Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu upaya untuk mengatasi masalah
penyakit menular maupun penyakit tidak menular, mengurangi kesakitan, mencegah
kematian, penyembuhan penderita dan mencegah terjadinya peningkatan penyakit, salah
satunya adalah penyakit tidak menular termasuk penyakit hipertensi
Perubahan pola hidup dan pola makan akibat adanya perbaikan tingkat ekonomi
membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif, salah satunya
hipertensi. Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah diatas nilai normal (tekanan darah ≥140/90 mmHg) (Kemenkes
RI, 2009). Penyakit ini dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup seseorang, sering disebut
sebagai the killer disease karena merupakan penyakit pembunuh, dimana penderita tidak
mengetahui dirinya mengidap hipertensi sehingga penderita datang berobat setelah timbul
kelainan organ akibat hipertensi. Menurut Muljadi (2008) hipertensi merupakan faktor
resiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian karena penderita hipertensi mempunyai
peluang 12 kali lebih besar bagi penderitanya untuk mengalami stroke dan 6 kali lebih
besar untuk serangan jantung. Untuk mengurangi angka kejadian hipertensi tiap tahunnya
maka strategi yang digunakan pemerintah dalam pengendalian hipertensi adalah melalui
surveilans epidemiologi hipertensi. Adapun indikator dalam kegiatan surveilans tersebut
meliputi kelengkapan isi laporan, kesesuaian sistem pencatatan dan pelaporan, ketepatan
pengumpulan data, penyebarluasan informasi, meningkatnya dalam kajian Sistem
Kewapadaan Dini (Ditjen P2PL Depkes RI, 2003)
Salah satu upaya pengendalian penyakit hipertensi adalah dengan penguatan sistem
surveilans hipertensi. Surveilans hipertensi berperan untuk membantu dalam perhitungan
prevalensi kejadian penyakit hipertensi, menghitung cakupan pasien yang terkontrol
tekanan darahnya, mengetahui Insidence Rate (IR) dan untuk menghitung Case Fatallity
Rate (CFR). Setelah mengetahui trend kejadian penyakit hipertensi sesuai data-data di
lapangan maka akan mempermudah dalam pengambilan kebijakan untuk menentukan
intervensi yang tepat terkait penyakit hipertensi di Wilayah kecamatan tondano selatan.
Butuh kerjasama yang baik dengan beberapa pihak demi tercapainya tujuan tersebut. Tidak
hanya dari pihak petugas pelayanan kesehatannya saja, namun dari masyarakatnya sendiri
juga mempunyai peran penting dalam kegiatan surveilans. Manajemen program surveilans
hipertensi meliputi input, proses, dan output. Input meliputi 5M yaitu Man (sumber daya
manusia yang memadai), Methode (seperti pedoman penyelenggaraaan), Material
(hardware, software, alat tulis dan komputer, dll.), Money (dana program surveilans), dan
Market (sasaran penyebaran informasi). Proses dimulai dari pengumpulan data, kompilasi
data, analisis dan intepretasi data, pelaporan, dan pengambilan tindakan. Sedangkan untuk
outputnya berupa LKS, diseminasi informasi, serta tersedianya dokumen laporan (Ditjen
P2PL Depkes RI, 2003
Dalam makalah ini akan dibahas gambaran tentang surveilens epidemiologi
terhadap penyakit tidak menular dalam hal ini hipertensi. Sehingga, akan diketahui cara
surveilens yang dilakukan puskesmas koya dan seberapa efektifkah surveilens
epidemiologi dalam menangani masalah kesehatan hipertensi di wilayah tondano selatan

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mengetahui gambaran surveilens penyakit tidak menular dalam hal ini hipertensi
di wilayah kerja puskesmas Koya yakni kecamatan Tondano Selatan

1.3 Tujuan
Mengetahui gambaran kasus hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Koya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan
berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk
pembuluh darah jantung), dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung). Dengan target organ
di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian
yang tinggi (M.N. Bustan, 2007).

2.1.2 Klasifikasi

Dikenal sebagai pengelompokan hypertensi :

1. Menurut kausanya
a. Hipertensi esensil (hypertensi primer); hypertensi yang tidak jelas penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder; hypertensi kausa tertentu.
2. Menurut gangguan tekanan darah
a. Hipertensi sistolik; peninggian tekanan darah sistolik saja.
b. Hipertensi diastolik; peninggian tekanan diastolic.
3. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah
a. Hipertensi ringan.
b. Hipertensi sedang.
c. Hipertensi berat

2.1.3 Faktor Resiko Hipertensi

Faktor- faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor risiko hipertensi adalah:

1. Umur; tekanan darah meningkat sesuai umur, dimulai dari sejak umur 40 tahun.
2. Ras/suku: orang kulit hitam (black) lebihbanyakkulit putih (white), sementara itu
ditemukan variasi antar suku di Indonesia; terendah di Lembah Beliem Jaya, Papua (0,6
%), dan tertinggi di Sukabumi (Suku Sunda), Jabar (28,6%).
3. Urban/rural : Kota > Desa
4. Geografis : Pantai > Pegunungan
5. Seks : Wanita > lelaki
6. Obesitas : Gemuk > kurus
7. Stress
8. Personality type A : tipe A > tipe B
9. Diet : Tinggi garam
10. Diabetes mellitus

2.1.4 Tanda dan Gejala Hipertensi

Gejala hipertensi tidak mempunyai spesifikasi tertentu, gejala seperti sakit kepala, cemas,
epistaksis, pusing dan migren dapat ditemukan pada penderita hipertensi, kadang sama sekali tidak
terjadi (Fatimah, 2009). Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang
mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa:

a) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan darah
intrakranium.
b) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
c) Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
d) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e) Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler
Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala, epistaksis,
marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang dan
pusing (Sugiharto, 2007).

2.2 Surveilans

2.2.1 Definisi Surveilans

Surveilans epidemiologi adalah suatu proses pengamatan terus menerus dan sistematik terhadap
terjadinya penyebaran penyakit serta risiko penularan dengan melakukan pengumpulan data,
analisis, intepretasi dan penyebaran intepretasi serta tindak lanjut perbaikan dan perubahan yang
data tersebut nantinya dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan tindakan segera untuk
kasus-kasus penting kesehatan masyarakat, sebagai pedoman dalam perencanaan, implementasi,
dan evaluasi program, serta untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan kesehatan (Amiruddin,
2013; Ditjen P2PL Depkes RI, 2003). The Center of Disease Control (CDC) mendefinisikan
surveilans kesehatan masyarakat sebagai kegiatan pengumpulan, analisis, interpretsi dan
disseminasi data yang berkaitan dengan program kesehatan masyarakat untuk mengurangi
mortalitas dan morbiditas dan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Amiruddin,
2013).

2.2.2 Pengumpulan Data

Kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam pelaksanaan surveilans epidemiologi kesehatan yaitu
pengumpulan data. Data yang dikumpulkan berupa informasi epidemiologi dari suatu penyakit
atau masalah kesehatan. Informasi epidemiologi yang dikumpulkan tersebut harus jelas, tepat dan
berhubungan dengan penyakit yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan kebutuhan data dari
masing-masing penyakit tidak sama atau berbeda. Pengumpulan data dapat dilaksanakan secara
mingguan, bulanan, maupun tahunan. (Ditjen P2PL, 2003; Dinkes Jateng, 2010; Choi, 2012;
Amiruddin, 2013)

Dalam kegiatan surveilans epidemiologi, pengumpulan data dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
secara aktif dan pasif. Pengumpulan data secara aktif surveilans aktif yaitu kegiatan pengumpulan
data dimana petugas surveilans memperoleh data yang dibutuhkan dengan cara mendatangi
langsung sumber data baik itu masyarakat, UPK, laboratorium, dan atau sumber data lainnya.
Sedangkan pada surveilans pasif, sumber data yang mendatangi petugas surveilans untuk
memberikan data yang dibutuhkan dalam kegiatan surveilans (S. Declich dan A.O. Carter, 1994;
Ditjen P2PL, 2003; Depkes, 2003a).

Tujuan dari kegiatan pengumpulan data dalam surveilans epidemiologi yaitu untuk:

1) Menentukan kelompok populasi yang berisiko tinggi terserang suatu penyakit tertentu
(berdasarkan umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan),
2) Menentukan jenis dan karakteristik dari agent/penyebab penyaki,
3) Menentukan reservoir dari penyakit infeksi,
4) Memastikan situasi atau keadaan yang dapat menyebabkan berlangsungnya transmisi
penyakit, dan Mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan.

Oleh karena itu, kegiatan pengumpulan data merupakan kegiatan yang utama dan penting dalam
pelaksanaan kegiatan surveilans epidemiologi. Untuk dapat melaksanakan kegiatan surveilans
epidemiologi yang baik, pengumpulan data harus dilaksanakan secara teratur dan terus menerus
(Amiruddin, 2013).

2.2.3 Pengolahan Data, Analisis dan Interpretasi Data

Pengolahan data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pengumpulan data. Pengolahan data
dimaksudkan untuk menyiapkan data agar dapat dilakukan analisis dengan mudah. Analisis data
dilakukan dengan tujuan untuk melihat dan menentukan variabel apa saja yang dapat
menggambarkan suatu permasalahan, faktor-faktor yang berpengaruh, serta bagaimana data yang
ada dapat menjelaskan tujuan dari suatu sistem surveilans (Amiruddin, 2013).

Menurut buku pedoman dasar pelaksanaan surveilans Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Prov. Jateng,
2010), suatu kegiatan pengolahan data dapat dikatakan baik apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:

1. Tidak membuat kesalahan selama proses pengolahan data.


2. Dapat mengidentifikasi adanya kecenderungan perbedaan dalam frekuensi dan distribusi
kasus.
3. Pengertian yang disajikan tidak salah atau berbeda dengan yang dimaksudkan.
4. Metode pembuatannya mengikuti kaidah penyajian data yang benar, baik dalam bentuk
tabel, grafik, ataupun peta.

Analisis data surveilans epidemiologi diawali dengan membuat pola penyakit menurut variabel
epidemiologi, yaitu orang (person), tempat (place) dan waktu (time). Analisis data tersebut dapat
disajikan dalam bentuk teks, tabel, ataupun grafik. Setelah dilakukan analisis data kemudian
dilakukan interpretasi data.
Interpretasi data merupakan penjelasan dari analisis data. Dengan adanya interpretasi data dapat
diketahui adanya peningkatan kejadian penyakit secara spesifik berdasarkan pada variabel
epidemiologi (Dinkes Prov. Jateng, 2010; Choi, 2012; Amiruddin, 2013).

Menurut Amiruddin (2013), ada dua hal penting yang harus dilakukan oleh petugas surveilans
dalam melakukan analisis dan interpretasi data yaitu:

1. Memahami kualitas data dan mencari metode yang terbaik dan sesuai untuk menarik
kesimpulan.
2. Menarik kesimpulan dari suatu rangkaian data deskriptif. Dengan adanya kesimpulan
tersebut dapat diketahui kecenderungan atau trend, perbandingan, dan perbandingan dari
suatu kecenderungan masalah kesehatan yang ada. Selain itu, dalam kegiatan pengolahan
dan analisis data ada dua hal penting lainnya yang juga patut untuk dipertimbangkan, yaitu
ketepatan waktu dan sensitifitas data, karena kedua hal tersebut sangat berpengaruh pada
kegiatan interpretasi data (Ditjen P2PL, 2003; Dinkes Jateng, 2010).

2.2.3 Umpan Balik dan Disseminasi Informasi yang Baik Serta Respon yang Cepat

Umpan balik (feed back) merupakan kunci keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan surveilans
epidemiologi, karena dapat memberikan kesadaran kepada sumber data tentang pentingnya proses
pengumpulan data dalam pelaksanaan kegiatan surveilans epidemiologi. Umpan balik yang
diberikan dapat berupa ringkasan informasi atau korektif terhadap laporan yang telah dikirimkan
(Ditjen P2PL, 2003; Amiruddin, 2013).

Disseminasi informasi ditujukan untuk memberikan informasi yang mudah dimengerti dan
dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan dari suatu program atau sistem kesehatan, upaya
pengendalian serta evaluasi program yang telah dilakukan maupun yang sedang berjalan (Choi,
2012; Amiruddin, 2013). Disseminasi atau penyebarluasan informasi dapat dilakukan dengan cara
(Ditjen P2PL, 2003; Amiruddin, 2013):

1. Membuat suatu laporan hasil kajian yang disampaikan kepada unit kesehatan pada tingkat
yang lebih tinggi.
2. Membuat jurnal atau majalah rutin yang terkait program kesehatan atau kegiatan surveilans
epidemiologi.
3. Membuat laporan kajian yang disampaikan dalam seminar dan pertemuan.
4. Memanfaatkan internet sebagai media disseminasi sehingga dapat diakses dengan mudah
oleh semua orang.

2.2.4 Tujuan dan Kegunaan Surveilans Epidemiologi

Menurut Amirudin (2013) tujuan dari surveilans epidemiologi haruslah spesifik, dapat diukur,
orientasi terhadap tindakan, realistis dan terdapat kerangka waktu. Beberapa tujuannya yaitu :

1. Monitoring kecenderungan dan memperhatikan perubahan untuk dapat melakukan


intervensi.
2. Melakukan evaluasi terhadap program pencegahan.
3. Untuk memproyeksikan perencanaan pelayanan kesehatan.
4. Eliminasi atau eradikasi penyakit.
5. Melakukan hipotesis cara transmisi penyakit dan
6. Mengumpulkan informasi untuk keperluan studi lebih lanjut

2.2.5 Sumber Data Surveilans Epidemiologi

Sumber data juga merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan surveilans epidemiologi. Tanpa
adanya sumber data, surveilans epidemiologi tidak dapat dilaksanakan. Sumber data terdiri atas
sumber data tradisional, mortalitas morbiditas, laporan epidemik, laporan laboratorium, laporan
kasus per individu, laporan wabah, penelusuran endemik di lapangan, reservoir binatang dan studi
distribusi vektor, data kondisi lingkungan, studi epidemiologi dan hasil penelitian, data geografi
dan data demografi. Sumber data lain yang juga dibutuhkan dalam kegiatan surveilans
epidemiologi yaitu statistik rumah sakit dan pelayanan kesehatan, praktik umum, laboratorium
kesehatan masyarakat, pencatatan penyakit, survei kesehatan rumah tangga, dll (Amiruddin, 2013;
Depkes, 2003).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara mewawancarai petugas puskesmas koya, dengan


pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut untuk membantu penjelasan mengenai data
hipertensi yang diambil :

1. Bagaimana penyajian data penyakit hipertensi dalam 3 tahun terakhir (tahun


2014,2015,2016)?
2. Berkaitan dengan data, apakah ada penurunan/kenaikan secara tiba-tiba?
3. Apakah hipertensi menduduki posisi 10 penyakit teratas dalam 3 tahun terakhir?
4. Jika pada pertanyaan ketiga dijawab ya, Apa yang menjadi faktor penyebab penyakit
hipertensi masih menduduki posisi 10 penyakit teratas?
5. Surveilens jenis apa yang dilakukan petugas puskesmas untuk masalah hipertensi?
6. Apakah puskesmas tersebut memiliki Sistem Informasi Kesehatan (SIK)?
7. Bagaimana proses diseminasi informasi petugas puskemas terkait masalah hipertensi?

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Puskesmas Koya, Kelurahan Koya, Kecamatan Tondano Selatan,

Kabupaten Minahasa

Waktu :

3.3 Tahapan Penelitian

3.3.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan petugas


puskesmas dan mengambil data yang telah direkap oleh petugas puskesmas berdasarkan
kunjungan pasien yang menunjukkan positif hipertensi

3.3.2 Pengolahan Data


Pengolahan data menggunakan SPSS sehingga menghasilkan data berupa grafik

3.3.3 Analisis Data

Analisis data tidak menggunakan Teknik khusus. Hanya membandingkan data


hipertensi per bulan dengan bulan-bulan sebelumnya

3.3.4 Penyajian Data

Data hipertensi dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, disajikan dalam bentuk grafik
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Surveilens Epidemiologi

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang surveilens


oleh beberapa petugas surveilans puskesmas koya menunjukkan tidak ada bedanya perbedaan
pemahaman. Hal ini dkarenakan, konsep surveilens yang dipahami oleh informan sejalan dengan
peraturan pemerintah yang mengatakan bahwa, kegiatan surveilens kesehatan didefinisikan
sebagai kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi
tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan
informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien

4.2 Pengumpulan data

Pengumpulan data di puskesmas koya dilakukan dengan cara aktif dan pasif. Metode
pengu pengumpulan data dilakukan lewat pengukuran tekanan darah dan wawancara. Pencatatan
data dan pelaporan surveilens yang dilakukan oleh petugas kesehatan identitas berdasarkan nama
penderita, umur dan jenis kelamin. Alat yang digunakan pada pengumpulan data surveilens di
puskesmas koya beberapat format yang dibuat secara manual dan ada juga yang secara
komputerisasi. Namun pada umumnya dibuat secara manual

Khusus untuk penyakit hipertensi, petugas puskesmas melakukan dua jenis surveilens
yakni. Jenis aktif dan pasif. Untuk surveilens aktif, petugas puskesmas turun langsung ke tiap
kelurahan dan membuka tempat agar warga dapat memeriksakan tekanan darahnya. Untuk
surveilens pasif, warga berkunjung ke puskesmas dan memeriksakan tekanan darahnya sehingga
dapat ditentukan apakah pasien tersebut positif hipertensi apabila dalam tiga kali pemeriksaan
tekanan darah, dinyatakan lebih dari tekanan normal

Berdasarkan wawancara ditemukan hasil-hasil seperti diatas yakni pengumpulan data


untuk surveilens tentang hipertensi ini dilakukan demikian
4.3 Pengolahan data

Berdasarkan data yang diambil yakni data hipertensi selama 3 tahun terakhir dan diolah
dalam bentuk grafik lewat aplikasi SPSS dihasilkan data sebagai berikut :

kasus hypertensi di puskesmas koya tahun 2014


300

250

200

150

100

50

0
jan feb maret april mei juni juli agustus sept okt nov des

Grafik 1. Kasus Hipertensi di wilayah kerja puskesmas koya tahun 2014

kasus hypertensi di puskesmas koya tahun 2015


350

300

250

200

150

100

50

0
jan feb maret april mei juni juli agustus sept okt nov des

Grafik 2. Kasus Hipertensi di wilayah kerja puskesmas koya tahun 2015


kasus hypertensi di puskesmas koya tahun 2016
350

300

250

200

150

100

50

0
jan feb maret april mei juni juli agustus sept okt nov des

Grafik 3. Kasus Hipertensi di wilayah kerja puskesmas koya tahun 2016

Dikarenakan data penderita hipertensi dicatat secara manual oleh petugas puskesmas,
maka kelompok menyajikan data penderita hipertensi dalam bentuk grafik

4.4 Analisis dan Interpretasi Data

Berdasarkan data dan wawancara yang kami lakukan dengan petugas puskesmas bahwa
dalam menganalisis data, petugas hanya membandingkan jumlah kasus yang terjadi apakah
mengalami peningkatan atau penurunan dan tidak ada Teknik khusus dalam menganalisis data,
menganalisis data dilakukan diakhir bulan setiap melakukan evaluasi program, proses analisis
data dilakukan secara manual, sama halnya dalam pengolahan data dan tidak ada Teknik khusus
dalam analisis data.

Kelompok pun menganalisis data dalam bentuk grafik dengan melihat kasus hipertensi
terentinggi dan terendah terjadi pada bulan apa

- Berdasarkan grafik 1, data hipertensi menunjukkan bahwa 3 bulan awal tahun 2014 yakni
bulan januari, februari, maret tidak dilakukan surveilens untuk penjelasan mengenai
mengapa tidak dilakukan, tidak dijelaskan secara detail oleh petugas puskesmas.
Selanjutnya dapat dilihat pada grafik kasus hipertensi tertinggi terjadi pada bulan april
kemudian terendah terjadi pada bulan juli. Selain itu, tidak terjadi kenaikan secara tiba-
tiba atau penurunan secara tiba-tiba pada tahun 2014
- Berdasarkan grafik 2, data hipertensi menunjukkan bahwa oktober dan desember tidak
dilakukan surveilens. Selanjutnya dapat dilihat pada grafik kasus hipertensi tertinggi
terjadi pada bulan januari dan terendah terjadi pada bulan juli. Selain itu, tidak terjadi
kenaikan secara tiba-tiba atau penurunan secara tiba-tiba pada tahun 2015
- Berdasarkan grafik 3, data hipertensi menunjukkan bahwa pada bulan januari tidak
dilakukan surveilens oleh petugas puskesmas. Selain itu, grafik menunjukkan kasus
hipertensi tertinggi terjadi pada bulan agustus sedangkan terendah terjadi pada bulan april
dan mei, karena bulan april dan mei menunjukkan jumlah kasus yang sama

4.5 Diseminasi Informasi

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa diseminasi yang dilakukan oleh
petugas puskesmas dengan menyebarkan secara langsung data yang telah didapatkan,
melalui kegiatan pemaparan program oleh programmer dan selanjutnya melakukan
penyuluhan tentang pentingnya menjaga pola makan serta mengadakan senam jantung
sehat setiap jumat pada satu minggu berjalan

4.6 Kendala dala pelaksanaan surveilens epidemiologi

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas puskesmas, pelaksanaan surveilens


di puskesmas koya masih terhambat pada kurangnya petugas puskesmas sehingga
adanya rangkap jabatan namun selain itu tidak ada hambatan yang berat bagi petugas
puskesmas untuk melakukan surveilens
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut, diperoleh kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut
1. Surveilens yang dilakukan oleh petugas puskesmas koya adalah surveilens jenis aktif
dan pasif
2. Kegiatan pengolahan data yang dilakukan oleh petugas puskesmas dilakukan dengan
cara pencatatan manual namun laporan tiap bulan dibuat dalam bentuk table
3. Untuk menganilisis data dilakukan dengan cara membandingkan data per bulan
4. Diseminasi informasi dilakukan secara langsung dan kemudian dilanjutkan dengan
penyuluhan tentang pola makan yang baik serta senam jantung yang diadakan pihak
puskesmas setiap hari jumat

5.2 Saran

1. Diharapkan petugas puskesmas koya untuk memaksimalkan kegiatan surveilens yang


berjalan untuk menekan penyakit hipertensi yang ada di masyarakat

2. perlunya ada pelatihan SPSS kepada petugas puskesmas agar pengolahan data dapat
dlakukan secara cepat dan lebih efisien

Anda mungkin juga menyukai