Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE)/

GAGAL JANTUNG KONGESTIF

A. Anatomi Jantung

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya
di atas dan puncaknya di bawah. Apeks nya (puncak) miring ke sebelah kiri.
Jantung berada di dalam thorak, antara kedua paru-paru dan dibelakang sternum,
dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan. Ukuran jantung kira-kira sebesar
kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220-260 gram. Jantung terbagi oleh
sebuah septum atau sekat menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan.

Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian
kanan dan kiri jantung masing masing memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang
mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah.
Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada
jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar.

Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan


membersihkan tubuh dari hasil metabolism (karbondioksida). Jantung melaksanakan
fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh
tubuh dan memompanya ke dalam paru- paru, dimana darah akan mengambil oksigen
dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya
oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

B. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung
(dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh
atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu
memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah
tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons
dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam
beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh
klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2007).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi
jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke
jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit Ardini
2007).

C. Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas: (Mansjoer dan Triyanti, 2007)
kelas 1 Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
kelas 2 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas sehari-
hari tanpa keluhan.
kelas 3 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
kelas 4 Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah
baring.

D. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia
kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect
(ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut

E. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat
dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac
output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV:
Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah
yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi,
yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling
pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding
langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung);
(2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan
untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan
arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik
pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang
akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan
tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan
waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi
dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik
tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke
kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan
meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau
edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan
arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan
humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi
miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah
sentral yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini
dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu
tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat
memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan
peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer.
Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika
aktivasi ini sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan.
Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal
dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium
dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan
peningkatan resistensi vaskuler perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel
kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin
dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada
gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan
atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan
vasodilator.
F. Manifestasi klinik
1. Peningkatan volume intravaskular.
2. Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya
curah jantung.
3. Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang menyebabkan
cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli; dimanifestasikan dengan batuk dan
nafas pendek.
4. Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan tekanan vena
sistemik.
5. Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung terhadap
latihan dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat perfusi darah dari
jantung ke jaringan dan organ yang rendah.
6. Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume
intravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin ginjal).
Sumber: Niken Jayanthi (2010)

G. Studi Diagnostik CHF


1. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia vera
2. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa
baik metabolik maupun respiratorik.
4. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang merupakan
resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan
5. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit adrenal
6. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
7. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi
hepar atau ginjal
8. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
9. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang jantung,
hipertropi ventrikel
10. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan
kemampuan kontraksi.
11. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
Sumber: Wajan Juni Udjianti (2010)

H. Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah:


Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi oksigen
dengan pembatasan aktivitas.
Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan
vasodilator.

Penatalaksanaan Medis
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi
O2 melalui istirahat/ pembatasan aktifitas
2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema, dan
aritmia.
Digitalisasi
a. Dosis digitalis
Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama 24 jam
dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam
Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
b. Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk pasien
usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
c. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
d. Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat:
Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan.
Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan.
Terapi Lain:
1. Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup
jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau
intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
2. Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
3. Posisi setengah duduk.
4. Oksigenasi (2-3 liter/menit).
5. Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk
mencegah, mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal
jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1 gr pada
gagal jantung berat. Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter
pada gagal jantung ringan.
6. Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila
pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani
dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5
kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal
pada gagal jantung ringan atau sedang.
7. Hentikan rokok dan alkohol
8. Revaskularisasi koroner
9. Transplantasi jantung
10. Kardoimioplasti

PROSES KEPERAWATAN

I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
a. Airways
a) Sumbatan atau penumpukan sekret
b) Wheezing atau krekles
b. Breathing
a) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c) Ronchi, krekles
d) Ekspansi dada tidak penuh
e) Penggunaan otot bantu nafa
c. Circulation
a) Nadi lemah , tidak teratur
b) Takikardi
c) TD meningkat / menurun
d) Edema
e) Gelisah
f) Akral dingin
g) Kulit pucat, sianosis
h) Output urine menurun

Pengkajian Sekunder
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat
beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes melitus,
bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung, steroid, jumlah
cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang merupakan faktor
pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.

Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas,
nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial
presure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales, wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang
kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna kulit
pucat, dan pitting edema.

J. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan
frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
2. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan volume paru
3. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan,
asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
4. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
5. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan
natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal
6. Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam
lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
7. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan yang
dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul dan
perubahan gaya hidup
K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa
No Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Penurunan curah NOC : Cardiac Care


jantung b/d respon Cardiac Pump effectiveness  Evaluasi adanya nyeri
fisiologis otot jantung, Circulation Status dada (
peningkatan frekuensi, Vital Sign Status intensitas,lokasi,
dilatasi, hipertrofi atau Kriteria Hasil: durasi)
peningkatan isi  Tanda Vital dalam  catat adanya disritmia
sekuncup rentang normal jantung
(Tekanan darah, Nadi,  Catat adanya tanda
respirasi) dan gejala penurunan
 Dapat mentoleransi cardiac putput
aktivitas, tidak ada  monitor status
kelelahan kardiovaskule
 Tidak ada edema paru,  Monitor status
perifer, dan tidak ada pernafasan yang
asites menandakan gagal
 Tidak ada penurunan jantung
kesadaran  monitor abdomen
sebagai indicator
penurunan perfusi
 onitor balance cairan
 monitor adanya
perubahan tekanan
darah
 Monitor respon
pasien terhadap efek
pengobatan
antiaritmia
 Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari
kelelahan
 onitor toleransi
aktivitas pasien
 monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
 njurkan untuk
menurunkan stress
Vital Sign Monitoringm
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdirI
 Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
 onitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari
nadi
 Monitor adanya
pulsus paradoksus
dan pulsus alterans
 Monitor jumlah dan
irama jantung dan
monitor bunyi jantung
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru,
pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Dentifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

2 Pola Nafas tidak efektif NOC NIC


Respiratory status : Ventilation
Definisi : Pertukaran Respiratory status : Airway
udara inspirasi patency  Posisikan pasien untuk
dan/atau ekspirasi tidak Vital sign Status memaksimalkan ventilasi
adekuat  Pasang mayo bila perlu
Setelah dilakukan tindakan  Lakukan fisioterapi dada
Faktor yang keperawatan selama…. Pasien jika perlu
berhubungan : menunjukan keefektifan pola  Keluarkan sekret dengan
- Hiperventilasi napas, dibuktikan dengan : batuk atau suction
- Penurunan  Auskultasi suara nafas,
energi/kelelahan catat adanya suara
- Kriteria Hasil : tambahan
Perusakan/pelem  Mendemonstrasikan  Berikan bronkodilator
ahan muskuloskletal batuk efektif dan suara ……….
- Obesitas nafas yang bersih, tidak  Berikan pelembab udara
- Kelelahan otot ada sianosis dan Kassa basah NaCl
pernafasan dyspneu (mampu Lembab
- Hipoventilasi mengeluarkan sputum,  Atur intake untuk cairan
sindrom mampu bernafas dengan mengoptimalkan
- Nyeri mudah, tidak ada pursed keseimbangan.
- Kecemasan lips)
 Monitor respirasi dan
- Disfungsi  Menunjukkan jalan status O2
Neuromuskuler nafas yang paten (klien
 Bersihkan mulut, hidung
- Injuri tulang tidak merasa tercekik, dan secret trakea
belakang irama nafas, frekuensi
 Pertahankan jalan nafas
pernafasan dalam
yang paten
rentang normal, tidak
ada suara nafas  Observasi adanya tanda
DS: tanda hipoventilasi
abnormal)
 Monitor adanya
- Dyspnea  tanda Tanda vital dalam
- Nafas pendek kecemasan pasien
rentang normal (tekanan
terhadap oksigenasi
darah, nadi, pernafasan)
DO:  Monitor vital sign
- - Penurunan tekanan  Informasikan pada pasien
inspirasi/ekspirasi dan keluarga tentang
- -Penurunan pertukaran teknik relaksasi untuk
udara permenit memperbaiki pola nafas
- - Menggunakan otot  Ajarkan bagaimana batuk
pernafasan secara efektif
tambahan  Monitor pola nafas
- Orthopnea
- - Pernafasan
pursed-lip
- Tahap ekspirasi
berlangsung
sangat lama
- - Penurunan
kapasitas vital
respirasi < 11-
24x/menit

3 Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :


efektif b/d menurunnya Circulation status Peripheral Sensation
curah jantung, Tissue Prefusion : cerebral Management (Manajemen
hipoksemia jaringan, Kriteria Hasil : sensasi perifer)
asidosis dan  mendemonstrasikan  Monitor adanya
kemungkinan status sirkulasi daerah tertentu yang
thrombus atau emboli  Tekanan systole hanya peka terhadap
dandiastole dalam panas/dingin/tajam/tu
Definisi : rentang yang diharapkan mpu
Penurunan pemberian  Tidak ada  Monitor adanya
oksigen dalam ortostatikhipertens paretese
kegagalan memberi  Tidak ada tanda tanda  Instruksikan keluarga
makan jaringan pada peningkatan tekanan untuk mengobservasi
tingkat kapiler intrakranial (tidak lebih kulit jika ada lsi atau
dari 15 mmHg) laseras
Batasan karakteristik :  mendemonstrasikan  gunakan sarun tangan
Renal kemampuan kognitif untuk proteks
- Perubahan tekanan yang ditandai dengan:  Batasi gerakan pada
darah di luar batas  berkomunikasi dengan kepala, leher dan
parameter jelas dan sesuai dengan punggun
- Hematuria kemampuan  Monitor kemampuan
- Oliguri/anuria
 menunjukkan perhatian, BA
- Elevasi/penurunan konsentrasi dan orientas  Kolaborasi pemberian
BUN/rasio kreatinin
 memproses informasi analgetik
Gastro Intestinal
 membuat keputusan  Monitor adanya
- Secara usus
dengan benar tromboplebitis
hipoaktif atau tidak ada
 menunjukkan fungsi  Diskusikan menganai
- Nausea
sensori motori cranial penyebab perubahan
- Distensi abdomen
yang utuh : tingkat sensasi
- Nyeri abdomen atau
tidak terasa lunak kesadaran mambaik,
(tenderness) tidak ada gerakan
Peripheral gerakan involunter
- Edema
- Tanda Homan
positif
- Perubahan
karakteristik kulit
(rambut, kuku,
air/kelembaban)
- Denyut nadi lemah
atau tidak ada
- Diskolorisasi kulit
- Perubahan suhu
kulit
- Perubahan sensasi
- Kebiru-biruan

- Perubahan tekanan
darah di ekstremitas
- Bruit
- Terlambat sembuh
- Pulsasi arterial
berkurang
- Warna kulit pucat
pada elevasi, warna
tidak kembali pada
penurunan kaki
Cerebral
- Abnormalitas bicara
- Kelemahan
ekstremitas atau paralis
- Perubahan status
mental
- Perubahan pada
respon motorik
- Perubahan reaksi
pupil
- Kesulitan untuk
menelan
- Perubahan
kebiasaan
Kardiopulmonar
- Perubahan frekuensi
respirasi di luar
batasparameter
- Penggunaan otot
pernafasan tambahan
- Balikkan kapiler > 3
detik (Capillary refill)
- Abnormal gas darah
arteri
- Perasaan
”Impending Doom”
(Takdir terancam)
- Bronkospasme
- Dyspnea
- Aritmia
- Hidung kemerahan
- Retraksi dada
- Nyeri dada

Faktor-faktor yang
berhubungan :
- Hipovolemia
- Hipervolemia
- Aliran arteri
terputus
- Exchange problems
- Aliran vena
terputus
- Hipoventilasi
- Reduksi mekanik
pada vena dan atau
aliran darah arteri
- Kerusakan transport
oksigen melalui
alveolar dan atau
membran kapiler
- Tidak sebanding
antara ventilasi dengan
aliran darah
- Keracunan enzim
- Perubahan
afinitas/ikatan O2
dengan Hb
- Penurunan
konsentrasi Hb dalam
darah
4 Gangguan pertukaran NOC : NIC :
gas b/d kongesti paru, Respiratory Status : Gas
hipertensi exchange
pulmonal, Airway Management
Respiratory Status : ventilation
penurunan perifer yang
Vital Sign Status  Buka jalan nafas,
mengakibatkan Kriteria Hasil : guanakan teknik chin lift
asidosis laktat dan  Mendemonstrasikan atau jaw thrust bila perlu
penurunan curah peningkatan ventilasi  Posisikan pasien untuk
jantung. dan oksigenasi yang memaksimalkan ventilasi
adekuat  Identifikasi pasien
Definisi : Kelebihan  Memelihara kebersihan perlunya pemasangan alat
atau kekurangan dalam paru paru dan bebas dari jalan nafas buatan
oksigenasi dan atau tanda tanda distress  Pasang mayo bila perlu
pengeluaran pernafasan  Lakukan fisioterapi dada
karbondioksida di  Mendemonstrasikan batuk jika perlu
dalam membran efektif dan suara nafas  Keluarkan sekret dengan
kapiler alveoli yang bersih, tidak ada batuk atau suction
sianosis dan dyspneu  Auskultasi suara nafas,
Batasan karakteristik : (mampu mengeluarkan catat adanya suara
- Gangguan sputum, mampu tambahan
penglihatan bernafas dengan mudah,  Lakukan suction pada
- Penurunan CO2 tidak ada pursed lips) mayo
- Takikardi  Tanda tanda vital dalam  Berika bronkodilator bilA
- Hiperkapnia rentang normal perlu
- Keletihan
 Barikan pelembab udara
- somnolen
 Atur intake untuk cairan
- Iritabilitas
mengoptimalkan
- Hypoxia
keseimbangan.
- kebingungan
 Monitor respirasi dan
- Dyspnoe
status O2
- nasal faring
- AGD Normal
- sianosis
- warna kulit Respiratory Monitoring
abnormal (pucat,
kehitaman)  Monitor rata – rata,
- Hipoksemia kedalaman, irama dan
- hiperkarbia usaha respirasi
- sakit kepala ketika  Catat pergerakan
bangun dada,amati kesimetrisan,
- frekuensi dan penggunaan otot
kedalaman nafas tambahan, retraksi otot
abnormal supraclavicular dan
Faktor faktor yang intercostal
berhubungan :  Monitor suara nafas,
- ketidakseimbangan seperti dengkur
perfusi ventilasi  Monitor pola nafas :
- perubahan membran bradipena, takipenia,
kapiler-alveolar kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan otot
diagfragma ( gerakan
paradoksis )
 Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
 Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama
 Askultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

AcidBase Managemen

 Monitor IV line
 Pertahankan jalan
nafas pate
 Monitor AGD,
tingkat elektrolit
 Monitor status
hemodinamik(CVP,
MAP, PAP
 Monitor adanya tanda
tanda gagal nafas
 Monitor pola respiras
 Lakukan terapi oksige
 Monitor status
neurologi
 ingkatkan oral
hygiene

5 Kelebihan volume NOC : Fluid management


cairan b/d Electrolit and acid base balance  Pertahankan catatan
berkurangnya curah Fluid balance intake dan output yang
jantung, retensi cairan akurat
dan natrium oleh Kriteria Hasil:  pasang urin kateter jika
ginjal, hipoperfusi ke  Terbebas dari edema, efusi, diperlukan
jaringan perifer dan anaska  Monitor hasil lAb yang
hipertensi pulmonal  Bunyi nafas bersih, tidak sesuai dengan retensi
ada dyspneu/ortopneu cairan (BUN , Hmt ,
Definisi : Retensi  Terbebas dari distensi vena osmolalitas urin )
cairan isotomik jugularis, reflek  Monitor status
meningkat hepatojugular (+) hemodinamik termasuk
Batasan karakteristik :  Memelihara tekanan vena CVP, MAP, PAP, dan
- Berat badan
meningkat pada waktu sentral, tekanan kapiler PCWP
yang singkat paru, output jantung dan  Monitor vital sign
- Asupan berlebihan vital sign dalam batas  Monitor indikasi retensi /
dibanding output normal kelebihan cairan (cracles,
- Tekanan darah  Terbebas dari kelelahan, CVP , edema, distensi
berubah, tekanan arteri kecemasan atau vena leher, asites)
pulmonalis berubah, kebingungan  Kaji lokasi dan luas
peningkatan CVP  Menjelaskanindikator edema
- Distensi vena kelebihan cairan  Monitor masukan
jugularis makanan / cairan dan
- Perubahan pada pola hitung intake kalori
nafas, dyspnoe/sesak harian
nafas, orthopnoe, suara  Monitor status nutris
nafas abnormal (Rales  Berikan diuretik sesuai
atau crakles), interuksi
kongestikemacetan
 Batasi masukan cairan
paru, pleural effusion pada keadaan
- Hb dan hematokrit hiponatrermi dilusi
menurun, perubahan dengan serum Na < 130
elektrolit, khususnya mEq/l
perubahan berat jenis
 Kolaborasi dokter jika
- Suara jantung SIII
tanda cairan berlebih
- Reflek hepatojugular
muncul memburuk
positif
Fluid Monitoring
- Oliguria, azotemia
 Tentukan riwayat
- Perubahan status
jumlah dan tipe intake
mental, kegelisahan,
cairan dan eliminasi
kecemasan
 Tentukan
Faktor-faktor yang kemungkinan faktor
berhubungan : resiko dari ketidak
- Mekanisme pengaturan seimbangan cairan
melemah (Hipertermia, terapi
- Asupan cairan berlebihan diuretik, kelainan
- Asupan natrium berlebihan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi
hati, dll )
 onitor serum dan
elektrolit urin
 Monitor serum dan
osmilalitas urine
 Monitor BP, HR, dan
RR
 Monitor tekanan
darah orthostatik dan
perubahan irama
jantung
 Monitor parameter
hemodinamik infasif
 Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan
penambahan BB
 Monitor tanda dan
gejala dari odema

6 Cemas b/d penyakit NOC : NIC :


kritis, takut kematian Anxiety control Anxiety Reduction
atau kecacatan, Coping (penurunan kecemasan)
perubahan peran dalam Impulse control  Gunakan pendekatan
lingkungan social atau Kriteria Hasil : yang menenangkan
ketidakmampuan yang  Klien mampu  Nyatakan dengan
permanen. mengidentifikasi dan jelas harapan terhadap
mengungkapkan gejala pelaku pasien
Definisi : cemas  Pelaskan semua
Perasaan gelisah yang  Mengidentifikasi, prosedur dan apa
tak jelas dari mengungkapkan dan yang dirasakan
ketidaknyamanan atau menunjukkan tehnik untuk selama prosedur
ketakutan yang disertai mengontol cemas  Pahami prespektif
respon autonom  Vital sign dalam batas pasien terhdap situasi
(sumner tidak spesifik normal stres
atau tidak diketahui  Postur tubuh, ekspresi  Temani pasien untuk
oleh individu); wajah, bahasa tubuh dan memberikan
perasaan keprihatinan tingkat aktivitas keamanan dan
disebabkan dari menunjukkan berkurangnya mengurangi takut
antisipasi terhadap kecemasan  Berikan informasi
bahaya. Sinyal ini faktual mengenai
merupakan peringatan diagnosis, tindakan
adanya ancaman yang prognosis
akan datang dan
 Dorong keluarga
memungkinkan
untuk menemani anak
individu untuk
 Lakukan back / neck
mengambil langkah
ru
untuk menyetujui
terhadap tindakan  Dengarkan dengan
penuh perhatian
Ditandai dengan
Gelisah  dentifikasi tingkat
Insomnia kecemasan
Resah  Bantu pasien
Ketakutan mengenal situasi yang
Sedih menimbulkan
Fokus pada diri kecemasan
Kekhawatiran  Dorong pasien untuk
Cemas mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
 Barikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

7 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


b/d keterbatasan Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
pengetahuan Kowledge : health Behavior  Berikan penilaian
penyakitnya, tindakan Kriteria Hasil : tentang tingkat
yang dilakukan, obat  Pasien dan keluarga pengetahuan pasien
obatan yang diberikan, menyatakan pemahaman tentang proses
komplikasi yang tentang penyakit, kondisi, penyakit yang
mungkin muncul dan prognosis dan program spesifik
perubahan gaya hidup pengobatan  elaskan patofisiologi
 Pasien dan keluarga mampu dari penyakit dan
Definisi : melaksanakan prosedur bagaimana hal ini
Tidak adanya atau yang dijelaskan secara benar berhubungan dengan
kurangnya informasi  Pasien dan keluarga mampu anatomi dan fisiologi,
kognitif sehubungan menjelaskan kembali apa dengan cara yang
dengan topic spesifik. yang dijelaskan perawat/tim tepat.
kesehatan lainnya.  Gambarkan tanda dan
Batasan karakteristik : gejala yang biasa
memverbalisasikan muncul pada
adanya masalah, penyakit, dengan cara
ketidakakuratan yang tepat
mengikuti instruksi,  Gambarkan proses
perilaku tidak sesuai. penyakit, dengan cara
yang tepat
Faktor yang  Identifikasi
berhubungan : kemungkinan
keterbatasan kognitif, penyebab, dengna
interpretasi terhadap cara yang tepat
informasi yang salah,  Sediakan informasi
kurangnya keinginan pada pasien tentang
untuk mencari kondisi, dengan cara
informasi, tidak yang tepat
mengetahui sumber-  hindari harapan yang
sumber informasi. kosong
 Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat
 Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan
penyakit
 Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang
tepat
 Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia
Lanjut dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember
2006. Semarang: UNDIP
Jayanti, N. 2010. Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/
(diakses pada 6 Februari 2012)
Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., Iet all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

Anda mungkin juga menyukai