Anda di halaman 1dari 12

EPIDEMIOLOGI

Zoonotik
Kelompok 7
1. Sindyani F Dalope
2. Jurgen Uguy
3. Asti Sinadia
4. Risye Melinda Pangalo
5. Febriani Dhea Tandi
6. Ferry Firmansyah
7. Wenda Christy Marthin
8. Jarod A Wartono
9. Christania Paruntu
Tularemia
Pengertian Tularemia
Tularemia Merupakan penyakit zoonosis
yang disebabkan oleh bakteri dengan
manifestasi klinis yang sangat bervariasi
tergantung kepada tempat masuknya
bakteri dan virulensi dari bakteri yang
menginfeksi. Penyakit ini menyerang
berbagai jenis hewan termasuk domba.
Penyebab

Tularemia disebabkan oleh bakteri


Francisella tularensis atau Pasteurella
tularensis, sejenis kokobasilus yang non
motil, berbentuk kecil, gram negatif.
Morfologi
Bersifat patogen dengan phili pada
permukaan, bersifat nonmotil, aerob, dan
tidak berspora. Di dalam bakteri ini dapat
bertahan lama pada temperatur rendah di
air, tanah, dan bangkai hewan. Francisella
tularensis berukuran 0,2 m dan tumbuh
pada suhu 35-37°C.
Epidemiologi

 Tularemia tersebar hampir di semua bagian Amerika


Utara dan di sebagian besar benua Eropa, di bekas
Uni Soviet, Cina dan Jepang.
 Di AS penyakit ini ditemukan sepanjang tahun;
insidensi penyakit ini ditemukan lebih tinggi pada
orang dewasa dimusim dingin pada saat musim
perburuan kelinci dan pada anak-anak dimusim
panas pada saat densitas vektor berupa kutu dan
lalat pada menjangan/kijang meningkat.
 Francisella tularensis biovarian tularensis terbatas
ditemukan hanya dibagian utara benua Amerika
dan sering ditemukan pada kelinci (jenis Cottontail,
Jack dan Snowshoe), dan biasanya penularan
terjadi karena gigitan kutu binatang tersebut.
Reservoir
Seperti kelinci, begitu juga berbagai jenis
kutu dapat berperan sebagai reservoir,
telah ditemukan siklus penularan dari
rodentia – nyamuk untuk F. tularensis
biovarian palaearctica didaerah
Skandinavia, Baltic dan Rusia.
Cara penularan
 Berbagai cara penularan telah diketahui antara lain
melalui gigitan binatang berkaki beruas (artropoda)
seperti kutu Dermacentor andersoni, kutu anjing D.
variabilis, Anblyomma americanum (the lonestar
stick); dan walaupun jarang terjadi, lalat Chrysops
discalis pada kijang/menjangan dapat juga
menularkan penyakit ini.

 Penularan dapat juga terjadi karena terpajan


dengan darah atau jaringan binatang yang terinfeksi
(pada waktu menguliti binatang, memotong daging
atau pada waktu melakukan nekropsi);
mengkonsumsi daging atau jaringan binatang yang
terinfeksi yang tidak dimasak dengan sempurna;
minum air yang terkontaminasi; inhalasi debu yang
terkontaminasi atau inhalasi partikel dari tumpukan
rumput/jerami kering dan padi-padian yang
terkontaminasi.
Masa Inkubasi

Berkisar antara 1 – 14 hari, rata-rata 3 – 5


hari
Gejala
Klinis

 Gejala klinis lebih sering muncul sebagai ulcus yang


indolen ditempat masuknya bakteri disertai dengan
pembengkakan kelenjar limfe disekitarnya. Dapat
berupa infeksi tanpa disertai timbulnya ulcus, hanya
terjadi pembengkakan satu atau beberapa
kelenjar limfe disertai dengan rasa sakit.
 Dapat menimbulkan faringitis dengan rasa sakit
(dengan atau tanpa terjadi ulserasi), sakit
perut, diare dan muntah.
Pencegaha
n
 Berikan penyuluhan kepada masyarakat untuk
menghindari diri terhadap gigitan kutu, lalat dan
nyamuk.
 Hindari minum air, mandi atau bekerja diperaiaran
yang tidak ditangani dengan baik dimana didaerah
tersebut angka infeksi pada binatang liar sangat
tinggi.
 Pakailah sarung tangan pada saat menguliti
binatang terutama kelinci. Masaklah daging kelinci
liar atau binatang rodensia sebelum dikonsumsi.
 Berlakukan larangan pengapalan antar pulau
terhadap hewan atau daging hewan yang
terinfeksi.
 Vaksinasi intradermal dengan skarifikasi
menggunakan vaksin jenis “Live attenuated”
digunakan secara luas dibekas Uni Soviet dan
secara terbatas digunakan dikalangan pekerja
dengan risiko penularan di AS. Vaksin “Live
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai