Anda di halaman 1dari 21

1

PERBANDINGAN METODE PVD DAN CERMATON


PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH
PADA DESAIN PROYEK FLY OVER TELUK LAMONG
(Makalah PPCP 54)

ROHMAT ROMDHANI

ENGINEERING
DEPARTEMEN SIPIL UMUM 2
PT. WIJAYA KARYA Tbk (Persero)
1

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tanah menurut Braja M. Das adalah sebagai material yang terdiri dari
agregat mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia)
satu sama lain dan dari bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat
cair dan gas yang mengisi ruang kosong di antara partikel padat.

Dalam konstruksi, tanah berfungsi sebagai pendukung pondasi dari


bangunan. Maka diperlukan tanah dengan kondisi kuat menahan beban di
atasnya dan menyebarkannya merata. Apabila tanah kurang baik maka perlu
dilakukan perbaikan untuk mendapatkan data tanah sesuai kriteria konstruksi.

Pada proyek fly over akses tol di Teluk Lamong Surabaya, dari hasil
Boring Log dilaporkan jenis tanah yang ada adalah tanah kohesif lunak.
Tanah kohesif lunak cenderung memiliki daya dukung yang lemah dan
kurang stabil sehingga berpotensi menimbulkan keruntuhan struktur. Oleh
karena itu, dilakukan suatu metode perbaikan (ground improvement) untuk
meningkatkan kualitas tanah yang lebih baik dan memenuhi syarat untuk
dilakukan sebuah konstruksi.

Makalah ini akan menganalisa efisiensi terhadap metode perbaikan daya


dukung tanah pada pekerjaan timbunan proyek fly over Teluk Lamong
Surabaya. Metode pekerjaan yang akan dianalisa menggunakan metode
Prefabricated Vertical Drain (PVD) dan metode Cerucuk Matras Beton
(Cermaton). Perbandingan kedua metode ini didasarkan pada efisiensi
terhadap biaya, mutu dan waktu serta resiko yang akan dihadapi.
2

2. Rumusan Masalah

Konstruksi tanah lunak dengan daya dukung rendah kurang


menguntungkan secara teknis apabila dibangun suatu konstruksi. Untuk
membangun pada kondisi tanah lunak harus dilakukan pekerjaan perbaikan
tanah. Proses perbaikan tanah dengan memberikan pembebanan
(preloading) yang menghasilkan penurunan tanah hingga mencapai
kondisi daya dukung yang diinginkan memerlukan waktu konsolidasi yang
lama. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan pembangunan
konstruksi.

Metode – metode untuk mengatasi permasalahan tersebut telah banyak


dilakukan. Diantaranya menggunakan kombinasi antara preloading
bertahap dan penggunaan Prefabricated Vertical Drain (PVD), metode ini
dilakukan untuk mempercapat proses konsolidasi pada tanah lunak
sehingga mendapatkan daya dukung tanah rencana dalam waktu yang
optimal (relatif singkat).

Berbeda dengan PVD, metode Cerucuk Matras Beton (Cermaton)


adalah metode perbaikan daya dukung tanah dengan memancangkan mini
pile pada titik dan konfigurasi yang telah direncanakan kemudian di top
mini pile di pasangkan pelat beton. Proses konsolidasi pada tanah lunak
pasti terjadi, namun pada metode cermaton akan memperlambat laju
konsolidasi pada waktu yang panjang dengan penurunan yang kecil. Hal
ini disebabkan daya dukung pada mini pile dan pelat beton yang seolah –
olah melayang diatasnya.

Untuk itu diperlukan analisis khusus mengenai timbunan, stabilitas


dan penurunannya, serta metode perkuatan yang dibutuhkan sehingga
mendapatkan efisiensi pada biaya, mutu, waktu dan resiko pekerjaan yang
optimal.
3

3. Tujuan

Tujuan makalah ini adalah memilih metode pekerjaan perbaikan daya


dukung tanah dasar pada desain pekerjaan timbunan tanah yang efisien
terhadap biaya, mutu dan waktu pada proyek Fly Over Teluk Lamong,
Surabaya.

4. Manfaat

1. Memberikan masukan alternatif untuk desain perbaikan daya dukung


tanah dasar pada pekerjaan timbunan proyek fly over teluk lamong
terhadap aspek biaya, mutu dan waktu.
2. Sebagai bahan bacaan perkembangan teknologi pada perbaikan tanah
lempung.
3. Salah satu syarat menjadi pegawai PT. Wijaya Karya.

4. Batasan Masalah

1. Analisa dilakukan terhadap perbaikan daya dukung tanah dasar pada


pekerjaan timbunan tanah Proyek Fly Over Teluk Lamong dengan
menggunakan metode PVD dan Cermaton.
2. Analisa dilakukan terhadap desain dan metode kerja perbaikan daya
dukung tanah ditinjau dari biaya, mutu, waktu dan resiko pekerjaan
pada pekerjaan timbunan tanah.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Dalam melakukan suatu metode perbaikan tanah, diperlukan dasar


pengetahuan yang cukup mengenai ilmu geoteknik. Dalam bab ini akan
dibahas mengenai teori teori dasar parameter tanah, penurunan tanah,
peristiwa konsolidasi, daya dukung tanah, serta metode – metode untuk
peningkatan daya dukung tanah.

B. Parameter Tanah

Dalam perencanaan perhitungan kapasitas kemampuan daya dukung


tanah dapat dihitung berdasarkan teori terzaghi 1943.
qult = c.Nc + q.Nq + 0,5. γ.N γ .............................................(pers 1)
qall = qult/SF

Keterangan :

qult : daya dukung tanah (KN/m2)


Nc : faktor kehesi tanah
Nq : faktor kapasitas dukung tanah
γ : Gamma tanah
Nγ : faktor berat volume tanah

Nilai nilai faktor pengali kapasitas daya dukung tanah tersebut dapat
dihitung berdasarkan hubunganya terhadap nilai sudut geser dalam tanah
(internal friction) sesuai pada tabel dibawah ini :
5

Tabel 1. Faktor – faktor kapasitas dukung tanah (Terzaghi, 1943)


Internal
Keruntuhan Geser Umum Keruntuhan Geser Local
friction ( o )
Nc Nq NƮ Nc' Nq' NƮ'
0,0 5,7 1,0 0,0 5,7 1,0 0,0
Very loose
5,0 6,7 1,4 0,5 6,7 1,4 0,2
10,0 8,0 1,9 1,2 8,0 1,9 0,5
15,0 9,7 2,7 2,5 9,7 2,7 0,9
Loose
20,0 11,8 3,9 5,0 11,8 3,9 1,7
25,0 14,8 5,6 9,7 14,8 5,6 3,2
30,0 19,0 8,3 19,7 19,0 8,3 5,7
34,0 23,7 11,7 35,0 23,7 11,7 9,0 Medium
35,0 25,2 12,6 42,4 25,2 12,6 10,1
40,0 34,9 20,5 100,4 34,9 20,5 18,8 Dense

Pada perancangan fondasi, indikasi model keruntuhan yang terjadi dapat


diketahui melalu nilai N-SPT (terzaghi dan peck, 1948). Kondisi
keruntuhan geser lokal (local shear failure) dapat dianggap terjadi bila
nilai N<5, sedangkan keruntuhan geser umum (general shear failure)
terjadi bila N>30.

C. Penentuan Parameter Tanah dengan N-SPT

Kesalahan dalam mengidentifikasi tanah yang ditinjau akan berakibat


fatal karena dapat menyababkan kesalahan hasil perencanaan. Oleh karena
itu, parameter tanah yang digunakan harus sebisa mungkin
menggambarkan karakter tanah yang akan ditinjau.
Dari hasil uji N-SPT yang diperoleh, dapat dilakukan pendekatan
korelasi untuk memperoleh nilai – nilai parameter tanah yang digunkan
dalam perencanaan seperti kohesi (Cu), modulus elastisitas tanah (E),
berat jenis tanah dan internal friction.

1. Korelasi nilai N-SPT terhadap Kohesi (Cu)


Nilai Kohesi (Cu) menunjukan besarnya kohesi tanah dalam kondisi tak
terdraenase. Berdasarkan grafik pada gambar 1, secara umum nilai Cu
dapat diambil sebesar 0,6 kali nilai N-SPT dimana Cu dalam satuan
ton/m3.
6

Gambar 1. Hubungan nilai kohesi dan N-SPT pada tanah kohesif (terzaghi, 1943)

2. Korelasi N-SPT terhadap nilai internal friction (Ф) Tanah non


kohesif.

Nilai internal friction (Ф) dapat diperoleh menggunakan grafik


hubungan antara nilai N-SPT dengan internal friction (Ф) yang
dilaporkan oleh peck, hanson dan thornburn (1953) untuk tanah non
kohesif/pasir.

Gambar 2. Korelasi nilai Ф internal friction dan nilai N-SPT untuk tanah non
kohesif
7

3. Korelasi Nilai N-SPT terhadap nilai modulus elastisitas tanah

Schmermann (1970) menyatakan bahwa modulus elastisitas tanah dapat


diperoleh menggunakan korelasi nilai dari data pengujian N-SPT
sebagai berikut :

a. Korelasi pada tanah pasir

Es (KN/m2) = 766*N-SPT ....................................................(Pers. 2)

Es = 2 qc ............................................................................(Pers. 3)

b. Korelasi pada tanah lempung

Nilai modulus elastisitas tanah lempung sangat dipengaruhi oleh


riwayat pembebanan yang bekerja pada tanah tersebut, yaitu
dibedakan kedalam tanah lempung normally consolidated dan over
consolidated.

a) Tanah lempung normally consolidated (NC)

Eu = 250 Cu – 500 Cu ..........................................................(Pers. 4)

b) Tanah lempung over consolidated (OC)

Eu = 750 Cu – 1000 Cu .........................................................(Pers. 5)

Dimana Cu = kohesi lempung pada kondisi undrained.

4. Nilai N-SPT terhadap nilai over consolidated, OCR

OCR = 0,193 (N/σ’v)0,689 .............................................................(Pers. 6)


Dimana σ’v = effective vertical stress dalam MN/m2
8

5. Korelasi N-SPT dengan kerapatan relativ pada tanah non-kohesif


(G.Meyerhoff, 1956)

Tabel 2. Korelasi N-SPT dengan relative density (Mayerhoff, 1956)

Tabel 3. Korelasi N-SPT dengan qu (Das, 1984)

6. Korelasi N-SPT untuk menentukan berat volume tanah.

Tanah Pasir (non – kohesif) oleh Teng pada tahun 1962 dilaporkan
bahwa parameter berat volume tanah dapat dilakukan pendekatan dari
hasil N-SPT. Pendekatan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Korelasi untuk N-SPT dengan berat volume tanah (Teng, 1962)

Angle of
Relative Unit Weight
N-SPT internal
Compactness Density
(blows.ft) friction Moist Submerged
(%)
(deg) (pcf) (pcf)
Very lose 0-15 0-4 <28 <100 <60
Loose 16-35 5-10 28-30 95-125 55-65
Medium 36-65 11-30 31-36 110-130 60-70
Dense 66-85 31-50 37-41 110-140 65-85
Very Dense 86-100 >51 >41 >130 >75
9

Tanah Lempung (kohesif) oleh Terzaghi dan Peck,1943 dilaporkan


bahwa parameter berat volume tanah kohesif dapat dilakukan
pendekatan dari hasil N-SPT. Lihat tabel 5.

Tabel 5. Hubungan N-SPT dan kekuatan tanah kohesif (Terzaghi dan Peck, 1943)

N-SPT Qu (unconfined compresive Υsat


Konsistensi
Blows-feet strenght) tons/ft2 KN/m3
<2 Very soft <0,25 16-19
2-4 Soft 0,25-0,50 16-19
4-8 Medium 0,50-1,00 17-20
8-15 Stiff 1,00-2,00 19-22
15-30 Very stiff 2,00-4,00 19-22
>30 Hard >4,00 19-22

7. Parameter elastis berbagai jenis tanah

Tabel 6. Parameter elastis tanah (Meyerhof, 1956)


10

D. Teori Penurunan Tanah (Ground Settlement Theory)

Ketika tanah mengalami pembebanan yang bekerja diatasnya maka


terjadi perubahan tegangan didalam partikel tanah. Perubahan tegangan ini
mengakibatkan deformasi dan relokasi partikel tanah serta keluarnya air
atau udara dari pori – pori yang ada didalam tanah. Secara umum,
penurunan tanah dikategorikan kedalam tiga hal (Braja M. Das, 2006) :

1. Immediate Settlement (Se)

Penurunan seketika atau penurunan elastis berlangsung pada saat


beban diberikan pada tanah. Saat itu, beban yang diterima oleh tanah
akan menyebabkan peningkatan tegangan air pori. Pada tanah yang
permeabilitasnya rendah, tegangan air pori yang timbul kecil sehingga
cenderung tidak ada air yang keluar. (Giroud, 1973) melaporkan suatu
metode sederhana untuk menghitung besarnya penurunan seketika.
ℎ𝑖
Si = q* ∑𝑖(𝐸𝑖′) ............................….……............................(Pers. 7)

Keterangan :

Si : Immediate settlement
q : Tegangan yang bekerja pada permukaan tanah
hi : Tebal lapisan tanah i
Ei’ : Modulus oedometrik pada lapisan i = σi/έ1 diperoleh dari
lapisan konsolidasi.

Korelasi antara Modulus young dengan modulus Oedometrik adalah :

2𝑢2
E = E’(1- 1−𝑢) ............................….…….............................(Pers. 8)

Keterangan :

E : Modulus elastisitas dari young (lihat tabel. 6)


µ : Koofesien poisson ratio

Pada tanah lempung, penurunan segera yang terjadi nilainya sangat


kecil bila dibandingkan dengan penurunan konsolidasi. Dalam hal ini
penurunan segera dalam perhitungan tanah lempung dapat diabaikan.
11

2. Primary Consolidation Sattlement (Sc)

Penurunan konsolidasi merupakan penurunan yang timbul akibat


peningkatan disipasi air yang menyebabkan perubahan volume tanah
serta penurunan tanah dasar dan struktur di atasnya. Pada tanah
lempung, penurunan konsolidasi akan jauh lebih besar dibandingkan
penurunan seketika. Hal ini disebabkan oleh permeabilitasnya yang
rendah, sehingga disipasi air pori terjadi pada waktu yang panjang.
Das, Braja M. (2006), membuat rumusan untuk menghitung besar
penurunan akibat konsolidasi tanah dasar. Membagi dalam 2 kondisi :

a) Konsolidasi pada lempung Normally Consolidated (NC)


𝐶𝑐 𝑃𝑜+∆𝑃
Sc = 1+𝑒0 H log ( )......................…..............................(Pers. 9)
𝑃𝑜

b) Konsolidasi pada lempung Normally Consolidated (NC)


1. Kondisi Po+ΔP < Pc
𝐶𝑠 𝑃𝑜+∆𝑃
Sc = 1+𝑒0 H log ( )....................…….…................(Pers. 10)
𝑃𝑐

2. Kondisi Po+ΔP > Pc


𝐶𝑐 𝐻 𝑃𝑐 𝐶𝑠 𝐻 𝑃𝑜+∆𝑃
Sc = [ 1+𝑒0 H log (𝑃𝑜)] + [ 1+𝑒0 H log ( )] ............(Pers. 11)
𝑃𝑐

Keterangan :

Sci : Penurunan konsolidasi pada lapisan tanah ke i


Hi : Tebal lapisan tanah ke i
Eo : Angka pori awal pada lapisan tanah ke i
Cc : Indeks kompresi pada lapisan tanah ke i
Cs : Indeks kembang dari lapisan tanah ke i
Po’ : Tekanan tanah vertikal efektif overburden pressure
P c’ : Tekanan tanah vertikal efektif past overburden pressure
12

3. Secondary Consolidation (Ss)

Pada akhir proses penurunan konsolidasi primer yaitu setelah


tekanan air pori = 0, penurunan masih terjadi sebagai akibat
penyesuaian sifat plastis butiran tanah. Tahap konsolidasi inilah yang
disebut penurunan konsolidasi sekunder (Secondari Consolidation).
Besarnya konsolidasi sekunder dapat dihitung dengan persamaan :

𝑡2
Ss = 𝑐𝛼′ H log (𝑡1) ...............................…………….........(Pers. 12)

𝑐𝑎
𝑐𝛼′= (1+𝑒𝑝) ...............………................…………….........(Pers. 13)

Keterangan :

ep : Angka pori pada akhir konsolidasi primer


H : Tebal lapisan lempung
t2 : t1 + Δt
t1 : Waktu saat konsolidasi primer selesai.

Penurunan yang diakibatkan oleh konsolidasi sekunder sangat


penting untuk semua jenis tanah organik dan anorganik yang mudah
mampat. Pada tanah lempung yang terkonsolidasi berlebih (over
consolidation), angka indeks pemampatan sekundernya sangat kecil
sehingga hal ini dapat diabaikan. Menurut terzaghi (1948) faktor yang
mempengaruhi konsolidasi sekunder adalah :

a. Pengurangan volume tanah pada tegangan efektif konstan


b. Regangan vertikal akibat gerakan tanah secara lateral dibawah
struktur.
Perbandingan pemampatan sekunder terhadap pemampatan primer
untuk suatu lapisan tanah dengan ketebalan tertentu berbanding terbalik
dengan perbandingan antara nilai penambahan tegangan (Δσ’) dengan
tegangan efektif awal (σ’). Apabila Δσ’/ σ’ kecil, maka perbandingan
pemampatan sekunder dan primer besar.
13

4. Total Consolidation (St)

Total penurunan tanah yang terjadi dirumuskan dibawah ini :

St = Se + Sc + Ss ……………………………………..…. (Pers. 14)

Berdasarkan karakteristik tanah, salah satu dari ketiga jenis


penurunan pada umumnya lebih dominan pada suatu jenis tanah
tertentu karena jenis penurunan yang lain relatif kecil dan dapat
diabaikan (Braja, M. Das, 2006). Hal ini terjadi pada jenis tanah
lempung anorganik dimana penurunan konsolidasi lebih besar dari
kedua jenis penurunan yang lain.

Gambar 3. Grafik hubungan penurunan tanah dan waktu (Hardiyatmo, 2002)


14

E. Konsolidasi (Consolidation)

Konsolidasi adalah proses dimana tekanan air pori berlebih akibat


peningkatan tegangan pada lapisan tanah sehingga air pori terdisipasi dari
dalam tanah. Semakin tinggi nilai permeabilitas tanah maka semakin cepat
waktu konsolidasi dan sebaliknya. Oleh karena itu, pada tanah kohesif
waktu konsolidasinya panjang karena memiliki sifat permeabilitas yang
rendah.

Besaran nilai konsolidasi pada umunya ditinjau berdasarkan teori


terzaghi (1967) dengan asumsi kondisi tanah sebagai berikut :

- Konsolidasi tanah terjadi satu dimensi yaitu ke arah vertikal.


- Lempung yang terkonsolidasi merupakan lapisan tanah yang
jenuh, homogen dan isotropis.
- Partikel butiran tanah dan air tak dapat ditekan (incompressible)
- Nilai regangan tanah akibat beban luar masih dalam batas elastis
- Koofisien kompresibilitas (mv), permeabilitas (k) dan konsolidasi
(cv) konstan sepanjang proses konsolidasi.

1. Koofisien Konsolidasi pada tanah berlapis (cv)

Koofisien konsolidasi vertikal (cv) menentukan kecepatan waktu


pengaliran air pada arah vertikal dalam tanah. Pada umumnya
konsolidasi berlangsung pada arah vertikal saja, maka koofisen
konsolidasi sangat berpengaruh terhadap kecepatan konsolidasi.

𝑇𝑣.𝐻 2
Cv = ...............………................……………......….(Pers. 15)
𝑡

Keterangan :

Cv : Koofisien konsolidasi (cm2/detik)


Tv : Faktor waktu yang tergantung derajat konsolidasi (U)
t : waktu untuk mencapai derajat konsolidasi U % (detik)
H : Tebal tanah (cm)
15

2. Kocepatan penurunan konsolidasi

Estimasi kecepatan penurunan konsolidasi dibutuhkan untuk


mengetahui besar kecepatan penurunan tanah selama proses
konsolidasi berlangsung. Kecepatan penurunan konsolidasi
dipengaruhi oleh beberapa parameter yaitu koofesien konsolidasi
tanah, tebal lapis tanah kompresif dan drainase tanah.

Pada tanah pasir, penurunan berlangsung cepat dan menyeluruh


namun nilainya kecil karena pasir memiliki sifat low compressibility.
Pada lapisan tanah lempung, penurunan berlangsung dalam waktu
lama dan nilainya besar karena lempung memiliki sifat high
compressibility.

Gambar 4. Ilustrasi lempung dengan drainase 1 arah (Hardiatmo, 2002)

3. Compression index (Cc)

Nilai indeks kompresi dapat diperoleh melalui pengujian tanah di


laboratorium. Apabila tidak ada pengujian, terzaghi dan peck (1967)
16

menyarankan penggunaan rumus empiris untuk menghitung indeks


pemampatan sesui persamaan berikut :

a) Tanah lempung yang tak terganggu (undisturbed clay)

Cc = 0,009 (LL-10) ..........................................................(Pers. 16)

b) Tanah lempung yang terbentuk kembali (remolded)

Cc = 0,007 (LL-10) ........................................................(Pers. 17)

4. Indeks pemuaian (swelling index, Cg)

Indek pemuaian selalu lebih kecil dari pada indek pemampatan dan
dapat ditentukan melalui persamaan empiris terhadap indek
pemampatan sesuai dengan nilai Cs = 1/5 Cc sampai Cs = 1/10 Cc.

5. Overburden pressure (Po)

Overburden pressure merupakan tekanan yang diterima oleh suatu


lapisan tanah akibat dari tegangan yang bekerja pada tanah itu sendiri.
Perhitungan overbuden pressure dapat dihitung dengan persamaan :

P0 = (Ysat – Yw) H ..……................……………......….(Pers. 18)

Keterangan :

Ysat : Berat volume tanah jenuh (KN/m3)


Yw : Berat volume air (KN/m3)
17

F. Daya Dukung Tanah Kohesif

Konsolidasi adalah proses dimana tekanan air pori berlebih akibat


peningkatan tegangan pada lapisan tanah sehingga air pori terdisipasi dari
dalam tanah. Semakin tinggi nilai permeabilitas tanah maka semakin cepat
waktu konsolidasi dan sebaliknya. Oleh karena itu, pada tanah kohesif
waktu konsolidasinya panjang karena memiliki sifat permeabilitas yang
rendah.

G. Daya Dukung Tiang Tunggal Pada Tanah Kohesif

Untuk tanah kohesif, daya dukung tiang kritis pada jangka pendek
karena kekuatan tanah lempung akan meningkat dikarenakan konsolidasi.
Untuk tanah lempung Ф =0 dan terdapat nilai cu serta faktor daya dukung
Ny = 0 dan Nq = 1, maka persamaan untuk menghitung daya dukung ujung
dapat ditulis :

Qp = Ap { cu Nc + yDf Nq) ..……...............……………......….(Pers. 18)

Untuk menghitung daya dukung friksi menggunakan metode λ


(Vijayvergiya dan focht, 1972)

fav = λ(σ’v+2cu) dan Qs = pxLxfav ..……..........………......….(Pers. 18)

Keterangan :

Qp : Beban actual yang disalurkan ke ujung tiang


Df : Panjang tiang
Ap : Luas penampang tiang
σ’v : Nilai rata – rata tegangan efektif tanah
cu : Nilai rata – rata undrained shear strenght

Prosedur desain pada tanah kohesif adalah sebagai berikut :

1. Profil tanah.
18

Dari hasil investigasi tanah akan didapatkan data profil tanah serta muka
air tanah. Akan diperoleh juga parameter – parameter kekuatan tanah
berdasarkan data uji lapangan dan atau hasil test laboratorium
2. Dimensi tiang dan daya dukung izin
Pilih jenis tiang, panjang dan diameter, menghitung daya dukung izinnya
3. Menghitung jumlah tiang dan penusunya. Perkirakan jumlah tiang yang
dibutuhkan dengan membagi beban timbunan dengan daya dukung izin
dari satu tiang dan susun sehingga jarak antara tiang 3 – 4 kali dari
diameter tiang.
4. Menghitung matras dari beton
5. Menghitung settlement pada kelompok tiang. Terdapat dua macam
settlement pada tanah kohesif yaitu settlement jangka pendek dan jangka
panjang.

H. Daya Dukung Lateral Tiang Tunggal

Salah satu metode yang dipakai untuk menghitung tahanan lateral


tiang tunggal adalah menggunakan metode brom (1964) dalam
perhitunganya, brom menggunakan beberapa asumsi, yaitu :

1. Berlaku pada tanah non-kohesif (c=0) atau tanah kohesif (Ф =0)


saja. Jika tiang berada pada tipe tanah yang berbeda, maka
dianalisa secara terpisah tiap lapisanya.
2. Kriteria tiang pendek adalah L/T ≤ 2 dan tiang panjang adalah L/T
≥ 3,5.
19

1. Pekerjaan Timbunan Tanah

Pekerjaan penimbunan merupakan pekerjaan yang selalu mengawali


pelaksanaan sebuah project, dimana pekerjaan ini merupakan bagian dari
pekerjaan land preparation disamping land clearing serta cut soil.

Daya dukung tanah harus diperhatikan pada pekerjaan timbunan


tanah, daya dukung tanah ditentukan oleh faktor sudut gesek tanah serta
faktor nilai kohesi tanah, hal ini bisa dilihat dari persamaan berikut yang
digunakan untuk menghitug kapasitas tanah :

Kerusakan bangunan teknik sipil tidak hanya disebabkan oleh struktur


bangunan, tapi juga kondisi tanah dimana struktur bangunan diletakkan.
Penyebab kerusakan tersebut adalah besarnya penurunan yang terjadi dan
rendahnya daya dukung tanah, seperti pada tanah kohesif khususnya yang
20

mengandung kadar air cukup tinggi. Oleh karena, itu harus diperhatikan
dengan seksama mengenai daya dukung dari tanah kohesif tersebut,
apakah perlu adanya usaha perbaikan atau stabilisasi tanah untuk
mendapatkan sifat-sifat tanah yang diinginkan sehingga kerusakan
konstruksi dapat dicegah, (Das,1995).
Pekerjaan timbunan tanah adalah pekerjaan yang penting dalam
pekerjaan teknik sipil, karena apabila terjadi kesalahan dan tidak
memenuhi pesyaratan daya dukung tanah maka akan berpengaruh pada
dimensi struktur dan perilaku struktur yang ada diatas tanah. Oleh karena
itu, diperlukan strategi dan perencanaan yang baik pada pekerjaan
timbunan tanah pada proyek fly over teluk lamong yang ditinjau dari
aspek biaya, mutu dan waktu dalam pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai