Anda di halaman 1dari 6

2.

Teori Singkat
Desain pondasi, bendungan tanah, atau dinding penahan tidak dapat dibuat dengan
cara yang rasional dan memuaskan tanpa desainer paling tidak memiliki konsepsi akurat yang
dapat diterima dari sifat-sifat fisis tanah yang dihadapinya. Penyelidikan lapangan dan
laboratorium yang diperlukan untuk memperoleh informasi ini dinamakan eksplorasi tanah.
Sampai beberapa decade yang lalu, kegiatan eksplorasi tanah masih tetap belum
memadai karena metode-metode pengujian tanah yang rasional belum dikembangkan.
Sementara itu, pada saat ini jumlah pengujian tanah dan perbaikan-perbaikan teknik
pengujian tersebut sering kali diluar proposi yang berkaitan dengan nilain praktis yang
dihasilkan. Untuk menghindari keadaan ekstrim tersebut, perlulah disesuaikan program
eksplorasi dengan kondisi-kondisi tanah dan besarnya pekerjaan.
Jika pondasi dari suatu bangunan yang penting akan didirikan di atas lapisan lempung
yang agak homogeny, maka mungkin perlu dipertimbangkan pengadaan sejumlah besar
pengujian tanah yang dilakukan oleh teknisi-teknisi laboratorium yang ahli, karena hasil-hasil
pengujian tersebut memungkinkan kita menduga dengan cepat (secara relatif) besar dan laju
waktu penurunan. Berdasarkan dengan ini, kita dapat menghilangkan bencana akibat
perbedaan penurunan. Berdasarkan dengan ini, kita dapat menghilangkan bencana akibat
perbedaan penurunan (differential settlement) dengan cara yang cukup murah, yakni dengan
mendistribusikan beban secukupnya, atau dengan memperkirakna kedalaman yang cocok
bagi pondasi yang terletak diberbagai tempat disebelah bawah bangunan. Di lain hal, jika
bangunan yang sama akan dibuat di atas endapan yang tersusun atas kantong-kantong dan
lensa-lensa pasir, lempung, dan lanau, jumlah pengujian yang serupa akan menambah
informasi yang sangat sedikit yang dapat diperoleh hanya dengan menentukan sifat-sifat
indeks dari beberapa lusin contoh representative yang diambil dari lubang-lubang bor. Data-
data tambahan yang jauh lebih penting dari data-data yang didapat melalui pengujian
ekstensif tersebut bias diperoleh dalam waktu yang lebih singkat dan dengan biaya yang lebih
murah dengan melalukan sounding semacam itu dapat mengungkapkan tempat-tempat rawan
yang (sekalipun) daerah-daerah semacam itu lebih penting dari pada pengetahuan yang akurat
mengenai sifat-sifat contoh-contoh tanah yang acak.
Alinea di atas menerangkan bahwa, jika profil tanah kompleks, maka program
pengujian tanah yang terperinci nampaknya tidaklah tepat. Dengan demikian, metoda
eksplorasi tanah harus dipilih sesuai dengan tipe profil tanah yang dilapangan tempat
bangunan akan didirikan. Alinea-alinea berikut akan menguraikan karakteristik-karakteristik
penting dari tipe-tipe utama profil tanah yang bias dijumpai di lapangan.
Profil tanah (soill profile) adalah penampang vertical melalui lapisan-lapisan tanah di
bawah permukaan yang menunjukan ketebalan dan deretan lapisan-lapisan tanah yang
berbeda. Istilah lapisan tanah (stratum) diartikan sebagai lapisan tanah yang relative tertentu
yang berbatasan dengan lapisan-lapisan tanah lainnya sejajar, maka profil tanah dikatakan
sederhana (simple) dan teratur (regular). Jika batas-batas tersebut tertentu, nampaknya
menunjukan pola yang kurang lebih tidak teratur, maka profil tanah tersebut disebut tak
menentu / eratik (erratik).
Sampai kedalaman kira-kira 6 kaki dari permukaan tanah,dan kadang-kadang lebih
dalam lagi, sifat-sifat fisis tanah dipengaruhi oleh perubahan-perubahan musiman dari
kelembaban dan temperatur serta oleh unsur-unsur biologis seperti akar, cacing, dan bakteri.
Bagian sebelah atas dari daerah ini disebut horison-A. Daerah ini terutama dipengaruhi oleh
efek-efek mekanik akibat pelapukan dan hilangnya beberapa unsur penyusun tanah akibat
proses pelapukan (leaching), bagian sebelah bawah dinamakan horison-B, tempat diendapkan
dan diakumulasikan bahan-bahan yang dihanyutkan dari horison A.
Sifat-sifat tanah dalam horison-A dan B terutama merupakan perhatian para
agronomis dan pembuat jalan. Engineer pondasi dan bangunan tanah terutama tertarik pada
lapisan tanah di bawahnya. Di bawah horison-B karakter tanah hanya ditentukan oleh bahan-
bahan kasar pembentuknya, metoda pengendapannya, dan oleh peristiwa-peristiwa geologi
selanjutnya. Lapisan tanah yang membentuk profil tanah di bawah horison-B mungkin agak
homogen atau mungkin terdiri atas elemen-elemen yang lebih kecil yang sifat-sifatnya agak
merata.

1.3. Peralatan
 Mesin sondir dengan berat 2 ton
 Manometer 2 buah dengan kapasitas 0 – 50 kg/cm2 dan 0 – 250 kg/cm2
 Konus dan bikonus
 1 set angker
 Seperangkat batang sondir
 Kunci pipa, oli dan minyak hidrolik

1.4. Prosedur Percobaan


a. Bersihkan tempat yang akan dilakukan percobaan Sondir dari rumput-rumput atau kotoran
sehingga permukaan tanah menjadi rata.
b. Pasang jangkar sesuai dengan kaki sondir.
c. Jepit kaki sondir pada jangkar lalu atur posisi sondir agak tegak lurus menggunakan
waterpass.
d. Kamar destilasi diisi dengan oli sampai penuh dan harus bebas dari gelembung udara.
e. Pasang patent konus/bikonus pada drat stang berikut stang di dalamnya. Tempatkan stang
sondir tersebut pada lubang pemusat pada kaki sondir tepat di bawah ruang oli. Pasang kop
penekan lalu putarlah engkol sampai menyentuh ujung atas stang sondir.
f. Tiang sondir diberi tanda tiap 20 cm dengan menggunakan spidol.
g. Engkol pemutar kembali diputar sehingga patent konus/bikonus masuk ke dalam tanah.
Setelah kedalaman 20 cm, engkol pemutar diputar sedikit dengan arah berlawanan. Traker
ditarik ke depan dalam posisi lubang bulat.
h. Buka kran yang menuju manometer.
i. Engkol pemutar diputar kembali sehingga stang dalam tertekan ke dalam tanah dengan
kecepatan 2 cm/dt. Stang dalam akan menekan piston lalu akan menekan oli di dalamnya.
Tekanan yang terjadi akan menekan manometer. Patent konus akan mengukur tahanan ujung
konus (qc).
j. Tekan stang catat angka yang ditunjukkan manometer, teruskan penekanan sampai jarum
manometer bergerak untuk kedua kalinya.
k. Putar kembali engkol pemutar berlawanan arah. Lakukan penekanan kembali sejarak 20 cm
berikutnya.
l. Setelah mencapai kedalaman 1 meter, stang sondir disambung. Naikan piston penekan
supaya sondir berikutnya bias disambungkan, gunakan kunci pipa untuk mengencangkan.
m. Setelah mencapai kedalaman tanah keras, (tekanan konus lebih dari 150kg/cm2), percobaan
dihentikan.

Cara Kerja Bikonus


 Penetrasi pertama-tama akan menggerakkan ujung konus ke bawah sedalam 4 cm.
 Baca manometer yang menunjukkan perlawanan ujung (perlawanan konus).
 Penekanan selanjutnya pada batang dalam akan menggerakkan konus beserta selubung
sedalam 8 cm.
 Baca manometer yang menunjukkan jumlah perlawanan hambatan yaitu Perlawanan Konus
(HK) dan Hambatan Pelekat (HL).
 Setelah tegangan mencapai 150kg/cm2 , maka percobaan selesai dan batang-batang sondir
dicabut kembali dengan hati-hati dan tiap batang dikeluarkan, sedang batang yang masih
tertanam di dalam tanah harus dipegang dengan kunci agar tidak terlepas.
 Setelah batang-batang seluruhnya diangkat, maka alat sondir dapat dipindahkan dan angker
dapat dicabut kembali.
.5. Analisa Data
Diketahui :
(Sample data sondir pada kedalaman 1.20 m)
 Hambatan konus (HK) : 30 kg/cm2
 Hambatan Pelekat (HK + HP) : 32 kg/cm2
Penyelesaian :
 Menghitung Hambatan Pelekat (HP)
HP = (HK + HP) - HK
= 32 - 30
= 2 kg/cm2 .
 Menghitung Jumlah Hambatan Setempat (JHS) tiap 20 cm

JHS = HP x

Dimana :
A : tahap pembacaan tiap 20 cm

B : factor kalibrasi alat = = 10

JHS = 2 x = 4 kg/cm

 Jumlah Hambatan Pelekat (JHP)


JHP = -24 kg/cm (komulatif dari JHS)
 Hambatan Setempat (HS)

HS = atau ;

= = = 0,2 kg/cm
@ Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel.
PERHITUNGAN:
- Hambatan Lekat (HL)
HL = (JP-PK) x A/B
Dimana :
JP = Jumlah Perlawanan Konus dan Hambatan Lekat (px2)
PK = Perlawanan Penetrasi Konus (px1)
A = Interval Pembacaan 20 cm
B = Faktor Alat = L Konus/L torak= 10 cm
- Jumlah Hambatan Lekat
JHLi = Z HL
Dimana :
i = Kedalaman Lapisan Yang Ditinjau
Z= Zigma
E. Contoh Data dan Hasil Perhitungan
Tabel hasil perhitungan sondir.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kedalaman Perlawanan Jumlah Perlawanan Hambatan JHP Hambatan
(cm) Konus Perlawanan Gesek Pelekat Setempat
(kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²)
(3)-(2) (4)x2 (5) (4)/10
0 0 0 0 0 0 0
0,2 10 20 10 20 20 1
0,4 14 28 14 28 48 1,4
0,6 14 28 14 28 76 1,4
0,8 18 32 14 28 104 1,4
1,0 20 30 10 20 124 1
1,2 30 40 10 20 144 1
1,4 20 30 10 20 164 1
1,6 20 30 10 20 184 1
1,8 60 70 10 20 204 1
2,0 100 140 40 80 284 4
1.6. Kesimpulan dan Diskusis
A. Kesimpulan
 Berdasarkan hasil sondir yang telah dilaksanakan, di peroleh data :
a. Tanah keras pada kedalaman -6,80 meter dari permukaan tanah.
b. Jumlah hambatan konus pada kedalaman tersebut di atas 115 kg/cm2 .
c. Jumlah hambatan pelekat 178 kg/cm.
d. Hambatan setempat 1 kg/cm

B. Diskusi
 Hati-hati pada saat melakukan penyambungan batang sondir, begitu pula pada saat
pengangkatan pipa sondir.
 Cermati dengan teliti penunjukan manometer pada saat dilaksanakan penyondiran.
 Dengan data sondir yang diperoleh dilapangan, dapat digabungkan dengan penyelidikan tanah
yang lainnya (Pengujian Boring) sehingga dapat merencanakan suatu bentuk pondasi yang
diinginkan dengan hasil yang meyakinkan.
 Penyondiran hanya dapat dilakukan pada tanah yang berbutir halus seperti lempung, lanau,
sedangkakn untuk tanah yang berbatu-batuan tidak cocok dilaksanakan karena hasilnya dapat
meragukan.

Anda mungkin juga menyukai