Uiilitarisme, yang merupakan sistem etika yong menekanken bahwa
perbuatan manusia yang bak itu adalah perbatan yang ada manfaatnya
(utility) baik bagi diri sendiri maupun bagi sebanyak-banyaknya orang.
Oleh karena itu semua perbuatan manusia harus dierehkan pada
kemanfaatan hidup. John Stuart Mill dalam bukunya Utilitarianism
(1864) sebagai seorang tokch dari sistem ctika ini menegaskan bahwa :
“kemanfaatan adalah kebahagisan untuk jumlah manusia yang
sebanyak-banyaknya". Jadi baik-buruknya perbuatan manusia itu
menurut aliran ini dinkur dari segi kemanfaannya terutama yang
‘mendatangkan manfzat bagi sebanyak-banyakay umat manusia atau
masyarakat Juas, olch karena itu pengorbanan yang dilaukan oleh
seseorang dengan maksud memberikan manfaat bagi orang banyak atau
masyarakat luas adalah perbustan yang sangat bermoral.
Deontologi, tokoh dari sistem etika ini adalah seorang filsuf besar zaman
modem, yaitu Immanuel Kant. Menurut Kant perbuatan yong bisa
disebut baik dalam arti sesunggubnya hanyalah kebendak yang bail.
Kehendak yang baik itu muncul karena tindakan yang berdasarkan
perasean adanya kewajiban moral. Jadi mequrut sistem etika ini
perbuatan yang bermoral adalah perbuatan yang dilakukan Karena
semata-mata kewajiban. Menorut Kant suat pebuatan memiliki bobot
moral yang tinggi, jika perbuatan itu dilskukan semata-mata karena
hormat pada hukum moral atau kewajiban moral yang mewajibkan
begitu saja pada manusia pendukungnya, tanpa syarat tertentu.
Naturalisme, merupakan sistem etika yang mengajarkan bahwa
Kebabagisan manusia dapat dicapai dengan menuruti panggilan alam.
‘Menurut sistem etika ini perbuatan manusia yang baik dan bermoral itu
adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan panggilan alam atau
sesuai dengan keadaan alam dan perbuatan yang dapat menjamin
kelangsungan hidup, schingga perbuatan yang mengganggu atau bahkan
‘merusak alam dan oleh Karena itu mengancam kelangsungan hidup
manusia adalah perbuatan yang tercela atau perbuatan yang tidak
bermoral.Supriyono Purwoseputro, Sudut Pandang Etike-Moral Filsefet Ormasisme us
Perkeinbangan sistem pemikiran etika tidak lepas dari metode etika
‘yang digunakan oleh para Blsuf dalam membangun sistem etikanya, oleh
Karena itm muncul banyak metode filsafat dari masing-masing filsuf
tersebut. Meskipun demikian menurut Frans Magnis Suseno, ada suatu cara
pendekatan yang dituntut dalam semua aliran yang panias disebut etika,
jslah pendekatan kritis. Hal ini dikareaakan efika pada hakikatnya
mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran,
molainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, dan
pandangan-pandangan moral secara— ris, Btika _ menuntut
pertanggungjawaban dan mau menyingkapken kerancuan. Etika ‘tidak
nembiarkan pendagat-pendapat moral begitu saja, melainkan menuntut agar
pendarat-pendapat moral yang dikemukakan dipertanggungjawabkan secara
itis, Etika berusaha untuk menjemihkan permasalahan moral. (Frans
‘Magnis Suseno, 1987: 18).
FILSAFAT ORGANISME ALFRED NORTH WHITEHEAD
Korie intelektual Whitehead dapst digolongkan kedalam tiga period2
perkembangan, sebagaimana ditunjukan olch hasil kajian Victor Lowe yang
dikutip oleh Dr. J. Sudamminta dalam bukunya Filsafat Proves, sebuah
pengantar sistematik flsafat A.N. Whitehead. (1998).
Periode pertama (1891 — 1913), Whitehead lebih memusatkan perhatian
pade matematika dan logiks. Pada periode ini, ada tiga karya Whitehead
Yang patut dicetat, yaitu: Universal Algebra (1898), On Mathematical
Concept of the Material World (1905), dan Principia Mathematica (1910).
Periode Kedua (1914 — 1923), Whitehead Jebih mermusatkan perhatian
pada pengembangan filsafat ilmu alam. Karyanya antara lain: An Enquiry
Concerning The Principles of Natural Knowledge (1919), The Concept of
‘Nature (1920), The Principle of Retatifiy (1922).
Periode ketiga (1924 — 1947), Whitehead mengembangkan kesurgguhan
pemikiran filosofisnya dengan mencurahkan perhatiannya pada metaisika.
Karya termasyhurnya yang secara _sistematis menyajikan pemikiran
filsafatnya (filsafat proses/organisme) adalah Process and Reality (1929).
‘Whitchead dengan penuh ketekunan dan ketelitian menempuh proses
demi proses ke arah suatu kesatuan konjungtif, menyenglut Segala Yang116 -MAJALAH ILMIAHLONTAR, AGUSTUS 2009, FOLUME 25, NOMOR3
Ada, All in All. Relevansi filsafat Whitehead pada masa sekarang adalah
didukung oleh sikap optimisme ‘Whitehead yang dituangkannya dalam
ukunya Adventures of Ideas. berikut ini
Philosoplly should now perform its final service. It shold sick the
insigh, dim though it be, to ‘seape the wide wreckage of a race of being
Sensitive to values beyond those of mere animal enjoyment. (Whitehead,
11959: 163).
‘Aspek pemikiran metaisi yang menjadl pijakan pemikiran mengenai
persoalanetika dalam flsafat Whitehead berpjak pada ‘kandungan beberapa
Pengertian dasar yang dipakai untuk membangun sistem filcafat organisme-
ve Beberapa pengorian dacar dimaksud (disarikan dor J. Sudarminta,
1998: 36—46), yaitu =
ee Gatuan-savuan aktual (Actual Entities), merupakan kenyalsan dasar
sang membentuk segala sesuata yang ada Seti penjelasen nines
Yang srneetl didasarkan ata satuan aktwal segala sesuatu yang. ad
Teerupakan sesuaty sttan aktval ata paling tidak merupakn dorivasi
mera gatvan akiual. Satuan aktual ini merupakan prinsip ontologis
bagi Whitehead, Satan aktual sekaligus merupakan svt peristiwa
pengalaman atau ‘suatu proses: organis aktif mewujudkan diri (individu).
cere efiap satuan aktal berlak prinsip universal, yaitu prinsip DFOse”
Yang menyatakan bahwa hakikat setiap pengada (Being) ditentukan oleh
Yroses penciptaan mejadi dirinya, (who an actual emily becomes
Prose foe what ht actual entity 1S... “Being” is constited by is
“pecoming” ~ Whitcheed, 1979: 23).
Wiiutheet membedakan prinsip proses itu menjadi dua aspek: Yar
proses yang bersifat mikrokospis dan proses yang bersiat makrokospis.
Prose Jnikrokospis adalah proses ‘eubjektifitast (proses meajadl sate
roses aktua),Proses maksokospis adalah proses “cbjetiikas! (proses
Serubatan dari satvan aktual yang sudah mencapal Kepenvton adenya
Btau satisfaction menuju proses menjadi datum bagi munculnya satan
aktual baru). Disamping itu masih_ ada prinsip ‘universal lainnya, prinsip
seativitas bawa setiap pengada (being) adalah sua sumber 3638 (
a potential) untuk suatu proses “menjadi* (becoming) satu satuan aktual
baru. Prinsip-prinsip itulah yang mendasart filsafat organisme, dan oleh
karenanya Whiteheed ‘berpandangan bahwa Realitas bukanlah sesuatu
Jang stalis feta terus bergerak dan berubsls dalem euatu Poses evolusi