Anda di halaman 1dari 14

BAB V

PELAKSANAAN KERJA PERPIPAAN

A. PENDAHULUAN
1. MAKSUD DAN TUJUAN
Sistem perpipaan yang dalam hal ini adalah sistem perpipaan air bersih dengan
sistem cara loope yang dikombinasikan dengan sistem cabang merupakan suatu
sistem yang penting untuk penyaluran air baku. Adanya sistem perpipaan sangat
penting dalam kehidupan manusia terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan air
bersih yang mana air merupakan kebutuhan vital manusia.
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum utilitas gedung dalam perangkaian
sistem perpipaan air bersih ini adalah sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa mengetahui cara menghitung kebutuhan panjang pipa yang
terdapat dalam sebuah sistem perpipaan baik air bersih maupun air kotor,
termasuk sambungan-sambungan pipa yang digunakan beserta alat-alat yang
digunakan untuk membuat sebuah sistem perpipaan,
2. Agar mahasiswa mengetahui dan dapat mempraktekkan cara menyambung
pipa yang baik dan benar serta efisien tanpa menyebabkan kebocoran pipa.

2. MANFAAT
Manfaat dari praktikum utilitas gedung ini adalah sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa dapat membuat perencanaan sistem penyediaan air bersih,
2. Bekal ketrampilan mahasiswa agar siap praktek di lapangan setelah lulus nanti,
3. Mahasiswa dapat menganalisa kebutuhan air dalam suatu bangunan,
4. Menentukan sistem perpipaan dalam suatu bangunan berdasarkan kondisi
bangunan.
B. KETENTUAN UMUM

1. SPESIFIKASI BAHAN
a. Jenis pipa : Pipa galvanis ½” dan ¾”
b. Jenis alat sambung : Elbow ¾” dan ½”
Tee ¾” dan ½”
Barel union ½”
Red socket ¾”
Reducing  ½” dan  ¾”
c. Kran air dengan ukuran : ½”

2. PERALATAN
1. Alat pemotong pipa.
2. Snek langsung  ½” dan  ¾”.
3. Ragum.
4. Oil can.
5. Kunci pipa.
6. Meteran.
7. Penggores.
8. Kikir.
9. Kunci inggris.
10. Alat penguji kebocoran (test pump)
11. Work bench.
12. Sealtape.
3. PELAKSANAAN
 Instalasi Pipa Tertutup
1) Memeriksa dan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Mengukur pipa yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan baik panjang
maupun diameternya. Pengukuran pipa bukan hanya berdasarkan panjang saja
tapi harus diperhatikan sambungan-sambungan yang digunakan. Apabila
digunakan sambungan pipa di tengah, maka panjangnya harus disesuaikan
agar didapatkan sesuai dengan perencanaan yang sudah ada.
3) Pemotongan pipa yang dilakukan di atas ragum sebagai penjepit batang pipa
yang akan dipotong agar tidak bergeser.
4) Setelah pemotongan pipa, dilakukan pengikiran pada ujung dan dalam pipa
agar menjadi halus.
5) Pekerjaan selanjutnya adalah pekerjaan pembuatan ulir. Sebelum melakukan
penguliran perlu ditetapkan terlebih dahulu panjang uliran yang dibutuhkan.
6) Masukkan pipa ke dalam snek langsung sesuai dengan diameternya, setelah
itu kunci alat pada arah berlawanan. Lakukan penguliran dengan hati-hati
sambil dipegang dan didorong ke arah dalam pipa. Selama melaksanakan
penguliran sesekali pipa yang sedang diulir diberi oli agar penguliran tidak
berat. Oli ini berfungsi untuk melicinkan antara mata ulir yang sedang
mengulir dengan permukaan pipa yang diulir.
7) Apabila pada waktu diulir sudah terasa berat berputarnnya, maka mata arah
uliran harus dibalik dahulu, ini dimaksudkan apabila ada serabut besi hasil
uliran yang menghalangi mata ulir pada waktu mengulir atau mata uliran ada
yang keluar dari mata ulir yang sudah ada. Apabila hal ini terus dilakukan
atau dipaksa maka uliran akan rusak dan akibatnya akan terjadi perubahan
bentuk pada pipa.
8) Merangkai pipa sesuai dengan rencana jaringan yang ada. Perangkaian pipa
dengan sambungan yang sudah direncanakan menggunakan kunci sesuai
dengan pipa yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan agar sambungan
benar-benar kuat dan kedap air sehingga pada waktu penyambungan perlu
digunakan sealtape.
9) Melakukan pengujian dengan menggunakan alat yang disebut dengan test
pump, alat ini digunakan untuk menguji apakah terjadi kebocoran pada
jaringan pipa tersebut atau tidak.
10) Apabila terjadi kebocoran maka sambungan pada tempat yang terjadi
kebocoran perlu dicek ulang atau bahkan disambung kembali dengan
menambah sealtape lebih banyak dan dikuatkan lagi sambungannya.

Keterangan :

1. Kran air Ø ½” : 1 buah


2. Elbow Ø ½” : 3 buah
3. Elbow Ø ¾” : 1 buah
4. Tee Ø ½” : 1 buah
5. Reducing Tee Ø ¾” – Ø ½” : 1 buah
6. Socket Ø ¾” : 1 buah
7. Socket Ø ½” : 3 buah
8. Watermur Ø ¾” : 1 buah
9. Reducing soket Ø ¾”- Ø ½ ” : 1 buah
10. Dobel Nipel Ø ½” : 1 buah
11. Seal Tape : 2 Roll
12. Pipa galvanis Ø ½” : 109 cm
13. Pipa galvanis Ø ¾” : 106 cm

4. PERHITUNGAN PANJANG PIPA


Menghitung panjang kebutuhan pipa pada tiap sambungan dapat dihitung dengan
rumus :

F=A–T

Keterangan :
F : faktor kelonggaran
A : as alat sambung ke muka alat sambung
T : panjang ulir
Tabel untuk menentukan faktor kelonggaran dan panjang ulir
Diameter pipa  A (mm) Panjang ulir T (mm)
½” 28 12

¾” 33 14

1” 38 17

1 ¼” 44 17

1 ½” 49 17

2” 57 19

2 ½” 68 23

3” 79 25

Hitungan Kebutuhan Panjang Pipa

1. Sambungan 1

a. Pipa dengan  ½”
Diketahui :

Elbow  ½” A = 28 mm

Socket  ½” T = 12 mm

Pipa  ½”

Ditanya : Panjang Pipa ?


Penyelesaian :

F1 =A-T

= 28 – 12

= 16 mm

F2 =A–T

= 28 – 12

= 16 mm

Panjang pipa sebenarnya = 250 – (F1 + F2)

= 250 – (16 +16)

= 250 – (32)

= 218 mm

= 21,8 cm

b. Pipa dengan  ¾”

Socket ¾”
A = 33 mm
Tee ¾” T = 14 mm

Pipa ¾”

Ditanya : Panjang Pipa ?

Penyelesaian :

F1 =A-T

= 33– 14

= 19 mm

F2 =A–T

= 33– 14

= 19 mm
Panjang pipa sebenarnya = 250 – (F1 + F2)

= 250 – (19+19)

= 250 – (38)

= 212 mm

= 21,2 cm

2. Sambungan 2

a. Pipa ¾”
Diketahui :

A = 33 mm
Tee ¾” T = 14 mm

Pipa ¾”

Ditanya : Panjang pipa sebenarnya ?

Penyelesaian :

F1 =A-T

= 33– 14

= 19 mm

F2 =A–T

= 33– 14

= 19 mm

Panjang pipa sebenarnya = 250 – (F1 + F2)

= 250 – (19+19)

= 250 – (38)

= 212 mm

= 21,2 cm
3. Sambungan 3

a. Pipa dengan ¾”

Diketahui :

Socket ¾”
A = 33 mm
Tee ¾” T = 14 mm

Pipa ¾”

Ditanya : Panjang Pipa ?

Penyelesaian :

F1 =A-T

= 33– 14

= 19 mm

F2 =A–T

= 33– 14

= 19 mm

Panjang pipa sebenarnya = 250 – (F1 + F2)

= 250 – (19+19)

= 250 – (38)

= 212 mm

= 21,2 cm
b. Pipa dengan ¾”

Diketahui :

Elbow ¾” A = 33 mm

Socket ¾” T = 14 mm

Pipa ¾”

Ditanya : Panjang Pipa ?

Penyelesaian :

F1 =A-T

= 33– 14

= 19 mm

F2 =A–T

= 33– 14

= 19 mm

Panjang pipa sebenarnya = 250 – (F1 + F2)

= 250 – (19+19)

= 250 – (38)

= 212 mm

= 21,2 cm
4. Sambungan 4
a. Pipa  ½”

25 cm

Elbow  ½” A = 28 mm

Socket  ½” T = 12 mm

Pipa  ½”

Ditanya : Panjang pipa sebenarnya ?

Penyelesaian :

F1 =A–T
= 28 - 12
= 16 mm
=1,6 cm
F2 =A–T
= 28 - 12
= 16 mm
=1,6 cm

Panjang pipa sebenarnya = 250 – (F1 +F 2)


= 250– (16 +16)
= 218 mm
= 21,8 cm
b. Pipa ¾”
Diketahui :
Elbow ¾”
A = 33 mm
Socket ¾” T = 14 mm

Pipa ¾”

Ditanya : Panjang Pipa ?

Penyelesaian :

F1 =A-T

= 33– 14

= 19 mm

F2 =A–T

= 33– 14

= 19 mm

Panjang pipa sebenarnya = 250 – (F1 + F2)

= 250 – (19+19)

= 250 – (38)

= 212 mm

= 21,2 cm

5. Sambungan 5

a. Pipa  ½”
Diketahui :

Tee  ½” A = 28 mm

Elbow  ½” T = 12 mm

Pipa  ½”

Ditanya : Panjang Pipa Sebenarnya ?


Penyelesaian :

F1 =A–T
= 28 - 12
= 16 mm
=1,6 cm
F2 =A–T
= 28 - 12
= 16 mm
=1,6 cm
Panjang pipa sebenarnya = 250 – (F1 +F 2 )
= 250– (16 +16)
= 218 mm
= 21,8 cm
b. Pipa  ½”
Diketahui :

Tee  ½” A = 28 mm

Elbow  ½” T = 12 mm

Pipa  ½”

Ditanya : Panjang Pipa Sebenarnya ?

Penyelesaian :

F1 =A–T
= 28 - 12
= 16 mm
=1,6 cm
F2 =A–T
= 28 - 12
= 16 mm
=1,6 cm
Panjang pipa sebenarnya = 250 – (F1 +F 2 )
= 250– (16 +16)
= 218 mm
= 21,8 cm
6. Sambungan 6
a. Pipa  ½”
Diketahui :

Tee  ½” A = 28 mm

Elbow  ½” T = 12 mm

Pipa  ½”

Kran air  ½”

Ditanya : Panjang Pipa Sebenarnya ?

Penyelesaian :

F1 =A–T
= 28 - 12
= 16 mm
=1,6 cm
F2 =A–T
= 28 - 12
= 16 mm
=1,6 cm

Panjang pipa sebenarnya = 250 – (F1 +F 2 )


= 250– (16 +16)
= 218 mm
= 21,8 cm

Anda mungkin juga menyukai