Anda di halaman 1dari 3

Latar belakang

Gula merupakan komoditi penting bagi masyarakat Indonesia bahkan bagi


masyarakat dunia. Manfaat gula sebagai sumber kalori bagi masyarakat selain dari beras,
jagung dan umbi-umbian menjadikan gula sebagai salah satu bahan makanan pokok.
Kebutuhan akan gula dari setiap negara tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok, tetapi
juga karena gula merupakan bahan pemanis utama yang digunakan sebagai bahan baku pada
industri makanan dan minuman. Peranan gula semakin penting disebabkan oleh belum
tersedianya bahan pemanis buatan yang mampu menggantikan keberadaan gula pasir
(Meireni, 2006: 13).

Kebutuhan gula nasional baik untuk konsumsi langsung rumah tangga maupun
industri terus meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pada tahun 2014
kebutuhan gula nasional mencapai 5,700 juta ton. Untuk memenuhi kebutuhan gula
tersebut diupayakan melalui Program Swasembada Gula Nasional. Secara kuantitatif
sasaran yang ingin diraih adalah tercapainya Swasembada Gula Nasional pada tahun 2014
dengan target produksi sebesar 3,571 juta ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).

Berdasarkan DGI (2007), perkembangan konsumsi nasional gula putih meningkat setiap
tahunnya, peningkatan konsumsi gula nasional ini tidak diikuti oleh kemampuan produksi
gula putih nasional yang tinggi pula. Yang berarti bahwa prinsip mengedepankan kese-
imbangan antara suply dengan kebutuhan dalam kebijakan impor masih jauh dari kenyataan

Menurut Dahlia (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula yaitu (1)
produksi gula dalam negeri, stok gula dalam negeri, konsumsi gula dalam negeri dan
produksi gula dalam negeri satu tahun sebelumnya, (2) harga gula lokal, kurs dolar terhadap
rupiah dan harga gula di pasar dunia. Produksi gula nasional lambat laun semakin menurun
dan pola konsumsi masyarakat terhadap gula semakin meningkat sehingga mendorong untuk
melakukan impor gula kepada negara lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula adalah (1)Trend Produksi dan impor
gula Indonesia pada masa yang akan datang semakin meningkat; (2) Faktor yang
mempengaruhi impor gula Indonesia dari permintaan adalah harga gula, kurs, konsumsi dan
pendapatan, volume impor tahun sebelumnya, sedangkan dari sisi penawaran adalah produksi
gula lokal, produksi gula tahun sebelumnya, dan persediaan (stok gula) dan (3) Elastisitas
impor pada variabel impor tahun sebelumnya, stok gula, konsumsi, dan harga gula dunia
terhadap volume impor gula bersifat inelastis, dan elastisitas impor pada variabel harga gula
internasional terhadap impor gula bersifat elastis.

Sampai saat ini peran gula sebagai pemanis masih didominasi oleh gula pasir
(sukrosa). Berdasarkan kenyataan tersebut, harus diusahakan alternatif bahan pemanis selain
gula pasir. Dewasa ini telah digunakan berbagai macam bahan pemanis alami dan sintesis
baik itu yang berkalori, rendah kalori, dan nonkalori yang dijadikan alternatif pengganti gula
pasir seperti siklamat, aspartam, stevia, dan gula hasil hidrolisis pati (Said, 1987).

Di tengah kondisi tingginya impor pemanis buatan tersebut, tanaman Stevia (Stevia
rebaudiana) memiliki peluang untuk mengisi kekurangan produksi gula sebagai pemanis
alami. Stevia mengandung stevioside yang merupakan bahan pemanis non tebu dengan
kelebihan tingkat kemanisan 200-300 kali dari gula tebu dan diperoleh dengan mengekstrak
daun stevia (Wuryantoro, 2014). Dengan demikian mungkin stevia bisa memberikan jalan
keluar bagi konsumen yang karena alasan apapun tidak mau atau tidak boleh makan gula
pasir / gula tebu, misalnya penderita diabetes, karena tentu saja gula stevia lebih aman
dibandingkan pemanis sintetis / buatan.Tanaman Stevia berasal dari Amerika Serikat,
terutama perbatasan Paraguay- Brazil- Argentina digunakan sebaagai campuran minuman teh
atau kopi. Di Indonesia Stevia mulai ditanam sejak tahun 1977 di Jawa barat dan Jawa
Tengah Rasa manis ini dihasilkan dari daun tanaman stevia tersebut yang disebabkan adanya
kandungan Glikoside dalam daun stevia tersebut. Glikoside ini merupakan suatu senyawa
yang terdiri dari gula dan bukan gula ( aglukon ) .Bila gulanya itu glukose maka glikoside
tersebut disebut Glukoside. Biasanya selain glukose ada Fruktose, ribose dan manose
(Ratnani, 2005).

Gula stevia dapat diperoleh secara ekstraksi dari daun stevia menggunakan metanol,
etanol, atau spiritus. Pelarut ini dikhawatirkan masih tersisa pada produk. Untuk itu dicari
pelarut polar yang lebih aman (Noor,2011).

Pemurnian gula stevia umumnya dilakukan menggunakan proses pertukaran ion,


kromatografi, fixed-bed reaktor menggunakan zeolite atau adsorben (Mantovaneli et al.,
2004). Sebelum pemurnian dilakukan, penghilangan ion perlu dilakukan menggunakan
pertukaran ion (Giovanetto, 1990). Proses tersebut cukup kompleks dan menggunakan
banyak bahan kimia dan menghasilkan residu, sehingga perlu dilakukan modifikasi proses
yang dapat mengurangi penggunaan bahan kimia dan residu. Proses membran filtrasi dapat
memisahkan kotoran bukan gula dari larutan stevia tanpa menggunakan bahan kimia.
Penggunaan umpan aliran diharapkan akan menekan efek fouling dan polarisasi konsentrasi
sehingga dapat meningkatkan fluksi.

Anda mungkin juga menyukai