DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKSESMAS TOILI III
Jalan I. Gusti Ngurah Rai, Desa Sindang Sari 94763; Email : puskesmas.toili3@yahoo.com
KERANGKA ACUAN
SOSIALISASI PENDISTRIBUSIAN KELAMBU ANTI NYAMUK MALARIA SECARA
MASSAL DI LIMA DESA KECAMATAN TOILI BARAT
A. PENDAHULUAN
Salah satu Kebijakan Program Malaria dalam mencapai tujuan Eliminasi Malaria di
seluruh wilayah Kabupaten Banggai khususnya Kecamatan Toili Barat tahun 2020 adalah
memutuskan rantai penularan malaria. Strategi yang dilakukan antara lain adalah program
penggunaan kelambu anti nyamuk (LLIN,s) bagi populasi berisiko.
Penggunaan kelambu berinsektisida bertujuan untuk menghindarI gigitan nyamuk atau untuk
mencegah terjadinya kontak langsung antara manusia dengan nyamuk. Penggunaan kelambu
anti nyamuk dengan baik dan benar dapat memberikan perlindungan terhadap masyarakat
terutama ibu hamil, bayi dan balita yang merupakan kelompok yang rentan terhadap penularan
malaria.
Untuk mendukung program tersebut, maka melalui proyek Global Fund komponen Malaria
akan dilakukan pendistribusian kelambu berinsektisida (LLIN,s) secara massal untuk wilayah
Kabupaten Banggai.
Adapun pendistribusian kelambu secara massal akan dilaksanakan pada bulan oktober 2017.
Pelaksanaan pendistribusian Kelambu anti nyamuk malaria secara massal bukan hanya sekedar
membagi kelambu pada masyarakat. Untuk itu perlu disiapkan secara optimal sehingga
kegiatan tersebut dapat terselenggara dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan.
B. LATAR BELAKANG
Salah satu tahap persiapan dalam pendistribusian kelambu anti nyamuk adalah
pelaksanaan pendataan sasaran, sosialisasi, dan penyusunan Rencana Aksi (POA) yang
melibatkan petugas kesehatan desa, Kepala Desa, Tim Penggerak PKK Desa, Kader
Kesehatan Desa
Melalui pendataan sasaran dan sosialisasi serta Penyusunan Rencana Aksi (POA)
diharapkan dapat tersosialisasinya detail kegiatan pendistribusian kelambu anti nyamuk
secara massal sesuai dengan panduan pelaksanan kegiatan serta tersusunnya POA yang
jelas berdasarkan kondisi dan kebutuhan masing – masing Desa mengingat adanya
keterbatasan dalam jumlah kelambu yang tersedia.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat pemakaian kelambu,
cara pemakaian dan perawatannya.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan dari Pertemuan Sosialisasi Pendistribusian kelambu Anti Nyamuk
Secara Massal adalah sebagai berikut :
a. Terselenggaranya persiapan kegiatan pendistribusian Kelambu Anti Nyamuk
Secara Massal sesuai panduan Pelaksanaan.
b. Meningkatkan pemahaman tentang langkah – langkah kegiatan pelaksanaan
Pendistribusian kelambu Secara Massal
c. Tersusunnya Rencana Aksi (POA) dari masing-masing Puskesmas sesuai dengan
panduan pelaksanaan kegiatan
d. Adanya penetapan alokasi jumlah pendistribusian Kelambu Anti Nyamuk Secara
Massal sesuai dengan data desa prioritas berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan dalam panduan pelaksanaan.
F. SASARAN
1. Desa dengan cakupan API tinggi / merah
2. Kelompok beresiko / kasus balita positif malaria
KERANGKA ACUAN
PROGRAM P2 RABIES
A. PENDAHULUAN
Rabies adalah penyakit infeksi akut pada SSP yang disebabkan oleh virus rabies,
dan ditularkan melalui gigitan hewan menular rabies terutama anjing, kucing dan kera.
Rabies sangat berbahaya karena hampir selalu diakhiri dengan kematian. Masa inkubasi
umumnya 3-8 minggu, berhubungan dengan jarak yang harus ditempuh oleh virus sebelum
mencapai otak.
B. LATAR BELAKANG
Kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) dan Rabies masih menjadi momok yang
menakutkan bagi masyarakat. Betapa tidak, penanganan GHPR memerlukan biaya yang
tidak sedikit, CFR rabies pun mencapai 100%.
Penyakit rabies merupakan penyakit menular akut dari susunan syaraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies. Ditularkan oleh hewan penular rabies terutama anjing,
kucing dan kera melalui gigitan, aerogen, transplantasi atau kontak dengan bahan yang
mengandung virus rabies pada kulit yang lecet atau mukosa. Penyakit ini apabila sudah
menunjukkan gejala klinis pada hewan dan manusia selalu diakhiri dengan kematian,
angka kematian Case Fatality Rate (CFR) mencapai 100% dengan menyerang pada semua
umur dan jenis kelamin. Kekebalan alamiah pada manusia sampai saat ini belum diketahui.
Situasi Rabies di Indonesia tahun 2010 dilaporkan 78.288 kasus Gigitan Hewan Penular
Rabies (GHPR), dengan Lyssa (kematian rabies) sebanyak 206 orang dan telah dilakukan
pemberian VAR (Vaksin Anti Rabies) 62.980 orang (81%).
Kasus Rabies pada manusia pada tahun 2010 terbanyak dilaporkan dari provinsi Bali
dengan kematian 82 orang. Ada pun Provinsi yang berhasil menekan jumlah lyssa menjadi
0 kasus pada tahun 2010 ada 8 provinsi yaitu provinsi NAD, Bengkulu, Banten,
Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Barat.
Situasi Rabies di Indonesia sampai 19 September tahun 2011 dilaporkan 52.503 kasus
Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR), dengan Lyssa (kematian rabies) sebanyak 104
orang dan telah dilakukan pemberian VAR (Vaksin Anti Rabies) 46.051 (87,71%).
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah menurunkan angka kematian dan kesakitan
akibat gigitan (penyakit bersumber binatang).
b. Tujuan Khusus
Mengurangi efek atau mematikan virus rabies yang masuk ketubuh melalui
gigitan.
F. SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Toili III.
G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
KERANGKA ACUAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT FILARIASIS
A. PENDAHULUAN
Filariasis merupakan salah satu penyakit menular yang yang masih menjadi
masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh cacing filarial yang
menyerang saluran dan kelenjar getah bening yang dapat menyebabkan kecacatan
menetap. Secara tidak langsung, penyakit yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk
ini dapat berdampak pada penurunan produktivitas kerja penderita, beban keluarga dan
menimbulkan kerugian ekonomi bagi Negara yang tidak sedikit.
B. LATAR BELAKANG
Lebih dari 14 ribu penderita kaki gajah di Indonesia menunjukkan gejala cacat
tangan atau kaki yang membesar. Penderita kaki gajah dapat mengalami stigma
tersingkir dari lingkungannya dan menghadapi kesulitan sosial dan ekonomi yang berat
bagi dirinya dan keluarganya. Penelitian Ascorbat Gani tahun 2000 membuktikan
adanya kerugian ekonomi yang sangat besar bagi keluarganya, baik karena kehilangan
waktu untuk bekerja maupun biaya pengobatannya yang mencapai setara dengan 17,8%
dari seluruh pendapatan keluarga.Pada tahun 2004 filariasis telah menginfeksi 120 juta
penduduk di 83 negara di seluruh dunia, terutama Negara-negara di daerah tropis dan
beberapa daerah subtropis. Di Indonesia berdasarkan survey tahun 2000-2004 terdapat
8000 orang menderita klinis kronis filariasis (elephantiasis) yang tersebar di seluruh
propinsi. Secara epidemiologis data ini mengidentifikasikan lebih dari 60 juta penduduk
Indonesia berada di daerah yang resiko tinggi tertular filariasis dengan 6 juta penduduk
di antaranya telah terinfeksiTujuan umum dan tujuan khusus
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum :
b. Tujuan Khusus :
……………………………………………………………………………………………
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
…………………………………………………………
F. SASARAN
Masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Toili III.
Laporan program kegiatan dilaporkan kepada kepala Puskesmas dan kemudian akan
diserahkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai.
Mengetahui
KERANGKA ACUAN
PROGRAM GIZI BURUK
A. PENDAHULUAN
Pelaksanaan upaya pencegahan gizi buruk dibagi dalam tiga tahap meliputi rencana
jangka pendek untuk tanggap darurat dengan menerapkan prosedur tatalaksana
penanggulangan gizi buruk dengan melaksanakan sistem kewaspadaan dini secara
intensif melalui pelacakan kasus dan penemuan kasus baru kemudian ditangani di
puskesmas dan di rumah sakit. Kemudian tahap pencegahan terhadap peningkatan status
dengan koordinasi lintas program dan lintas sektor, memberikan bantuan pangan,
memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Sedangakn tahap ketiga pengobatan
penyakit, penyediaan air bersih, memberikan penyuluhan gizi dan kesehatan terutama
peningkatan ASI eksklusif sejak lahir sampai 6 bulan kemudian diberikan makanan
pendamping ASI setelah usia 6 bulan dengan meneruskan pemberian ASI sampai usia
dua tahun.
B. LATAR BELAKANG
Untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk dan mengetahui penyebab terjadinya gizi
buruk diperlukan sistim surveilans gizi yang berkelanjutan, salah satu bentuk
kegiatannya melalui pelacakan kasus. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor
1209/Menkes/X/1998 tanggal 19 Oktober 1998 menyatakan untuk memperlakukan kasus
kurang gizi berat sebagai kejadian Luar Biasa (KLB), sehingga setiap kasus gizi buruk
harus (a) dilaporkan 1x24 jam; (b) ditangani sesuai dengan tatalaksana gizi buruk yang
standar baik rawat inap atau rawat jalan; (c) melakukan penyelidikan epidemiologis atau
pelacakan kasus gizi buruk. Berdasarkan laporan perkembangan gizi buruk pada tiap
tahunnya mengalami peningkatan
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
F. SASARAN