Anda di halaman 1dari 6

TRAUMA PADA PERMUKAAN (GIGITAN BINATANG)

A. PENDAHULUAN

Secara umum trauma adalah semua jenis kekerasan yang menimpa tubuh sehingga terjadi
kerusakan/gangguan pada struktur dan fungsi jaringan/organ tubuh yang terkena.

 Luka gigitan kejadian paling banyak yaitu anjing (95%)


 Paling sering dikenai yaitu : anak-anak dan perawat binatang
 Bagian yang paling sering terkena yaitu : ekstremitas
B. KLASIFIKASI
1. Gigitan binatang darat
 Hewan tersangka rabies : anjing, kucing, kera, dan hewan lain tersangka rabies
 Gigitan ular
 Gigitan serangga
2. Binatang laut
 Ubur-ubur dan jelatang
 Ikan hiu
 Ikan beracun
 Ikan pari
 Bulu babi
1.1 Pengertian Rabies

A. Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta
menyerang susunan saraf pusat. Hewan berdarah panas dan manusia. Rabies bersifat zoonosis
artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia dan menyebabkan kematian pada
manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%. Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang
terinfeksi dan disebarkan melalui luka gigitan atau jilatan.
B. Sejarah Rabies
Rabies merupakan penyakit hewan yang sangat terkenal, bahkan sudah
dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi. Prasasti rabies yang berisikan aturan
denda bagi pemilik anjing, yang positif rabies menggigit manusia hingga mati telah
dibuat pada zaman kekuasaan raja Hamurabi (2300 SM). Rabies pada anjing dan kucing
telah digambarkan oleh Democritus (500 SM) dan Aristoteles (322 SM), Celcus (100
tahun sesudah masehi) untuk pertama kalinya memperkenalkan hubungan antara
gejala takut air (hidrofobia) pada manusia dengan rabies pada hewan.

Di Indonesia rabies pertama kali dilaporkan pada kerbau oleh Esser (1884),
kemudian oleh Penning pada anjing (1889) dan oleh E.V. De Haan pada manusia (1894),
selanjutnya selama pendudukan Jepang situasi daerah tertular rabies tidak diketahui
dengan pasti, namun setelah Perang Dunia II peta rabies di Indonesia berubah. Secara
kronologis tahun kejadian penyakit rabies mulai di Jawa Barat (1948), Sumatera Barat,
Jawa Tengah dan Jawa Timur (1953), Sumatera Utara (1956), Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Utara (1958), Sumatera Selatan (1959), D.I. Aceh (1970), Jambi dan Yogyakarta
(1971), Bengkulu, DKI Jakarta dan Sulawesi Tenggara (1972), Kalimantan Timur (1974),
Riau (1975), Kalimantan Tengah (1978), Kalimantan Selatan (1983) dan P. Flores (1997).
Pada akhir tahun 1997, KLB (Kejadian Luar Biasa) rabies muncul di Kab. Flores
Timur-NTT sebagai akibat pemasukan secara ilegal anjing dari pulau Buton- Sulawesi
Tenggara yang merupakan daerah endemik rabies. Sampai dengan saat ini selain
beberapa provinsi di kawasan Timur Indonesia yang tersebut diatas pulau- pulau kecil
di sekeliling Pulau Sumatera masih dinyatakan bebas rabies.

C. Etiologi

Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdoviridae, genus
Lyssa. Virus berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk
kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong).
Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membran
selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan
(spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop)
terdapat kandungan lemak yang tinggi.
Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9 nm, dan
jarak antara spikes 4-5 nm. Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemak,
alkohol 70 %, yodium, fenol dan klorofrom. Virus dapat bertahan hidup selama 1
tahun dalam larutan gliserin 50 %. Pada suhu 600 C virus mati dalam waktu 1 jam dan
dalam penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40 C dapat tahan selama
bebarapa tahun.
Gambar C. Gambar Struktur Virus Rabies

D. Masa Inkubasi

Masa inkubasi rabies pada anjing 10 – 15 hari, dan pada hewan lain 3-6 minggu
kadang-kadang berlangsung sangat panjang 1-2 tahun. Masa inkubasi pada manusia yang
khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun
atau lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak dari pada dewasa. Kasus rabies manusia
dengan periode inkubasi yang panjang (2 sampai 7 tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang
terjadi.16
Masa inkubasi bisa tergantung pada umur pasien, latar belakang genetik, status
immun, strain virus yang terlibat, dan jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu
masuknya ke susunan saraf pusat.5 Masa inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan
virus dari luka sampai ke otak, pada gigitan dikaki masa inkubasi kira- kira 60 hari, pada
gigitan di tangan masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30
hari.

E. Gejala Klinis
Pada Hewan

Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium :

1. Stadium Prodromal

Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat berlangsung antara 2-3

hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya perubahan temperamen yang masih ringan.

Hewan mulai mencari tempat-tempat yang dingin/gelap, menyendiri, reflek kornea

berkurang, pupil melebar dan hewan terlihat acuh terhadap tuannya. Hewan menjadi

sangat perasa, mudah terkejut dan cepat berontak bila ada provokasi. Dalam keadaan

ini perubahan perilaku mulai diikuti oleh kenaikan suhu badan.


2. Stadium Eksitasi

Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap prodromal, bahkan dapat

berlangsung selama 3-7 hari. Hewan mulai garang, menyerang hewan lain ataupun

manusia yang dijumpai dan hipersalivasi. Dalam keadaan tidak ada provokasi

hewan menjadi murung terkesan lelah dan selalu tampak seperti ketakutan. Hewan

mengalami fotopobi atau takut melihat sinar sehingga bila ada cahaya akan bereaksi

secara berlebihan dan tampak ketakutan.

3. Stadium Paralisis.

Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat, sehingga sulit untuk dikenali

atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada kematian. Hewan mengalami

kesulitan menelan, suara parau, sempoyongan, akhirnya lumpuh dan mati.

F. Pada Manusia

Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium.

1. Stadium Prodromal

Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat adalah

perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar,

kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa

hari.

2. Stadium Sensoris

Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka

kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap

ransangan sensoris.

3. Stadium Eksitasi

Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala berupa

eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya,

tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang.
Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan.

Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi,

dan selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku kejang.

4. Stadium Paralis

Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang- kadang

ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang

bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang

memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan

G. Type Rabies Pada Anjing

a. Rabies Ganas

- Tidak menuruti lagi perintah pemilik.

- Air liur keluar berlebihan

- Hewan menjadi ganas, menyerang, atau menggit apa saja yang ditemui dan

ekor dilekungkan kebawah perut diantara dua paha.

- Kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari sejak timbul

atau paling lama 12 hari setelah penggigitan.

b. Rabies Tenang

- Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk.

- Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat.

- Kelumpuhan tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar

berlebihan.

- Kematian terjadi dalam waktu singkat.

Anda mungkin juga menyukai